Laporan Praktikum Manajemen Usahatani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN USAHATANI ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI BAYAM DI KOTA TANGERANG Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Usahatani Dosen Pengampu : Sulaeni, S.P. M.Si.



Disusun Oleh : Alif Ridho Hafidza Mulya



(4441170058)



Fitriana Sukma Sricahyadi



(4441170061)



Syahdilla Rachmawati



(44411700)



Yohannes Dwi Adityo



(44411700)



Ayu Raisa



(44411700)



JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2019



LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul : Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Bayam di Kota Tangerang 2. Ketua Kelompok a. Nama Lengkap : Alif Ridho Hafadza Mulya b. NIM



: 4441170058



c. Jurusan/Prodi : Agribisnis d. Universitas



: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa



3. Jumlah Anggota Kelompok : 5 (Lima) 4. Dosen Pembimbing : - Sulaeni, S.P. M.Si. - Hj. Andjar Astuti, Ir. M.Si.



Tangerang, 26 November 2019



Menyetujui, Dosen Pembimbing



Ketua Kelompok



(Sulaeni, S.P. M.Si.)



(Alif Ridho H.M)



NIP. 0031016909



NIM. 4441170058 Mengetahui, Ketua RT



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat, karunia dan izin-Nya lah penyusunan laporan praktikum ini dapat terselesaikan. Laporan Praktikum Manajemen Usahatani ini disusun berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan pada Hari Jumat, 22 November 2019. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah. Terselesainya laporan ini tentu tak lepas dari bantuan semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Sulaeni, S.P. M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Usahatani. 2. Orang tua yang selalu mendukung dalam kelancaran tugas. 3. Rekan – rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyelesaian laporan. Semoga dengan tersusunnya Laporan praktikum ini, kami dapat lebih mengerti tentang analisis usahatani komoditas bayam untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kami semua. Dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kesalahan sehingga kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.



Serang, November 2019



Penulis



iii



DAFTAR ISI



iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara agraris yang sebagaian besar penduduknya terdiri dari dari petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting. Sektor pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk terutama bagi mereka yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Selain itu sektor pertanian, salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usaha tani secara intensif. Sasaran utama pembangunan pertanian dewasa ini adalah peningkatan produksi pertanian dan pendapatan petani, karena itu kegiatan disektor pertanian diusahakan agar dapat berjalan lancar dengan peningkatan produk pangan baik melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian yang diharapakan dapat memperbaiki taraf hidup petani, memperluas lapangan pekerjaan bagi golongan masyarakat yang masih tergantung pada sektor pertanian. Tingkat pendapatan petani secara umum dipengeruhi oleh beberapa komponen yaitu : jumlah produksi, harga jual, dan biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalam pertaniannya. Ini berarti bahwa perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian merupakan usaha untuk memperbaiki taraf kehidupan sebagian besar penduduk yang terolong miskin. Secara garis besar, besarnya pendapatan usaha tani diperhitungkan dari pengurangan besarnya penerimaan dengan besarnya biaya usaha tani tersebut. Penerimaan suatu usahatani akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luasnya usaha tani, jenis dan harga komoditi usaha tani yang diusahakan, sedang besarnya biaya suatu usaha tani akan dipengaruhi oleh topografi, struktur tanah, jenis dan varietas komoditi yang diusahakan, teknis budidaya serta tingkat teknologi yang digunakan. Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil,



1



menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Bayam merupakan komoditi yang dapat diperhitungkan oleh para petani. Usaha tani bayam berperan dalam pembangunan nasional Indonesia, walaupun dalam skala usaha rumah tangga persatuan luas lahan yang kecil. Dalam kenyataannya di pasar, petani hanya diposisikan sebagai price taker yang tidak dapat mengendalikan harga di pasar. Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh petani bayam adalah bagaimana mengefisienkan usaha taninya semaksimal mungkin. Untuk itulah analisis pendapatan merupakan cara yang tepat untuk mengetahui hasil usaha tani bayam. Karena faktor produksi sebagian sudah dilakukan oleh rumah tangga petani sendiri, maka digolongkan sebagai biaya yang tidak riil dikeluarkan. Hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha tani bayam adalah menyangkut biayabiaya yang berbeda-beda antara usaha tani bayam satu dengan usaha tani bayam yang lainya sebagai karakteristik varietas.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja jenis analisis usahatani? 2. Faktor produksi apa saja yang digunakan dalam menganalisis usahatani?



