LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA SIKLUS LALAT BUAH Sndi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI



GENETIKA Siklus Hidup Drosophila melanogaster



OLEH : Sindi Lestari Sebayang 4163341054



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2018/2019



A. Tujuan 1. Untuk mengetahui fase-fase dalam siklus hidup Drosophila melanogaster 2. Untuk mengetahui



lama masing-masing fase dalam siklus hidup Drosophila



melanogaster



B. Teori Dasar Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di buahbuahan busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku hewan. Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror, 1992): Kingdom Phyllum Kelas Ordo Famili Genus Spesies



Animalia Arthropoda Insecta Diptera Drosophilidae Drosophila Drosophila melanogaster



D. melanogaster merupakan objek yang sering digunakan dalam penelitian Genetika dan ilmu biologi lainnya karena mudah dikembangbiakkan dan juga mudah didapatkan di alam bebas. D.melanogaster biasanya ditemukan pada buah-buahan yang sudah ranum. Hal ini dikarenakan makanan lalat buah adalah jamur yang tumbuh pada buah. Biasanya untuk melakukan pengamatan tentang D.melanogaster dibuat sebuah medium sebagai tempat pemeliharaan D.melanogaster tersebut yang dapat memudahkan melakukan pengamatan tentang lalat buah khususnya mengenai siklus lalat buah. Karena tanpa suatu medium, setiap fase pada siklus hidup D. melanogaster sulit diamati. D. melanogaster merupakan salah satu hewan yang sering digunakan sebagai model percobaan genetika sejak tahun 1910-an. D. melanogaster berasal dari filum Arthropoda, kelas Insekta, dan Ordo Diptera. Spesies ini di Indonesia dikenal sebagai lalat buah yaitu jenis lalat yang dapat ditemui di sekitar buah-buahan yang sudah mulai membusuk. Selain itu, lalat buah ini termasuk pada sub-ordo Cyclophorpha, pengelompokkan lalat yang pada pupanya terdapat kulit instar 3, dan termasuk dalam seri Acaliptra (imago menetas dan keluar dari bagian interior pupanya). Lalat buah yang sering ditemukan di Indonesia dan Asia adalah lalat ananasae, kikawai, malerkotliana, repleta, hypocausta, dan imigran (Yatim, 1996). D. melanogaster,sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya dan merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. D. melanogaster merupakan serangga yang mudah



berkembang biak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan keturunan, dan generasi yang baru dapat dikembangkan setiap dua minggu. Karasteristik ini menunjukkan lalat buah organisme yang cocok sekali untuk kajian-kajian genetik (Campbell, 2002). Adapun ciri umum dari Drosophila melanogaster diantaranya, warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang, berukuran kecil, antara 35 mm, urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya, sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan, mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah, terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk. Kepala berbentuk elips, thorax berbulu- bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam, sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax (Ashburner, 1989). D. melanogaster mempunyai empat stadium metamorfosis, yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Telur lalat buah berbentuk bulat panjang, berwarna putih. Telur tersebut akan mengalami perkembangan selama kurang lebih 24 jam dan menetas menjadi larva (Hartati, 2008). D. melanogaster melalui tiga tahapan larva, dimana larva makan, tumbuh, dan larva berganti kulit. Apabila larva sudah dewasa, kemudian akan keluar dari buah dan memasuki stadium pupa tepat di bawah permukaan tanah. Setelah itu keluarlah serangga muda (imago) yang kemudian menjadi dewasa (Campbell, 2003). Kebanyakan penemuan di bidang genetika didapatkan melalui penelitian dengan menggunakan lalat tersebut sebagai bahan, dikarenakan lalat ini kecil sehingga suatu populasi yang besar dapat dipelihara dalam laboratorium, daur hidup sangat cepat, tiap 2 minggu dapat dihasilkan satu generasi dewasa yang baru, lalat ini sangat subur yang betina dapat menghasilkan ratusan telur yang dibuahi dalam hidupnya yang pendek itu (Kimball, 2001). Selain itu, D. melanogaster dapat menghasilkan 20 hingga 25 generasi tiap tahun. Seekor D. melanogaster dapat bertelur ribuan kali semasa hidupnya. Organisme dengan jumlah keturunan yang besar itu memenuhi persyaratan sebagai materi percobaan genetika. D. melanogaster memiliki kromosom yang ukurannya relatif besar dan jumlahnya hanya empat pasang. Penanganan kultur lalat buah sangat mudah dilakukan dan hanya dengan menggunakan media dengan komposisi dan pembuatan yang dan berkembang biak dengan cepat (Susanto, 2011). Selain itu, Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks) dan termasuk ke dalam seri Acaliptrata yaitu imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa (Wheeler, 1981).



Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, ayitu; kepala, thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen. Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya: 1. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang. 2. Berukuran kecil, antara 3-5 mm. 1. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya. 1. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan. 2. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung. 3. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah. 4. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk. 5. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam 6. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.



Sedangkan ciri-ciri yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara lain; Jantan 1. Ukuran tubuh lebih kecil dari betina 2. Sayap lebih pendek dari sayap betina 3. Terdapat sisir kelamin (sex comb) 4. Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam



Betina 1. Ukuran tubuh lebih besar dari jantan 2. Sayap lebih panjang dari sayap jantan 3. Tidak terdapat sisir kelamin (sex comb) 4. Ujung abdomen runcing



Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Fase perkembangan dari telur Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini. Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda



menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003). Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut (Borror, 1992). C. Alat dan Bahan ALAT BAHAN · Botol berisi medium dengan · Drosophila melanogaster sumbat busa · Buah-buahan yang membusuk · Kantong plastik Metode Kerja 1. Menangkap Lalat Buah Lalat buah dipancing untuk datang dengan memasukkan pisang atau buah-buahan lain yang sudah mulai membusuk ke dalam kantung plastik kosong. Setelah beberapa pasang lalat buah masuk ke dalam plastik, lalat buah dipindahkan ke botol media. Makin banyak lalat yang tertangkap makin baik, karena meningkatkan kemungkinan terdapatnya lalat betina dan memperkecil kemungkinan adanya kontaminasi oleh jamur. Kemudian botol disimpan di tempat teduh. 2. Memelihara Lalat Buah Lalat buah dipelihara didalam botol berisi media. Media yang digunakan dibuat dari pisang yang sudah dihancurkan dan ragi. Botol media berisi lalat buah ini sebaiknya disimpan ditempat yang teduh. Bila kultur terkontaminasi oleh jamur, bersihkan media dengan membuang bagian yang terkontaminasi dan sedikit daerah disekitarnya menggunakan sendok. Kultur dapat juga



dipindahkan ke media baru, dengan mensterilkan botol dan sumbat busa sebelum dipakai. Bila media menjadi sangat basah,masukkan kertas saring kedalam botol media tersebut. 3. Pengamatan Siklus Hidup Lalat Buah Tempat, tanggal, jam penangkapan dan jumlah lalat buah yang tertangkap dicatat dalam lembar pengamatan. Botol media berisi lalat buah kemudian diamati paling sedikit dua kali sehari. Pada saat pertama muncul tahapan pertumbuhan tertentu, tanggal dan jam pengamatan dicatat. Bila pupa pertama telah muncul, lalat buah parental harus dikeluarkan dari botol media. Pengamatan dilanjutkan sampai lalat buah dewasa pertama muncul.



D. HASIL PENGAMATAN Adapun hasil yang didapatkan dari pengamatan yang telah dilakukan maka didapatkan hasil: Tabel 1. Pengamatan Siklus Hidup D.melanogaster No 1.



Hari/tanggal Kamis/ 1-112018



Fase -



Ciri – ciri -



Jumlah -



2.



Jumát/ 2018



Botol 1: Dewasa



Jantan :



±15 jantan ±15 betina



02-11-







Ukuran lebih kecil dari betina  Memiliki ujung yang membulat Betina : 



Ukuran lebih besar dari jantan.  Memiliki ujung yang meruncing Jantan : Botol 2: Dewasa



  



Ukuran lebih kecil dari betina Memiliki ujung yang membulat



±10 jantan ±10 betina



Betina : Ukuran lebih besar dari jantan.



 3.



Sabtu/ 2018



03-11-



Botol 1 :  Telur  Larva instar 1  Larva instar 2  Dewasa



Memiliki ujung yang meruncing Telur:  Berwarna bening  Memiliki struktur seperti kait. Larva instar 1 :  Larva berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh lebih kecil dari



Botol 1 :  Telur ±3  Larva instar 1 ±6  Larva instar 2 ±6  Dewasa ±15 jantan ±15 betina



Keterangan Belum lengkap 5 pasang



instar 2 dan instar 3. Larva instar 2 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh membesar Dewasa : Jantan : 



Ukuran lebih kecil dari betina  Memiliki ujung yang membulat Betina :  



Botol 2 :  Telur  Larva instar 1  Larva instar 2 dewas



Ukuran lebih besar dari jantan. Memiliki ujung yang meruncing



Telur:  Berwarna bening  Memiliki struktur seperti kait. Larva instar 1 :  Larva berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh lebih kecil dari instar 2 dan instar 3. Larva instar 2 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh membesar Dewasa :



Botol 2 :  Telur ±4  Larva instar 1 ±13  Larva instar 2 ±17  Dewasa ±10 jantan ±10 betina



Jantan : 



Ukuran lebih kecil dari betina  Memiliki ujung yang membulat Betina :  



4.



