Laporan Praktikum PHH Acara 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PEMANENAN HASIL HUTAN ACARA IV TAKSIRAN PRODUKTIVITAS TRANSPORTASI



Disusun oleh: Nama



: Jeffy Immanuel Gunadi



NIM



: 20/455346/KT/09194



Co-Ass



: Irawan Sulaksono



Shift



: Rabu, pukul 15.30 WIB



LABORATORIUM PEMANENAN HASIL HUTAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2022



ACARA IV TAKSIRAN PRODUKTIVITAS TRANSPORTASI



I.



TUJUAN Tujuan dari praktikum ini adalah: 1. mempelajari kegiatan transportasi waktu dengan “formula speed”; dan 2. menaksir produksi kegiatan transportasi berdasarkan waktu kegiatan angkut.



II.



DASAR TEORI Pemanenan hasil hutan kayu merupakan kegiatan kompleks dari penebangan hingga pengangkutan menuju lokasi pengolahan primer atau sekunder kayu. Dalam praktiknya, banyak lokasi hutan yang akan dipanen berada di tengah hutan yang rimbun dengan kontur yang beragam sehingga membutuhkan teknik dan teknisi yang profesional dan bekerja secara khusus dalam bidang pemanenan hasil hutan kayu. Menurut (Benamen, Mofu, & Gusbager, 2018), kegiatan pemanenan hasil hutan harus dipadukan dengan pembangunan kehutanan yang memiliki waktu tujuan akhir tidak terbatas hingga puluhan tahun yang akan datang dengan memperhatikan kelestarian alam, kehidupan, dan aspek antropologis manusia yang berperan dalam kegiatan tersebut. Salah satu bagian dari pemanenan hasil hutan adalah pengangkutan yang dilaksanakan dari lokasi penumpukan kayu atau TPn menuju ke tempat pengolahan kayu. Dalam sejarahnya menurut (Johann, 2021), kegiatan mengangkut kayu dari lokasi penebangan menuju lokasi penumpukan kayu telah dilaksanakan sejak zaman Romawi, abad pertengahan, hingga abad ke21 menggunakan berbagai macam metode, khususnya tenaga manusia dan tenaga hewan. Selain itu juga ada beberapa cara lain yaitu dengan tenaga air ataupun dengan tali besi menggunakan gravitasi bumi untuk pengangkutan dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Pada tahun-tahun terakhir, kegiatan pengangkutan dengan menggunakan traktor atau truk trailer menjadi primadona dalam bagian pemanenan hasil hutan yaitu



pengangkutan. Menurut (Hejazian, Lotfalian, Lindroos, & Limaei, 2019), hal ini terjadi karena alat tersebut memiliki harga penggunaan per jam yang lebih murah dibandingkan dengan alat lainnya, khususnya bila dilakukan pemuatan secara manual. Produktivitas pengangkutan merupakan besaran volume kayu yang dapat diangkut dalam satu kali kegiatan transportasi per satuan waktu. Peralatan yang digunakan dan biaya jasa yang dikeluarkan untuk satu rangkaian kegiatan pemanenan hasil hutan cukup mahal (Suhartana & Yuniawati, 2017). Sehingga untuk mencapai keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran dengan tujuan menghasilkan keuntungan, maka suatu perusahaan harus mampu menghasilkan produktivitas pemanenan setinggi-tingginya dengan pengeluaran seminimal mungkin akan tetapi tetap memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan dan prinsip reduce impact logging. Dengan diketahui dan disusunnya suatu rencana produktivitas pemanenan hasil hutan selama jangka waktu tertentu, maka diharapkan pengambilan keputusan yang akan di jalankan juga akan benar. Menurut (Suhartana & Yuniawati, 2017), adalah hal yang salah ketika suatu perusahaan menganggap bahwa semakin banyak alat yang dimiliki maka produktivitas akan semakin meningkat, tetapi dengan adanya kesesuaian dan keseimbangan antara perencanaan produksi, jumlah jatah tebangan, dan ketersediaan alat maka produktivitas hutan juga akan meninggi. . III.



ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. microsoft excel; 2. alat tulis; 3. kalkulator; 4. laptop; 5. kondisi jalan hasil praktikum acara 3; 6. spesifikasi kendaraan angkut; dan



7. spesifikasi jalan angkut.



IV.



