Laporan Praktikum Embriologi Hewan SIKLUS Estrus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM EMBRIOLOGI HEWAN “SIKLUS ESTRUS”



Disusun oleh : Nama



: Muhammad Ikhsan



NIM



: K4315038



Kelompok : 3B Kelas



:B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017



LAPORAN RESMI PRAKTIKUM EMBRIOLOGI HEWAN



I. Judul Siklus Estrus II. Tujuan 1. Membedakan sel-sel hasil apusan vagina 2. Menentukan tahapan siklus estrus yang sedang dialami hewan betina dewasa (mencit) III. Alat dan Bahan Alat: 1. Mikroskop 2. Objek glass 3. Cutton bud



Bahan: 1. Mencit (Mus muculus) betina 2. Pewarna Metilen Blue



IV. Prinsip Kerja Langkah pertama dalam praktikum siklus estrus adalah dengan memegang dengan bagian ventral mengahadap praktikan, kemudian mengusap vagina mencit menggunakan cutton bud yang telah dibasahi air, lalu mengoleskannya pada permukaan objek glass. Mengulangi langkah tersebut sebanyak 2 kali pengulangan hingga didapatkan 2 hasil apusan vagina. Menunggu apusan hingga kering, setelah itu meneteskan pewarna metilen blue pada apusan vagina yang pertama selama 3-5 menit. Mencuci apusan vagina yang telah diberi pewarna dengan aquades secara perlahan-lahan, kemudian membiarkannya hingga mengering. Mengamati hasil apusan vagina mencit dibawah mikroskop. Mendokumentasikan hasil pengamatan.



V.



Data Pengamatan



Kelompok 1



Gambar Kel. 1 warna



Nama Siklus Proestrus



2



Perbesaran 10X Kel. 2 warna



Diestrus



3



Perbesaran 20X Kel.3 tanpa warna



Proetestrus



Perbesaran 4X Kel.3 warna



4



Perbesaran 4X Kel.4 warna



Proestrus



5



Perbesaran 4X Kel.5 warna



Metestrus



Perbesaran 4X 6



VI.



Proestrus



Pembahasan Praktikum ini bertujuan dapat membedakan sel-sel hasil apusan vagina dan menentukan tahapan siklus estrus yang sedang dialami hewan betina dewasa (mencit). Siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus, dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut siklus menstruasi. Sedangkan, siklus reproduksi yang berlangsung pada hewan non primata betina dewasa seksual yang tidak hamil pada mamalia non primata (contohnya mencit) disebut siklus estrus.



Siklus estrus adalah siklus reproduksi yang terdapat pada hewan mamalia betina dewasa bukan primata. Pada saat estrus hewan betina akan reseptif terhadap hewan jantan, dan kopulasinya kemungkinan besar akan fertile. Dari satu estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus dan mencit 4-5 hari. Siklus estrus pada mencit dibagi dalam beberapa tahap yaitu, proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Siklus estrus ditandai dengan masa berahi atau estrus. Pada saat estrus, hewan betina akan reseptif terhadap hewan jantan dan kopulasinya kemungkinan besar akan vertil sebab di dalam ovarium sedang terjadi ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi. Siklus estrus adalah waktu antara periode estrus atau jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus yang berikutnya (Hafez, 1968). Metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui fase estrus pada mencit dengan metode Vaginal Smear. Metode vaginal smear lebih banyak digunakan karena bisa menunjukkan hasil yang lebih akurat. Metode ini menggunakan sel epitel dan leukosit sebagai bahan identifikasi. Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukan vagina, sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Leukosit merupakan sel antibodi yang terdapat di seluruh bagian individu. Leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan leukosit berbentuk bulat berinti (Tomi, 1990). Siklus ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, yang terdiri dari 2 fase, yaitu folikel dan lutein. Fase folikel merupakan fase pembentukan folikel sampai masak, sedangkan fase lutein adalah fase setelah ovulasi sampai ulangan berikutnya dimulai (Spornitz, et al., 1999). Fase-fase pada siklus estrus diantaranya adalah estrus, metestrus, diestrus, dan proestrus. Periode-periode tersebut terjadi dalam satu siklus dan serangkaiannya, kecuali pada saat fase anestrus yang terjadi pada saat musim kawin. Berikut ini penjelasan masing–masing fase birahi pada siklus estrus menurut Frandson (1992): a. Fase Proestrus Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh Follicle Stimulating Hormone (FSH). Folikel yang sedang tumbuh menghasilkan cairan folikel dan estradiol yang lebih banyak. Penelitian yang dilakukan pada sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) dijelaskan bahwa pada fase ini terjadi peningkatan dalam pertumbuhan sel sel dan lapisan bacillia pada tuba fallopi dalam vaskularisasi mucosa uteri. Serviks mengalami relaksasi gradual dan makin banyak mensekresikan mucus tebal dan berlendir dari sel-sel goblet pada serviks dan vagina anterior. Mucus menjadi terang transparan dan menggantung pada akhir proestrus. Fase proestrus ini FSH yang dikeluarkan oleh kelenjar adenohipofisa akan memicu perkembangan folikel di dalam ovarium, bersama Luteinizing Hormone (LH) ovarium kemudian meningkatkan produksi estrogen melalui peningkatan cairan folikel. Pada fase ini juga terjadi perkembangan organ-organ reproduksi yaitu oviduct, uterus, dan vagina. Beberapa spesies hewan mengalami pertumbuhan sel-sel dan lapisan bercilia pada oviduct, serta vaskularisasi mucosa uterus. Serviks mengalami relaksasi dan banyak mensekresikan mucus yang tebal dan berlendir dari sel-sel goblet serviks dan vagina anterior, serta kelenjar kelanjar uterus. Sekresi estrogen ke dalam urine mengalami peningkatan, sementara progesteron di dalam darah menurun akibat terjadinya vakuolisasi degenerasi dan pengecilan corpus luteum secara cepat. Proestrus merupakan fase yang berlangsung selama 1 - 2 hari dan terjadi sebelum fase estrus berlangsung . Fase proestrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti berbentuk bulat dan leukosit tidak ada atau sangat sedikit (Adnan 2006).



