Laporan Praktikum Pakcoy Agroteknologi 2016 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERTANIAN PERKOTAAN LAPORAN PENGAMATAN HIDROPONIK



Dosen Pengampu : Ir. Junaidi, M.Si



Disusun Oleh: Kelompok 1 Afifah Fitria Lestari



(11160920000030)



Amelia Ramadhanti



(11160920000023)



Atikah Indri Prastianti



(11160920000092)



Isqi Rakhmah Santoso



(11160920000036)



Linda Purnama



(11160920000116)



May Sarah



(11160920000033)



Syarif Jumal



(11160920000035)



Zulia Maulina



(11160920000106)



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019M



DAFTAR ISI DAFTAR ISI………………………………………………………………



i



BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………



1



1.1 Latar Belakang……………………………………………………...



1



1.2 Tujuan Praktikum…………………………………………………...



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………



2



2.1 Botani Tanaman Pakcoy…………………………………………….



2



2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy…………………………………..



3



2.3 Budidaya Tanaman Pakcoy………………………………………....



4



2.4 Hidroponik………………………………………………………….



5



2.5 Media Tanam Hidroponik…………………………………………..



7



2.6 Vertikultur…………………………………………………………..



8



2.7 Media Tanam Vertikultur…………………………………………...



10



2.8 Pupuk untuk Vertikultur…………………………………………….



10



BAB III BAHAN DAN METODE……………………………………….



11



3.1 Waktu dan Tempat………………………………………………….



13



3.2 Bahan dan Alat……………………………………………………..



13



3.3 Persemaian Benih…………………………………………………..



13



3.4 Pembuatan Nutrisi AB Mix………………………………………...



14



3.5 Penanaman………………………………………………………….



15



3.6 Pemeliharaan………………………………………………………..



16



3.7 Pengamatan…………………………………………………………



16



3.8 Panen………………………………………………………………..



17



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………



18



4.1 Tinggi Tanaman……………………………………………………..



18



4.2 Jumlah Daun………………………………………………………...



20



4.3 Bobot Kotor dan Bobot Bersih Tanaman Pakcoy…………………..



25



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………..



30



5.1 Kesimpulan………………………………………………………….



30



5.2 Saran………………………………………………………………...



30



DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..



31



LAMPIRAN (Data dan Foto Praktikum)………………………………….



32



i



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kawasan



perkotaan



umumnya



cenderung



dikembangkan



bagi



pemanfaatan lahan non pertanian. Walaupun demikian, pertanian perkotaan tetap menjadi salah satu pola pemanfaatan lahan yang akan memengaruhi bentuk sekaligus keberlanjutan dari suatu kawasan perkotaan. Pengembangan pertanian perkotaan seharusnya dilakukan dalam perspektif pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Pertanian perkotaan selain mempunyai manfaat ekonomi, juga mempunyai manfaat sosial dan manfaat lingkungan. Karena tidak hanya menjadikan lahan kosong menjadi berguna tetapi juga memberikan solusi murah dan fleksibel bagi masyarakat yang kesulitan finansial. Sistem hidroponik dan vertikultur menjadi solusi yang tepat ketika lahan pertanian semakin sempit. Hidroponik merupakan sistem bertanam tanpa menggunakan media tanah. Sebagai pengganti, media tanam yang dipakai adalah air. Sedangkan sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem budidaya pertanian hidroponik dan vertikultur merupakan sistim penghijauan yang sangat sesuai dan direkomendasikan untuk daerah perkotaan dengan lahan pekarangan yang terbatas atau sempit.



1.2 Tujuan Praktikum 1. Untuk mengetahui cara budidaya menggunakan sistem hidroponik dan sistem vertikultur. 2. Untuk mengetahui hasil dari setiap perlakuan dalam penanaman menggunakan sistem hidroponik dan sistem vertikultur.



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Botani Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand (Adiwilaga, 2010). Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan “tanaman Pakchoy merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun Pakchoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15 – 30 cm. Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau pudar dan ungu yang berbeda”. Adapun klasifikasi tanaman sawi sendok atau pakcoy adalah sebagai berikut (Eko, 2007) : Kingdom : Plantae Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Rhoeadales



Famili



: Brassicaceae



Genus



: Brassica



Species



: Brassica rapa L.



Tanaman ini memiliki daun yang bertangkai, daun berbentuk agak oval berwarna hijau tua dan mengkilap, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar. Tangkai daun berwarna putih atau hijau muda,



2



gemuk dan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 30 cm. Pada kelompok ini terdapat keragaman morfologis dan periode kematangan pada berbagai kultivar. Salah satunya adalah kultivar tipe kerdil dengan ciri-ciri bentuk daun warna hijau pudar dan ungu yang berbeda-beda (Sutinah, 2010). Pakcoy merupakan jenis sayuran hijau yang masih satu golongan dengan sawi. Pakcoy juga sering disebut dengan sawi sendok karena bentuknya yang menyerupai sendok. Pakcoy sering disebut dengan sawi manis atau sawi daging karena pangkalnya yang lembut dan tebal seperti daging. Pakcoy biasa digunakan untuk bahan sup atau sebagai penghias makanan ini berasal dari Cina (Alviani, 2015). Yogiandre, dkk. (2011) menyatakan tanaman pakcoy merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15 – 30 cm. Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau pudar dan ungu yang berbeda. Lebih lanjut dinyatakan pakcoy kurang peka terhadap suhu ketimbang sawi putih, sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih luas. Vernalisasi minimum diperlukan untuk bolting. Bunga berwarna kuning pucat (Hernowo, 2010).



2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy Sawi mangkok atau sawi sendok tergolong tanaman yang dapat ditanam pada berbagai musim, baik musim penghujan ataupun musim kemarau dan dapat diusahakan di dataran rendah sampai dataran tinggi. Sayuran ini termasuk sayuran yang dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Apabila pembudidayaan dilakukan di dataran tinggi, umumnya akan cepat berbunga karena dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk/lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak baik apabila



3



dibudidayakan pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok apabila ditanam pada akhir musim penghujan (Haryanto, 2006). Menurut Sutirman (2011) pakcoy bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Tanah yang cocok untuk ditanami pakcoy adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto 2007). Pakcoy ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan kerapatan tinggi, yaitu sekitar 20 – 25 tanaman/m2, dan bagi kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar genjah dipanen umur 40 – 50 hari, dan kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Pakcoy memiliki umur pasca panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari, pada suhu 0. Media tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik.