Minggu/ 04-112018



Botol 1 :  Telur  Larva instar 1  Larva instar 2  Larva instar 3  Pupa  Dewasa



Ukuran lebih besar dari jantan. Memiliki ujung yang meruncing



Telur:  Berwarna bening  Memiliki struktur seperti kait. Larva instar 1 :  Larva berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh lebih kecil dari instar 2 dan instar 3. Larva instar 2 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh membesar Larva instar 3 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh besar dari instar 1 dan 2 Pupa :  Bentuk keras  Berwarna kecoklatan



Botol 1 :  Telur ±10  Larva instar 1 ±6  Larva instar 2 ±10  Larva instar 3 ±2  Pupa ±3  Dewasa ±15jantan ±15betina



Dewasa : Jantan : 



Ukuran lebih kecil dari betina  Memiliki ujung yang membulat Betina :  



Botol 2 :  Telur  Larva instar 1  Larva instar 2  Larva instar 3  Pupa  Dewasa



Ukuran lebih besar dari jantan. Memiliki ujung yang meruncing



Telur:  Berwarna bening  Memiliki struktur seperti kait. Larva instar 1 :  Larva berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh lebih kecil dari instar 2 dan instar 3. Larva instar 2 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh membesar Larva instar 3 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh besar dari instar 1 dan 2 Pupa :  Bentuk keras



Botol 2 :  Telur ±20  Larva instar 1 ±10  Larva instar 2 ±20  Larva instar 3 ±3  Pupa ±2  Dewasa ±10jantan ±10betina







Berwarna kecoklatan Dewasa : Jantan : 



Ukuran lebih kecil dari betina  Memiliki ujung yang membulat Betina :  



5.



Senin/ 2018



05-11-



Botol 1 :  Telur  Larva instar 1  Larva instar 2  Larva instar 3  Pupa  Dewasa



Ukuran lebih besar dari jantan. Memiliki ujung yang meruncing



Telur:  Berwarna bening  Memiliki struktur seperti kait. Larva instar 1 :  Larva berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh lebih kecil dari instar 2 dan instar 3. Larva instar 2 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh membesar Larva instar 3 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh besar dari instar 1 dan 2 Pupa :



Botol 1 :  Telur ±50  Larva instar 1 ±10  Larva instar 2 ±15  Larva instar 3 ±20  Pupa ±10  Dewasa ±15jantan ±15betina



Larva keluar botol ±20. Pupa keluar botol ±5.



 



Bentuk keras Berwarna kecoklatan



Dewasa : Jantan : 



Ukuran lebih kecil dari betina  Memiliki ujung yang membulat Betina :  



Botol 2 :  Telur  Larva instar 1  Larva instar 2  Larva instar 3  Pupa  Dewasa



Ukuran lebih besar dari jantan. Memiliki ujung yang meruncing



Telur:  Berwarna bening  Memiliki struktur seperti kait. Larva instar 1 :  Larva berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh lebih kecil dari instar 2 dan instar 3. Larva instar 2 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh membesar Larva instar 3 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman



Botol 2 :  Telur ±45  Larva instar 1 ±15  Larva instar 2 ±15  Larva instar 3 ±20  Pupa ±10  Dewasa ±10jantan ±10betina



Larva keluar botol ±10. Pupa keluar botol ±5.







ukuran tubuh besar dari instar 1 dan 2 Pupa :  Bentuk keras  Berwarna kecoklatan Dewasa : Jantan : 



Ukuran lebih kecil dari betina  Memiliki ujung yang membulat Betina :  



6.