1.3 Tujuan 1. Mengetahui apa saja jenis analisis usahatani 2. Mengetahui faktor produksi usahatani



2



BAB II TNJAUAN PUSTAKA



2.1 Tanaman Holtikultur Hortikultura berasal dari kata hortus (garden atau kebun) dan colere (to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick, 1972). Produk hortikultura terbagi atas tiga golongan yaitu buah-buahan, sayuran, dan bunga hias yang dapat disimpan dalam jangka waktu lama jika diketahui faktor yang berpengaruh dalam memperpanjang umur simpannya seperti kandungan air dan suhu penyimpanan (Siswadi 2007). Hortikultura merupakan cabang pertanian yang berurusan dengan budidaya intensif tanaman yang di ajukan untuk bahan pangan manusia obatobatan dan pemenuhan kepuasan (Zulkarnain, 2009). Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga). Peranan hortikultura adalah



Memperbaiki



gizi



masyarakat,



Memperbesar



devisa



negara,



Memperluas kesempatan kerja, Meningkatkan pendapatan petani, dan Pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Namun dalam membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu Tidak dapat disimpan lama, Perlu tempat lapang (voluminous),



Mudah



rusak



(perishable)



dalam



pengangkutan,



Melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan Fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997). Hortikultura juga berperan sebagai sumber gizi masyarakat, penyedia lapangan pekerjaan, dan penunjang kegiatan agrowisata dan agroindustri. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan hortikultura terkait dengan aspek yang lebih luas yang meliputi tekno-ekonomi dengan sosio-budaya petani. Ditinjau dari proses waktu produksi, musim tanam yang pendek memungkinkan



3



perputaran 2 modal semakin cepat dan dapat meminimalkan ketidakpastian karena faktor alam (Mubyarto, 1995).



2.2 Komoditas Bayam 2.2.1 Tanaman Bayam Bayam merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang mudah di peroleh disetiap pasar, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan. Harganya pun dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Tanaman ini awalnya berasal dari negara Amerika beriklim tropis, namun sekarang tersebar keseluruh dunia. Hampir semua orang mengenal dan menyukai kelezatan nya, karena lunak, dapat memberikan rasa dingin dalam perut dan memperlancar pencernaan. Umumnya yang dikonsumsi adalah bagian daun dan batangnya (Bandini dan Nurudin, 2001). Tanaman bayam sangat mudah dikenali, yaitu berupa perdu yang tumbuh tegak, batangnya tebal berserat dan ada beberapa jenis yang mempunyai duri. Daunnya bisa tebal atau tipis, besar atau kecil, berwarna hijau atau ungu kemerahan (pada jenis bayam merah). Bunganya berbentuk pecut, muncul di pucuk tanaman atau pada ketiak daunnya. Bijinya berukuran sangat kecil berwarna hitam atau coklat dan mengkilap. Tanaman bayam sangat toleran terhadap perubahan keadaan iklim. Bayam banyak ditanam di dataran rendah hingga menengah, terutama pada ketinggian antara 5-2000 meter dari atas permukaan laut. Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman bayam adalah tinggi, dimana pertumbuhan optimum dengan suhu rata-rata 20-300 C, curah hujan antara 1000-2000 mm, dan kelembaban di atas 60 %. Oleh karena itu, bayam tumbuh baik bila ditanam di lahan terbuka dengan sinar matahari penuh atau berawan dan tidak tergenang air (Bandini dan Nurudin, 2001). 2.1.2 Taksonomi Tanaman Bayam Menurut Bandini dan Nurudin (2001), dalam taksonomi tanaman, bayam diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dycotyledoneae