b. Fase Estrus Periode estrus adalah masa puncak keinginan untuk kawin ditandai dengan manifestasi birahi secara fisik. Dalam serviks jumlah lendir maupun jumlah sekresi lendir dalam tiap-tiap kelenjar lendir bertambah. Lendir ini bersifat transparan/tembus pandang, bening, dan dapat mengalir ke vagina serta vulva hingga secara nyata terlihat menggantung di ujung vulva. Pada fase strus keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH. Pengaruh peningkatan LH terlihat pada masa sesudah estrus, dimana LH membantu terjadinya ovulasi dan pembentukan corpus luteum. Lama periode estrus pada ruminansia kecil selama 2 - 3 hari. Tanda-tanda keberadaan ternak berada pada siklus estrus dapat diamati adanya perubahan secara fisik salah satunya adalah keluarnya lendir sampai ke vulva yang sangat jelas. Perubahan fisik yang tampak dari luar tersebut dapat dijadikan dasar oleh peternak untuk menentukan puncak berahi. Fase estrus pada dasarnya dipengaruhi oleh sistem hormonal yang mempengaruhi estrus berpusat pada gonadotropin dari hipofisa interior dan hormon ovari yaitu FSH dan estrogen .Estrus masih masuk ke dalam fase folikuler dan akan terjadi setelah fase proestrus. Pada saat hewan berada pada fase estrus terjadi peningkatan kadar estrogen yang bekerja pada organ kelamin betina dan meningkatkan sekresi lendir serviks sehingga dijumpai adanya lendir yang menempel pada bagian vulva. Dalam fase estrus, hormon FSH dalam darah menurun, sedangkan sekresi LH meningkat guna merangsang terjadinya ovulasi, selanjutnya ovum terlempar dari folikel de Graaf ke bagian atas tuba uterin. Oviduct menegang, epitel menjadi matang, sekresi cairan tuba meningkat, dan cilia aktif, serta terjadi kontraksi oviduct dan ujung tuba yang berfimbrae merapat ke folikel de Graaf. Uterus mengalami ereksi karena memperoleh suplai darah yang semakin tinggi, mucosa tumbuh dengan cepat dan lendir disekresikan dalam jumlah yang banyak. Lendir serviks dan vagina menjadi lebih banyak. Tahap Estrus adalah tahap dimana folikel sudah matang dan siap berovulasi. Tidak terlihat sel leukosit. Lebih banyak sel epitel yang terkornifikasi dan beberapa sel epitel berinti. Fase estrus dapat terlihat dari perilaku mencit dan morfologi vagina mencit. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan (Chakraborti, 2013). c. Fase Metestrus Fase metestrus ditandai dengan adanya perubahan sekresi lendir serviks oleh kelenjar-kelenjar serviks dari carir menjadi kental, lendir serviks ini berfungsi sebagai sumbat lumen serviks Metestrus merupakan fase mulai adenohipofisa guna mempertahankan corpus luteum. Terjadi peningkatan sekresi progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum dan sekresi estrogen menurun. Progesteron akan menekan keberadaan FSH untuk menghambat terjadinya perkembangan folikel selanjutnya dan mencegah terjadinya estrus (Frandson, 1992). Sekresi mucus menurun dan terjadi pertumbuhan endometrium secara cepat . Metestrus adalah masa setelah estrus yaitu masa dimana corpus luteum tumbuh cepat dari sel granulosa (Adnan, 2006). Metestrus terjadi setelah fase estrus berakhir, fase metestrus berlangsung selama 2 - 3 hari (Hanson2012). d. Fase Diestrus Fase diestrus adalah tahap yang relatif pendek antara siklus estrus pada hewanhewan yang tergolong poliestrus. Selama fase disetrus corpus luteum bekerja dengan



optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan LH. Jika betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju ovarium. Tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski kandungannya sangat sedikit. Menurut Adnan (2006), fase diestrus ditandai adanya sel-sel epitel berinti dalam jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat banyak. Setiap hewan mempunyai siklus estrus yang berbeda-beda tergantung jenisnya. Golongan hewan :  monoestrus (estrus sekali dalam satu tahun)  poliestrus (estrus beberapa kali dalam satu tahun)  monoestrus bermusim (estrus hanya selama musim tertentu dalam setahun) Mencit merupakan poliestrus dengan ovulasi terjadi secara spontan. Pada hewan seperti mencit mengalami siklus estrus selama 4-5 hari (Frandson, 1992). Siklus estrus pada mencit ditandai dengan masa berahi atau estrus. Siklus estrus dari tiap hewan betina dipengaruhi oleh banyak faktor seperti menyusui, produksi susu, kondisi tubuh dan nutrisi. Siklus estrus merupakan proses yang dikendalikan oleh berbagai hormon, baik hormon dari hipotalamus-hipofisa maupun dari ovarium. Perkembangan folikel dipicu oleh hormon FSH dari kelenjar hipofisa bagian anterior. Folikel yang sedang berkemban g akan mengeluarkan esterogen. Estrogen dapat menambah sintesis dan ekskresi hormon pertumbuhan sehingga dapat menstimulir pertumbuhan sel-sel dalam tubuh, mempercepat pertambahan bobot badan, merangsang korteks kelenjar adrenal untuk lebih banyak meningkatkan metabolisme protein karena retensi nitrogen meni ngkat (Chakraborty, 2013). Kelompok 1 Apus Vagina Fase Proestrus Mus muculus Gambar Pengamatan Gambar Searching Kel. 1 warna proestrus



1



Kel.1 tanpa warna proestrus Source : http://www.eastcentralvet.com/canineestrous-cycle.pml



2



Keterangan: 1. Sel epitel menanduk 2. Sel epitel tanpa inti



Keterangan: 1. Sel epitel tanpa inti 2. Sel epitel menanduk 3. Sitoplasma Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1 ditemukan mencit (Mus muculus) dengan perbesaran 10x terlihat mengalami fase proestrus. Hasil pengamatan dengan perbesaran lemah sehingga bagian-bagian kurang jelas. Gambar referensi terlihat bagian-bagian dengan jelas. Pada preparat apusan vagina non warna, sel-sel epitel yang terlihat sedikit dan kurang begitu jelas, sedangkan pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas. Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de graaf tumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang semakin bertambah. Menurut Adnan (2006) Estradiol meningkatkan jumlah suplai darah ke saluran alat kelamin dan meningkatkan perkembangan estrus, vagina, tuba fallopi, folikel ovarium. Fase yang pertama kali dari siklus estrus ini dianggap sebagai fase penumpukan atau pemantapan dimana folikel ovarium yang berisi ovum membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatam vaskularisasi dan pertumbuhan sel genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi (Tomi, 1990). Pada fase ini akan terlihat perubahan pada alat kelamin luar dan terjadi perubahan-perubahan tingkah laku dimana hewan betina gelisah dan sering mengeluarkan suara-suara yang tidak biasa terdengar (Chakraborty, 2013). Kondisi organ genitalia fase proestrus : a) Hewan talah menunjukkan tanda-tanda estrus namun belum bersedia melakukan kopulasi  Estrogen yang dihasilkan belum cukup b) Terjadi pertumbuhan folikel folikel de graf (FSH) c) Persiapan ovulasi d) Perkembangan pembuluh darah uterus dan oviduct e) Kelenjar-kelenjar endometrium tumbuh memanjang f) Cervix mulai rileks g) Kelenjar-kelenjar lendir dalam lumen servix mulai disekresi (Praptomo, 2009). Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus estrus pada apusan vagina (Ganond, 2003). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa. Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma.