2.3 Budidaya Tanaman Pakcoy Tanaman pakcoy (Brassica rapa) termasuk dalam jenis sayur sawi yang mudah diperoleh dan cukup ekonomis. Saat ini pakcoy dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai masakan. Hal ini cukup meningkatkan kebutuhan masyarakat akan tanaman pakcoy. Tanaman pakcoy cukup mudah untuk dibudidayakan dan hanya memerlukan waktu yang pendek berkisar 3



4



sampai 4 minggu. Perawatannya juga tidak terlalu sulit dibandingkan dengan budidaya tanaman yang lainnya. Budidaya tanaman pakcoy dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan media tanam dalam polibag. Media tanam dapat dibuat dari campuran tanah dan kompos dari sisa limbah (Prihastanti, 2014). Teknik budidaya sawi meliputi pemilihan benih, pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta pemanenan. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan digunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya benih beli harus memperhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. Kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang digunakan dari hasil pananaman harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Selain itu juga harus memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan,tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun (Mandha. 2010).



2.4 Hidroponik 



Apa Itu Hidroponik? Yang dimaksud hidroponik adalah cara membudidayakan tanaman dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya, sehingga pada hidroponik sangat mementingkan dalam memenuhi nutrisi tanaman. Tanaman dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah secara lebih cepat walaupun tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Dimanapun tempat tumbuh tanaman akan selalu tumbuh baik jika nutrisinya terpenuhi. Pada metode hidroponik fungsi dari media pengganti tanahnya yaitu untuk



5



menyangga tanaman saja dan yang terpenting yaitu air berfungsi untuk melarutkan nutrisi yang akan di serap oleh akar tanaman. Dengan metode hidroponik maka petani dapat meghemat tempat maupun waktu. 



Manfaat Hidroponik Secara Umum Adapun beberapa manfaat hidroponik yang bisa di dapatkan, diantaranya: a. Menghasilkan kualitas tanaman yang lebih baik. b. Tanaman dapat terhindar dari hama. c. Penggunaan pumuk menjadi lebih hemat. d. Hemat tempat, karena tidak memerlukan lahan tahan yg luas untuk menanam tanaman. e. Tanaman dapat tumbuh dengan cepat. f. Hemat tenaga dan waktu.







Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik a. Kelebihan hidroponik Beberapa keuntungan yang bisa di dapatkan dari tanaman hidroponik misalnya seperti: 



Produksi tanaman lebih tinggi jika di bandingkan dengan metode tanam dengan tanah.







Tanaman dapat terbebas dari penyakit dan juga hama.







Pemakaian pupuk lebih hemat dan tumbuh tanaman lebih cepat.







Dapat mengganti tanaman dengan mudah.







Mempermudah pekerjaan maupun perawatan tanaman.







Tanaman akan memberikan hasil secara berkelanjutan.



b. Kekurangan hidroponik Beberapa



kekurangan



dai



metode



tanam



hidroponik,



diantaranya: 



Memerlukan biaya lebih di awal-awal, terutama jika berencana untuk menanam tanaman secara hidroponik dalam sekala besar.



6







Membutuhkan alat-alat khusus. Alat-alat untuk metode tanam hidroponik masih jarang di temukan di sekitar kita.







Memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus karena metode tanamnya tidak pada lahan tanah.







Dan juga membutuhkan ketelitian yang lebih, karena nutrisi untuk tanaman harus benar-benar di awasi secara cermat.



2.5 Media Tanam Hidroponik 1. Net Pot Net Pot hidroponik adalah pot mini yg dirancang dengan design khusus utk sistem tanam hidroponik.Dengan design lubang samping dan bawah yg disediakan untuk pertumbuhan akar tanaman yg optimal. 2. Rockwool Rockwool merupakan salah satu media tanam yang paling banyak menjadi pilihan untuk berhidroponik. Media ini menjadi pilihan petani hidroponik



karena



memiliki



kelebihan



yang



menarik.



Kelebihan rockwool seperti mampu menyerap dan menyimpan air dengan baik. Rockwool diproduksi oleh pabrik yang berasal dari batuan yang dileburkan



sehingga



menjadikan



media



tanam



ini



steril.



Media rockwool hanya bisa digunakan sekali pakai saja. 3. Arang Sekam Arang sekam atau sekam bakar merupakan media tanam hidroponik yang sering digunakan oleh petani hidroponik. Media yang satu ini berasal dari kulit sekam padi sehingga menjadikan harganya yang terjangkau dan mudah untuk didapatkan. Sekam dibuat dengan proses pembakaran sehingga kandungan zat yang berbahaya untuk tanaman sudah hilang. Sifat arang sekam ini ringan, steril dan dapat memberikan sirkulasi untuk sistem perakaran. Arang sekam dapat digunakan hingga 3 kali pemakaian, sehingga jelas lebih hemat. 4. Cocopeat Cocopeat merupakan salah satu media tanam yang sudah tidak asing lagi di hidroponik. Media ini berasal dari sabut kelapa yang memiliki



7



kemampuan menyimpan air



yang cukup baik. Cocopeat



mampu



menyimpan air dan nutrisi dengan baik sehingga mencukupi kebutuhan air dan nutrisi tanaman. Sebelum menggunakan cocopeat sebagai media tanam, cocopeat harus dicuci dan dijemur agar kandungan zat tanin hilang. Sehingga dapat menjadikan cocopeat sebagai media tanam yang steril. Selain itu, cocopeat juga mudah didapatkan dengan harga terjangkau. Media ini dapat digunakan untuk beberapa kali tanam. Sehingga jelas media ini sudah banyak dikenali dan menjadi pilihan untuk berhidroponik. 5. Spons Media tanam ini memiliki struktur yang kurang kuat sehingga spons sangat mudah hancur. Spons sangat tidak disarankan sebagai media tanam bagi tanaman yang membutuhkan waktu tumbuh hingga panen yang panjang karena spons tidak mampu bertahan lama. 6. Kain Perca/Flanel Kain perca/flannel merupakan jenis kain yang dibuat dari serat wol tanpa ditenun, dibuat dengan proses pemanasan dan penguapan sehingga menghasilkan kain dengan beragam tekstur dan jenis (tergantung bahan pembuatnya). 



