Learin Denica - Laporan Praktikum Teratologi Siklus Estrus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM A. Judul Siklus Estrus pada Mencit Betina (Mus musculus) B. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase pada siklus estrus mencit betina C. Dasar Teori Estrus adalah suatu siklus reproduksi yang ditemukan pada hewan betina yang tidak hamil. Siklus ini pada primates disebuk siklus mensturasi, yang mempunyai hubungan erat dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada organ reproduksi. Pada siklus ini dikenal adanya proestrus, estrus, meastrus, dan diestrus. Semua tingkatan ini dapat kita lihat dengan membuat apusan vagina (Endri, 2014) Pada dasarnya dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunya siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell, 2004). Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Paad saat estrus, vagina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan hewan laboratorium, umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina



1



disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahjwa kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006). Pada fase estrus, terlihat pengaruh estrogen dan dikarakteristikkan oleh sel kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan kornifikasi tampak sloughed off dan invasi leukosit terjadi. Selama diestrus, leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus, tanpa leukosit dan dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus terjadi dengan pengaruh hormon gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama fase ini dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari. Beberapa hewan mengeluarkan akibat penurunan tingkatan estrogen. Pada fase metestrus dimana uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari.Fase diestrus dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum dimana dalam memproduksi progesteron (Hill, 2006). Banyak hewan ketika berahi menjadi sangat aktif. Babi dan sapi pada saat berahi berjalan empat atau lima kali lebih banyak dibandingkan dengan sisa masa siklusnya. Aktifitas yang tinggi ini di sebabkan oleh estrogen. Tikus yang berada di dalam kandang berlari secara spontan jauh lebih banyak ketika berahi dibandingkan selama diestrus. Siklus estrus berhubungan erat dengan perubahan organ-organ reproduksi yang berlangsung pada hewan betina (Adnan, 2006). Perubahan-perubahan yang terjadi pada ovarium selama siklus estrus : 1. Selama tidak ada aktifitas seksual (diestrus) terlihat terlihat folikel kecil-kecil (folicle primer) 2. Sebelum estrus folikel_folikel ini akan menjadi besar tetapi akhirnya hanya satu yang berisi ovum matang.



2



3. Folikel yang berisi ovum matang ini akan pecah, telur keluar (ovulasi), saat disebut waktu estrus. 4. Kalau telur dibuahi, korpus luteum akan dipertahankan selama kehamilan dan siklus berhenti sampai bayi lahir dan selesai disusui. 5. Kalau telur tidak dibuahi, korpus luteum akan berdegenerasi, folikel baru akan tumbuh lagi, siklus diulangi (Vilee, 1989). Kemungkinan fertilisasi semakin besar diperbesar pada sejumlah spesies mamalia (tetapi pada manusia tidak), dengan menimbulkan birahi (estrus) pada betina dan hanya mau kawin ketika mendekati waktu ovulasi. Banyak hewan ketika berahi menjadi sangat aktif. Babi dan sapi pada saat berahi berjalan empat atau lima kali lebih banyak dibandingkan dengan sisa masa siklusnya. Aktifitas yang tinggi ini di sebabkan oleh estrogen (Adnan, 2006). Semua mamalia mengalami penebalan endometrium sebelum ovulasi, namun hanya manusia dan perimata yang memiliki siklus estrus. Mamalia lain memiliki siklis estrus, yang juka tidak terjadi kehamilan, uterus mereabsopsi endometrium sehingga tidak terjadi aliran cairan ektensif. Sementara perempuan bisa terlibat aktivitas seksual kapan pun dalam iklus mensturasi, mamalia dengan siklus esterus biasanya hanya berkopulasi selama priode di sekitar ovulasi. Priode akivitas seksual ini, disebut estrus( dari kata latin estrus, tergila- gila gairah), adalas satusatunya masa betina resesif terhadap perkawinan. Etrus terhadang disebut hear (panas atau birahi), dan memang, suhu tubuh betina sedikit meningkat dari biasanya (Campbell, 2008). Jika ovum tidak dibuahi, maka menjelang aktivitas fase sekretoris hormone estrogen dan proges teron mangkin meningkat. Konsrentasi yang tinggi dari kedua hormone tersebut memberikan umpan balik negative bagi hipotalamus, sehingga produksi hormon GnRH ditekan dan mengakibatkan penurunan produksi hormon FSH dan LH. Pada waktu LH berkurang, maka korpus luteum yang membutuhkan LH untuk berfungsi muli bergenerasi dan berubah menjadi korpus albikans. Hal ini mengakibatkan penurunan konsenterasi hormon estrogen dan progesterone. Karena