Selasa/ 06-112018



Botol 1 :  Telur  Larva instar 1  Larva instar 2  Larva instar 3  Pupa  Dewasa



Ukuran lebih besar dari jantan. Memiliki ujung yang meruncing



Telur:  Berwarna bening  Memiliki struktur seperti kait. Larva instar 1 :  Larva berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh lebih kecil dari instar 2 dan instar 3. Larva instar 2 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh membesar Larva instar 3 :  larva berwarna putih dan bersegmen



Botol 1 :  Telur ±100  Larva instar 1 ±25  Larva instar 2 ±30  Larva instar 3 ±32  Pupa ±40  Dewasa ±15jantan ±15betina



Pupa keluar botol ±5







memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh besar dari instar 1 dan 2 Pupa :  Bentuk keras  Berwarna kecoklatan Dewasa : Jantan : 



Ukuran lebih kecil dari betina  Memiliki ujung yang membulat Betina :  



Botol 2 :  Telur  Larva instar 1  Larva instar 2  Larva instar 3  Pupa  Dewasa



Ukuran lebih besar dari jantan. Memiliki ujung yang meruncing



Telur:  Berwarna bening  Memiliki struktur seperti kait. Larva instar 1 :  Larva berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh lebih kecil dari instar 2 dan instar 3. Larva instar 2 :  larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh membesar Larva instar 3 :



Botol 2 :  Telur ±100  Larva instar 1 ±20  Larva instar 2 ±15  Larva instar 3 ±20  Pupa ±50  Dewasa ±10jantan ±10betina







larva berwarna putih dan bersegmen  memiliki ujung kehitaman  ukuran tubuh besar dari instar 1 dan 2 Pupa :  Bentuk keras  Berwarna kecoklatan Dewasa : Jantan : 



Ukuran lebih kecil dari betina  Memiliki ujung yang membulat Betina :  



Ukuran lebih besar dari jantan. Memiliki ujung yang meruncing



E. PEMBAHASAN Pengamatan ini telah dilakukan selama seminggu terhitung mulai hari rabu 31 Oktober 2018 ( membuat media ) hingga hari rabu 07 November 2018. Pada hari Kamis 1 November 2018, didapatkan ±5 pasang Drosophila melanogaster pada medium botol pertama dan botol kedua. Fase yang didapat yakni fase dewasa jantan dan betina. Perbedaan jantan dan betina dari Drosophila melanogaster menurut Borror (1992), yakni pada jantan, ukuran tubuh lebih kecil dari betina, sayap lebih pendek dari sayap betina, terdapat sisir kelamin (sex comb), dan ujung abdomen tumpul dan lebih hitam. Sedangkan pada betina, ukuran tubuh lebih besar dari jantan, sayap lebih panjang dari sayap jantan, tidak terdapat sisir kelamin (sex comb), dan ujung abdomen runcing. Pada pengamatan Drosophila melanogaster dihasilkan telur berwarna bening dan memiliki struktur seperti kait yang berfungsi sebagai pengapung untuk mencegah agar tidak tenggelam ke dalam makanan yang berbentuk agak encer. Dapat dilihat dengan mata telanjang. Tahap telur berlangsung selama lebih kurang 24 jam. Hal ini didukung oleh pendapat Yatim (1996), D. melanogaster baru akan kawin setelah berumur 8 jam. Dengan demikian, hewan betina sudah dapat bertelur keesokkan harinya. Seekor Drosophila melanogaster betina sanggup menghasilkan sekitar 50-75 butir telur sehari sekitar 400-500 telur dalam 10 hari. Telur tersebut berwarna putih susu, bentuk bulat panjang berukuran sekitar 0,5 mm2. Pada fase larva, dari pengamatan ditemukan bahwa larva memiliki bentuk seperti ulat, berwarna putih, dan memiliki ujung kehitaman pada fase instar 2 dan instar 3, serta ukuran tubuh yang semakin besar pada fase instar 2 dan instar 3. Menurut Asburner (1989), larva berwarna putih dan bersegmen. Mulut berwarna hitam dan bertaring. Larva hidup di dalam makanan dan aktivitas makannya sangat tinggi. Pada tahap larva terjadi dua kali pergantian kulit, dan periode di antara masa pergantian kulit dinamakan stadium instar Pada instar pertama ditemukan berada pada permukaan media dan ada juga yang berada di dinding botol kaca. Ukuran tubuh larva stadium ini masing sangat kecil, memiliki warna putih, serta memiliki segmen. Menurut Silvia (2003), Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Pada instar 1 ruas-ruasnya terdiri atas 4-5 segmen. Pada larva instar kedua ditemukan banyak terdapat pada dinding botol kaca dan banyak juga di atas media. Ukuran tubuh larva ini sedikit lebih besar dari larva instar 1. Menurut Suryo (1984), Pada larva pada instar 2 terdiri atas 5-8 segmen. besar dan panjang sekitar ±1,5



