Laporan Praktikum Manajemen Organisme Pengganggu Tanaman Terpadu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MANEJEMEN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU MONITORING ORGANISME TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)



Disusun oleh :



Conchita Tinara Efenda Hutahaean 19025010177 Golongan D3



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA 2021



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum ini tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Praktikum Manajemen Organisme Pengganggu Tanaman Terpadu.. Penulisan laporan resmi praktikum ini dapat saya selesaikan dengan baik. Penyelesaian penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan pastisipasi semua pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih pada : 1. Drh. Wiludjeng Widayati, MP selaku dosen pengajar praktikum Manajemen Pengganggu Organisme Tanaman Terpadu. 2. M. Yusuf Zakka Putra selaku asisten praktikum Manajemen Organismen Pengganggu Tanaman Terpadu golongan D3. 3. Semua mahasiswa khususnya golongan D3, dosen dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Saya menyadari bahwa laporan resmi praktikum ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik, sara dan masukan yang bersifat membangun. Sya juga berharap bahwa laporan resmi praktikum ini bermanfaat bagi pembaca.



Surabaya, 08 April 2021



Penyusun



DAFTAR ISI



DAFTAR TABEL



DAFTAR GAMBAR



I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia padi merupakan komoditas utama dalam menyongkong pangan masyarakat Indonesia sebaga negara dnegan jumlah penduduk yang besar memiliki tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu kebijakan ketahanan pangan menjadi focus utama dalam pembangunan pertanian. Pada umumnya jenis padi satu dengan lainnya berbeda. Perbedaan antara lainnya meliputi: umur tanaman, banyaknya hasil, mutu beras dan tahan tidkanya terhadap gangguan hama maupun penyakit. Seiring dengan meningkatnya produksi padi yang ada di Indonesia juga mempengaruhi terhadap produktivitas tanaman padi. Penurunan produktivitas bisa disebabkan berbagi hal dalam tanaman padi seperti tersernag hama yang menjadi kendala bagi petain. Hampir setiap musim terjadi



ledakan hama pada lahan



pertanaman padi petani. Musuh utama petani ialah hama tanaman padi yeang terdiri dari tikus sawah (Rattus argentiventer), wereng coklat (Nilapervata ligens), kepik, burung, walang sangit (Leptocorixa acuta), penggerek bantang dan jenis serangga .ainnya. Hama yang meneyrang tanaman padi berbeda antara hama satu dnegan lainnya. Secara umum faktor hama meruakan salah satu musuh yang utama bagi petani yang bisa merusak tanaman padi. Dengan keberadaan hama pada areal pertanaman padi, petani menjadi mengalami penurunan hasil produksi



yang



menyebabkan kerugian yang cukup besar jika berlangsung secara berkelnajutan tanapa adanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Latar belakang konsep PHT adalah UU RI Nomor 12 Tahun 1992 tentang sistem Budidaya Tanaman didalam undang-undang tersebut Pasal 20 menetapkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT), Salah satu konsep bertani kelnajutan dipersawahan secara organic adalah dengan melaksanakan/menerapkan metode MOPTT (Manajemen Pengenalian Organisme Tanaman Terpadu) yang didasarkan konsep PHT, untuk meningkatkan



produksi dengan upaya yaitu memanfaatkan



bahan-bahan organik yang ramah



lingkungan, relative murah, mudah diperolehnya, juga untuk memperbaiki struktur maupun kondisi agroekosistem secara berkesinambungan. Konsep ini muncul karena adanya efek samping penggunaan pestisida yang berlebihan (resistensi, resurgensi, kematian serangga bukan sasaran, timbulnya hama sekunder). Artinya dengan adanya PHT kita bukan saja dapat memeprtahankan tingkat produktivitas yang optimal tetapi juga meningkatkan sturktur dan kondisi agroekosistem. Semakin membaiknya agroekosistem berarti kenaekaragaman hayati semakin komplek sehingga resiko dapat ditekan kerusakan akibat serangan hama dan penyakit, karena keberadaan msuh alami dan organisme pengganggu tanaman (OPT) 1.2 Tujuan Praktikum Manajeman Organisme Pengganggu Tanaman Terpadu tentang “Monitoring Organisme Tanaman Padi” bertujuan untuk: 1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam melakukan monitoring keberadaan OPT dan musuh alaminya di lapangan. 2. Melatih keterampilan dan kemampuan dalam mengumpulkan dan mengidentifikasi hama dan musuh alami serta kondisi agroekosistem. 3. Melatih keterampilan dalam mneyusun/mengkompilasi dan menganalisis data untuk mendapatkan informasi yang akurat.