3



progesterone berfungsi mempertahankan fase sekretoris kebutuhan tebalnya endometrium, maka pada waktu konsentrasi hormon progesterone menurun tajam, stratum kompaktum dan stratum spongiosum mengalami erosi. Pembuluh darah terpotong, sehingga terjadi pendarahan (Ferial, 2013). Sirkulasi demi sirkulasi, pematangan dan pelepasan sel-sel telur dari ovarium berintegrasi denagn perubahan dalam uterus, organ yang harus mengakomodasi embrio jika sel telur terfertilisasi. Jika embrio belum tertanam di endometrium pada akhir fase sekresi siklus uterus, aliran menstuasi akan berlangsung menandai awal sirkulasi berikutnya. Sekitar 70% perempuan di usia reproduktif menderita endometriosis, suatu kelainan dengan beberapa sel lapisan uterus yang bermigrasi ke suatu lokasi aabdomn yang abnormal atau ektopik. Setelah bermigrasi ke suatu lokasi seperti oviduk, ovarium, atau usus besar, jaringan estopic masih merespon rangsangan oleh hormon-hormon di dalam darah. Seperti endokrium uterus, jaringan ektopik membengkak dan pecah pada setiap siklus ovarium, mengakibatkan nyeri pinggul dan pendarahan pada abdomen (Campbell, 2008).



4



D. Alat dan Bahan Alat: 1. Mikroskop 2. Objek glass 3. Cotton bud/ pipet tetes Bahan: 1. Mencit (Mus muculus) betina 2. Pewarna Metilen Blue



5



E. Prosedur Kerja Siklus reproduksi mencit Memegang bagian ventral mencit, kemudian mengusap vagina mencit menggunakan cutton bud yang telah dibasahi air, lalu mengolekannya pada permukaan kaca objek. Mengulangi langkah tersebut sebanyak 2 kali pengulangan hingga mendapatka 2 hasil apusan vagina. Menunggu apusan kering, lalu meneteskan pewarna metilen blue pada apusan vagina yang pertama selama 35 menit. Mencuci apusan vagina yang telah diberi pewarna dengan aquades secara perlahan-lahan, kemudian membiarkannya kering. Mengamati hasil apusan vagina mencit di bawah mikroskop.



6



F. Hasil Pengamatan No 1



Gambar



Nama Siklus Estrus



warna



Perbesaran 10X 2



warna



Metestrus



Perbesaran 20X 3



tanpa warna



Perbesaran 4X



7



Metestrus



warna



Perbesaran 4X 4



warna



Estrus



Perbesaran 4X 5



warna



Perbesaran 4X



8



Diestrus



G. Pembahasan Praktikum ini bertujuan dapat membedakan sel-sel hasil apusan vagina dan menentukan tahapan siklus estrus yang sedang dialami hewan betina dewasa (mencit). Metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui fase estrus pada mencit dengan metode Vaginal Smear. Metode ini menggunakan sel epitel dan leukosit sebagai bahan identifikasi. Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukan vagina, sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Leukosit merupakan sel antibodi yang terdapat di seluruh bagian individu. Leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan leukosit berbentuk bulat berinti (Tomi, 1990). Siklus estrus dibedakan dalam 2 fase, yaitu fase folikular dan fase luteal. Fase folikular adalah fase pembentukan folikel sampai masak, sedangkan fase luteal adalah fase setelah ovulasi, kemudian terbentuk korpus luteum dan sampai pada dimulainya siklus (Spornitz, et al., 1999). Fase-fase pada siklus estrus diantaranya adalah estrus, metestrus, diestrus, dan proestrus. Periodeperiode tersebut terjadi dalam satu siklus dan serangkaiannya, kecuali pada saat fase anestrus yang terjadi pada saat musim kawin. Berikut ini penjelasan masing–masing fase birahi pada siklus estrus menurut Frandson (1992): a. Fase Proestrus Produksi estrogen meningkat di bawah stimulasi FSH (Folicle Stimulating Hormon) dan adenohipofisis pituitary dan LH (Luteinizing Hormon) ovari yang menyebabkan meningkatnya perkembangan uterus, vagina, oviduk, dan volikel ovari. Fase yang pertama (proestrus) dari siklus estrus dianggap sebagai fase penumpukan. Fase proestrus ini folikel ovary dengan ovumnya yang menempel membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi hormon–hormone estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel kedalam aliran darah merangsang penaikan vesikularitas dan pertumbuhansel genitalia tubular dalam persiapan untuk birahi dan 9