Digunakan sebagai sumbu dalam membantu penyerapan nutrisi bagi konsumsi akar tanaman hidroponik.







Biasa digunakan dalam sistem Wick, bisa juga digunakan dalam sistem NFT dan sistem DFT.







Memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: 1. Mudah didapat, 2. Cenderung lebih murah, 3. Mudah meresap air, dan 4. Mampu mempertahankan air dengan baik sehingga akar tanaman mendapat kecukupan nutrisi dengan baik.



2.6 Vertikultur Vertikultur adalah cara bertani atau bercocok tanam menggunakan media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertikal (bertingkat)



8



guna memanfaatkan ruang atau lahan terbatas. Indonesia negara dengan iklim tropis juga mulai menerapkan teknik ini karena sangat membantu kebutuhan pangan yang meningkat namun ketersediaan lahan yang menurun. Teknik penanaman secara vertikultur awalnya hanya digunakan untuk ajang pameran tanaman yang dilaksanakan di taman, kebun maupun rumah kaca. Saat ini vertikultur mulai diterapkan dirumah-rumah khususnya para ibu rumah tangga yang hobi bercocok tanam. Secara umum vertikultur digunakan untuk menanam sayuran seperti bayam, kangkung, seledri, maupun tanaman hias yang batang berair (Nisisapto, 1993). Menurut Sutarminingsih (2003), pengembangan dan penerapan vertikultur dimasyarakat, khususnya masyarakat area perkotaan, memiliki fungsi dan beberapa manfaat seperti berikut: 1. Mewujudkan keselarasan, kesejukan, dan keindahan wilayah kota yang dominan dengan berbagai bangunan dan fasilitas umum serta padat pemukiman penduduk. Sehingga adanya vertikultur dapat meningkatkan nilai estetika daerah perkotaan. 2. Mengkonservasi sumber daya alam berupa tanah, yang dapat dilakukan dengan mengelola dan menggunakannya secara tepat dan bijak. Sehingga tanah yang ketersediaannya minimal dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kegunaan yang berkelanjutan. 3. Mengkonservasi sumber daya alam berupa air. Tanaman yang ditanam secara vertikultur akan lebih terkontrol secara optimal pasokan air yang dibutuhkan, karena air yang diberikan akan terserap seluruhnya oleh tanaman sampai mencapai kapasitas titik jenuh didalam wadah penanaman. Sehingga lebih hemat penggunaan air. 4. Mempengaruhi dan merombak secara mikro terhadap iklim di wilayah perkotaan, karena jumlah tanaman yang bertambah maka meningkatkan pasokan oksigen yang memberikan dampak peningkatan kesejukan wilayah tersebut. 5. Memaksimalkan pemanfaatan sampah baik organik maupun non-organik karena digunakan sebagai bahan vertikultur. Sampah organik dapat



9



digunakan sebagai media dan pupuk tanaman, sedangkan sampah nonorganik dapat digunakan sebagai wadah penanaman. 6. Membantu mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari pada tingkat rumah tangga, sekaligus dapat memberikan peluang sebagai penghasilan tambahan untuk keluarga.



2.7 Media Tanam Vertikultur Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan kolom atau wadah media tanam secara vertikal (Sutarminingsih, 2003), yaitu: a. Bambu dengan garis tengah (diameter) yang cukup besar, misalnya bambu petung. b. Plempem (saluran air yang terbuat dari tanah liat). c. Pralon (PVC). d. Kaleng-kaleng bekas dengan diameter cukup besar. e. Karung-karung plastik bekas. f. Plastik mulsa (plastic hitam perak). g. Karpet talang. h. Kasa plastik.



2.8 Pupuk untuk Vertikultur 1. Pupuk Kotoran Ayam Kotoran ayam termasuk kedalam salah satu jenis pupuk yang memiliki kandungan hara tinggi. Tetapi, pupuk kandang yang berasal dari ayam atau unggas harus hati-hati dalam penggunaannya karena termasuk kedalam pupuk panas. Maksudnya pupuk ini proses dekomposisinya oleh mikroba begitu cepat hingga terbentuknya banyak gas yang menimbulkan panas. Jika kotoran ayam diaplikasikan dalam bentuk segar/basah, tanaman akan sangat terganggu karena panas dan kompetisi nutrisi dengan mikroorganisme/dekomposer di sekitar perakaran tanaman. Karena itu, alangkah baiknya jika kotoran ayam yang masih segar difermentasi atau dikomposkan terlebih dahulu.



10



Pupuk kandang ayam biasanya diambil dalam bentuk campuran dengan sekam padi, terutama untuk kotoran ayam pedaging (broiler). Sekam padi digunakan para peternak ayam sebagai alas kandang. Ketika kandang dibersihkan kotoran akan bercampur dengan sekam tersebut. Sekam padi ikut memperkaya zat hara terutama untuk unsur K. Kotoran ayam broiler juga mengandung unsur P yang lebih tinggi. Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55% (Lingga, 1986). Kandungan ini bisa berbeda-beda tergantung jenis pakan ayam.



