12 0 952 KB
BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN Tujuan pemeriksaan pelvimetri adalah untuk dapat memperlihatkan bentuk dan ukuran pelvic dari ibu dan membandingkan ukuran kepala janin dengan tulang pelvic outlet dari si ibu. Prosedur ini dilakukan untuk menentukan apakah diameter pelvic si ibu memadai untuk melahirkan secara normal atau perlu di bantu untuk melakukan pembedahan perut dalam proses melahirkan.
B. DASAR TEORI 1. Pengertian Pelvimetri Pelvimetri adalah pengukuran dimensi tulang jalan lahir untuk menentukan apakah bayi dapat dilahirkan pervaginam.Prognosis untuk suksesnya persalinan pervaginam tentu tidak dapat dipastikan berdasarkan pelvimetri roentgenologis saja, karena kapasitas panggul merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil akhir. 2. Anatomi dan Fisiologis Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu: 1)os coxae (os ilium, os ischium, os pubis) 2) os sacrum dan 3) os coccigeus. Tulang-tulang tersebut satu sama lain saling berhubungan. Os illium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka.Bagian atasnya disebut Krista iliaka.Ujung-ujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina illiaka posterior superior.Os ischium merupakan bagian terendah dari os coxae.Tonjolan di belakang disebut tuber ischii yang menyangga tubuh waktu duduk.Os pubis terdiri dari ramus superior dan inferior. Ramus superior berhubungan dengan os ilium., sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os ischium kira-kira 1/3 distal dari foramen obturatorius.Kedua os pubis bertemu dan simetris. Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling besar menghadap ke depan. Pinggir atas vertebta ini dikenal sebagai promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran panggul.Permukaan
sacrum berbentuk konkaf.Os koksigis merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra koksigis.
Gb. 1 tulang pembentuk pelvis 3. Jalan lahir Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor.Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis, disebut pula false pelvis.Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu carus).
Gb. 2. Potongan Sagital Panggul
a. Pintu atas panggul
Pintu atas panggul (PAP) merupakan suatu bidang yang dibatasi disebelah posterior oleh promontorium, dilateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh pinggir atas simpisis.Pada panggul ginekoid PAP hampir bundar, kecuali di daerah promontorium agak masuk sedikit. Ukuran ukuran pintu atas panggul : 1) Diameter anteroposterior yang diukur dari promontorium sampai ke tengah permukaan posterior simpisis. Disebut juga conjugate obstetrika. 2) Konjugata
diagonalis
yaitu
jarak
tepi
bawah
simfisis
sampai
ke
promontorium, yang dapat diukur dengan memasukan jari tengah dan telunjuk ke dalam vagina dan mencoba meraba promontorium. Pada panggul normal tidak teraba dengan jari yang panjangnya 12 cm. 3) Konjugata vera yaitu jarak tepi atas simfisis dengan promontorium didapat dengan mengurangi konjugata diagonalis dengan 1,5 cm 4) Diameter tranversa adalah jarak terjauh garis lintang PAP, biasanya 12,5-13 cm 5) Diameter oblique adalah garis persilangan konjugata vera dengan diameter tranversa ke artikulasio sakroiliaka.
Gb. 3. Pintu Atas Panggul
b. Ruang panggul Ruang panggul merupakan saluran diantara PAP dan pintu bawah panggul (PBP).Dinding anterior sekitar 4 cm terdiri atas os pubis dengan simpisisnya. Dinding posterior dibentuk oleh os sacrum dan os koksigis, sepanjang kira-kira 12 cm. Karena itu ruang panggul berbentuk saluran dengan sumbu melengkung ke depan.
Gb.4. Ruang Panggul c. Pintu bawah panggul Batas pintu bawah panggul adalah setinggi spina ischiadika. Jarak antara kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5 – 10 cm. PBP berbentuk segi empat panjang disebalah anterior dibatasi oleh arkus pubis, dilateral oleh tuber ischi. Dan di posterior oleh os koksigis dan ligamentum sakrotuberosum.Pada panggul normal besar sudut (arkus pubis) adalah kira-kira 900.Jika kurang dari 900, lahirnya kepala janin lebih sulit karena kepala memerlukan lebih banyak tempat ke posterior.
4. Jenis panggul
Menurut Caldwell-Moloy panggul terdiri dari : a. Jenis ginekoid: ditemukan pada 45% wanita. Panjang diameter anteroposterior hamper sama dengan transversa b. Jenis android: Bentuk PAP hamper segitiga. Pada umumnya pada pria. Diameter anteroposterior hamper sama panjangnya dengan diameter tranversa, tetapi diameter tranversa dekat dengan sacrum. Bagian dorsal PAP gepeng, bagian ventral menyempit ke muka. Ditemukan pada 15% wanita
c. Jenis anthropoid: bentuk PAP agak lonjong seperti telur, ditemukan pada 35 % wanita. Jenis panggul ini diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter tranversa d. Jenis platipelloid: ditemukan pada 5 % wanita .diameter transversa lebih besar dapirada diameter anteroposterior. Tipe panggul campuran disebut bila tidak memenuhi criteria 4 macam bentuk pelvis dasar yang dibagi oleh Cadwell. Untuk menentukan kombinasi ini mula mula yang disebut adalah jenis segmen pelvis bagian belakang dahulu kemudian baru bagian segmen depan.