4



Ordo : Chenopodiales Family : Amaranthaceae Genus : Amaranthus L Tanaman bayam digolongkan dalam keluarga Amaranthaceae. Sebagai keluarga Amaranthaceae, bayam termasuk tanaman gulma yang tumbuh liar. Namun karena perkembangannya, manusia memanfaatkan bayam sebagai tanaman budidaya yang mengandung gizi tinggi. 2.1.3 Jenis-jenis Bayam Menurut Bandini dan Nurudin (2001), secara ringkas bayam dapat di kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Bayam Liar Bayam ini tumbuh secara liar, dapat dijumpai di lahan-lahan kosong tak terurus, sebagai gulma di lahan pertanian atau di tempat-tempat yang lembap, seperti di tepi selokan. Tanaman ini tumbuh cepat dan semakin subur jika musim hujan tiba. Menurut Bandini dan Nurudin (2001), jenis bayam liar yang ada yaitu sebagai berikut: a. Bayam tanah (Amaranthus blitum L.), mempunyai ciri utamanya terletak pada batang yang berwarna merah. Daun nya berbentuk lancip dan kecil. Rasanya agak keras dan kasar. b. Bayam berduri (Amaranthus spinosus L.), mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bayam tanah, yaitu daun kecil tetapi batangnya berwarna hijau. Namun pada batang nya terdapat duri yang keluar dari buku-bukunya. Bayam ini dapat di konsumsi, tetapi lebih banyak di gunakan obat atau bahan untuk kecantikan. 2. Bayam budi daya Menurut Bandini dan Nurudin (2001), jenis bayam budi daya memang sengaja dibudidayakan untuk dikonsumsi karena rasa daunnya empuk dan mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Jenis bayam yang banyak di budidayakan adalah sebagai berikut: a. Bayam cabut (Amaranthus tricolor L.) Bayam cabut disebut juga bayam sekul atau bayam putih. Cirinya, daun agak bulat dengan daging yang tebal dan lemas. Bunga keluar dari ketiak



5



cabang. Batang berwarna hijau keputih-putihan sampai merah. Adapun varietas dari bayam cabut adalah sebagai berikut: 1. Giti hijau Tanaman ini merupakan introduksi dari Thailand, umur 28 hari dapat dipanen. Tanaman tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 20-25 cm. Bercabang sedikit, bentuk batang bulat langsing, halus dan berwarna keputih-putihan. Daun berwarna hijau keputih-putihan, berbentuk mirip delta, berukuran kecil, dan berurat halus (Bandini dan Nurudin,2001). 2. Giti merah Bayam ini juga merupakan tanaman introduksi dari Thailand. Ciri-ciri tanaman ini antara lain bercabang sedikit, tinggi tanaman pada waktu cabut yaitu 20-25 cm. Batang berwarna merah tua, bentuk bulat, langsing dan halus. Tanaman ini dipanen pada umur 30 hari (Bandini dan Nurudin, 2001) b. Bayam Petik/bayam tahunan (Amaranthus Hybridus L.) Menurut Bandini dan Nurudin (2001), tanaman ini berdaun lebar, berbatang tegap. Daun diambil secara dipetik. Pemetikan ini dapat berlangsung hingga tahunan sehingga di sebut bayam tahunan. Tetapi sekarang bayam ini dipanen dengan cara dicabut saat masih muda karena kebutuhan pasar yang mendesak. Adapun varietas dari bayam petik ini adalah sebagai berikut: a. Amaranthus hybridus varietas caudatus Daun agak panjang dengan ujung runcing dan berwarna hijau. Bayam ini juga di sebut bayam ekor kucing. b. Amaranthus hybridus varietas paniculatus Daun agak besar dan berwarna hijau. Perbanyakannya banyak di negara Asia Tenggara (Bandini dan Nurudin, 2001). 2.1.4 Kandungan Gizi bayam Di dalam daun tanaman bayam terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral, kalsium, zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pada tabel di bawah ini diuraikan mengenai komposisi gizi yang terkandung tiap 100g pada daun tanaman bayam, yaitu:



6



No



Zat gizi



Bayam hijau



Bayam merah



1



Kalori (kal)



36



52



2



Karbohidrat



6,5



10



3



Lemak (g)



0,5



0,5



4



Protein (g)



3,5



4,6



5



Kalsium (mg)



267



368



6



Posfor (mg)



6,7



111



7



Besi (mg)



3,9



2,2



8



Vitamin A (SI)



6090



5800



9



Vitamin B 1 (mg)



0,08



0,08



10



Vitamin C (mg)



80



80



11



Air (g)