mm. D. melanogaster berada dalam bentuk larva instar dua selama 1 hari, kemudian mengalami pembesaran, dimana bagian tubuhnya menjadi lebih jelas. Pada larva instar 3 banyak ditemukan pada dinding botol kaca. Larva pada stadium ini lebih aktif bergerak hingga banyak dari larva stadium ini yang berhasil menembuh kain kasa dan keluar dari botol. Menurut Mulyanti (2005) Larva Instar II berubah menjadi larva instar III dalam rentang waktu 24 jam. Ukuran menjadi lebih besar sekitar 1,5 mm, sangat aktif dan dapat terlihat berjalan di dinding botol. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Menurut Silvia (2003), pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada D. melanogaster, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar, dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago. Tahap larva ini berlangsung ±3 hari. Pupa ditemukan pada hari keempat, pupa berbentuk seperti silinder yang memiliki kutikula keras dan warnanya kecoklatan. Menurut Hartati (2008), pupa memiliki kutikula yang keras dan memiliki warna yang gelap. Tahap pupa berlangsung sekitar 2 hari. Lalat dewasa yang baru keluar dari pupa sayapnya belum mengembang, dan tubuhnya berwarna bening. Keadaan ini akan berubah dalam beberapa jam. Untuk mencapai tahap imago diperlukan waktu selama 24 jam Pada pengamatan tidak dapat ditentukan bagaimana fase imago dari Drosophila melanogaster. Hal tersebut dikarenakan kurang jelinya praktikan yang melakukan pengamatan dan juga populasi yang terlalu pada dalam media sehingga menyulitkan pengamatan. Menurut Silvia (2003), setelah delapan hingga sebelas hari, pupa akan berubah menjadi imago. Imago lalat buah rata- rata berukuran 0,7mm x 0,3mm dan terdiri atas kepala, toraks dada, dan abdomen. Toraks terdiri atas 3 ruas; berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat, atau hitam dan memiliki sepasang sayap. Pada B. dorsalis complex, biasanya terdapat dua garis membujur dan sepasang sayap transparan. Setelah melewati fase-fase tersebut menunjukkan bahwa lalat buah tersebut telah melakukan metamorfosis secara sempurna perkembangan dimulai setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti- berhenti untuk makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang



dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003). Pada pengamatan siklus hidup D. melanogaster terlebih dahulu dibuat medium sebagai tempat hidupnya. Namun, terjadi beberapa kendala dalam pemeliharaan lalat buah seperti adanya beberapa larva yang keluar dari botol kaca. Hal ini terjadi dikarenakan kepadatan botol medium menjadi alasan dari keluarnya larva dari medium. Menurut Shorrocks (1972), botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat. Kondisi ideal dimana terisi cukup ruang (tidak terlalu padat), individu dewasa dapat hidup kurang lebih 40 hari. Namun, apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.



F. SIMPULAN



Berdasarkan praktikum yang telahdilaksanakan maka dapat diambil kesimpulan : 1.



Pada percobaan D. Melanogaster memiliki siklus hidup telur – larva instar 1 - larva



instar 2 - larva instar 3 – pupa – imago - dewasa.



2.



Telur dalam waktu ±24 jam lalu telur berkembang menjadi larva instar I ±24 jam. lalu



selama rentang waktu ±24 jam larva Instar I berkembang menjadi larva instar II, lalu dalam rentang waktu ±24 jam larva Instar II berkembang menjadi larva instar III. Setelah ±48 jam larva instar III kemudian berkembang menjadi pupa. Pada waktu ±48 jam pupa berkembang menjadi Imago.



DAFTAR PUSTAKA



Ashburner, Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. Coldspring Harbor Laboratory Press : USA Borror.J.D,Triplehorn. 1992.Pengenalan Pengajaran Serangga. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta Campbell, N.A. 2002. Biologi Jilid I.Erlangga : Jakarta Campbell, N.A. 2003. Biologi. Erlangga : Jakarta Hartati. 2008. Penuntun Praktikum Genetika. Jurusan Biologi FMIPAUNM : Makassar. Kimball, J.W. 2001.Biologi. Erlangga : Jakarta Mulyanti, F. 2005. Mutagenesis Perlakuan dengan uji letal Resesif Terpaut Seks Pada Drosophila melanogaster. Skripsi Jurusan Biologi. FMIPA UNPAD : Bandung. Shorrocks, B. 1972. Drosophila. Ginn & Company Limited. London. Silvia, Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva Drosophila.Jurusan Biologi Universitas Padjdjaran : Bandung. Suryo. 1984. Genetika. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Susanto,Agus Hery .2011. Genetika.Graha Ilmu : Yogyakarta. Yatim, Wildan.1996. Genetika. Tarsito : Bandung. Wheeler, MR. 1981. The Drosophilidae: a taxonomic overview. In: The genetics and biology of Drosophila.Academic Press : New York