2. Pupuk Kotoran Kambing Kotoran kambing teksturnya berbentuk butiran bulat yang sukar dipecah secara fisik. Kotoran kambing dianjurkan dikomposkan dahulu sebelum digunakan hingga pupuk menjadi matang. Ciri-ciri kotoran kambing yang telah matang suhunya dingin, kering dan relatif sudah tidak bau. Kotoran kambing memiliki kandungan K yang lebih tinggi dibanding jenis pupuk kandang lain. Pupuk ini sangat cocok diterapkan pada paruh pemupukan kedua untuk merangsang tumbuhnya bunga dan buah. Tiap satu ekor kambing akan menghasilkan ± 4 kg feses per harinya. Dilihat dari jumlah feses yang dihasilkan serta tingginya rasio C/N kotoran kambing, pengomposan merupakan salah satu alternatif untuk menurunkan C/N rasio mendekati C/N rasio tanah sehingga aman untuk digunakan sebagai pupuk serta menambah nilai ekonomis dari kotoran ternak kambing yang bernilai ekonomis rendah. Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 0,40%, P 0,25%, K 0,40% dan kadar air 64%. Kalaupun akan digunakan secara langsung, pupuk kandang ini akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim penanaman. Kadar air pupuk kandang kambing relatif lebih rendah dari pupuk kandang sapi dan sedikit lebih tinggi dari pupuk kandang ayam.



11



3. Pupuk Kompos Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dibuat dengan cara menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme hidup. Untuk membuat pupuk kompos diperlukan bahan baku berupa material organik dan organisme pengurai. Organisme pengurainya bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Teknologi pengomposan dikembangkan dari proses penguraian material organik yang terjadi di alam bebas. Terbentuknya humus di hutan merupakan salah satu contoh pengomposan secara alami. Prosesnya berjalan sangat lambat, bisa sampai berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Kemudian umat manusia memodifikasi proses penguraian material organik tersebut. Sehingga pengomposan yang dikelola manusia bisa dilakukan dalam tempo yang lebih singkat. Selain menyediakan nutrisi bagi tanaman, pupuk kompos bekerja dengan cara memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi tanah. Secara fisik, kompos meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan air sebagai cadangan di saat kekeringan. Kompos juga membuat tanah menjadi gembur dan cocok sebagai media tumbuh akar tanaman. Pada tanah tipe pasir sekalipun, material kompos berguna menjadi perekat sehingga tanah menjadi lebih solid. Sedangkan pada tanah liat atau tanah lempung, kompos berfungsi menggemburkan tanah agar tidak terlalu solid. Pupuk kompos yang baik memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: (1) Baunya sama dengan tanah, tidak berbau busuk, (2) Warna coklat kehitaman, berbentuk butiran gembur seperti tanah, (3) Jika dimasukkan ke dalam air seluruhnya tenggelam, dan air tetap jernih tidak berubah warna, (4) Jika diaplikasikan pada tanah tidak memicu tumbuhnya gulma.



12



BAB III BAHAN DAN METODE



3.1 Waktu dan Tempat Waktu



: Bulan April – Mei 2019



Tempat



: Kebun Agribisnis UIN Jakarta (Jl. Kertamukti No. 36 A,



Pisangan, Ciputat Timur, Tengerang Selatan, Banten).



3.2 Bahan dan Alat Alat :



Bahan :



a. Cangkul



a. Tanah



b. Koret



b. Pupuk Kompos



c. Gembor



c. Kotoran Ayam



d. Ember



d. Kotoran Kambing



e. Gelas Plastik



e. Bibit Pakcoy



a. Media tanam (spon, sabut



f. Air



kelapa, rockwool, arang sekam, kain) f. Tray (media semai)



3.3 Persemaian Benih Media untuk persemaian adalah tanah sebanyak 1 ember dan 1 ember kompos yang dimasukkan dalam tray, selanjutnya benih pakcoy dimasukkan satu per satu pada media semai dan ditutup tipis dengan tanah, lalu disiram. Kemudian simpan ditempat yang tidak terppar sinar matahari langsung untuk menjaga kelembaban dan mempercepat perkecambahan. Setelah berkecambah 7 hari sejak semai, berdaun 2-3 helai (umur 1 minggu), bibit dicabut dengan hati-hati, selanjutnya dipindahkan ke dalam media tanam percobaan yang telah disiapkan sebelumnya.



13



3.4 Pembuatan Nutrisi AB Mix Nutrisi AB Mix merupakan nutrisi hidroponik yang populer digunakan untuk budidaya hidroponik. AB Mix merupakan campuran antara pupuk A dan pupuk B. Pupuk A mengandung unsur kalium sedangkan pupuk B mengandung sulfat dan fosfat. Ketiga unsur ini tidak boleh dicampur dalam keadaan pekat agar tidak menimbulkan endapan. Apabila nutrisi atau pupuk yang digunakan belum terlarut sempurna maka akan menyebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara dan juga bisa menyebabkan terjadinya sumbatan pada pipa-pipa hidroponik. Satu set nutrisi hidroponik yang terdiri dari pupuk A dan pupuk B mengandung 9.90% NO3, 0.48% NH4, 4.83% P2O5, 16.50% K2O, 2.83% MgO,11.48% CaO, 3.81% SO3, 0.013% B, 0.025% Mn, 0.015% Zn, 0.002% Cu, 0.003% Mo dan 0.037% Fe atau tergantung dari jenis tanamannya, apakah untuk sayur daun, buah atau lainnya. Berikut adalah gambar cara untuk membuat larutan nutrisi hidroponik AB Mix:



Dari hasil pembuatan larutan di atas, larutan pekatan AB Mix A akan berwarna hijau kecoklatan sedangkan larutan pekatan AB Mix B akan berwarna putih keruh. Setelah larutan pekatan dibuat, tempat dan cara penyimpanannya juga perlu diperhatikan.



14



Wadah penyimpanan atau jirigen dimana pekatan larutan ditampung sebaiknya tidak terkena sinar matahari langsung dan disimpan di tempat yang gelap dan sejuk. Agar terhindar dari tumbuhnya lumut dan jamur yang dapat menyerang akar tanaman dan menyebabkan penyakit busuk akar. Pekatan A dan B dalam penyimpanannya tidak dapat dicampur karena apabila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion sulfat dalam pekatan B akan terjadi reaksi yang menghasilkan endapan kalsium sulfat sehingga unsur Ca dan S tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun akan menunjukkan gejala kekurangan Ca dan S. Demikian juga apabila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam pekatan B, akan terjadi endapan kalsium fosfat, sehingga unsur Ca dan P tidak dapat diserap oleh akar. Keunggulan dari nutrisi hidroponik AB Mix ini adalah terdapat pada kelengkapan unsur haranya, sedangkan kekurangannya adalah dapat meyebabkan tanaman terbakar bila diberikan pada tanaman dalam dosis yang terlalu banyak (berlebihan).