Gambar 5. Pintu atas panggul (klasifikasi Caldwell-Moloy)
5. Indikasi Pemeriksaan Pelvimetri a. Pada anamnese terdapat riwayat : 1) Kesulitan persalinan 2) Persalinan midforceps 3) Kematian janin yang tidak dapat diterangkan b. Palpasi 1) Pintu atas panggul
Terabanya promontorium pada toucher vagina
Kepala janin diluar simpisis
Kegagalan dalam usaha penekanan kepala janin kedalam PAP
2) Pintu bawah panggul Kepalan tangan yang tidak masuk antara tuberositas ischiadika
c. Tidak masuknya kepala dalam PAP pada primigravida pada akhir bulan persalinan.
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK
A. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN 1. Persiapan Alat a) Pesawat sinnar x dengan kemampuan cukup b) Kaset dan film c) Bucky table d) Marker e) Alat fiksasi f)
Pelvic caviter
g) Water pass h) Penggaris 2. Persiapan pasien a) Bila mungkin, dilakukan pembersih perut b) Minimal buang air kecil
B. PROSEDUR RADIOGRAFI PELVIMETRI
1. Methode modifikasi thoms a. Posisi Inlet
Gambar posisi Inlet 1) Posisi Pasien
Duduk dengan kemiringan sandaran kursi 50 derajat
Palpasi untuk menentukan titik lumbal IV & V (marker)
Pasien di atur di atas platform
2) Posisi objek
MSP pada pertengahan platform
Posisi pasien setengah duduk
Pelvic inlet diatur sehingga pararel bidang film
Kaki pasien diregangkan dengan genu untuk imobilisasi
Rongga panggul dipusatkan pada 2,5 inchi posterior pubis
Atur lengan pelvic caviter belakang pada lumbal IV & V, lengan pelvic caviter depan pada titik 1 cm di tepi atas simpisis pubis
3) Kaset
: 24 x 30 cm
4) Arah sinar
: vertikal tegak lurus
5) CP
: pada MSP tepat pada titik 2,5 inchi posterior simpisis
pubis 6) Eksposi b. Posisi Lateral 1) Posisi Pasien
: inspirasi dan tahan nafas
Berdiri posisi lateral kanan
Kedua kaki lurus, semua berat badan sama pada kedua kaki
2) Posisi objek
Dengan palpasi, tentukan titik yang berada pada lumbal V sebagai titik bidik penyinaran
Hip yang dekat dengan film bucky stand. Backy stand diatur sehingga titik tengah film pada titik yang telah ditentukan
Atur hingga garis antara titik lumbal V dengan film dan pertengahan labi dan film sama
3) Arah sinar
: horizontal tegak lurus
4) Titik bidik
: titik bidik berada pada sepertiga jarak antara simpisis
pubis dengan lekukan di bawah vertebra lumbal V yang dihitung mulai dari arah posterior yang berada pada pertengahan daerah lekukan panggul 5) FFD
: 90 cm
6) Eksposi
: ekspirasi dan tahan nafas
Gambar posisi lateral
2. Methode ball a. Posisi AP Dilakukan sama persis seperti foto abdomen dengan posisi pasien berdiri (erect). Pengukuran dilakukan dengan memperhatikan faktor FFD dan OFD yang ada. Perhitungan lebal panggul dengan menggunakan tabel nomogram
b. Posisi Lateral Dilakukan sebagaimana foto lateral abdomen dengan posisi pasien berdiri (erect). Perhitungan lebar panggul dengan menggunakan tabel nomogram 3. Methode colcher - sussman a. Posisi AP (Anteroposterior) 1) Posisi Pasien
Tiduran supine
2) Posisi objek
Kedua kaki diatur litotomi
Posisi pelvis dalam keadaan inlet dengan batas atas kaset Krista illiaka dan batas bawah simpisis pubis
3) Arah sinar : vertikal tegak lurus 4) CP
: 2 inchi di atas simpisis pubis Atur luas lapangan sehingga metal ruler tercover dalam film. Catat jarak antara film terhadap metal ruler sebagai faktor koreksi AP (OFD). Catat FFD yang digunakan
5) Eksposi
: inspirasi dan tahan nafas
b. Posisi Lateral 1) Posisi pasien
: tidur miring pada salah satu sisi
2) Posisi objek
Atur axilary plane tegak lurus bidang meja pemeriksaan
Supaya true lateral kedua tungkai saling berimpit difleksikan kedepan hingga membentuk sudut 90 derajat
Batas atas kaset crista illiaca dan batas bawah simpisis pubis
Atur penggaris meta rule setinggi MSP, setelah itu pindahkan di bawah glutea
