LAPORAN PRAKTIKUM Pelvimetri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK RADIOGRAFI 4 PELVIMETRI Dosen pembimbing: Lujeng Agus Setiarso, S.ST



Disusun oleh kelompok 3: 1. Dwi Karniasi



( P1337430317022)



2. Sahal Mahfud



(P13374303170



3. Dya Uldjanah



(P1337430317046)



4. Muhammad Zuhri Atiq



(P1337430317050)



5. Merliana Deniva



(P1337430317054)



6. Refti Puji Indriyani



(P1337430317056)



7. Dela Tantrina



(P1337430317058)



8. Laely Anis Juwita



(P1337430317072)



9. Muhammad Ismail



Yazid (P1337430317074)



10. Akbar Pambudi



(P1337430317078)



KELOMPOK 3 / TINGKAT 2B PRODI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI PURWOKWERTO JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2018



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelvimetri merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x sebagai salah satu metode yang tepat untuk menkasir hubungan antara panggul ibu dengan kepala janin menentukan ukuran panggul ibu dengan kepala janin atau disproporsi chepalopelvis (CPD) B. TUJUAN a. Untuk mengetahui anatomi pelvis. b. Untuk mengetahui alat dan bahan yang harus digunakan untuk pemeriksaan radiografi pelvimetri. c. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi pelvimetri.



C. RUMUSAN MASALAH a. Bagaimana anatomi dari pelvis ? b. Apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi pelvimetri ? c. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi pelvimetri ?



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Pelvimetri merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x sebagai salah satu metode yang tepat untuk menkasir hubungan antara panggul ibu dengan kepala janin menentukan ukuran panggul ibu dengan kepala janin atau disproporsi chepalopelvis (CPD). Pengukuran pelvimetri pada metode ini diperlukan dua posisi yaitu lateral dan inlet (superior inferior). Menurut Thoms dan Wilson bahwa jarak yang ditetapkan pada masing-masing posisi harus sama, agar nilai terhadap pembesaran relative dari dua bayangan akan tetap hak kesalahan dapat diperkecil akibat sinar-x yang divergen. Pada pembuatan secara teknik ini diidentifikasi penentuan level titik anterior pada simpisi pubis dapat ditetapkan ketelitian sampai 1 cm. Sedang penentuan titik posterior menjadi persoalan dalam penentuan titim secara tepat pada intervertebra lumbal IV dan V. Penelitian Thoms membuktikan bahwa penentuan titik posterior ini dapat berbeda 4 cm dalam pengukuran dan menimbulkan bias 0,2-0,3 cm. Bila pengukuran Thoms dilakukan secara baik, maka metode ini mempunyai ketepatan sampai dengan 2 mm.



B. Anatomi Fisiologi Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu: os coxae, os sacrum, dan os coccigeus. Tulang-tulang tersebut satu sama lain saling berhubungan. Os illium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut Krista iliaka. Ujung-ujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina illiaka posterior superior. Os ischium merupakan bagian terendah dari os coxae. Tonjolan di belakang disebut tuber ischii yang menyangga tubuh waktu duduk. Os pubis terdiri dari ramus superior dan inferior. Ramus superior berhubungan dengan os ilium., sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os ischium kira-kira 1/3 distal dari foramen obturatorius. Kedua os pubis bertemu dan simetris.



Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang terdiri dari pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas linea terminalis yang tidak banyak pentingnya dalam obstetric. Yang lebih penting adalah pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet). Pelvis minor berbentuk saluran yang mempunyai sumbu lengkung ke depan (sumbu carus)



a. Pintu atas panggul Pintu atas panggul (PAP) merupakan suatu bidang yang dibatasi disebelah posterior oleh promontorium, dilateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh



pinggir atas simpisis. Pada panggul ginekoid PAP hampir bundar, kecuali di daerah promontorium agak masuk sedikit. Ukuran ukuran pintu atas panggul: 1. Diameter anteroposterior yang diukur dari promontorium sampai ke tengah permukaan posterior simpisis. Disebut juga conjugate obstetrika. 2. Konjungata diagonalils yaitu jarak tepi bawah simpisis sampai ke promontorium, yang dapat diukur dengan memasukan jari tengah dan telunjuk ke dalam vagina dan mencoba meraba promontorium. Pada panggul normal tidak teraba dengan jari yang panjangnya 12 cm. 3. Konjugata vera yaitu jarak tepi atas simpisis dengan promontorium didapat dengan mengurangi konjugata diagonalis dengan 1,5 cm 4. Diameter tranversa adalah jarak terjauh garis lintang PAP, biasanya 12,513 cm. 5. Diameter oblique adalah garis persilangan konjugata vera dengan diameter tranversa ke artikulasio sakroiliaka.



b. Ruang panggul Ruang panggul merupakan saluran diantara PAP dan Pintu bawah panggul (PBP). Dinding anterior sekitar 4 cm terdiri atas os pubis dengan simpisisnya. Dinding posterior dibentuk oleh ossakrum dan os koksigis, sepanjang ±12 cm. Karena itu ruang panggul berbentuk saluran dengan sumbu melengkung ke depan.