86,9



82



(Bandini dan Nurudin, 2001). 2.1.5 Manfaat Tanaman Bayam Mengkonsumsi bayam dalam jumlah yang cukup memberikan manfaat yang besar. Ditinjau dari kandungan gizinya, bayam merupakan jenis sayuran hijau yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan, terutama bagi anak anak dan para ibu yang sedang hamil. Di dalam daun bayam terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral, kalsium, zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kandungan vitamin A dalam daun



bayam



berguna



untuk



memberikan



ketahanan



tubuh



dalam



menanggulangi penyakit mata, sakit pernafasan, kesehatan kulit dan selaput lendir. Kandungan vitamin B dapat mencegah penyakit beri-beri, memperkuat syaraf dan melenturkan otot rahim, sehingga dianjurkan bagi ibu yang sedang hamil untuk memudahkan persalinan nya. Vitamin C sangat membantu menyembuhkan sariawan atau gusi berdarah. Zat besi dapat mencegah penyakit anemia dan sakit kuning serta memperkuat tulang dan gigi. Manfaat lain dari bayam yaitu akarnya dapat menjadi obat untuk menghilangkan panas (antipiretik), meluruhkan kencing (diuretik), menghilangkan racun (antitoksik), menyembuhkan bengkak, obat diare dan membersihkan darah (Bandini dan Nurudin, 2001).



7



2.3 Analisis Usaha Tani 2.3.1 Analisis Efisiensi Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi, 2006). Usahatani dapat dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Petani yang maju dalam melakukan usahatani akan selalu berpikir bagaimana mengalokasikan input atau faktor produksi seefisien mungkin untuk memperoleh produksi yang maksimum. Jika dihadapkan dengan keterbatasan biaya dalam melaksanakan usahatani nya, petani perlu mencoba meningkatkan keuntungan dengan faktor biaya usahatani yang terbatas atau dengan kata lain bagaimana meningkatkan produksi usahataninya dengan biaya input yang sekecil-kecilnya (Rahim dan Diah, 2008). Debertin (1986) serta Doll dan Orazem (1984), menyatakan bahwa terdapat dua kondisi prasyarat yang harus dipenuhi untuk mencapai keuntungan maksimum. Kondisi tersebut adalah syarat keharusan (necessary condition) dan syarat kecukupan (sufficient). Syarat keharusan menunjukkan efisiensi teknis, yaitu produk marginal (PM) sama dengan produksi rata-rata (PR). Syarat kecukupan menunjukkan proses produksi mencapai efisiensi ekonomi dengan indikator rasio Nilai Produk Marginal (NPM) dengan harga input (Pxi) adalah sama dengan satu. Efisiensi merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses produksi dengan menghasilkan output yang maksimal dengan menekan pengeluaran produksi serendah-rendahnya terutama bahan baku atau dapat menghasilkan output produksi yang maksimal dengan sumberdaya yang terbatas. Dalam konsep efisiensi produksi ini, dikenal adanya efisiensi teknik dan efisiensi ekonomis atau efisiensi harga (Doll and Orazem, 1984). Efisiensi teknik mencakup hubungan antara input dan output. Menurut Miller dan Meiners (2010), efisiensi teknik mensyaratkan adanya proses