II. TINJAUAN PUSTAKA Hama dan penyakit tanaman adalah semua jenis organisme pengganggu tanaman yang dapat menimbulkan kerusakan fisik yang dianggap merugikan dan tidak diinginkan kehadirannya dalam kegiatan bercocok tanam.dalam dunia pertanian istilah hama sering dikonotasikan sebagai organisme pengganggu tanaman yang kasat mata, yaitu hewan. misalnya adalah hama kutu, belalang, burung dan lain sebagainya. sementara penyakit sering diartikan sebagai bentuk kerusakan fisik tanaman yang disebabkan oleh organisme tidak kasat mata, yaitu bakteri dan jamur (Untung, 2016.). Menurut (Rianawaty, 2001) hama adalah binatang atau hewan yang secara kasat matatampak jelas dilapangan atau suatu tempat tertentu dengan menimbulkan gejalaserangan pada tanaman atau hasil tanaman pada tingkat yang melebihi batasambang ekonomi. Hewan atau binatang yang dapat dikelompokan sebagaikelompok hewan menyusui (mamalia) seperti tikus, kelompok serangga (insekta)seperti belalang, dan kelompok burung (aves) seperti burung pipit. Padi mempunyai daun tunggal berbentuk pita yang panjangnya 15-30 cm. Ujungnya runcing, tepinya rata, berpelepah, pertulangan sejajar, dan berwarna hijau. Buahnya keras dan terjurai pada tangkai. Setelah tua, warna hijau akan menjadi kuning. Bijinya keras, berbentuk bulat telur, ada yang berwarna putih atau merah. Butir-butir padi yang sudah lepas dari tangkainya disebut gabah, dan yang sudah dibuang kulit luarnya disebut beras. Bila beras ini dimasak, maka namanya menjadi nasi, yang merupakan bahan makanan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Umumnya beras berwarna putih, walaupun ada juga beras yang berwarna merah. Padi yang termasuk keluarga rumput-rumputan ini ditanam dari bijinya secara langsung atau melalui persemaian dahulu.(Abdul Sani Sembiring, 2013). Kutu kebul termasuk dalam ordo Homoptera, famili Aleyrodidae, genus Bemisia, dan spesies tabaci. Kutu kebul merusak tanaman dengan cara menghisap cairan pada daun sehingga banyak memrpoduksi embun madu yang merupakan media tumbuh cendawan jelaga. Imago atau serangga dewasa berukuran antara 1–1,5 mm, berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Telur kutu kebul berbentuk lonjong, berwarna kuning terang, berukuran panjang antara 0,2–



0,3 mm. Nimfa terdiri atas tiga instar, yaitu instar ke1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke 2 dan ke 3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat pada daun. Kehilangan hasil akibat serangan kutu kebul dapat mencapai 80%, bahkan pada kerusakan berat menyebabkan puso (Zabel et al. 2001, Luo et al. 2010). Kutu hijau merupakan hama dari golongan serangga (insecta) ordo Homoptera dan family Coccidae. Kutu hijau menyerangan seluruh bagian tanaman yang masih berwarna hijau dan muda. Serangan bisa terjadi pada buah, pucuk tanaman, batang dan bunga. Serangan pada daun umumnya terjadi sepanjang tulang daun. Bila serangan hama ini terjadi pada bagian batang yang masih muda (hijau), dapat menyebabkan pertumbuhan tunas terhambat, bagian tanaman menguning, kerdil dan ruas memendek. Kutu daun memiliki tipe mulut meraut dan menghisap. Kutu daun menggunakan tipe mulut meraut untuk melubangi bagian tanaman baik daun muda maupun batang daun. Setelah itu kutu daun menghisap cairan dari bagian tanaman tersebut. Dilihat dari biologi hamanya, C. viridis (Homoptera: Coccidae) bersifat ovivipar. Telur yang dihasilkan diletakkan di bawah tubuh imago. Jumlah telur bisa mencapai 500 butir. Setelah beberapa jam kemudian, telur akan menetas. Setelah menetas, nimfa tetap tinggal beberapa waktu di bawah tubuh induknya. Selanjutnya, nimfa akan menetap pada permukaan daun bagian bawah, tunas dan buah. Sesudah bertelur, imago betina akan tetap tinggal di tempat semula sampai mati. Perkembangan dari telur sampai imago mati di dataran rendah selama ± 45 hari, sedangkan di daerah lebih sejuk sekurang-kurangnya 65 hari (Murphy, S. T, 2001). Menurut Wisnu Wardhono (2012), keong sawah (Pila ampullacea) adalah sejenis siput air tawar dan mudah dijumpai di sawah. Bentuknya menyerupai siput keong mas (murbai), tetapi keong sawah memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam. Hewan ini dikonsumsi secara luas di berbagai wilayah Asia Tenggara. Keong sawah atau sebutan lainnya keong tutut sangat merugikan, karena kong muda dan tua menyerang/memakan daun, batang dan akar tanaman padi yang masih muda