kebuntingan yang akan terjadi. Menurut Adnan (2006), fase proestrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti berbentuk bulat dan leukosit tidak ada atau sangat sedikit. b. Fase Estrus Fase estrus adalah tahap penerimaan seksual pada hewan betina, yang terutama ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen. Setelah periode itu terjadilah ovulasi, ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan peningkatan tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi folikel membesar dan mengalami turgid, serta ovum yang mengalami pemasakan. Estrus berakhir kira–kira pada saat pecahnya folikel ovary atau terjadinya ovulasi. Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah mulai gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar. Fase ini terjadi selama 12 jam. Menurut Adnan (2006), fase estrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk yang sangat banyak dan beberapa sel-sel epitel dengan inti yang berdegenerasi. Tahap Estrus adalah tahap dimana folikel sudah matang dan siap berovulasi.



Tidak terlihat sel leukosit. Lebih banyak sel epitel yang



terkornifikasi dan beberapa sel epitel berinti. Fase estrus dapat terlihat dari perilaku mencit dan morfologi vagina mencit. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari



perhatian kepada mencit jantan (Chakraborti,



2013). c. Fase Metestrus Fase metestrus adalah fase setelah ovulasi dimana korpus luteum mulai berfungsi. Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjang waktu LTH (Lutetropik Hormon) disekresi adenohipofisis. Selama periode ini terdapat penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini hormone yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum. Menurut Adnan (2006), fase metestrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk dan leukosit yang banyak. d. Fase Diestrus



10



Fase diestrus adalah tahap yang relatif pendek antara siklus estrus pada hewan-hewan yang tergolong poliestrus. Selama fase disetrus corpus luteum bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan LH. Jika betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju ovarium. Tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski kandungannya sangat sedikit. Menurut Adnan (2006), fase diestrus ditandai adanya sel-sel epitel berinti dalam jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat banyak. Mencit merupakan poliestrus dengan ovulasi terjadi secara spontan. Pada hewan seperti mencit mengalami siklus estrus selama 4-5 hari (Frandson, 1992). Siklus estrus pada mencit ditandai dengan masa berahi atau estrus. Siklus estrus dari tiap hewan betina dipengaruhi oleh banyak faktor seperti menyusui, produksi susu, kondisi tubuh dan nutrisi.



Gambar Pengamatan warna Estrus



1 Apus Vagina Fase Estrus Mus muculus Gambar Searching



1



tanpa warna Estrus



Source : www.nature.com & www.researchgate.net 2



11



Keterangan: 1. Sel epitel menanduk 2. Sel epitel tanpa inti



Keterangan: 1. Sel epitel tanpa inti 2. Sel epitel menanduk 3. Sitoplasma



Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1 ditemukan mencit (Mus muculus) dengan perbesaran 10x terlihat mengalami fase estrus terdiri dari sel epitel menanduk dan sel epitel tak berinti. Hasil pengamatan dengan perbesaran lemah sehingga bagian-bagian kurang jelas. Gambar referensi terlihat bagian-bagian dengan jelas. Pada preparat apusan vagina non warna, sel-sel epitel yang terlihat sedikit dan kurang begitu jelas, sedangkan pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas. Fase estrus adalah tahap penerimaan seksual pada hewan betina ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen. Selama atau segera setelah periode itu terjadilah ovulasi, ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan peningkatan tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi folikel membesar dan mengalami turgid, serta ovum yang mengalami pemasakan. Estrus berakhir kira –kira pada saat pecahnya folikel ovary atau terjadinya ovulasi. Fase ini terjadi selama 12 jam. Menurut Adnan (2006), fase estrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk yang sangat banyak dan beberapa sel-sel epitel dengan inti yang berdegenerasi. Fase estrus merupakan kelanjutan dari fase proestrus. Fase estrus ditandai dengan adanya perkembangan folikel dengan sekresi yang kuat dari hormon estrogen, dan sangat sedikit progesteron. Namun pada fase estrus ini akan diakhiri dengan terjadinya ovulasi atau pembentukan sel telur pada ovarium. Pada fase ini juga terjadi keratinisasi sel epitel atau epitel degenerasi. Sel epitel yang mengalami degenerasi ini akan terjadi pembentukan folikel yang baru untuk persiapan pasca terjadinya ovulasi. Fase estrus pada mencit ditandai dengan kondisi vagina mirip dengan pada saat fase proestrus, namun jaringannya berwarna pink lebih terang dan agak kasar. Selain itu juga ditandai oleh keinginan untuk kawin dilihat dari keadaaan tikus yang tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva, pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal,