3.5 Penanaman Penanaman dilakukan dengan cara memindahkan bibit dari media pembibitan ke media tanam. Bibit yang sudah berusia 7-10 hari setelah semai siap di pindahkan pada media tanam. Untuk hidroponik, cuci bibit dari tempat persemaian hingga akarnya bersih, kemudian pindahkan pada media tanam (spon, sabut kelapa, rockwool, arang sekam, kain) yang sudah disediakan. Setelah seluruh bibit dipindahkan pada media tanam, letakkan pada kontuksi hidroponik yang sudah dibersihkan dan disiapkan. Untuk vertikultur, bibit tidak perlu dicuci. Bibit bisa langsung dipindahkan pada media vertikultur (kompos, kotoran kambing, kotoran ayam) yang sudah disiapkan. Untuk pemindahan bibit sebaiknya dilakukan pagi atau sore, untuk menghindari layu tanaman.



15



3.6 Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman hanya dilakukan untuk tanaman yang menggunakan vertikultur. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanah sejak benih disemai hingga dipindahkan ke vertikultur sampai dengan tanaman tumbuh dewasa. Penyiraman dilakukan setiap hari di waktu pagi atau sore, apabila hujan tidak dilakukan penyiraman. Untuk tanaman yang ada pada hidroponik cukup melakukan kontrol pada pompa air agar pompa tetap nyala, supaya tanaman tetap ternutrisi dengan baik. b. Penyiangan Penyiangan dilakukan secara manual baik pada tanaman yang ada di hidroponik maupun yang ada di verikultur. Penyiangan dilakuakan sekali dalam seminggu sesuai kebutuhan tanaman.



3.7 Pengamatan Pengamatan dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari senin selama 4 minggu setelah tanaman dipindahkan dari tempat pembibitan ke media tanam. Ada dua hal yang diamati pada tanaman pakcoy yaitu : a. Jumlah daun Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna, yang dilakukan seminggu sekali sejak umur tanaman 1 minggu setelah tanam sampai panen. Jumlah daun dihitung dalam satuan helai. b. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan media tumbuh sampai ujung daun atau bagian tanaman tertinggi. Dilakukan seminggu sekali sejak umur tanaman 1 minggu setelah tanam sampai panen. Tinggi tanaman diukur dalam satuan sentimeter. c. Bobot kotor Bobot kotor tanaman ditimbang pada saat pemanenan tanaman yaitu pada umur 28 hari/ 4 minggu, penimbangan dengan menggunakan timbangan elektrik.



16



d. Bobot bersih Bobot berih tanaman ditimbang setelah tanaman dibersihkan dari akar dan media tanam yg menempel, di timbang menggunakan timbangan elektrik.



3.8 Panen Pemanenan dilakukan setelah pakcoy berumur lebih dari 40 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan pada semua tanaman secara bersamaan. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal batang dengan menggunakan pisau utuk teknik vertikultur. Sedangkan tanaman pada hidroponik ditimbang bobotnya bersama dengan media tanamnnya untuk mengetahui berat kotor tanaman. Setelah itu barulah tanamn dipotong pangkal batangnya kemudian ditimbang lagi bobotnya untuk mengetahui berat bersihnya.



17



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Tinggi Tanaman 



Vertikultur No. 1 2 3 4



No. 1 2 3 4



No. 1 2 3 4



Perlakuan P1 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Perlakuan P2 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Perlakuan P3 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4



1 2 1,4 2,08 1,83



Pengamatan 2 3 1,8 1,5 1,7 3,8 2,16 2,8 2 4,17



4 3,6 6,5 3,5 3,83



1 2,33 1,6 1,91 1,5



Pengamatan 2 3 3 2,75 2 4,5 2 2,9 1,67 5,3



4 4 3,6 3,41 4,67



1 1,67 1,6 1,6 1,58



Pengamatan 2 3 2,67 3 3,5 3,6 2,16 2,9 1,67 5,83



4 3,25 2,8 3 6,3



Ket : P1 = Kotoran Ayam P2 = Kotoran Kambing P3 = Kompos  Hidroponik No. 1 2 3 4



Perlakuan P1 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4



1 3,67 3 3,33 2,33



Pengamatan 2 3 4,67 6 3 4,1 4,33 8 3,83 8



4 7,5 7 13 6,67



18



No. 1 2 3 4



No. 1 2 3 4



No. 1 2 3 4



No. 1 2 3 4



Perlakuan P2 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Perlakuan P3 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Perlakuan P4 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Perlakuan P5 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4



1 3,67 2,6 3,5 2,67



Pengamatan 2 3 4,67 7 3,3 3,8 4 9,33 4,17 8,67



1 5,33 2,6 2,33 4,33



Pengamatan 2 3 5 6,33 3,6 3,5 4 11,67 4,5 11,33



4 7,67 7,1 14,33 6



4 7 6,8 15 6



1 3,67 2 3,33 2



Pengamatan 2 3 5,33 7 3 3,5 4,33 7 3,17 10,67



4 7 5,6 16,33 5,67



1 4 2,8 2,33 2,17



Pengamatan 2 3 5,33 4 1,8 2,1 3 11 3,67 10,5



4 6,5 4 13,33 6,33



Ket : P1 = Busa/ Spon P2 = Serabut Kelapa P3 = Rockwool P4 = Arang Sekam P5 = Kain



19



4.2 Jumlah Daun 



Vertikultur No. 1 2 3 4



No. 1 2 3 4



No. 1 2 3 4



Perlakuan P1 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Perlakuan P2 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Perlakuan P3 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4