CARA KERJA 1



Disiapkan data praktikum acara 3 berupa tabel data rencana pembuatan trase jalan angkut, data spesifikasi kendaraan angkut dan data spesifikasi jalan angkut



2



Dihitung nilai WS, dan WN. Pada muat dan bongkar dihitung PK1 dan PK2, serta dihitung waktu dan kecepatan rata-rata kendaraan



3



Dihitung waktu per trip (TPT) dan jumlah trip per hari (n) pada kegiatan bongkar dan muat, kemudian dihitung volume tebangan per blok dan dihitung produktivitas transportasi dan waktu pengangkutan total.



Pada praktikum acara IV ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan data acara III yang berupa data rencana trase pembuatan jalan sarad, dimasukkan juga data spesifikasi kendaraan angkut, spesifikasi jalan angkut, dan data potensi tegakan di setiap petaknya. Kemudian dari data tersebut, dihitung WR, WN, dan WS serta pada bagian bongkar muat dihitung PK1 dan PK2. Setelahnya, dilakukan perhitungan terhadap kecepatan kendaraan saat berada dalam kondisi isi dan kosong. Perhitungan ini didasarkan pada jenis segmen jalan (jalan utama, jalan cabang, dan jalan ranting) serta kondisi medan yang dilalui (tanjakan atau turunan). Kemudian, dihitung juga waktu per trip dan jumlah trip yang dilakukan oleh operator pengangkutan per harinya atau disebut dengan n. Setelahnya, dipastikan volume tebangan per blok sehingga dapat dihitung dan dianalisis tentang produksi angkutan per hari berdasarkan jam kerja per hari, waktu per trip, dan volume angkutan per trip.



V.



HASIL



Hasil dari praktikum ini adalah tabel yang berisikan perhitungan nilai WS, WN, PK1, PK2, kecepatan truk saat menanjak atau menuruni segmen jalan, kecepatan rata-rata, TPT, n, dan produktivitas transportasi, Hasil perhitungan ini telah terlampir pada data. Contoh perhitungan: Perhitungan pada wheel loader: a. WR Muat



= WR + NIM = 30 + 91,94 = 121,94



Bongkar = 35 + 91,94 = 126,94 b. WN Muat



= WR × Rf = 121,94 × 1,182 = 144,13308



Bongkar = 126,94 × 1,182 = 150,04308 c. ALL Muat



= WN × 15% = 144,13308 × 15% = 21,62



Bongkar = 150,04308 × 15% = 22,51 d. WS (min) = WN + ALL Muat



= 144,13308 + 21,62 = 165,75



Bongkar = 150,04308 + 22,51 = 172,55 e. WS (jam) = WS/60 Muat



= 165,75/60 = 2,76



Bongkar = 172,55/60 = 2,88 f. PK1



= (60/WS) × volume angkut



Muat



= (60/165,75) × 65 = 22,53



Bongkar = (60/172,55) × 65 = 22,60 g. PK2 Muat



= PK1 × 7 jam hari kerja = 22,53 × 7 = 164,70



Bongkar = 22,60 × 7 = 158,22



Perhitungan truck logging jalan utama, cabang, dan ranting: a. V rata-rata = Segmen 1



(2 × (V kosong × V isi)) (V kosong + V isi)



- Tanjakan = - Turunan =



(2 × (60 × 45))



= 51,43 km/jam



(60 + 45) (2 × (60 × 54,43))



= 57,08 km/jam



(60 + 54,43)



Segmen 2.1 - Tanjakan = - Turunan =



(2 × (46,43 × 31))



= 37,18 km/jam



(46,43 + 31) (2 × (55 × 45))



= 49,50 km/jam



(55 + 45)



Segmen 4.2.1 - Tanjakan = - Turunan =



(2 × (42,43 × 26)) (41.43 + 26) (2 × (50 × 40)) (50 + 40)



b. Waktu rata-rata =



= 31,95 km/jam = 44,44 km/jam



𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎



Segmen 1 - Tanjakan



=



- Turunan



=



1,001



= 0,0195 jam



51,43 1,001



= 0,0175 jam



57,08



Segmen 2.1 - Tanjakan



=



- Turunan



=



1,001



= 0,0202 jam



37,18 1,001



= 0,0152 jam



49,5



Segmen 4.2.1 - Tanjakan



=



- Turunan



=



1,001



= 0,0157 jam



31,95 1,001



= 0,0113 jam



44,44



c. Perhitungan trip pada jalan utama - Waktu per trip



= Σ t jalan utama × 2 = 0,2098 × 2 = 0,420 jam



- Σ trip/ hari (N)