12



ovulasi



terjadi



dengan



cepat,



dan



sel-sel



epitelnya



mengalami



akhir



perkembangan/terjadi dengan cepat (Tomi, 1990). Estrus merupakan klimaks fase folikel, betina siap menerima jantan dan pada saat ini pula terjadi ovulasi. Produksi estrogen akan betambah dan terjadi ovulasi sehingga dinding mukosa uterus akan menggembung dan mengandung sel-sel darah. Sel-sel epitel menanduk merupakan indikator terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi leukosit semakin banyak menerobos lapisan mukosa vagina kemudian ke lumen. Selama masa lutel pada ovarium dengan pengaruh hormon progesteron dapat menekan pertumbuhan sel vagina (Chakraborty, 2013). Kondisi organ genitalia fase estrus : a) Kondisi Ovarium : terjadi ovulasi b) Kondisi Oviduk : menegang, berkontraksi,epitelnya matang, cilia aktif, sekresi cairan bertambah, ujung oviduk yang berfimbria merapat ke folikel de graff untuk menangkap ovum matang. c) Kondisi Uterus : dinding endometrium dergranular dan membengkak mencapai ketebalan maksimal. d) Kondisi Vagina : mukosa vagina sangat menebal, sekresinya bertambah, epitel yang terkontraksi tanggal (Praptomo, 2009). Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus estrus pada apusan vagina (Ganond, 2003). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa. Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma. 2 Apus Vagina Fase Metestrus Mus muculus Gambar Pengamatan Gambar Searching warna 3



13



1



2



Source: www.nature.com & www.researchgate.net Keterangan: Keterangan: 1. Leukosit 1. Sel epitel inti 2. Sel epitel menanduk 2. Sel epitel menanduk 3. Inti sel epitel leukosit 3. Sitoplasma 4. Leukosit Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 2 ditemukan mencit (Mus muculus) dengan perbesaran 20x terlihat mengalami fase metestrus terdiri dari sel epitel menanduk, inti sel leukosit, dan leukosit. Hasil pengamatan dengan perbesaran cukup kuat sehingga bagian-bagian kurang jelas namun dapat teramati. Gambar referensi terlihat bagian-bagian dengan jelas. Pada preparat apusan vagina non warna tidak didokumentasikan, sedangkan pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas. Mesoestrus atau met-estrus adalah perpanjangan dari fase estrus.Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding. Pada fase metestrus, histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga dapat diamati. Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus. Karakteristik dari sel-sel parabasal adalah sebagai berikut : -



Bentuknya bundar atau oval



14



-



Mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma



-



Sitoplasmanya biasanya tampak tebal



-



Secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap (Syahrum, 1994) Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-sel



superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut (Xiao, 2014): -



Bentuk bundar atau oval



-



Bagian nucleus lebih besar dari sitoplasma



-



Bewarna gelap



-



Sitoplasma tampak tebal. Kondisi organ genitalia fase metestrus meliputi:



a) Kondisi Ovarium: Ovariun nampak adanya korpus luteum yang mulai terdegenerasi (sudah mulai nampak) b) Kondisi Oviduk: Sekresi cairan menurun, silia kurang aktif. c) Kondisi Uterus: Uterus mengadakan persiapan untuk menerima ovum, epitelium pada uterus sangat hiperemis dan terjadi hemoragis kapiler sehingga terjadi perdarahan dinding endometrium meluruh d) Kondisi Vagina: Jaringan vagina kering dan pucat, dinding vagina endometous (Praptomo, 2009). Analisa Hasil Pengamatan Preparat hasil apusan vagina mencit kelompok 2 terlihat adanya sel epitel menanduk dan berleukosit sehingga termasuk dalam fase metestrus. Fase ini ditandai dengan adanya sel-sel epitel yang mengalami kornifikasi dan memiliki leukosit (Adnan, 2006). Preparat yang tidak diberi pewarna tidak terlihat begitu jelas, sedangkan preparat yang diberi pewarna methylen blue terlihat jelas bagianbagian. Pada preparat tanpa pewarna, sel-sel epitel epitel yang mengalami penandukan dan berleukosit sulit dibedakan karena kurang begitu jelas terlihat. Hal ini dikarenakan : -



preparat apusan terlalu tipis dan tidak ada pewarnaan sehingga kontras warna kurang terlihat.



