Laporan Praktikum Sediaan Steril Aneurin HCL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL BATCH SHEET II INJEKSI ANEURIN HYDROCHLORIDUM BAB I NAMA ZAT AKTIF DAN BENTUK YANG DIGUNAKAN 1.1



Nama Zat Aktif Aneurin Hydrochloridum, Thiamin Hydrocloridum, Vitamin B1



1.2



Bentuk Yang Digunakan Injeksi intramuscular



BAB II



MONOGRAFI ZAT AKTIF 2.1



Aneurin Hydrochloridum, Thiamin Hydrocloridum, Vitamin B1



BM Pemerian



: 337,27



: Hablur kecil atau serbuk habur; putih; bau khas lemah mirip ragi; rasa pahit (Farmakope III Hal 598-599)



Kelarutan



: Mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam eter P dan dalam benzen P; larut dalam gliserol P.



PH



: 2,8 – 3,4



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik, terindung dari cahaya



Khasiat



: Antineuritikum; komponen vitamin B kompleks



Titik leleh/Lebur : Dosis lazim



: 10-100 mg (FI III hal 991)



OTT



: Thiamin HCl tidak tersatukan dengan oksidator, reduktor, karbonat (Martindale, ed 29 hal 1277)



BAB III



FORMULA DAN METODA PEMBUATAN 3.1



3.2



3.3



Formula Aneurin Hydrochloridum



25 mg/mL



Obat suntik dalam ampul



1 mL no. IV



Formula Lengkap Aneurin Hydrochloridum



25 mg



Natrium Chloridum



2,995 mg



Acidum Hydrochloridum 0,1 N



ad pH stabilitas (2,8-3,4)



Aqua pro injectionum



ad 1 mL



Metode Pembuatan Metode yang digunakan dalam pembuatan larutan injeksi aneurin



hydrochloridum adalah melalui proses sterilisasi akhir (Terminal Sterilisasi). Pada proses pengisian ke ampul 1 mL digunakan bakteri filter untuk menyaring partikel yang mungkin terdapat dalam larutan injeksi yang dilakukan dalam LAF. Sterilisasi dilakukan pada proses akhir menggunakan autoklaf pada suhu 121⁰C selama 15 menit.



BAB IV



MONOGRAFI ZAT TAMBAHAN 4.1



Natrium Chloridum Rumus molekul : NaCl Pemerian



: hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa asin.



Kelarutan



: larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam etanol (95%) P.



pH



: 6,7-7,3



Konsentrasi



: lebih dari 0,9%



Stabilitas



: stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan pengguratan partikel dari tipe gelas.



Sterilisasi



: autoklaf atau filtrasi (Martindale 28, hal.635)



Titik leleh



: 801oC



Titik didih



: 1465oC



Penyimpanan



: dalam wadah tertutup baik



Khasiat dan penggunaan



: sumber ion klorida dan ion natrium



(Sumber: Farmakope Indonesia edisi.IV, hal.584, Martindale, hal.635). OTT



: larutan natrium klorida bersifat korosif dengan besi, membentuk endapan bila beraksi dengan perak, garam merkuri, agen oksidasi kuat pembebas klorine dari larutan asam sodium klorida.



Stabilitas



: larutan sodium klorida stabil tetapi dapat menyebabkan perpecahan partikel kaca dari tipe tertentu wadah kaca. Larutan cair ini dapat disterilkan dengan cara autoklap atau filtrasi. Dalam bentuk padatan stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan tempat kering.



4.2



Aqua Pro Injectionum (API) Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan



dengan cara sterilisasi A atau C. Pemerian



: cairan jernih, tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna.



Kelarutan



: dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit.



OTT



: dalam sediaan farmasi, air dapat bereaksi dengan obat dan zat tambahan lainnya yang mudah terhidrolisis (mudah terurai dengan adanya air atau kelembaban).



Stabilitas



: air stabil dalam setiap keadaan (padat, cairan, uap panas).



Penyimpanan



: dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan dalam wadah bertutup kapas berlemak harus digunakandalam waktu 3 hari setelah pembuatan.