= =



7 (WS bongkar + WS muat + Waktu per trip 7 2,76 + 2,88 +0,42



= 1,156 trip



= 2 trip - Produktivitas/ hari



= kapasitas truk × Σ trip/ hari × jumlah truk = 65 × 2 × 3 = 390 m3/trip



- Waktu pengangkutan = =



∑ jatah tebang petak Produktivitas per hari 4697 390



= 12,044 hari - Produktivitas/bulan



= produktivitas per hari × 25 = 390 × 25 = 9750 m3/bulan



- Waktu pengangkutan = =



∑ jatah tebang petak Produktivitas per bulan 4697 9750



= 0,4817 bulan - Produktivitas/tahun



= produktivitas per bulan × 6 = 9750 × 6 = 58.500 m3/tahun



- Waktu pengangkutan = =



∑ jatah tebang petak Produktivitas per tahun 4697 58.500



= 0,0803 tahun



VI.



PEMBAHASAN Transportasi dalam kegiatan pemanenan terbagi menjadi dua, yaitu transportasi minor dan transportasi mayor. Transportasi minor adalah pengangkutan kayu dengan jarak pendek dengan tujuan memindahkan kayu dari petak tebang sampai ke tempat penimbunan kayu sementara (TPn) atau yang lebih kita kenal dengan penyaradan menuju pinggir jalan pengangkutan. Sedangkan transportasi mayor adalah pengangkutan kayu jarak jauh dengan tujuan memindahkan kayu dari TPn ke TPK atau langung ke konsumen dan industri yang berada diluar kawasan hutan. Beberapa perbedaan yang dapat ditemukan antara keduanya antara lain:



1. Wilayah kerja transportasi minor di dalam hutan sedangkan transportasi mayor ada di luar hutan. 2. Jarak tempuh transportasi minor relatif lebih dekat dibandingkan dengan transportasi mayor yang relatif lebih jauh. 3. Kecepatan kendaraan transportasi minor lebih lambat sedangkan transportasi mayor lebih cepat. 4. Tidak ada jalan yang khusus dibuat untuk transportasi minor, sedangkan pada transportasi mayor ada jalan khusus, sehingga dibutuhkan mesin yang berkekuatan lebih tinggi pada transportasi minor daripada transportasi mayor yang lebih ringan. 5. Biaya yang diperlukan dalam transportasi minor lebih besar dibanding transportasi mayor. 6. Jalur pengangkutan transportasi minor yaitu dari petak tebangan ke TPn, sedangkan jalur pengangkutan transportasi mayor dari TPn ke TPK. 7. Pengangkutan pada transportasi minor, kayu yang dimuat lebih sedikit sedangkan pada transportasi mayor kayu yang dimuat lebih banyak. Secara keseluruhan, faktor yang mempengaruhi produktivitas pengangkutan kayu menggunakan truk yaitu waktu angkut, jarak angkut, kecepatan truk dan volume kayu yang diangkut. Selain volume kayu yang rendah dan jarak angkut yang jauh, faktor topografi ikut mempengaruhi ratarata produktivitas pengangkutan kayu. Kondisi areal yang landai dan curam menyulitkan truk untuk melewati jalan menanjak dan menurun dengan kondisi bermuatan kayu. Jenis kendaraan yang dipakai disini berpengaruh pada kapasitas muatan dan kecepatan yang dapat dicapai oleh kendaraan tersebut, semakin tinggi kapasitas muatan dan kecepatan maka produktivitas akan semakin besar, begitu pula sebaliknya. Kemudian jalan angkutan yang semakin baik tanpa ada kerusakan akan memudahkan perjalanan sehingga produktivitas juga akan meningkat. Lalu kecepatan bongkar muat yang tergantung pada bagaimana bongkar muat tersebut dilakukan. Bongkar muat dapat dilakukan secara manual oleh tenaga manusia atau dengan alat berat, bongkar muat dengan alat berat akan mempersingkat waktu sehingga