dibawah umur 15 hari setelah tanam sehingga serangan berat dalam waktu singkat akan menghancurkan semua tanaman padi yang baru ditanam (Dede, 2018). Kegiatan pemantauan terhadap organisme penggangu (OPT) tanaman bertujuan untuk mendeteksi pertumbuhan OPT supaya tidak mewabah. Tahapan pertama yakni dengan menentukan faktor epidemiologis dan biofisik yang terkait dengan wabah suatu OPT, kemudian informasi tersebut dapat dijadikan data untuk memprediksi kemungkinan terjadinya pertumbuhan OPT. Data tersebut kemudian dapat digunakan untuk mengambil tindakan atau keputusan yang sesuai terkait dengan ancaman pertumbuhan OPT yang telah diprediksi (Daud et al., 2013). Pengendalian hama terpadu (PHT) adalah suatu konsep atau cara berpikir dalam upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan hama dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian yang dipadukan dalam satu kesatuan untuk mencegah kerusakan tanaman dan timbulnya kerugian secara ekonomis serta mencegah kerusakan lingkungan dan ekosistem. dengan kata lain, pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan pendekatan ekologi yang bersifat multi-disiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel (Mudjiono, G. 2018).



III. III.1



METODELOGI PRAKTIKUM



Waktu dan Tempat



Praktikum “Monitoring Organisme Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dilaksanakan pada hari Minggu, 21 Maret 2021 sampai 02 April 2021 di Lahan Sawah Juanda, Kecamatan Gedangan, Jawa Timur. III.2



Alat dan Bahan



III.2.1



Alat



1. Gunting 2. Alat Tulis 3. Kamera HP 3.2.2 Bahan 1. Gelas Aqua Bekas 2. Yellow trap 3. Kayu/ Batang 3.3 Cara Kerja 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Menempelkan yellow trap pada kayu/batang. 3. Menempatkan yellow trap di lahan. 4. Menggali tanah dan menempatkan gelas aqua di dalam tanah sebagai pitfall. 5. Mengamati dua kali dalam seminggu selama 2 minggu.



IV. IV.1



HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil Pengamatan



Tabel 1.1 Hasil Monitoring Hama Pada Tanaman Padi Minggu Ke-1 No



Pengamatan Ke Hari/ Tanggal



Jenis Trap Yellow Trap 1 2 3 4 4



0



0



Nama Serangga



Status



3 Hama



Gambar 1.1 Kutu kebul (Bemisia tabaci)



Non Hama Gambar 1.2 Nyamuk



Selasa/ 23 1



(Culicidae)



Maret 2021



Serang ga lain



Gambar 1.3 Tawon (Vespinae)



2



Minggu/28



6



2



5



4



Maret 2021 Hama



Gambar 1.4 Kutu kebul



(Bemisia tabaci)



0



18



11



2 Hama



Gambar 1.5 Kutu hijau (Coccus viridis grren)



Predato r Gambar 1.6 Laba-laba (Lycosa) Serang ga lain



Gambar 1.7 Nyamuk (Culicidae) Tabel 1.2 Hasil Monitoring Hama Pada Tanaman Padi Minggu Ke-2