Khasiat dan penggunaan



: untuk pembuatan injeksi. (Sumber: Farmakope Indonesia edisi III, hal.97)



4.3



Acidum Hydrochloridum 0,1 N Rumus molekul : HCl Pemerian



: cairan, tidak berwarna, tidak berbau.



OTT



: bereaksi asam kuat terhadap larutan lakmus P.



Penyimpanan



: dalam wadah tertutup rapat.



Khasiat dan penggunaan



: penambah suasana asam.



(Sumber: Farmakope Indonesia edisi III, hal.53-54)



BAB V PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN 5.1



Perhitungan Bahan Tonisitas dari Aneurin HCl ∆tb Aneurin HCl



= 0,139 (Merck Index edisi 8, hal.1277)



C Aneurin HCl



= 2,5 W =



0,52−(0,139 x 2,5) 0,576



W = 0,2995 % ~ 2,995 Volume yang dibuat



mg mL



= (n + 2) c + 6 mL = (6 + 2) 1,1 + 6 mL = 8,8 + 6 mL = 14,8 mL ~ 15 mL



5.2



Aneurin HCl



= 25 mg x 15 mL



= 375 mg



NaCl



= 2,995 mg x 15 mL = 44,925 mg



HCl 0,1 N



= 5 mL



Aqua Pro Injeksi



ad 15 mL



Penimbangan Bahan Bahan Aneurin HCl HCl 0,1 N NaCl Aqua Pro Injeksi



Satuan Dasar 1 ml 25 mg 0,83 mL 2,995 mg 1 mL



BAB VI



Volume Produksi 6 Ampul/15 mL 375 mg 5 mL 44,925 mg 15 mL



PROSEDUR 6.1



Sterilisasi 6.1.1 Alat-alat Alat Beaker glass Corong & kertas saring Ampul Kaca arloji Spatel logam Batang pengaduk



Sterilisasi Oven 170oC Otoklaf 115-116oC Oven 170oC Api Langsung Api Langsung Api Langsung



Waktu 30’ 30’ 30’ 20” 20” 20”



6.1.2 Sediaan obat A.



Pemanasan dalam otoklaf (Sterilisasi A) Sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang



cocok, kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah yang tidak lebih dari 100 ml. Sterilisasi dilakukan dengan uap air jenuh pada suhu 115° sampai 116° selama 30 menit. Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 100 ml, waktu sterilisasi diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 115° sampai 116° selama 30 menit. B.



Penyaringan (Sterilisasi C) Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke



dalam wadah akhir yang steril, kemudian ditutup kedap menurut Teknik aseptic. 6.2



Prosedur Pembuatan Melarutkan aneurin HCl dalam sebagian aqua pro injeksi. Kemudian



dilarutkan NaCl dalam sebagian aqua pro injeksi. Larutan aneurin HCl dan NaCl dicampurkan. Ditambahkan aqua pro injeksi sampai kurang lebih 10 mL, kemudian dicek pH. Tambahkan HCl 0,1 N sampai didapat pH 2,8-3,4. Larutan ditambahkan aqua pro injeksi sampai 15 mL. selanjutnya larutan disaring dan filtrate pertama dibuang. Larutan kemudian diisikan kedalam 6 ampul @ 1,1 mL. Ampul lalu di las. Setelah ampul di las, kemudian ampul disemprot dengan uap



air dialiri gas inert lalu ditutup. Disterilisasi dalam autoklaf 115-1160C selama 30 menit.