1 3,17 5,10 5,00 3,30



Pengamatan 2 3 0,67 2,17 5,80 7,30 4,33 4,66 4,67 5,17



4 5,5 9,0 5,3 7,0



Pengamatan 2 3 4 5 4 4,17 7 8 9,00 4 4 5,33 3 4 4,00



1 3,83 4,30 4,66 5,17



Pengamatan 2 3 5,67 7 7,10 7 4,16 5 2,17 6



1 2,83 5,50 6,83 6,67



4 4,83 9,50 5,00 6,83



Ket : P1 = Kotoran Ayam P2 = Kotoran Kambing P3 = Kompos 



Hidroponik No. 1 2 3 4



No. 1



Perlakuan P1 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Perlakuan P2 Kelompok 1



Pengamatan 3 13,67 15,00 8,67 10,33



1 6,33 7,60 4,33 6,33



2 9,67 9,60 6,33 8,67



4 15,00 13,60 11,33 12,33



1 7,33



Pengamatan 2 3 4 9,33 14,33 15,33 20



2 3 4



No. 1 2 3 4



No. 1 2 3 4



No. 1 2 3 4



Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Perlakuan P3 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Perlakuan P4 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Perlakuan P5 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4



7,30 4,66 5,67



1 5,33 5,00 4,00 6,33



1 5,67 6,30 5,67 5,00



1 3,67 5,00 4,67 5,33



9,60 6,67 8,67



15,33 8,00 9,67



11,60 10,66 13,33



2 7,67 8,00 5,67 7,67



Pengamatan 3 11,67 13,33 9,33 10,67



2 8,00 8,60 6,67 8,33



Pengamatan 3 4 11,67 15,33 15,33 11,30 8,33 10,33 10,67 14,00



2 6,00 6,00 5,67 8,00



Pengamatan 3 11,33 14,33 9,00 10,67



4 13,33 11,00 10,33 11,33



4 14,33 9,30 11,00 15,00



Ket : P1 = Busa/ Spon P2 = Serabut Kelapa P3 = Rockwool P4 = Arang Sekam P5 = Kain Pada praktikum ini, dilakukan penanaman pakcoy secara hidroponik dan vertikultur dengan model tegak. Data rata-rata pertumbuhan tanaman pakcoy dicantumkan di bawah ini:  Hidroponik 



Tinggi tanaman



21



Tabel Rata-rata Tinggi Tanaman No.



Perlakuan



1 2 3 4 5



P1 P2 P3 P4 P5



1 3,08 3,11 3,65 2,75 2,83



Pengamatan 2 3 3,96 6,52 4,04 7,20 4,28 8,21 3,96 7,04 3,45 6,90



4 8,64 8,78 8,70 8,65 7,54



Sumber: Data primer diolah



Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan yang menggunakan media tanam serabut kelapa dan Rockwool memiliki pertumbuhan yang relative cepat. Hal ini menunjukkan bahwa Rockwool sebagai media tanam,



memiliki



kemampuan menahan air dan udara (oksigen untuk aerasi) dalam jumlah besar yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan akar dan penyerapan nutrisi pada metode hidroponik. Struktur serat alami yang dimiliki rockwool juga sangat baik untuk menopang batang dan akar tanaman sehingga dapat tegak dengan stabil. Rockwool merupakan salah satu mineral fiber atau mineral wool yang sering digunakan sebagai media tanam hidroponik. Media lainnya yang juga memiliki rata-rata tinggi tanaman lebih baik setelah Rockwool adalah serabut kelapa. Serabut kelapa juga bisa digunakan sebagai media tanam hidroponik. Serabut kelapa Mengandung unsur kalium cukup banyak sehingga sangat cocok dijadikan pengganti pupuk Kcl yang selama ini digunakan sebagai sumber kalium organik. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui rata-rata tinggi tanaman paling rendah terjadi apabila menggunakan media tanam kain, hal ini disebabkan karena media tanam kain memiliki kekurangan apabila dibiarkan dialam terbuka terkena hujan dan panas maka akan tumbuh lumut hijau sehingga akar tanaman akan lebih rentan terjadi pembusukan yang akan mengganggu pada proses pertumbuhan tinggi tanaman.



22







Jumlah Daun Tabel Rata rata Jumlah Daun



No.



Perlakuan



1 2 3 4 5



P1 P2 P3 P4 P5



1 6,15 6,24 5,17 5,66 4,67



Pengamatan 2 3 8,57 11,92 8,57 11,83 7,25 11,25 7,90 11,50 6,42 11,33



4 13,07 12,73 11,50 12,74 12,41



Sumber: Data primer diolah



Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun pada perlakuan yang menggunakan media tanam busa/spon memiliki pertumbuhan yang relative baik. Hal ini menunjukkan bahwa Spons memang memiliki sifat dapat menyerap dan menyimpan air. Karena itu banyak orang menggunakan spons untuk dijadikan media tanam. Spons memiliki pori-pori yang cukup besar untuk dapat menjadi sarana mengalirkan air nutrisi ke akar tanaman. Jadi tanaman akan mudah mendapatkan nutrisi yang cukup dari kita menggunakan media spons ini. Media lainnya yang juga memiliki rata-rata jumlah daun lebih baik setelah busa/spon adalah serabut kelapa. Serabut kelapa juga bisa digunakan sebagai media tanam hidroponik. Selain sifatnya yang dapat menyerap air juga bisa menyimpannya dengan waktu yang cukup lama. Sabut kelapa sangat ramah linggkungan dan juga mudah untuk mendapatkannya. Dari tabel diatas juga dapat diketahui rata-rata pertumbuhan jumlah daun paling rendah terjadi apabila menggunakan media tanam kain, namun pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap jumlah daun pada kelima media tanam tersebut. Hal ini mungkin disebabkan karena faktor bibit atau benih pakcoy itu sendiri, kemudian faktor cuaca, suhu, cahaya matahari, hama dan hormone tanaman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan daun menjadi tidak maksimal.  Vertikultur 



Tinggi tanaman



23



No.