15



-



mikroskop yang digunakan untuk mengamati hanya dapat digunakan pada perbesaran lemah. Preparat apusan vagina mencit dengan pewarna methylen blue dapat



dibedakan antara sel dan berinti dan sitoplasmanya. Zat pewarna bersifat asam mewarnai inti leukosit yang besar terhadap sitoplasma. Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus metestrus pada apusan vagina (Sagi, 1990). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa. Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma. Perbesaran mikroskop yang digunakan kurang besar sehingga sehingga bagian-bagian kurang terlihat jelas, harus dibantu dengan gambar referensi.



Gambar Pengamatan Kel.3 tanpa warna



3 Apus Vagina Fase Metestrus Mus muculus Gambar Searching



1



Kel.3 warna



2 3



Source: www.nature.com & www.researchgate.net Keterangan: 1. Leukosit 2. Sel epitel menanduk



Keterangan: 1. Sel epitel inti 2. Sel epitel menanduk



16



3. Inti sel epitel



3. Sitoplasma 4. Leukosit Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 3 ditemukan mencit (Mus muculus)



dengan perbesaran 4x terlihat mengalami fase metestrus terdiri dari sel epitel menanduk, inti sel leukosit, dan leukosit. Hasil pengamatan dengan perbesaran cukup kuat sehingga bagian-bagian kurang jelas namun dapat teramati. Gambar referensi terlihat bagian-bagian dengan jelas. Pada preparat apusan vagina non warna tidak didokumentasikan, sedangkan pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas. Mesoestrus atau met-estrus adalah perpanjangan dari fase estrus.Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding. Pada fase metestrus, histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga dapat diamati. Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus. Karakteristik dari sel-sel parabasal adalah sebagai berikut : -



Bentuknya bundar atau oval



-



Mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma



-



Sitoplasmanya biasanya tampak tebal



-



Secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap (Syahrum, 1994) Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-sel



superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut (Xiao, 2014): -



Bentuk bundar atau oval



-



Bagian nucleus lebih besar dari sitoplasma



-



Bewarna gelap



-



Sitoplasma tampak tebal. Kondisi organ genitalia fase metestrus meliputi:



a) Kondisi Ovarium: Ovariun nampak adanya korpus luteum yang mulai terdegenerasi (sudah mulai nampak). b) Kondisi Oviduk: Sekresi cairan menurun, silia kurang aktif. 17



c) Kondisi Uterus: Uterus mengadakan persiapan untuk menerima ovum, epitelium pada uterus sangat hiperemis dan terjadi hemoragis kapiler sehingga terjadi perdarahan dinding endometrium meluruh. d) Kondisi Vagina: Jaringan vagina kering dan pucat, dinding vagina endometous (Praptomo, 2009). Analisa Hasil Pengamatan Preparat hasil apusan vagina mencit kelompok 3 terlihat adanya sel epitel menanduk dan berleukosit sehingga termasuk dalam fase metestrus. Fase ini ditandai dengan adanya sel-sel epitel yang mengalami kornifikasi dan memiliki leukosit (Adnan, 2006). Preparat yang tidak diberi pewarna tidak terlihat begitu jelas, sedangkan preparat yang diberi pewarna methylen blue terlihat jelas bagianbagian. Pada preparat tanpa pewarna, sel-sel epitel epitel yang mengalami penandukan dan berleukosit sulit dibedakan karena kurang begitu jelas terlihat. Hal ini dikarenakan : -



preparat apusan terlalu tipis dan tidak ada pewarnaan sehingga kontras warna kurang terlihat.



-



mikroskop yang digunakan untuk mengamati hanya dapat digunakan pada perbesaran lemah.