No



Pengamata n Ke Hari/Tangg al



Jenis Trap Yellow Trap Pitfall Trap 1 2 3 4 1 2 3 4



Nama Serangga



Status



6



5



2



4



Hama Gambar 1.1 Kutu Kebul (Bemisia tabaci) 0



1



3



0 Hama



Gambar 1.2 Kutu hijau (Coccus viridis grren) 1



Selasa/ 30



1



1



0



4 Hama



Maret 2021



Gambar 1.3 keong sawah (Pila ampullaceal) 0



0



1



0 Hama



Gambar 1.4 Kepik Hitam (Scotinophara coarctata) Predator



Gambar 1.5 Labalaba (Lycosa)



Serangga lain



Gambar 1.6 Lalat (Muscidae)



Serangga lain



Gambar 1.7 Nyamuk (Culicidae)



2



Jum’at



5



4



3



1



02/ April 2021



Hama



Gambar 1.8 Kutu kebul (Bemisia tabaci) 0



2



0



0



0 Hama



Gambar 1.9 Kutu hijau (Coccus viridis grren)



Serangga lain Gambar 1.10 Tawon (Vespinae)



Serangga lain



Gambar 1.11 Lalat (Muscidae)



Serangga lain



Gambar 1.12 Nyamuk (Culicidae) 2



5



4



1 Hama



Gambar 1.13 Keong sawah (Pila ampullaceal) IV.2



Pembahasan



Praktikum dilakukan pada lahan persawahan di Juanda, Kecamatan Gedangan dengan tanaman utamanya adalah Padi. Padi yang ditanam berumur sekitar 2,5 bulan. Tanaman padi ditanam pada lahan basah dengan pengolahan lahan menggunakan traktor. Jenis padi yang ditanam adalah IR 64 dengan waktu panen 3-4 bulan. Padi IR64 agak pendek, jumlah anakkan banyak, dan bulirnya yang agak besar dan ramping, padi ini terlihat “mekar” dibandingkan dengan padi lain. Beras IR64 ini dikenal dengan nama beras bengawan. Ciri-ciri fisiknya panjang dan ramping, sedangkan warnanya putih susu. Pemilihan trap pada praktikum phpt tentang monitoring organisme pada tanaman padi yang digunakan adalah yellow trap dan pitfall. Yellow trap sendiri berfungsi untuk menangkap serangga / hama yang tertarik akan warna yang dimiliki yellow trap itu sendiri yaitu berwarma kuning. Sedangkan pitfall trap dibuat dari gelas air minum plastik bekas yang ditanamkan sejajar dengan tanah untuk menjebak serangga / hama yang melintas di daerah tanaman. Hama yang terperangkap antara lain kutu kebul, kutu hijau, kutu daun, dan semua golongan serangga yang tertarik dengan gelombang yang dipancarkan benda yang berwarna kuning. Hasil monitoring menunjukkan penurunan yang sangat besar. Pada minggu pertama intensitas serangan hama kutu kebul dan kutu hijau bisa dibilang banyak pada tanaman padi terutama kutu hijau yang lebih mendominasi. Sesuai dengan pernyataan Rinaldi (2012), bahwa kelimpahan populasi kutu hijau selama musim tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor abiotik, khususnya tingginya curah hujan. Intensistas serangan hama pada minggu kedua mengalami penurunan yang disebabkan beberapa faktor, yaitu ketinggian tempat pemasangan yellowtrap. Yi et al. (2012), menambahkan bahwa ketinggian dalam penempatan perangkap kuning yang dibuat akan berpengaruh besar terhadap jumlah serangga yang terperangkap. Ketinggian perangkap disesuaikan dengan morfologi tanaman dan kondisi lahan. Selain itu faktor yang mempengaruhi berkurangnya jumlah intensitas serangan hama adalah faktor cuaca hujan, sehingga mengakibatkan lem pada yellowtrap tidak lengket lagi.