Perlakuan



1



Pengamatan 1



2



3



4



P1



1,83



1,92



3,07



4,36



2



P2



1,84



2,17



3,86



3,92



3



P3



1,61



2,50



3,83



3,84



Sumber: Data primer diolah



Pada perlakuan 1 dengan menggunakan pupuk kotoran ayam, tinggi tanaman memiliki rata-rata yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan 2 dan 3 yaitu dengan menggunakan pupuk kotoran kambing dan kompos. Hal ini menunjukkan bahwa kotoran ayam dapat merangsang pertumbuhan tinggi tanaman lebih baik daripada media yang lain yang digunakan. 



Jumlah daun No.



Perlakuan



1



Pengamatan 1



2



3



4



P1



4,14



3,87



4,83



6,71



2



P2



4,49



4,78



4,83



5,63



3



P3



5,46



4,78



6,13



6,54



Sumber: Data primer diolah



Berdasarkan tabel diatas, Jumlah daun pada media tanam vertikultur yaitu perlakuan 3 dengan menggunakan media kompos memiliki rata-rata jumlah daun yang lebih banyak jika dibandingkan dengan perlakuan 1 dan 2 yaitu dengan menggunakan pupuk kotoran ayam dan kotoran kambing. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kompos dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah daun lebih baik jika dibandingkan dengan pupuk yang lain. Hasil praktikum menunjukkan bahwa media tanam hidroponik dapat menghasilkan tanaman yang produktivitasnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan media tanam vertikultur. Hal ini disebabkan oleh perawatan yang berbeda pada masing-masing media tanam. Pada media tanam hidroponik, penyiraman dilakukan secara otomatis oleh mesin sehingga kebutuhan air dari pakcoy terpenuhi. Sedangkan pada media



24



tanam vertikultur penyiraman dilakukan secara manual dengan komposisi yang tidak seimbang, dan hanya dilakukan sebanyak 5 kali dalam seminggu. Pada media hidroponik terdapat atap yang menaungi tanaman sehingga tidak terpapar sinar matahari secara berlebihan, sedangkan pada media vertikultur tidak terdapat pelindung apapun sehingga terpapar matahari dan terkena serangga secara langsung. Hal tersebut menyebabkan perbedaan hasil produksi pada masing-masing media tanam.



4.3 Bobot Kotor Pakcoy dan Bobot Bersih Pakcoy Media tanam berpengaruh terhadap berat hasil tanaman yang di budidayakan, pada praktikum tanaman perkotaan ini terdapat lima perlakuan yang dilakukan terhadap tanamn pakcoy yang dimana terdapat perbedaan yang berpengaruh terhadap berat kotor dan bersih pada tanaman. 1. Hidroponik Hidroponik



adalah



budidaya



menanam



dengan



memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.



Tabel 1. Rata-rata berat kotor dan berat bersih (gr) pada berbagai jenis media tanam Rata-rata Berat Kotor dan Berat Bersih Hidroponic No . 1 2 3 4 5



Perlakuan P1 (Busa / Spon) P2 (Serabut Kelapa) P3 (Rockwool) P4 (Arang Sekam) P5 (Kain)



Berat Kotor



Berat Bersih



123.665



99.665



126.0825



104.25



116.83



80.665



150.9975



102.415



86.83



66.2475



25



Ket : P1 = Busa / Spon P2 = Serabut Kelapa P3 = Rockwool P4 = Arang Sekam P5 = Kain



Pada hasil tabel diatas menunjukan bahwa berat kotor pada perlakuan 4 yaitu pada media arang sekam memiliki bobot paling berat. Selanjutnya media yang memiliki bobot kotor dibawah arang sekam yaitu ada media sabut kelapa dan busa /spon. Media tanaman (media tumbuh) merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman secara baik, Sebagian besar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman. Dalam hal ini yang memiliki bobot kotor terberat yaitu pada media arang sekam, karena Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak mudah lapuk, tergerus air dan cukup dapat menahan air dan menyimpan air yang baik untuk tanaman yang di tanam menggunakan cara hydroponic. Arang sekam juga memiliki kandungan yang bermacam-macam yaitu karbon, protein kasar, hydrogen, oksigen, karbohidrat dan berbagai macam komponen lain nya yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Media tanam selanjutnya yaitu media sabut kelapa, sabut kelapa merupakan media yang baik digunakan untuk hydroponic karena sifatnya yang mengalirkan air dan system airase yang baik. Media sabut kelapa baik untuk perakaran tanaman karena banyak rongga pada sabut kelapa yang bisa dimanfaatkan oleh akar tanaman sebagai penyangga dan untuk mengambil nutrisi. Sabut kelapa memiliki kandungan seperti kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (N), dan Fosfor (F) yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Media sabut kelapa juga mudah didapatkan di toko-toko pertanian maupun bekas-bekas tukang sayuran yang menjual kelapa.



26



Dilihat pada tabel 1 diatas yang memiliki bobot terberat selanjutnya yaitu busa / spons, busa/spons baik digunakan untuk cara budidaya hidroponik karena tingginya daya serap terhadap air dan unsur hara esensial yang bisanya diberikan dalam bentuk larutan. Busa/spons baik untuk perakaran tanaman yang di budidayakan dengan cara hidroponik karena busa dapat menegakkan tanaman sehingga akar mudah untuk masuk kerongga-rongga net pot. Media tanam seperti sabut kelapa, busa/spons, dan arang sekam dapat menggantikan rockwool yang merupakan media tanam yangsaring digunakan dalam cara budidaya hidroponik. Karena rockwool harga nya mahal dan juga merupakan barang impor dari china, dengan adanya media tanam sabut kelapa, arang sekam dan busa/spons diharapkan dapat menggantikanmedia tanam rockwool. 2. Vertikultur Vertikultur adalah suatu teknik bercocok tanam diruang sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakuan secara bertingkat. Tabel 2. Rata-rata bobot bersih vertikultur Berat Panen No. 1 2 3 4