Preparat apusan vagina mencit dengan pewarna methylen blue dapat dibedakan antara sel dan berinti dan sitoplasmanya. Zat pewarna bersifat asam mewarnai inti leukosit yang besar terhadap sitoplasma. Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus metestrus pada apusan vagina (Sagi, 1990). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa. Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma. Perbesaran mikroskop yang digunakan kurang besar sehingga bagian-bagian kurang terlihat jelas, harus dibantu dengan gambar referensi.



18



Gambar Pengamatan Kel.4 warna Proestrus



Kelompok 4 Apus Vagina Fase Estrus Mus muculus Gambar Searching



1 2



Source : www.nature.com & www.researchgate.net Keterangan: Keterangan: 1. Sel epitel normal dan berinti 1. Sel epitel tanpa inti 2. Inti sel 2. Sel epitel menanduk 3. Sitoplasma Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 4 ditemukan mencit (Mus muculus) dengan perbesaran 10x terlihat mengalami fase estrus terdiri dari sel epitel menanduk dan sel epitel tak berinti. Hasil pengamatan dengan perbesaran lemah sehingga bagian-bagian kurang jelas. Gambar referensi terlihat bagian-bagian dengan jelas. Pada preparat apusan vagina non warna, sel-sel epitel yang terlihat sedikit dan kurang begitu jelas, sedangkan pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas. Fase estrus adalah tahap penerimaan seksual pada hewan betina ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen. Selama atau segera setelah periode itu terjadilah ovulasi, ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan peningkatan tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi folikel membesar dan mengalami turgid, serta ovum yang mengalami pemasakan. Estrus berakhir kira –kira pada saat pecahnya



19



folikel ovary atau terjadinya ovulasi. Fase ini terjadi selama 12 jam. Menurut Adnan (2006), fase estrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk yang sangat banyak dan beberapa sel-sel epitel dengan inti yang berdegenerasi. Fase estrus merupakan kelanjutan dari fase proestrus. Fase estrus ditandai dengan adanya perkembangan folikel dengan sekresi yang kuat dari hormon estrogen, dan sangat sedikit progesteron. Namun pada fase estrus ini akan diakhiri dengan terjadinya ovulasi atau pembentukan sel telur pada ovarium. Pada fase ini juga terjadi keratinisasi sel epitel atau epitel degenerasi. Sel epitel yang mengalami degenerasi ini akan terjadi pembentukan folikel yang baru untuk persiapan pasca terjadinya ovulasi. Fase estrus pada mencit ditandai dengan kondisi vagina mirip dengan pada saat fase proestrus, namun jaringannya berwarna pink lebih terang dan agak kasar. Selain itu juga ditandai oleh keinginan untuk kawin dilihat dari keadaaan tikus yang tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva, pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi



terjadi



dengan



cepat,



dan



sel-sel



epitelnya



mengalami



akhir



perkembangan/terjadi dengan cepat (Tomi, 1990). Estrus merupakan klimaks fase folikel, betina siap menerima jantan dan pada saat ini pula terjadi ovulasi. Produksi estrogen akan betambah dan terjadi ovulasi sehingga dinding mukosa uterus akan menggembung dan mengandung sel-sel darah. Sel-sel epitel menanduk merupakan indikator terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi leukosit semakin banyak menerobos lapisan mukosa vagina kemudian ke lumen. Selama masa lutel pada ovarium dengan pengaruh hormon progesteron dapat menekan pertumbuhan sel vagina (Chakraborty, 2013). Kondisi organ genitalia fase estrus : e) Kondisi Ovarium : terjadi ovulasi f) Kondisi Oviduk : menegang, berkontraksi,epitelnya matang, cilia aktif, sekresi cairan bertambah, ujung oviduk yang berfimbria merapat ke folikel de graff untuk menangkap ovum matang.



20



g) Kondisi Uterus : dinding endometrium dergranular dan membengkak mencapai ketebalan maksimal. h) Kondisi Vagina : mukosa vagina sangat menebal, sekresinya bertambah, epitel yang terkontraksi tanggal (Praptomo, 2009).



Analisa Hasil Pengamatan : Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus estrus pada apusan vagina (Ganond, 2003). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa. Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma. Perbesaran mikroskop yang digunakan kurang besar sehingga sehingga bagian-bagian kurang terlihat jelas, harus dibantu dengan gambar referensi.