Perangkap pitfall dibuat dari gelas aqua plastik bekas diisi dengan air ulekan bawang merah lalu ditanam sejajar dengan tanah untuk menangkap serangga / hama yang melewati pitfall trap. Hasil pengamatan monitoring Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menggunakan perangkap pitfalltrap mendapatkan beberapa jenis hewan dari golongan Arthropoda yang ada, seperti laba-laba dan kepik hitam. Arthropoda yang paling dominan ditemukan di lahan adalah laba-laba sebagai musuh alami pada lahan terung. Fungsi laba-laba yaitu sebagai salah satu musuh alami hama (predator), terutama terhadap serangga sehingga dapat berperan dalam mengontrol populasi serangga. Laba-laba menurut Suasana dan Haryanto (2013), adalah predator polifag sehingga berpotensi untuk mengendalikan berbagai spesies serangga hama. Selain itu juga ditemukan hewan dari kelas gastropoda yakni keong sawah (Pila ampullaceal). Keong sawah atau sebutan lainnya keong tutut sangat merugikan, karena kong muda dan tua menyerang/memakan daun, batang dan akar tanaman padi yang masih muda dibawah umur 15 hari setelah tanam sehingga serangan berat dalam waktu singkat akan menghancurkan semua tanaman padi yang baru ditanam (Dede, 2018).



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada praktikum “ Monitoring Hama Tanaman Padi” dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Yang menjadi hama pada tanaman padi, yaitu kutu kebul, kutu hijau dan keong sawah. 2. Penurunan intensitas serangan dari minggu kedua diakibatkan oleh faktor cuaca yang mengakibatkan lem pada yellowtrap tidak lengket lagi dan ketinggian tempat pemasangan yellowtrap.



3. Yellowtrap dan pitfall sebagai trap snagat baik untuk menangkap serangga atau hama.



DAFTAR PUSTAKA Abdul Sani Sembiring. (2013). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Dan Hama Tanaman Padi,Volume Iii. ISSN : 2301-9425  : Penerbit Stmik Budi Darma Medan Daud, M, S., Hossein, J, J and Farnaz, A. 2013. A Review on Predicting Outbreak of Tungro Disease in Rice Fields Based on Epidemiological and Biophysical Factors.  International



Journal



Technology, 4(4): 447-450.



of



Innovation,



Management



and



Dede, R, W. 2018 Identifikasi Mollusca Jenis Keong Di Persawahan Desa Lambur Luar. Jambi: Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Skripsi Luo, C., C.M. Jones, G. Devine, F. Zhang, I. Denholm, K. Gorman. 2010. Insecticide resistance in Bemisia tabaci biotype Q (Hemiptera: Aleyrodidae) from China, Crop Prot. 29: 429–434. Mudjiono, G., 2018. Pengelolaan Hama Terpadu. Malang: UB Press Murphy, S.T. 2001. Insect natural enemies of coffee green scales (Hemiptera : Coccoidea) in Kenya and their potential for biological control of Coccus celatus and Coccus viridis in Papua New Guinea. Entomophaga. 36: 519-529. Rianawaty. 2010. Biology 2 for Junior High School Year VIII. Jakarta : Dispenbud Rinaldi B. 2012. Keanekaragaman Kutu Daun (Homoptera: Aphididae) pada Pertanaman Sayuran di Kota Padang. Padang: Universitas Andalas. (Skripsi). Suasana. W. I, Haryanto. H. 2013. Kenakaragaman Laba-laba dan Potensinya sebagai Musuh Alami Hama Tanaman Jambu Mete. Mataram: Jurnal Entomologi Indonesia: 10(1). Untung. 2016. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gajah Mada University Wardhono W, 2012, Pengaruh Rasio Penggunaan Daging Tutut dan Daging Sapi terhadap Sensori Bakso Tutut. Skripsi, Universitas Bandung Raya. Waskito, A. 2013. Siklus Hidup dan Demografi Kumbang Lembing Henosepilachna



Vigintioctopunctata Fabricius (Coleoptera: Coccinellidae) pada Tanaman Inang yang Berbeda. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Yi, Z., F. Jinchao, X. Dayuan, S. Weiguo, dan J. C. Axmacher. 2012. A Comparison of Terrestrial Arthropod Sampling Methods. Resources and Ecology, 3 (2): 174 – 182.



Zabel, A, B. Manojlovic, S. Stankovic, S. Rajkovic and M. Kostic.2001. Control of Whitefly Trialeurodes vaporarium Westw. (homoptera, Aleyrodidae) on tomato by the new insecticide Acetamiprid. J. Pest Sci. 74: 52–56.