8



produksi yang dapat memanfaatkan input yang sedikit demi menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Efisiensi teknik dalam usahatani jagung dipengaruhi oleh kuantitas penggunaan faktor-faktor produksi. Kombinasi dari luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknik. Proporsi penggunaan masing-masing faktor produksi tersebut berbeda-beda pada setiap petani. Analisis efisiensi produksi secara ekonomis memerlukan prasyarat informasi harga jual produksi dan harga beli faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani. Hal ini yang menyebabkan penilaian efisiensi produksi secara ekonomis disebut sebagai efisiensi harga. Efisiensi produksi secara ekonomis perlu dilakukan untuk melihat apakah faktor produksi yang digunakan dalam usahatani sudah optimal dan memberikan tingkat keuntungan maksimum. Analisis efisiensi produksi secara ekonomis dilakukan dengan menggunakan indikator rasio nilai produk marginal (NPM) dengan harga masing-masing faktor produksi sama besarnya. Nilai Produksi Marginal (NPM) dari setiap unit tambahan output sama dengan harga dari setiap unit input (Px) (Debertin, 1986 serta Doll dan Orazem, 1984). 2.3.2 Analisis Produksi Produksi merupakan suatu proses untuk merubah faktor produksi (input) menjadi produk (output). Secara lebih luas, produksi diartikan sebagai suatu proses pengombinasian penggunaan faktor produksi dan sumber daya untuk menghasilkan suatu produk berupa barang atau jasa (Soekartawi, 1994). Hubungan antara faktor produksi dengan produk yang dihasilkan merupakan hubungan fungsional yang disebut sebagai fungsi produksi. Fungsi produksi dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika sederhana sebagai : Y = f (X1, X2, X3, ..., Xn) ......................................................... (1) dimana : Y = Jumlah produk yang dihasilkan X1, ..., Xn = Faktor-faktor produksi f = Fungsi yang menunjukkan hubungan dari perubahan input menjadi output Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi logaritma yang umum digunakan untuk menduga fungsi produksi dan dinilai lebih sesuai untuk



9



menganalisis lebih dari dua faktor produksi yang saling berkaitan dalam hubungan logis. Keistimewaan dari fungsi produksi Cobb-Douglas antara lain adalah penyelesaiannya relatif mudah dan dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk satuan linier, pendugaan garis menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus merupakan besaran elastisitas produksi, dan jumlah besaran elastisitas tersebut juga merupakan tingkat besaran return to scale. Fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki kelemahan karena sering terjadi multikolineritas, yaitu selang kepercayaan menjadi lebih besar sehingga mengakibatkan uji hipotesis menjadi lemah. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi multikolinearitas, yaitu : mencari informasi pendahuluan, mengeluarkan satu atau lebih variabel pengganggu, transformasi tabel, dan penambahan data baru. Dalam perhitungan ekonomi usahatani dikenal tiga macam produk, yaitu produk total (PT), produk rata-rata (PR), dan produk marginal (PM). Produk total (PT) adalah jumlah produk (hasil yang diperoleh dalam proses produksi) yang diproduksi selama periode waktu tertentu, dengan menggunakan semua faktor produksi yang dibutuhkan dalam proses produksi. Produk rata-rata (PR) adalah perbandingan antara produk total dengan input produksi. Produk marginal (PM) adalah perubahan produksi (output) karena kenaikan satu-satuan faktor produksi (input). 2.2.3 Analisis Biaya Menurut



Hernanto



(1989)



faktor



biaya



sangat



menentukan



kelangsungan proses produksi. Biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi erta membawanya menjadi produk disebut biaya produksi termasuk didalamnyabarang yang dibeli dan jasa yang dibayar didalamnya maupun diluar usahatani. Ada 4(empat) pengelompokan biaya, sebagai berikut. 1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, misalnya : pajak tanah, pajak air dan penyusutan alat bangunan pertanian. 2. Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada skala produksi. Yang tergolong biaya variabel antara



10



lain, biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, tenaga kerja dan biaya panen. 3. Biaya tunai dari biaya meliputi pajak air, kredit ataupun pajak tanah. Biaya tenaga kerja diluar keluarga dan pemakaian sarana produksi termasuk dalam biaya tunai dari biaya variabel. 4. Biaya Tidak Tunai adalah biaya yang diperhitungkan untuk membayar tenaga kerja dalam keluarga, seperti biaya panen, serta biaya pengolahan tanah yang dilakukan oleh keluarga petani. Pengklafisian pembiayaan tersebut, dikenal juga apa yang disebut biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah semua biaya-biaya langsung adalah dipergunakan dalam proses produksi atau lebih dikenal dengan actual cost. Biaya langsung juga sering disebut farm expenses yaitu biaya produksi yang betul-betul dikeluarkan oleh petani. Istilah ini biasanya dipergunakan untuk mencari pendapatan petani (farm income). Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya-biaya tidak langsung dipergunakan dalam proses produksi, seperti penyusutan alat dan sebagainya (Soekartawi, 2006). TC = TVC + TFC Keterangan: TC = Biaya produksi TVC = Biaya variabel TFC = Biaya tetap