Gambar Pengamatan Kel 5. Warna



Kelompok 5 Apus Vagina Fase Diestrus Mus muculus Gambar Searching



1



2



Keterangan: 1. Sel epitel menanduk



Source: www.nature.com & www.researchgate.net Keterangan: 1. Sel epitel menanduk



21



2. Leukosit 3. Sitoplasma 4. Inti sel



2. Leukosit 3. Sitoplasma 4. Inti sel Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 5 ditemukan mencit (Mus muculus)



dengan perbesaran 10x terlihat mengalami fase diestrus terdiri dari sel epitel menanduk, leukosit, sitoplasma, berinti. Hasil pengamatan dengan perbesaran lemah 10x sehingga bagian-bagian kurang jelas. Gambar referensi terlihat bagianbagian dengan jelas. Pada preparat apusan vagina non warna, sel-sel epitel yang terlihat sedikit dan kurang begitu jelas, sedangkan pada preparat apusan vagina dengan pewarna metilen blue, sel epitel terlihat lebih jelas. Fase diestrus merupakan fase terakhir dalam siklus estrus yang terjadi selama 2-2,5 hari yang ditandai tidak adanya kehamilan, tidak adanya aktivitas kawin dan hewan menjadi tenang. Dalam periode permulaan dari diestrus, endometrium masih masih memperlihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok (Partodihardjo, 1992). Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski kandungannya sangat sedikit. Pada fase ini corpus luteum berkembang dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari progesteron (hormon yang dihasilkan dari corpus luteum) tampak dengan jelas pada dinding uterus serta folikel-folikel kecil dengan corpus luteum pada vagina lebih besar dari ovulasi sebelumnya. Selama fase diestrus corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan LH melalui kontrol umpan balik negatif dari hypothalamus dan anterior pituitary. Progesteron juga menghambat perilaku estrus. Diharapkan pada kondisi kehamilan , konsentrasi progesterone yang tinggi menghambat pelepasan hormon gonadotropin sebaik menghambat perilaku estrus penigkatan kecil pada LH yang terjadi selama fase diestrus merupakan faktor untuk mempertahankan fungsi corpus luteum. Pada pertengahan fase diestrus meningkatkan pertumbuhan folikel dan estrogen, yang dididahului dengan menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan perubahan kecil jika dibandingkan pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari



22



uterus dan dibawa menuju ovary (Tenser, 2005). Menurut Adnan (2006) Fase diestrus, yaitu fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti dalam jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat banyak. Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan dari proses perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah penjelasan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan histologi sel epitel vagina : -



Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak lengkap.



-



Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak pada bagian tubuh yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina



-



Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal tetapi lebih muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus.



-



Inti sel pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan merupakan ciri dari sel superfisial. Kondisi organ genitalia fase diestrus meliputi:



a)



Kondisi Ovarium: ovarium banyak folikel-folikel muda.



b) Kondisi Uterus: dinding endometrium memiliki lapisan yang tipis, kelenjar uterina membesar, otot uterus menunjukkan peningkatan perkembangan. c)



Kondisi Vagina: mukosa vagina pucat, lendirnya jarang dan lengket. Analisa Hasil Pengamatan : Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus



diestrus pada apusan vagina (Ganond, 2003). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa. Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma. Perbesaran mikroskop yang digunakan kurang besar sehingga sehingga bagianbagian kurang terlihat jelas, harus dibantu dengan gambar referensi.



23



H. Kesimpulan 1. Daur siklus estrus merupakan siklus reproduksi yang ditemui pada hewan betina yang tidak hamil dan berhubungan dengan organ-organ reproduksi. Pada mencit siklus estrus berlangsung 4-6 hari. 2. Sel apusan vagina menunjukkan fase-fase siklus estrus: a. Proestrus



: sel epitel normal, mempunyai inti



b. Estrus



: sel epitel menanduk, ukuran besar, tidak mempunyai inti



c. Metestrus



: sel epitel menanduk dan ditemukan leukosit



d. Diestrus



: sel epitel berinti da nada leukosit



3. Perbandingan preparat yang diwarnai dengan methylen blue dengan nonwarna adalah pada kejelasan preparat yang diamati di bawah mikroskop. Untuk preparat yang diberi pewarna, baik itu methylen blue struktur epitel vagina mencit terlihat lebih jelas dibandingkan dengan preparat non-warna. Perbesaran mikroskop yang digunakan kurang besar sehingga sehingga bagian-bagian kurang terlihat jelas, harus dibantu dengan gambar referensi. 4. Pewarna methylen blue lebih mampu memulas sel epitel dan menghasilkan warna yang kontras antara inti sel (yang terwarna paling kuat) dan bagianbagian yang lain dibandingkan pewarna methylen blue. Pewarna mampu memberikan hasil pewarnaan yang lebih baik karena merupakan pewarna dikromatik. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan zat warna yang digunakan sudah terlalu tua sehingga tidak mampu memulas dengan efektif lagi. 5. Berdasarkan hasil pengamatan apus vagina Mus muculus, yaitu : No 1