3) Catat jarak antara film terhadap metal ruler sebagai faktor koreksi lateral (OFD) 4) Catat FFD yang digunakan 5) Eksposi
: inspirasi dan tahan nafas
6) Gunakan teknik kV tinggi
C. HASIL RADIOGRAF 1. Mehode Thoms a. Proyeksi AP inlet metode thoms
b. Proyeksi lateral
2. Metodhe Cochler Sussman Proyeksi lateral
3. Method Balls a. Proyeksi AP
b. Proyeksi lateral
BAB III PRMBAHASAN
A. ANALISA PELAKSAAN PRAKTIK 1. Prosedur Pelaksanaan Praktikum a. Alat dan bahan
Pesawat sinnar x dengan kemampuan cukup
Bucky table
Marker
Alat fiksasi
Pelvic caviter
Water pass
Penggaris
phantom
Meteran
Metal ruler
b. Prosedur Pemeriksaan a) Proyeksi AP Posisi phantom Posisi objek
: supine di atas meja pemeriksaan :
Phantom diposisikan supine di atas meja pemeriksaan
Karena phantom tidak bisa litotomi maka ukur metal ruler 10 cm dari simpisis pubis, usahakan metal ruler sedekat mungkin dengan simpisis pubis
Ukur FFD, jarak metal ruler dengan IP kemudian catat hasilnya
Lakukan eksposi menggunakan DR kemudian ukur pada radiograf
Lubang yang ada berjarak 1 cm. untuk mengukur radiograf yang sudah tercetak (konvensional). Karena DR bisa di hitung digital, maka metal ruler hanya sedikit pengaruh dan menjadi faktor pembanding antara konvensional dan digital
CR
: vertikal tegak lurus meja pemeriksaan
CP
: 2 inchi superior simpisis pubis
Hasil Radiograf
b) Proyeksi lateral
Posisi phantom
: phantom lateral di atas meja pemeriksaan
Posisi objek
Posisikan phantom lateral di atas meja pemeriksaan , gunakan soft bag untuk fiksasi (menahan)
Atur metal ruler tepat setinggi glutea, kemudian pindahkan dibawah dekat dengan simpisis pubis
Lakukan eksposi tanpa merubah FFD dan ukur kembali jarak metal ruler dengan IP
Kemudian lakukan eksposi ukur pada radiograf yang ada, setelah itu catat
CP
: Pada trochanter mayor
CR
: vertikal tegak lurus meja pemeriksaan
Hasil Radiograf
2. Hasil Praktikum AP Inlet
Terukur
FFD
FK
Diameter pelvis sebenarnya
1. D . AP
10,5 cm
143 cm
25 cm
8,6 cm
2. D+PAP
15,1 cm
143 cm
25 cm
12,4 cm
3. D+PTP
11,8 cm
143 cm
25 cm
9,7 cm
4. D+PDP
13, 8 cm
143 cm
25 cm
11, 38 cm
Lateral
terukur
FFD
FK
Diameter pelvis sebearnya
1. D. AP
10,7 cm
143 cm
31,5 cm
8,34 cm
15,1 cm
143 cm
31, 5 cm
11, 7 cm
aspek lateral 2. D. Mid line posisi lateral
Pembahasan setelah praktikum AP Inlet a. D.AP : dengan penghitungan hasil pengukuran (8,6 cm .)Kami menyimpulkan bahwa D. AP kurang dari 12 cm ukuran minimum agar dapat melakukan persalinan normal atau sempit atas b. D. PAP dengan penghitungan hasil pengukuran (12, 4 cm ). Kami menyimpulkan bahwa D. PAP lebih dari 12 cm sehingga lebar ukuran panggul atas (mid) yaitu lebar. c. D. PTP dengan penghitungan hasil pengukuran (9,7 cm). Kami menyimpulkan bahwa D. PAP kurang dari 11 cm ukuran normal sehingga di sebut sempit d. D. PBP dengan penghitungan hasil pegukuran (11. 38 cm ). Kami menyimpulkan bahwa D. PBP lebih dari 10 cm ukuran normal maka di sebut lebar Lateral a. D.AP dengan penghitungan hasil pengukuran (8, 18 cm) b. D. Midline Lateral dengan pengukuran (11, 7 cm)
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Pelvimetri adalah pengukuran dimensi tulang jalan lahir untuk menentukan apakah bayi dapat dilahirkan pervaginam. 2. Tujuan dilakukan pemeriksaan pelvimetri adalah untuk dapat memperlihatkan bentuk dan ukuran pelvic dari ibu dan membandingkan ukuran kepala janin dengan tulang pelvic outlet dari si ibu. 3. Prosedur pemeriksaan pada pelvimetri ada 3, yaitu : methode modifikasi thoms (inlet & lateral), methode ball (AP & Leteral), dan methode colcher-sussman (AP inlet & lateral) 4. Pada pemeriksaan ini untuk mengetahui ukuran diameter panggul yang diperiksa dilakukan pengukuran dengan rumus : Diameter Pelvis Sebenarnya = FFD – Faktor Koreksi x Terukur FFD