Gambar Pengamatan Kel 2. Warna



Kelompok 2 Apus Vagina Fase Diestrus Mus muculus Gambar Searching



1



2



Source: www.nature.com & www.researchgate.net Keterangan: 1. Sel epitel menanduk 2. Leukosit 3. Sitoplasma 4. Inti sel



Keterangan: 1. Sel epitel menanduk 2. Leukosit 3. Sitoplasma 4. Inti sel Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 5 ditemukan mencit (Mus muculus) dengan perbesaran 10x terlihat mengalami fase diestrus terdiri dari sel epitel menanduk, leukosit, sitoplasma, berinti. Hasil pengamatan dengan perbesaran lemah 10x sehingga bagian-bagian kurang jelas. Gambar referensi terlihat bagian-bagian dengan jelas. Pada preparat apusan vagina non warna, sel-sel epitel yang terlihat sedikit dan kurang begitu jelas, sedangkan pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas. Diestrus merupakan fase yang berlangsung paling lama. Fase diestrus merupakan fase pematangan corpus luteum dan progesteron secara nyata mempengaruhi organ-organ reproduksi. Uterus mengalami penebalan pada endometrium dan kelenjar-kelenjarnya berhipertrofi, serta otototot mengendor. Serviks menutup dan lendir vagina menjadi keruh dan lengket. Selaput mocusa vagina menjadi pucat (Partodihardjo, 1992). Fase diestrus adalah periode terakhir dari estrus, pada fase ini corpus luteum berkembang dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari progesteron (hormon yang dihasilkandari corpus luteum) tampak dengan jelas pada dinding uterus serta folikelfolikel kecil dengan corpo ralutea pada vagina lebih besar dari ovulasi sebelumnya. Fase diestrus ditandai dengan ciri-ciri berikut, diantanranya: terjadi pengurangan jumlah sel superfisial dari kira-kira 100% pada fase sebelumnya menjadi 20% pada fase diestrus. Selain itu, jumlah sel parabasal dalam apusan preparat vagina menjadi meningkat, hasil ini dperkuat dengan pengujian yang dilakukan pada hari berikutnya (Tenser, 2005). Menurut Adnan (2006) Fase diestrus, yaitu fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti dalam jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat banyak. Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan dari proses perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah penjelasan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan



histologi sel epitel vagina : - Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak lengkap. - Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak pada bagian tubuh yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina - Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal tetapi lebih muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus. - Inti sel pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan merupakan ciri dari sel superfisial. Kondisi organ genitalia fase diestrus meliputi: a) Kondisi Ovarium: ovarium banyak folikel-folikel muda. b) Kondisi Uterus: dinding endometrium memiliki lapisan yang tipis, kelenjar uterina membesar, otot uterus menunjukkan peningkatan perkembangan. c) Kondisi Vagina: mukosa vagina pucat, lendirnya jarang dan lengket. Analisa Hasil Pengamatan : Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus diestrus pada apusan vagina (Ganond, 2003). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa. Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma. Perbesaran mikroskop yang digunakan kurang besar sehingga sehingga bagian-bagian kurang terlihat jelas, harus dibantu dengan gambar referensi.