produktivitas kemungkinan akan lebih tinggi juga dibanding dengan tenaga manusia. Kondisi fisik jalan juga memengaruhi produktivitas transportasi. Kondisi fisik jalan meliputi turunan, tanjakan, belokan, dan perkerasan permukaan (bahan penyusun) jalan. Turunan dan tanjakan dipengaruhi oleh gaya gravitasi, ketika melewati tanjakan maka gaya gravitasi akan menarik dari bawah sehingga truk membutuhkan usaha (work) yang lebih besar dibanding ketika melewati turunan sehingga memperlambat kecepatan kendaraan, semakin lama waktu yang dibutuhkan maka produkstivitas akan menurun. Kemudian bahan penyusun jalan seperti aspal atau beton akan memperlancar perjalanan transportasi dibanding jalan dengan bahan penyusun berupa tanah atau bebatuan, semakin lancar transportasi maka produktivitas akan semakin meningkat pula. Jalanan yang memiliki banyak belokan akan membuat alat transportasi sering mengerem, ketika mengerem maka kecepatannya berkurang sehingga akan memperlama waktu perjalanan dan produktivitas pun dapat menurun. Dari pengolahan data sekunder yang ada, dapat ditentukan Waktu Normal (WN), Allowances, Waktu Standar (WS), dan Prestasi Kerja (PK1 dan PK2) dari alat angkut (wheel loader). Kemudian dari data sekunder kecepatan alat angkut ketika bermuatan maupun ketika kosong dapat dihitung nilai kecepatan rata-rata dengan formula speed. Kecepatan rata-rata antara tanjakan dan turunan memiliki nilai yang berbeda, dari pengolahan data dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata turunan lebih tinggi dibandingan dengan kecepatan rata-rata turunan, hal tersebut terjadi karena pengaruh gravitasi seperti penjelasan di paragraf sebelumnya. Setelah diketahui kecepatan rata-rata maka dapat dihitung waktu yang dibutuhkan untuk setiap perjalanan (trip) dengan cara membagi panjang perjalanan dengan kecepatan rata-rata. Berikutnya dapat dihitung jumlah perjalanan per hari dengan membagi jumlah jam kerja dengan jumlah dari waktu per trip dan waktu bongkar muat. Selanjutnya produksi angkutan per hari dapat dihitung dengan cara mengalikan jumlah trip per hari dengan volume angkutan yang dapat dimuat oleh alat angkut.



Data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data rencana jalan angkutan



pada praktikum sebelumnya dengan menambahkan



informasi berupa blok dan potensi yang dilalui setiap segmen jalan. Perhitungan truk logging dilakukan pada jenis kelerengan tanjakan dan turunan serta dengan kecepatan saat truk kosong maupun bermuatan. Kecepatan rata-rata yang dihasilkan dari truk logging jalan utama adalah 596,59 km/jam dengan kecepatannya 0,2098 jam untuk jatah tebang 4.697 m3. Dari hasil ini, didapatkan waktu untuk pergi pulang per-tripnya adalah 0.42 jam dan dilakukan dalam 2 trip per hari. Produktivitasnya adalah 390 m3/hari dengan waktu pengangkutan 12,044 hari, 9750 m3/bulan dengan waktu pengangkutan 0,4817 bulan, dan 58.500 m3/tahun dengan waktu pengangkutan 0,0813 tahun. Pada perhitungan truk logging jalan cabang didapatkan kecepatan rata-rata senilai 259,4 km/jam dengan kecepatannya 0,167 jam untuk jatah tebang 3.773 m3. Dari hasil ini, didapatkan waktu untuk pergi pulang per-tripnya adalah 0,334 jam dan dilakukan dalam 2 trip per hari. Produktivitasnya adalah 390 m3/hari dengan waktu



pengangkutan



9,6744



hari,



9750



m3/bulan



dengan



waktu pengangkutan 0.387 bulan, dan 58500 m3/tahun dengan waktu pengangkutan 0.0645 tahun. Pada perhitungan truk logging jalan ranting didapatkan kecepatan rata-rata senilai 76,39 km/jam dengan kecepatannya 0,0269 jam untuk jatah tebang 1.233 m3. Dari hasil ini, didapatkan waktu untuk pergi pulang per-tripnya adalah 0,054 jam dan dilakukan dalam 2 trip per hari. Produktivitasnya adalah 390 m3/hari dengan waktu pengangkutan 3,1615 hari, 9750 m3/bulan dengan waktu pengangkutan 00,1265 bulan, dan 58500 m3/tahun dengan waktu pengangkutan 0,0211 tahun. Dari perhitungan yang dilakukan, didapatkan bahwa kecepatan pada jalan dengan slope tinggi akan lebih lambat dari yang memiliki slope kecil. Selain itu, jalan yang berupa tanjakan akan memakan waktu lebih lama dibanding turunan. Pada praktikum ini, perhitungan truk logging jalan ranting tidak dilakukan karena dalam rencana jalan angkut praktikan tidak menambahkan jalan ranting dengan alasan keefektifan.