c. Pintu bawah panggul Batas pintu bawah panggul adalah setinggi spina ischiadika. Jarak antara kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5-10 cm. PBP berbentuk segi empat panjang disebelah anterior dibatasi oleh arkus pubis, dilateral oleh tuber ischii. Dan di posterior oleh os koksigis dan ligamentum sakrotuberosum. Pada panggul normal besar sudut (arkus pubis ) adalah ± 90 derajat . Jika kurang dari 90 derajat , lahirnya kepala janin lebih sulit karena kepala memerlukan labih banyak tempat ke posterior.



d. Jenis panggul Menurut Cadwell-Moloy panggul terdiri dari : 1. Jenis ginekoid : ditemukan pada 45% wanita. Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan transversa 2. Jenis android : bentuk PAP hampir segitiga. Pada umumnya pada pria. Diameter anteroposterior hampir sama panjangnya dengan diameter tranversa, tetapi diameter tranversa dekat dengan sacrum. Bagian dorsal PAP gepeng, bagian ventral menyempit ke muka. Ditemukan pada 15% wanita. 3. Jenis anthropoid : bentuk PAP agak lonjong seperti telur, ditemukan pada 35% wanita. Jenis panggul ini diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter tranversa 4. Jenis platipelloid : ditemukan pada 5% wanita. Diameter transversa lebih besar daripada diameter anteroposterior. Tipe panggul campuran disebut bila tidak memenuhi criteria 4 macam bentuk pelvis dasar yang dibagi oleh Cadwell. Untk



menentukan kombinasi ini mula-mula yang disebut adalah jenis segmen pelvis bagian belakang dahulu kemudian baru bagian segmen depan.



C. Indikasi Pemeriksaan Pelvimetri 1. Disproporsi kepala janin dan lebar panggul 2. Distocia / kesulitan persalinan karena : - Kelainan jalan lahir



- Panggul sempit - Tumor yang mempersempit jalan lahir



D. Persiapan Pemeriksaan 1. Persiapan pasien a) Sebelum dilakukan pemeriksaan radiographer memberitahu kepada pasien tentang jalannya pemeriksaan, kemudian pasien menandatangani inform concent. b) Mempersilahkan pasien untuk buang air kecil agar kandung kemih kosong. c) Mempersilahkan pasien ganti baju dengan baju pasien yang telah tersedia. d) Setelah pasien siap dimohon tidur supine di atas meja pemeriksaan. 2. Persiapan alat a) Pesawat sinar-x b) Kaset dan film c) Bucky d) Marker e) Alat fiksasi, penggaris f) Pelvic caviter, water pass g) Colcher tool



E. Prosedur Pemeriksaan Pelvimetri Langkah-langkah yang dilakukan pada pemeriksaan pelvimetri terdapat beberapa metode sebagai berikut : 1. Metode Thoms a. AP thoms  Posisi pasien : a. Duduk dengan kemiringan sandaran kursi 54 derajat b. Palpasi untuk menentukan letak L-IV & V (marker) c. Pasien diatur di atas plat form  Posisi objek : d. MSP pada pertengahan plat form e. Posisi pasien setengah duduk f. Pelvic inlet diatur sehingga paralel dengan bidang film g. Rongga panggul dipusatkan pada 2,5 inchi posterior sympisis pubis



h. Atur lengan pelvic caviter belakang pada lumbal IV & V, lengan pelvic caviter depan pada titik 1 cm diatas sympisis pubis.  Titik bidik : pada MSP tepat pada titik 2,5 inchi posterior sympisis pubis  Arah sinar : vertikal tegak lurus film  FFD 100 cm  Ukuran kaset : 24 x 30 cm  Eksposi : inspirasi dan tahan nafas



b. Lateral Thoms  Posisi pasien : - Berdiri lateral kanan - Kedua kaki lurus, semua berat badan - Sama pada kedua kaki - Kedua tangan disilangkan ke atas



 Posisi objek - Dengan palpasi tentukan titik yang berada L-V sebagai titik bidik penyinaran - Hip yang dekat film menempel bucky stand, bucky stand diatur sehingga titik tengah film pada titik yang telah ditentukan - Atur hingga garis antara titik L-V dengan film pertengahan kedua kaki & film sama  Titik bidik : pada garis 1/3 jarak antara sympisis pubis dengan lekukan di Lumbal V yang dihitung mulai dari arah posterior yang berada pada pertengahan daerah lekukan panggul.