Perlakuan P1 kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4



Berat 19.80 24.83 17.83 20.82 20.82



No. 1 2 3 4



Perlakuan P2 kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4



Berat 8.83 28.83 11.50 15 16.04



No. 1 2 3 4



Perlakuan P3 kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4



Berat 17.84 20.67 31 17.7



27



21.80 Ket : P1 = Kotoran Ayam P2 = Kotoran Kambing P3 = Kompos



Berdasarkan dari tabel 2 diatas, maka dapat dikatakan bahwa ratarata bobot bersih masing-masing perlakuan berbeda-beda dimana pada perlakuan 1 didapatkan berat bersih 20.82 g, pada perlakuan 2 didapatkan berat bersih 16.04 g, pada perlakuan 3 didapatkan berat bersih 21.80g, dari rata-rata berat bersih tersebut maka dapat diketahui bahwa tanaman yang memiliki bobot bersih yang paling berat yitu pada perlakuan 3 yaitu pada media kompos, sedangkan paling ringan yaitu pada perlakuan 2 yaitu pada media kotoran kambing. Kompos mempunyai kandungan yang sudah lengkap baik unsur hara makro ( N, P, k, Ca, Mg, S ) dan hara MIKRO ( Fe, Cu, Mn, Mo, Zn, Cl, B ). Akan tetapi memang bila di bandingkan dengan pupuk kimia buatan,



kandungan haranya



lebih



rendah,



sehingga



dalam



pengaplikasiannya dibutuhkan pupuk kompos dalam jumlah yang banyak. Disisi lain kompos dapat menjadikan tanah semakin ramah lingkungan dan subur juga terdapat adanya kandungan senyawa organiknya yaitu asam humat dan asam fulfat yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan. Kotoran kambing juga sangat banyak akan kandungan organik yang sangat baik untuk memperbaiki sifat biologis, fisik dan kimia secara alami pada tanah seperti meningkatkan kemampuan tanah sebagai tempat penyimpanan air. Nitrosococcus, ini merupakan bakteri yang memiliki kemampuan untuk mengubah Amonia menjadi Nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman. Pada kotoran ayam, telah diketahui bahwa pupuk kandang/organik jenis ini tergolong rendah, namun tai ayam memiliki peran penting juga. Adapun manfaat yang diperoleh dari penggunaan kotoran ayam sebagai pupuk , ia dapat menyediakan beberapa unsur hara makro serta mikro 28



seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si. Selain mensupplai berbagai unsur hara makro & mikro seperti di atas kotoran ayam memiliki kemampuan untuk meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Dan kelebihan lain dari menggunakan pupuk bokashi yang terbuat dari tahi ayam dapat membentuk senyawa kompleks yang bereaksi dengan ion logam. Karena kemampuan membentuk senyawa kompleks bokashi kotoran ternak ayam , ia mampu menyingkirkan dan mengurangi ion-ion logam yang berpotensi menghambat penyediaan unsur hara seperti Al, Fe, dan Mn atau ion logam yang meracuni tanaman. Namun pada praktikum kali ini banyak tanaman yang layu akibat intensitas penyiraman yang kurang dan juga terdapat hama yaitu keong yang menyerang tanaman pada waktu masih bibit sehingga banyak tanaman yang mati bahkan tumbuh tidak maksimal.



29



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



5.1 Kesimpulan 



Tanaman sawi hijau dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi.







Pada tiap media tanam mempunyai perbedaan karakteristik bertumbuhan.







Pemberian nutrisi sangat penting bagi tanaman hidroponik, pemberian nutrisi mempengaruhi cepatnya pertumbuhan dan dapat membuat daun tumbuhan lebih segar.







Apabila tumbuhan hidroponik tidak diberi nutrisi & sinar matahari yang stabil maka tumbuhan tidak akan berkembang dengan baik.



5.1 Saran 



Pada tanaman pakcoy dengan pola tanam Vertikultur harus Membutuhkan perawatan yang cukup teratur dan kontiniu, agar hasil penanaman tanaman pakcoy dapat menghasilkan pakcoy secara baik.







Bila tanaman pakcoy pada pola tanam Vertikultur tidak dipindahkan secara hati-hati, maka tanaman mudah rusak, patah dan bahkan tanaman akan mati.







Perlunya pemberantas hama pada pola tanam Vertikultur karna hamper 50% tanaman mati karna diserang hama (bekicot).



30



DAFTAR PUSTAKA Adiwilaga. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisi Permintaan dan Sisi Penawaran Sayuran Sawi. Bandung: Penerbit Alumni Bandung. Alviani, P. 2015. Bertanam hidroponik Untuk Pemula Cara Bertanam Cerdas di Lahan Terbatas. Jakarta: Bibit Publisher. Anas. 2009. Budidaya Sayuran Organik. http://infobisnisukm.wordpress.com/2009/05/22/budidaya-sayuranorganik. Diakses pada tanggal 01 Juni 2019 pukul 12.54 WIB. Annisa Baroroh, Prabang Setyono, Ratna Setyaningsih. 2015. Analisis kandungan unsur hara makro dalam kompos dari serasah daun bamboo, Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta. Eko, M. 2007. Budidaya Tanaman Sawi (Brassica juncea). Jakarta: Penebar Swadaya. Haryanto. 2006. Teknik Budidaya Sayuran Pakcoy (Sawi Mangkok). Jakarta: Penebar Swadaya. Hernowo, B. 2010. Panduan Sukses Bertanam Buah dan Sayuran. Klaten: Penerbit Cable Book. Mandha. 2010. Teknik Budidaya sayuran Sawi Sendok atau Pakcoy. Yogyakarta: Kanisius. Perwitasari, Belia, Mustika T, Catur W. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pakcoy (Brassica juncea) dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Argovigor 5(1): 15. Prihastanti. 2014. Perbaikan Kesuburan Tanah Liat dan Pasir Dengan Penambahan



Kompos



Limbah



Sagu



Untuk



Pertumbuhan



dan



Produktivitas Tanaman Pakcoy (Brassica rapa Var. Chinensis). Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII No. 2. Rubatzky, E.V dan Yamaguchi, M. 1998. Sayuran Dunia 2. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Sutirman. 2011. Budidaya Tanaman Sayuran Sawi di Dataran Rendah Kabupaten Serang Provinsi Banten. Banten. Sutarminingsih, Ch. Lilies. 2003. Vertikultur Pola Bertanam Secara Vertikal. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.



31



LAMPIRAN  Foto Praktikum



32



33