Data produktivitas setiap status jalan kemudian direkap untuk didapatkan total produktivitas transportasi dan waktu totalnya. Dari perhitungan, diperoleh bahwa Produksi Transportasi Total yang didapatkan adalah senilai 175.500 m3/tahun dengan waktu total selama 0,0553 tahun.



VII.



KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Formula speed adalah rumus perhitungan rata-rata kecepatan kendaraan saat melewati suatu segmen jalan tertentu (jalan utama, jalan cabang, atau jalan ranting), dalam kondisi tertentu (tanjakan atau turunan), serta keadaan muatan truk (kosong atau berisi). Rumus dari formula speed ini sendiri adalah V = (2 × (V1 × V2))/(V1 + V2), dimana V merupakan kecepatan rata-rata, V1 merupakan kecepatan saat truk berada dalam kondisi kosong, dan V2 merupakan kecepatan saat truk berada dalam kondisi isi. Dari perhitungan yang dilakukan, di dapatkan hasil rata-rata kecepatan truk pada segmen jalan utama adalah 596 km/jam, pada jalan cabang adalah 259,4 km/jam, dan pada jalan ranting adalah 76,39 km/jam. 2. Produksi kegiatan transportasi dihitung dengan penaksiran produktivitas harian, bulanan, dan tahunan pada setiap jenis jalan. Produksi angkutan harian dapat diketahui dengan mengalikan jumlah trip per hari dengan volume angkut suatu kendaraan dan jumlah kendaraan angkut yang dimiliki. Produksi bulanan diketahui dengan mengalikan hasil produksi harian dengan 25 atau hari optimal kerja dalam satu bulan. Sedangkan, produksi tahunan dihitung dengan hasil produksi bulanan dikali dengan enam (6) karena waktu produktif untuk dilaksakannya pemanenan adalah waktu musim kemarau. Dari perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa produksi transportasi total tahunan adalah 58.500 m3/tahun dengan waktu pengangkutan adalah 0,0803 tahun (12 hari).



VIII.



DAFTAR PUSTAKA Benamen, B., Mofu, W., & Gusbager, P. (2018). Inventarisasi Potensi dan Bentuk Pemanenan Hasil Hutan Kayu di DAS Tami dan Bewan Dataran Arso Kabupaten Keerom. Jurnal Kehutanan Papuasia, 4(2), 86-93. Hejazian, M., Lotfalian, M., Lindroos, O., & Limaei, S. (2019). Wood Transporting Machine Replacement Using Goal Programing. Scandinavian Journal of Forest Research, 34(7), 635-642. Johann, E. (2021). Transportation of Wood Out of the Forest (along Short Distance). International Journal of Wood Culture, 1(1-3), 80-111. Suhartana, S., & Yuniawati. (2017). Analisis Kebutuhan Peralatan Pemanenan Kayu: Studi Kasus di PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 35(2), 145-153. Suhartana, S., & Yuniawati. (2017). Penggunaan Jumlah Peralatan Pemanenan Kayu yang Efisien Guna Pencapaian Rencana Produksi Kayu di Suatu Perusahaan Hutan Produksi Alam, Kalimantan Utara. Jurnal Hutan Tropis, 5(1), 78-86.



LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil tangkapan layar halaman judul dan bagian yang disitasi dari jurnal Inventarisasi Potensi dan Bentuk Pemanenan Hasil Hutan Kayu di DAS Tami dan Bewan Dataran Arso Kabupaten Keerom.



Lampiran 2. Hasil tangkapan layar halaman judul dan bagian yang disitasi dari jurnal Wood Transporting Machine Replacement Using Goal Programing.



Lampiran 3. Hasil tangkapan layar halaman judul dan bagian yang disitasi dari jurnal Transportation of Wood Out of the Forest (along Short Distance).



Lampiran 4. Hasil tangkapan layar halaman judul dan bagian yang disitasi dari jurnal Analisis Kebutuhan Peralatan Pemanenan Kayu: Studi Kasus di PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur.



Lampiran 5. Hasil tangkapan layar halaman judul dan bagian yang disitasi dari jurnal Penggunaan Jumlah Peralatan Pemanenan Kayu yang Efisien Guna Pencapaian Rencana Produksi Kayu di Suatu Perusahaan Hutan Produksi Alam, Kalimantan Utara.