Gambar Pengamatan Kel.3 warna Proestrus



Kelompok 3 Apus Vagina Fase Estrus Mus muculus Gambar Searching



1 2



Source : www.nature.com



& www.researchgate.net Keterangan: Keterangan: 1. Sel epitel normal dan berinti 1. Sel epitel tanpa inti 2. Inti sel 2. Sel epitel menanduk 3. Sitoplasma Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 3 ditemukan mencit (Mus muculus) dengan perbesaran 10x terlihat mencit mengalami fase estrus dengan ditandai sel epitel menanduk dan sel epitel tak berinti. Hasil pengamatan dengan perbesaran lemah sehingga bagian-bagian kurang jelas. Gambar referensi terlihat bagian-bagian dengan jelas. Pada preparat apusan vagina non warna, sel-sel epitel yang terlihat sedikit dan kurang begitu jelas, sedangkan pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas. Periode estrus adalah masa puncak keinginan untuk kawin ditandai dengan manifestasi birahi secara fisik. Dalam serviks jumlah lendir maupun jumlah sekresi lendir dalam tiap-tiap kelenjar lendir bertambah. Lendir ini bersifat transparan/tembus pandang, bening, dan dapat mengalir ke vagina serta vulva hingga secara nyata terlihat menggantung di ujung vulva. Pada fase estrus keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH. Fase ini terjadi selama 12 jam. Menurut Adnan (2006), fase estrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk yang sangat banyak dan beberapa sel-sel epitel dengan inti yang berdegenerasi. Fase estrus merupakan kelanjutan dari fase proestrus. Fase estrus ditandai dengan adanya perkembangan folikel dengan sekresi yang kuat dari hormon estrogen, dan sangat sedikit progesteron. Namun pada fase estrus ini akan diakhiri dengan terjadinya ovulasi atau pembentukan sel telur pada ovarium. Pada fase ini juga terjadi keratinisasi sel epitel atau epitel degenerasi. Sel epitel yang mengalami degenerasi ini akan terjadi pembentukan folikel yang baru untuk persiapan pasca terjadinya ovulasi. Fase estrus pada mencit ditandai dengan kondisi vagina mirip dengan pada saat fase proestrus, namun jaringannya berwarna pink lebih terang dan agak kasar. Selain itu juga ditandai oleh keinginan untuk kawin dilihat dari keadaaan tikus yang tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva, pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir perkembangan/terjadi dengan cepat (Tomi, 1990). Fase estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan keadaaan tikus tidak tenang, keluar lender dari dalam vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir perkembangan/terjadi dengan cepat. Estrus merupakan klimaks fase folikel, betina siap menerima jantan dan pada saat ini pula terjadi ovulasi. Produksi estrogen akan betambah dan terjadi ovulasi sehingga dinding mukosa uterus akan menggembung dan mengandung sel-sel darah. Sel-sel epitel menanduk merupakan indikator terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi leukosit semakin banyak menerobos lapisan mukosa vagina kemudian ke lumen. Selama masa lutel pada ovarium dengan pengaruh hormon progesteron dapat menekan pertumbuhan sel vagina (Chakraborty, 2013). Kondisi organ genitalia fase estrus : a) Kondisi Ovarium : terjadi ovulasi b) Kondisi Oviduk : menegang, berkontraksi,epitelnya matang, cilia aktif, sekresi cairan bertambah, ujung oviduk yang berfimbria merapat ke folikel de graff untuk menangkap ovum matang. c) Kondisi Uterus : dinding endometrium dergranular dan membengkak mencapai



ketebalan maksimal. d) Kondisi Vagina : mukosa vagina sangat menebal, sekresinya bertambah, epitel yang terkontraksi tanggal (Praptomo, 2009). Analisa Hasil Pengamatan : Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus estrus pada apusan vagina (Ganond, 2003). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa. Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma. Perbesaran mikroskop yang digunakan kurang besar sehingga sehingga bagian-bagian kurang terlihat jelas, harus dibantu dengan gambar referensi.



Kelompok 4 Apus Vagina Fase Proestrus Mus muculus Gambar Pengamatan Gambar Searching Kel. 4 warna proestrus



1



Kel.4 tanpa warna proestrus http://www.eastcentralvet.com/canine-estrouscycle.pml



2



Keterangan: 1. Sel epitel menanduk 2. Sel epitel tanpa inti



Keterangan: Sel epitel tanpa inti Sel epitel menanduk Sitoplasma Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1 ditemukan mencit (Mus muculus) dengan perbesaran 10x terlihat mengalami fase proestrus. Hasil pengamatan dengan perbesaran lemah sehingga bagian-bagian kurang jelas. Gambar referensi terlihat bagian-bagian dengan jelas. Pada preparat apusan vagina non warna, sel-sel epitel yang terlihat sedikit dan kurang begitu jelas, sedangkan pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas.



Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de graaf tumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang semakin bertambah. Menurut Adnan (2006) Estradiol meningkatkan jumlah suplai darah ke saluran alat kelamin dan meningkatkan perkembangan estrus, vagina, tuba fallopi, folikel ovarium. Fase yang pertama kali dari siklus estrus ini dianggap sebagai fase penumpukan atau pemantapan dimana folikel ovarium yang berisi ovum membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatam vaskularisasi dan pertumbuhan sel genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi (Tomi, 1990). Pada fase ini akan terlihat perubahan pada alat kelamin luar dan terjadi perubahan-perubahan tingkah laku dimana hewan betina gelisah dan sering mengeluarkan suara-suara yang tidak biasa terdengar (Chakraborty, 2013). Kondisi organ genitalia fase proestrus : h) Hewan talah menunjukkan tanda-tanda estrus namun belum bersedia melakukan kopulasi  Estrogen yang dihasilkan belum cukup i) Terjadi pertumbuhan folikel folikel de graf (FSH) j) Persiapan ovulasi k) Perkembangan pembuluh darah uterus dan oviduct l) Kelenjar-kelenjar endometrium tumbuh memanjang m) Cervix mulai rileks n) Kelenjar-kelenjar lendir dalam lumen servix mulai disekresi (Praptomo, 2009). Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus estrus pada apusan vagina (Ganond, 2003). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa. Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma.