Fase Proestrus



2



Estrus



Keterangan Hasil Preparat teramati terlihat tidak ditemukan leukosti. Terlihat inti pada saat pewarnaan methylen blue dengan kelenjar mulai tampak. Folikel besar dengan cairan folikel, mitosis mulai aktif Pewarnaan methylen blue memiliki hasil lebih baik dalam mempresentasikan fase estrus dibandingkan non warna. Tidak ada leukosit, mitosis dan hidrasi maksimal, kelenjar mulai aktif



24



Kelompok Tidak ditemukan



1 dan 4



3



Metestrus



4



Diestrus



Lapisan epitel berinti bagian luar digantikan oleh epitel menanduk, vulva terbuka Preparat terlihat sel epitel berkornifikasi, inti sel dan leukosit mulai tampak berinti. Hasil pengamatan menggunakan pewarna methylen blue untuk preparat sediaan agar mewarnai lebih jelas Preparat yang teramati terlihat sel epitel jelas karena sitoplasma lebih terang daripada inti sel epitel. Hasil pengamatan pewarna methylen blue terlihat leukosit jelas sehingga struktur sel secara jelas. Folikel mulai tumbuh cepat untuk ovulasi berikutnya



25



2 dan 3



5



DAFTAR PUSTAKA Adnan. 2006. Reproduksi dan Embriologi Hewan. Makassar: Biologi FMIPA UNM Campbell, N. A.2004. BiologiEdisike 5 Jilid III. Erlangga: Jakarta Campbell.2008. Biologi Edisi Ke 8 Jilid III. Erlangga: Jakarta Chakraborty P, Roy SK. 2013. Expression of Estrogen Receptor a 36 (ESR36) in the Hamster Ovary throughout the Estrous Cycle: Effects of Gonadotropins. PLoS ONE 8(3): e58291. doi:10.1371/journal.pone.0058291 De Jong TR, Beiderbeck DI, Neumann ID. 2014 Measuring Virgin Female Aggression in the Female Intruder Test (FIT): Effects of Oxytocin, Estrous Cycle, and Anxiety. PLoS ONE 9(3): e91701. doi:10.1371/journal.pone.009170 Eddiman W, Ferial.2013. Biologi Reproduksi. Erlangga: Jakarta Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Gilbert, S.F. 1994. Developmental Biology 4th ed. Sianuer Associates inc Publisher, Massachusetts. Hadley, M.E. 2000. Endocrinology. Ed. Ke-5. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Hanson JL, Hurley LM. 2012. Female Presence and Estrous State Influence Mouse Ultrasonic Courtship Vocalizations. PLoS ONE 7(7): e40782. doi:10.1371/journal.pone.0040782 Praptomo, Dwi Waluyo. 2009. Laporan Praktikum Biologi Reproduksi. Malang: Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawujaya. Sagi, M. 1990. Embriologi Perbandingan pada Vertebrata. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Shearer, J. K. 2008. Reproductive Anatomy and Physiology of Dairy Cattle. University of Florida. Florida. Slamet, Adeng, Santoso, Lucia Maria, Riyanto, 2000. Perkembangan Hewan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. UNSRI: Indralaya



26



Spornitz, et al. 1999. Estrous Stage Determination in Rats by Means of Scanning Electron Microscopic Images of Uterine Surface Epithelium. The Anatomical Record. 254: 116-126. Sukra, Yuhara, 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio Benih Masa Depan. DIRJEN: Jakarta Syahrum, H. M. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Tenser, Amy. 2005. Bahan Ajar: Strutur Hewan II. Malang : Dirjen Dikti. Tomi, Andria. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta : Zoologi UGM Press. Xiao L, Zhang C, Li X, Gong S, Hu R, et al. 2014 Signaling Role of Prokineticin 2 on the Estrous Cycle of Female Mice. PLoS ONE 9(3): e90860. doi:10.1371/journal.pone.0090860



27