2.4 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani 2.4.1 Biaya Usahatani Menurut Soekartawi (1986), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu, 1) biaya tetap (fixed cost); dan 2) biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap didefinikasikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Misalnya sewa tanah, pajak, penyusutan, alat pertanian dan iuran irigasi. Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang



11



besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Misalnya biaya untuk sarana produksi. Suratiyah (2006) menyatakan, biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal, eksternal dan faktor manajemen. Faktor internal maupun eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan. Faktor internal meliputi umur petani, tingkat pendidikan dan pengetahuan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal. Faktor eksternal terdiri dari input yang terdiri atas ketersediaan dan harga. Faktor manajemen berkaitan dengan pengambilan keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal. Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan tingkat produksi. Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang besarnya sangat dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (Suratiyah, 2006). Ciri-ciri dari biaya tetap dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) jumlahnya yang tetap dan sebanding dengan hasil produksi, 2) menurunnya biaya tetap per unit dibandingkan dengan kenaikan dari hasil produksi, 3) pembebanannya kepada suatu bagian seringkali bergantung pada pilihan dari manajemen atau cara penjatahan biaya, 4) pengawasan atas kejadiannya terutama bergantung kepada manajemen pelaksana dan bukan kepada pengawas kerja. Contoh dari biaya tetap yaitu biaya pembelian mesin, pendirian pabrik (Kartasapoetra dan Bambang, 1992). Ciri-ciri biaya variabel adalah : 1. Bervariabel secara keseluruhan dengan volume, 2. Biaya per unit yang konstan walaupun terjadi perubahan volume dalam batas



bidang yang relevan,



3. Mudah dan dapat dibagikan pada bagian usaha,



12



4. Pengawasan dari kejadian dan penggunaannya berada di tangan kepala bagian. Contoh dari biaya variabel yaitu biaya persediaan, bahan bakar, tenaga listrik, alat perkakas, penerimaan barang, pengangkutan (Kartasapoetra dan Bambang, 1992). 2.4.2 Pendapatan Usahatani Dalam menganalisis pendapatan usahatani ada empat istilah yang seringdigunakan yaitu pendapatan kotor usahatani (gross farm income), pendapatan bersih(net farm income), penghasilan bersih (net farm earning) dan pendapatan keluarga (family earning). Soekartawi dkk (1986), menyatakan bahwa penerimaan tunai usahatani (farm receipt) sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pengeluaran tunai usahatani (farm payment) didefinasikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahataninya. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Demikian juga pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. Selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Kelebihan uang tunai usahatani (farm cash surplus) ditambah dengan penerimaan tunai rumah tangga seperti upah tenaga kerja yang diperoleh dari luar usahatani didifinisikan sebagai pendapatan tunai rumah tangga (household net cash income). Jumlah ini adalah uang tunai yang tersedia bagi keluarga petani untuk pembayaran-pembayaran yang tidak ada kaitanya dengan usahatani. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) adalah nilai produksi (value of production) atau penerimaan kotor usahatani (gross return). Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan



13



bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi, kerja, penglolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Pendapatan bersih usahatani (net farm earning) diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman. Ukuran ini menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari usahatani untukuntuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan terhadap sumberdaya milik keluarga yang dipakai didalam usahatani. Didalam usahatani harus mengandung jumlah masukan (input), jumlah dan harga masukan (output) yang akan digunakan dan dibeli, jumlah uang/kredit yang diperlukan untuk pembiayaan pelaksanaan rencana, jumlah produksi yang akan diperoleh dan yang disediakan untuk dijual guna pengembalian hutang dan keuntungan bersih yang diharapkan. Terencananya anggaran belanja dan pendapatan merupakan cerminan bagi petani untuk melakukan perandingan dan pemilihan cara pengelolaan usahataninya antara cara lama dengan cara baru. Sebab dari rencana dan anggaran petani akan mengetahui : 1) keadaan usahataninya sebelum penggunaan cara baru dan setelah penggunaan cara baru, 2) membuka pikiran untuk mengelola usahataninya lebih baik dari pada yang sekarang, 3) mengetahui pengeluaranpengeluaran dan pendapatan; 4) mengetahui perbandingan antara biaya tambahan dan pendapatan tambahan dengan adanya rencana baru, 5) cara melakukan analisa sederhana sebagai petunjuk untuk mengambil kputusan (Tohir, 1983). Usahatani dikatakan berhasil dalam arti memberikan penghasilan yang cukup bagi petani beserta keluarganya apabila secara minimal memenuhi syarat-syarat: 1) usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar biaya semua peralatan yang dikeluarkan (sarana produksi), 2) usaha tani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dipergunakan untuk membayar bunga modal yang digunakan, baik modal milik petani maupun modal yang dipinjamkan dari pihak lain, 4) usahatani yang bersangkutan haruslah paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula, dan 5) usahatani harus pula dapat membayar tenaga petani sebagai manager