Gambar Pengamatan Kel.3 tanpa warna



Kelompok 5 Apus Vagina Fase Metestrus Mus muculus Gambar Searching



1



Kel.3 warna



2 3



Source: www.nature.com & www.researchgate.net Keterangan: 1. Leukosit 2. Sel epitel menanduk 3. Inti sel epitel



Keterangan: 1. Sel epitel inti 2. Sel epitel menanduk 3. Sitoplasma 4. Leukosit Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 3 ditemukan mencit (Mus muculus) dengan perbesaran 10x terlihat mengalami fase metestrus terdiri dari sel epitel menanduk, inti sel leukosit, dan leukosit. Hasil pengamatan dengan perbesaran cukup kuat sehingga bagian-bagian kurang jelas namun dapat teramati. Gambar referensi terlihat bagian-bagian dengan jelas. Pada preparat apusan vagina non warna tidak didokumentasikan, sedangkan pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas. Metestrus adalah fase pasca ovulasi di mana corpus luteum berfungsi. Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya LTH (Luteotropik Hormon) yang disekresi oleh adenohipofisis. Selama periode ini terdapat penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari. Selama meteestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel mulai terisi dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut korpus hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum mulai berubah menjadi jaringan luteal, menghasilkan korpus luteum atau CL. Fase ini sebagian besar berada dibawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus. Karakteristik dari sel-sel parabasal adalah sebagai berikut : - Bentuknya bundar atau oval - Mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma



-



Sitoplasmanya biasanya tampak tebal Secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap (Syahrum, 1994) Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-sel superfisial dan selsel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut (Xiao, 2014): - Bentuk bundar atau oval - Bagian nucleus lebih besar dari sitoplasma - Bewarna gelap - Sitoplasma tampak tebal. Kondisi organ genitalia fase metestrus meliputi: a) Kondisi Ovarium: Ovariun nampak adanya korpus luteum yang mulai terdegenerasi (sudah mulai nampak). b) Kondisi Oviduk: Sekresi cairan menurun, silia kurang aktif. c) Kondisi Uterus: Uterus mengadakan persiapan untuk menerima ovum, epitelium pada uterus sangat hiperemis dan terjadi hemoragis kapiler sehingga terjadi perdarahan dinding endometrium meluruh. d) Kondisi Vagina: Jaringan vagina kering dan pucat, dinding vagina endometous (Praptomo, 2009). Analisa Hasil Pengamatan Preparat hasil apusan vagina mencit kelompok 5 terlihat adanya sel epitel menanduk dan berleukosit sehingga termasuk dalam fase metestrus. Fase ini ditandai dengan adanya sel-sel epitel yang mengalami kornifikasi dan memiliki leukosit (Adnan, 2006). Preparat yang tidak diberi pewarna tidak terlihat begitu jelas, sedangkan preparat yang diberi pewarna methylen blue terlihat jelas bagian-bagian. Pada preparat tanpa pewarna, sel-sel epitel epitel yang mengalami penandukan dan berleukosit sulit dibedakan karena kurang begitu jelas terlihat. Hal ini dikarenakan : - preparat apusan terlalu tipis dan tidak ada pewarnaan sehingga kontras warna kurang terlihat. - mikroskop yang digunakan untuk mengamati hanya dapat digunakan pada perbesaran lemah. Preparat apusan vagina mencit dengan pewarna methylen blue dapat dibedakan antara sel dan berinti dan sitoplasmanya. Zat pewarna bersifat asam mewarnai inti leukosit yang besar terhadap sitoplasma. Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus metestrus pada apusan vagina (Sagi, 1990). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa. Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma. Perbesaran mikroskop yang digunakan kurang besar sehingga bagian-bagian kurang terlihat jelas, harus dibantu dengan gambar referensi.



Kelompok 6 Apus Vagina Fase Proestrus Mus muculus



Gambar Pengamatan Kel. 6 warna proestrus



Gambar Searching



1



Kel.6 tanpa warna proestrus http://www.eastcentralvet.com/canine-estrouscycle.pml