 Kriteria : - Sakrum, lekukan sakroiliaka - Spina iliaka, tuber iskiadikum - Acetabulum - Symphisis Pubis - Gambaran lubang skala cm yang berupa titik hitam yang terlihat di belakang sakrum



2. Metode Colchel Susman Prinsip pada metode ini adalah menggunakan penggaris logam, penyangga kecil untuk penggaris logam dengan posisi penggaris paralel dengan film, dan penggaris logam bisa berputar menyudut dan bisa untuk mengukur ketinggian. a. PA Colcher Susman  Posisi pasien - Supine - MSP tubuh pada garis tengah kaset / meja - Lutut fleksi menyesuaikan tinggi dari pelvimetri  Posisi objek - Letakkan penggaris logam secara melintang setinggi tuber iskiadikum - Penggaris diletakkan pada 10 cm inferior sympisis pubis  Titik bidik : pada 1,5 inchi superior sympisis pubis  Arah sinar : vertikal tegak lurus film



b. Lateral Colcher Susman  Posisi pasien : - Posisi lateral



- Midaxxilary plane pada garis tengah meja - Jangan ada rotasi daerah panggul  Posisi objek : - Letakan sandbag di bawah & diantara pergelangan, serta antara lutut diberi imobilisasi - Letakkan juga imobilisasi dibawah thorax dan dibawah lumbal - Usahakan tubuh true lateral - Letakkan penggaris logam pada lekukan pantat / antara glutea pada midsakrum  Arah sinar : vertikal tegak lurus  Titik bidik : setinggi trochanter mayor  Eksposi : inspirasi dan tahan nafas



3. Metode Balls a. Proyeksi AP Balls  Posisi pasien - Berdiri, MSP tubuh sesuai tengah kaset - Tangan disilangkan keatas  Posisi objek : atur batas bawah kaset setinggi 1 inchi (2,5 cm) dibawah ischial tuberosities (Gluteofemoral sebagai landmark)  Arah sinar : tegak lurus kaset  Titik bidik : pada MSP setinggi atas sympisis pubis  Ekspose : inspirasi tahan nafas



 Kriteria : - Tampak pelvis, kepala janin, trochanters mayor - Pelvis tidak rotasi - Pelvis keseluruhan dan diameter



b. Proyeksi Lateral Balls  Posisi pasien - Pasien berdiri - Usahakan hip joint yang dekat dan yang jauh dari film segaris tegak lurus dengan film - Beban di tumpukan sama pada kedua kaki  Arah sinar : horizontal menuju batas atas hip joint  Titik bidik : setinggi 1 inchi atas trochanter mayor  Ekspose : inspirasi tahan nafas



 Kriteria : - Hip dan femur superposisi - Tampak pelvis, sacrum, cocyx - Dapat diperlihatkan lokasi kepala janin terhadap pelvis - Dapat dilakukan pengukuran untuk diameter pelvis maupun janin



BAB III KESIMPULAN



1. Pelvimetri merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x sebagai salah satu metode yang tepat untuk menkasir hubungan antara panggul ibu dengan kepala janin menentukan ukuran panggul ibu dengan kepala janin atau disproporsi chepalopelvis (CPD). 2. Pemeriksaan ini dilakukan umumnya untuk menentukan ukuran panggul ibu dan proporsinya dengan kepala janin. 3. Prosedur pemeriksaan radiografi Pelvimetri adalah :  Persiapan pasien : a. Sebelum dilakukan pemeriksaan radiographer memberitahu kepada pasien tentang jalannya pemeriksaan, kemudian pasien menandatangani inform concent. b. Mempersilahkan pasien untuk buang air kecil agar kandung kemih kosong. c. Mempersilahkan pasien ganti baju dengan baju pasien yang telah tersedia. d. Setelah pasien siap dimohon tidur supine di atas meja pemeriksaan.  Persiapan pasien : a. Pesawat sinar-x b. Kaset dan film c. Bucky d. Marker e. Alat fiksasi, penggaris f. Pelvic caviter, water pass g. Colcher tool  Pemeriksaan pada pasien dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yang berbeda, terdapat metode Thoms, metode Colcher Susman, dan metode Balls. a. Metode Thoms Pengukuran palvimetri pada metode ini diperlukan dua posisi yaitu lateral dan inlet (supero inferior). Menurut Thoms dan Wilson bahwa jarak yang ditetapkan pada masing-masing posisi harus sama , agar nilai terhadap pembesaran relative dari dua bayangan akan tetap dak kesalahan dapat diperkecil akibat sinat X yang divergen. Pada pembuatan secara tehnik ini



diidentifikasi penentuan level titik anterior pada simpisis pubis dapat ditetapkan ketelitian sampai 1 cm. Sedang penentuan titik posterior menjadi persoalan dalam penentuan titik secara tepat pada intervertebrae lumbal IV dan V. Penelitian Thoms membuktikan bahwa penentuan titik posterior ini dapat berbeda 4 cm dalam pengukuran dan menimbulkan bias 0,2-0,3 cm. Bila pengukuran Thoms dilakukan secara baik, maka metode ini mempunyai ketepatan sampai dengan 2 mm. b. Metode Colcher Susman Prinsip pada metode ini adalah menggunakan penggaris logam, penyangga kecil untuk penggaris logam dengan posisi penggaris paralel dengan film, dan penggaris logam bisa berputar menyudut dan bisa untuk mengukur ketinggian. c. Metode Balls Prinsip pada metode ini adalah penghitungan hasil pengukuran yang sebenarnya dicari dengan menggunakan nomogram holmquest ata dengan penghitungan matematis secara manual. 4. Kriteria yang baik pada pemeriksaan pelvimetri adalah dapat memperlihatkan lokasi kepala janin terhadap pelvis ibu dan dapat untuk dilakukan pengukuran untuk diameter pelvis maupun janin