14



yang harus mengambil keputusan mengenai apa yang harus dijalankan, kapan, dimana, dan bagaimana Soekartawi (1995). Menurut Soekartawi (1995), bahwa dalam kenyataannya ada beberapa hal yang menyebabkan keuntungan maksimum sulit dicapai petani, sebagai berikut. 1. Petani tidak atau belum tidak memahami prinsip hubungan antara input dengan output sehingga sering ditemui petani yang menggunakan input yang berlebihan sehingga keuntungan yang diterima menjadi kecil. 2. Petani sering dihadapi pada faktor resiko yang tinggi. 3. Petani sering dihadapkan pada faktor ketidakpastian harga dimasa yang akan datang, dimana pada saat panen biasanya harga turun. 4. Keterbatasan petani dalam menyediakan input yang kadang-kadang diikuti dengan



kurangnya



keterampilan



dalam



berusahatani



menyebabkan rendahnya produksi yang dihasilkan.



15



yang



akan



BAB III METODOLOGI



3.1 Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan di desa Bugel Indah, Kecamatan Karawaci, Kelurahan Bugel, Kota Tangerang, Pada tanggal 22 November 2019.



3.2 Keadaan Umum Wilayah Desa Bugel Indah, yang merupakan bagian dari Perumahan Bugel Indah, bertempat pada kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Desa Bugel Indah memiliki luas lahan pertanian kurang lebih 5,3 hektar. Komoditas yang ditanam pada tempat tersebut antara lain bayam dan kangkung. Secara geografis wilayah kecamatan Karawaci sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Cibodas, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Tangerang, disebelah utara berbatasan dengan kecamatan Neglasari sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Periuk. Letak geografis yang demikian merupakan keuntungan bagi kecamatan Karawaci karena letaknya ditengah jalur perdangan. Secara topografi kecamatan Karawaci merupakan dataran rendah. Dataran rendah memiliki ketinggian kurang dari 500 meter. Wilayah kecamatan padarincang beriklim tropis dengan curah hujan dan hari hujan di sepanjang tahun 2015, curah hujan dalam sebulan rata – rata 8 mm dan lama hujan 15 hari.Suhu berkisar antara 250C – 350C dan kelembaban relatif sebesar 81 %. Sekitar 20 % dari luas keseluruhan kecamatan Kadarincang digunakan untuk lahan di sektor pertanian dan hortikultura.



16



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil



4.2 Pembahasan



17



BAB V PENUTUP



5.1 Kesimpulan



5.2 Saran



18



DAFTAR PUSTAKA



Bambang, S dan Kartasapoetra. 1992. Kalkulasi dan Pengendalian Biaya Produksi. Jakarta: Rineka Cipta. Bandini, Nurudin Aziz. 2001. Bayam. Jakarta: Penebar Swadaya. Debertin, David L. 2012. Second Edition: Agriculture Production Economic. London: University of Kentucky. Doll, John P and Orazem, 1984. Production Economics Theory with Application. New York: John Wiley & Sons inc. Hermanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya Yayasan Indonesia. Janick. J. 1971. Holticultural Science. San Francisco: W.H.Freeman and Co. Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. Notodimedjo, Soewarno. 1997. Strategi Pengembangan Holtikultura Khususnya Buah-Buahan Dalam Menyongsong Era Pasar Bebas. Malang: Fak. Pertanian Unibraw. Rahim, ABD dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori dan Kasus). Jakarta: Penebar Swadaya. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press. Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia. Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya Tohir, Kaslan. 1983. Usahatani Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Zulkarnain. 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara.



19



LAMPIRAN



20