2



Keterangan: Sel epitel menanduk Sel epitel tanpa inti



Keterangan: Sel epitel tanpa inti Sel epitel menanduk Sitoplasma Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1 ditemukan mencit (Mus muculus) dengan perbesaran 10x terlihat mengalami fase proestrus. Hasil pengamatan dengan perbesaran lemah sehingga bagian-bagian kurang jelas. Gambar referensi terlihat bagian-bagian dengan jelas. Pada preparat apusan vagina non warna, sel-sel epitel yang terlihat sedikit dan kurang begitu jelas, sedangkan pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas. Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de graaf tumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang semakin bertambah. Menurut Adnan (2006) Estradiol meningkatkan jumlah suplai darah ke saluran alat kelamin dan meningkatkan perkembangan estrus, vagina, tuba fallopi, folikel ovarium. Fase yang pertama kali dari siklus estrus ini dianggap sebagai fase penumpukan atau pemantapan dimana folikel ovarium yang berisi ovum membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatam vaskularisasi dan pertumbuhan sel genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi (Tomi, 1990). Pada fase ini akan terlihat perubahan pada alat kelamin luar dan terjadi perubahan-perubahan tingkah laku dimana hewan betina gelisah dan sering mengeluarkan suara-suara yang tidak biasa terdengar (Chakraborty, 2013). Kondisi organ genitalia fase proestrus : a) Hewan talah menunjukkan tanda-tanda estrus namun belum bersedia melakukan kopulasi  Estrogen yang dihasilkan belum cukup b) Terjadi pertumbuhan folikel folikel de graf (FSH) c) Persiapan ovulasi d) Perkembangan pembuluh darah uterus dan oviduct e) Kelenjar-kelenjar endometrium tumbuh memanjang



f) Cervix mulai rileks g) Kelenjar-kelenjar lendir dalam lumen servix mulai disekresi (Praptomo, 2009). Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus estrus pada apusan vagina (Ganond, 2003). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa. Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma.



Hormon Pengendali Siklus Estrus pada Mencit Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon reproduksi dari hipotalamus, hiposis anterior, dan ovari (Spornitz dkk, 1999). Hormon reproduksi yang berasal dari ovari adalah hormon steroid. Hormon steroid sangat berperan penting dalam pengendali siklus estrus. Hormon steroid merupakan lipid, turunan dari kolesterol, dan disekresikan oleh gonad, korteks adrenal, dan plasenta. Secara umum, fungsi hormon adalah mempertahankan keseimbangan atau homeostasis tubuh, membantu tubuh bereaksi secara tepat terhadap stres (bekerja sama dengan sistem saraf), mengatur pertumbuhan dan perkembangan tubuh, dan mengontrol perkembangan seksual dan reproduksi. Hormon steroid yang terlibat dalam siklus estrus yang dihasilkan oleh ovari, yaitu: a. Estrogen Estrogen adalah senyawa steroid yang berfungsi sebagai hormon reproduksi pada betina. Hormon tersebut bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan perkembangan vagina, uterus, dan organ penting untuk transportasi ovum, pematangan zigot, dan konsepsi implantasi zigot. Selain itu, hormon tersebut menyebabkan perkembangan dan memertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada tikus betina, seperti kelenjar mamae, dan juga terlibat dalam penebalan endometrium maupun dalam pengaturan siklus estrus. Estrogen memengaruhi distribusi pengendapan lemak pada tikus betina yang telah melewati masa pubertas (postadolescent). Oleh karena itu, kandungan estrogen jauh lebih tinggi dalam tubuh tikus betina yang berada pada usia subur (Hadley, 2000). Tiga jenis estrogen utama yang terdapat secara alami dalam tubuh betina adalah estron (E1), estradiol (E2), dan estriol (E3). Ketiga jenis estrogen tersebut dibuat dari androgen dengan bantuan enzim aromatase dalam tubuh. Estradiol dibuat dari testosteron, sedangkan estron dibuat dari androstenedion. Estron tersebut bersifat lebih lemah daripada estradiol (Hadley, 2000). b. Progesteron Progesteron adalah hormon steroid yang terlibat dalam siklus estrus dan kehamilan. Progesteron termasuk kelas hormon progestagen. Progesteron diproduksi oleh korpus luteum dalam ovarium setelah ovulasi dan dalam kelenjar adrenal yang terletak di dekat ginjal, serta di dalam plasenta selama kehamilan (Hadley, 2000). Progesteron bertanggung jawab mempersiapkan sistem reproduksi untuk implantasi zigot. Hal tersebut menunjukkan bahwa progesteron yang berada pada plasma preovulatori dapat memicu perilaku seksual pada beberapa spesies. Progesteron memiliki peranan



dominan dalam meregulasi siklus estrus (Hadley, 2000). Kadar progesteron dalam darah tikus pada awal siklus estrus kurang dari 5 ng/ml, setelah ovulasi kadarnya lebih dari 5 ng/ml (Cameron & Scarisbrick, 1973). VII.



Kesimpulan



1. Daur siklus estrus merupakan siklus reproduksi yang ditemui pada hewan betina yang tidak hamil dan berhubungan dengan organ-organ reproduksi. Pada mencit siklus estrus berlangsung 4-6 hari. 2. Sel apusan vagina menunjukkan fase-fase siklus estrus: a. Proestrus : sel epitel normal, mempunyai inti b. Estrus : sel epitel menanduk, ukuran besar, tidak mempunyai inti c. Metestrus : sel epitel menanduk dan ditemukan leukosit d. Diestrus : sel epitel berinti da nada leukosit 3. Pewarna methylen blue lebih mampu memulas sel epitel dan menghasilkan warna yang kontras antara inti sel (yang terwarna paling kuat) dan bagian-bagian yang lain dibandingkan pewarna methylen blue. Pewarna mampu memberikan hasil pewarnaan yang lebih baik karena merupakan pewarna dikromatik. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan zat warna yang digunakan sudah terlalu tua sehingga tidak mampu memulas dengan efektif lagi. 4. Berdasarkan hasil pengamatan apus vagina Mus muculus, yaitu : No 1



Fase Proestrus



2



Estrus



3



Metestrus



4



Diestrus



Keterangan Hasil Preparat teramati terlihat tidak ditemukan leukosti. Terlihat inti pada saat pewarnaan methylen blue dengan kelenjar mulai tampak. Folikel besar dengan cairan folikel, mitosis mulai aktif Pewarnaan methylen blue memiliki hasil lebih baik dalam mempresentasikan fase estrus dibandingkan non warna. Tidak ada leukosit, mitosis dan hidrasi maksimal, kelenjar mulai aktif Lapisan epitel berinti bagian luar digantikan oleh epitel menanduk, vulva terbuka Preparat terlihat sel epitel berkornifikasi, inti sel dan leukosit mulai tampak berinti. Hasil pengamatan menggunakan pewarna methylen blue untuk preparat sediaan agar mewarnai lebih jelas Preparat yang teramati terlihat sel epitel jelas karena sitoplasma lebih terang daripada inti sel epitel. Hasil pengamatan pewarna methylen blue terlihat leukosit jelas sehingga struktur sel secara jelas. Folikel mulai tumbuh cepat untuk ovulasi berikutnya



Kelompok 1,4 dan 6



3



5



2



VIII.



Daftar Pustaka Adnan. (2006). Reproduksi dan Embriologi Hewan. Makassar: Biologi FMIPA UNM Frandson, R.D. (1992). Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Chakraborty P, Roy SK. (2013). Expression of Estrogen Receptor a 36 (ESR36) in the Hamster Ovary throughout the Estrous Cycle: Effects of Gonadotropins. PLoS ONE 8(3): e58291. doi:10.1371/journal.pone.0058291 De Jong TR, Beiderbeck DI, Neumann ID. (2014) Measuring Virgin Female Aggression in the Female Intruder Test (FIT): Effects of Oxytocin, Estrous Cycle, and Anxiety. PLoS ONE 9(3): e91701. doi:10.1371/journal.pone.009170 Ganong, William F. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Gilbert, S.F. (1994). Developmental Biology 4th ed. Sianuer Associates inc Publisher, Massachusetts. Hadley, M.E. (2000). Endocrinology. Ed. Ke-5. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Hanson JL, Hurley LM. (2012). Female Presence and Estrous State Influence Mouse Ultrasonic Courtship Vocalizations. PLoS ONE 7(7): e40782. doi:10.1371/journal.pone.0040782 Praptomo, Dwi Waluyo. (2009). Laporan Praktikum Biologi Reproduksi. Malang: Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawujaya. Sagi, M. (1990). Embriologi Perbandingan pada Vertebrata. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Shearer, J. K. (2008). Reproductive Anatomy and Physiology of Dairy Cattle. University of Florida. Florida. Spornitz, et al. (1999). Estrous Stage Determination in Rats by Means of Scanning Electron Microscopic Images of Uterine Surface Epithelium. The Anatomical Record. 254: 116-126. Syahrum, H. M. (1994). Reproduksi dan Embriologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Tenser, Amy. (2005). Bahan Ajar: Strutur Hewan II. Malang : Dirjen Dikti. Tomi, Andria. (1990). Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta : Zoologi UGM Press. Xiao L, Zhang C, Li X, Gong S, Hu R, et al. (2014) Signaling Role of Prokineticin 2 on the Estrous Cycle of Female Mice. PLoS ONE 9(3): e90860. doi:10.1371/journal.pone.0090860



IX.



X.



Lampiran 1 lembar dokumentasi praktikum 1 lembar laporan sementara (log book) Lembar Pengesahan Surakarta, 25 April 2018 Asisten Praktikum,



Praktikan,



Muhammad Ikhsan K4315038