BAB VII EVALUASI SEDIAAN



7.1



Evaluasi Sediaan 7.1.1 Uji pH (Farmakope Indonesia edisi IV, hal.1039-1040) Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator



universal. Dengan pH meter: Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter: Bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran larutan uji. 7.1.2 Uji kejernihan (Lachman, hal.1355) Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benarbenar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata. 7.1.3 Uji keseragaman volume (Farmakope Indonesia, hal.1044) Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume secara visual. 7.1.4 Uji kebocoran (Lachman edisi III, hal.1354) Letakkan ampul di dalam zat warna (biru metilen 0,5 – 1% ) dalam ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna berpenetrasi ke dalam lubang, dapt dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan zat warnanya. Catatan: Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku. JENIS EVALUASI 1. EVALUASI FISIKA a) Penetapan pH (FI IV,1039-



HASIL EVALUASI Tidak dilakukan



1040) b) Bahan partikulat dalam injeksi (FI IV,981-984) c) Penetapan volume injeksi dalam wadah (FI IV,1044) d) Uji keseragaman sediaan



Tidak ada Tidak dilakukan



(FI IV,990-1001) e) Uji kejernihan (FI IV,998) f) Uji kebocoran



Tidak dilakukan Jernih 1 ampul bocor



2. EVALUASI BIOLOGI a) Uji Efektivitas Sterilitas b) c) d) e)



Antimikroba (FI IV,858-855) Uji Sterilitas (FI IV,855-863) Uji Endotoksin Bakteri (FI IV,905-907) Uji pirogen (FI IV,908-909) Uji kandungan zat antimikroba



(FI IV,939-942) f) UJI potensi antibiotik (FI IV,891-899) 7.2



Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan



Evaluasi Lain No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Jenis Evaluasi Penampilan fisik wadah Jumlah sediaan Kejernihan Brosur Kemasan Kebocoran ampul Etiket Keseragaman volume



Penilaian Kurang Baik 4 ampul Baik Terlampir Terlampir Tidak ada yang bocor Terlampir Volume seragam



BAB VIII ASPEK FARMAKOLOGI 8.1



Indikasi Untuk defisiensi vitamin B1, beri-beri, polineuritis (degenerasi saraf-saraf



tepi secara serentak dan simetris), penyakit susunan saraf pusat, penyakit jantung organik, anoreksia (kehilangan nafsu makan), penderita alkoholisme, penderita anemia.



8.2



Kontra Indikasi Hipersensitivitas vitamin B1, shock anafilaksis, ibu menyusui.



8.3



Dosis Dosis lazim



: 10 mg-100 mg (I.M; I.V) (Farmakope Indonesia edisi III, hal.991).



Dosis maksimum



: 89,2 mg/kg (I.V).



Penderita beri-beri



: sehari 25 mg-100 mg



Kekurangan Thiamine HCl : 10-20 mg (3 kali sehari sampai 2 minggu). 8.4



Efek Samping Bila terjadi kelebihan thiamin cepat dieksresi melalui urin. Meskipun jarang



terjadi reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian IV dosis besar pada pasien yang sensitive dan beberapa diantaranya bersifat fatal. Reaksi hipersensitivitas terjadi setelah menyuntik obat ini. Nyeri otot dapat terjadi setelah injeksi I.M. 8.5



Interaksi Obat Bila dicampurkan dengan sodium sulfit, potassium metabisulfit dan sodium



hidrosulfit dapat menurunkan kestabilan thiamin HCl di dalam larutan. Tiamin HCl tidak stabil dalam larutan basa, netral, atau dengan bahan oksidasi. 8.6



Cara Pengunaan Dan Penyimpanan 8.6.1 Cara penggunaan Intramuscular 8.6.2 Penyimpanan Simpan di tempat yang sejuk dan terhindar dari cahaya matahari.



8.7



ADME 8.7.1 Absorpsi Aneurin dapat menstimulir pembentukan eritrosit dan berperan penting pada



regulasi ritme jantung serta berfungsinya susunan saraf dengan baik, dan digunakan juga pada neuralgia (nyeri pada urat).



8.7.2 Distribusi Aneurin HCl disalurkan ke semua organ dengan konsentrasi terbesar di hati, ginjal, jantung dan otak. Biasanya pada penyakit beri-beri yang gejalanya terutama tampak pada sistem saraf dan kardiovaskuler, sistem saraf neuritis, pada saluran cerna. Dengan kebutuhan minimum adalah 0,3 mg/1000 kcal, sedangkan AKG di Indonesia ialah 0,3-0,4 mg/hari untuk bayi, 1,0mg/hari untuk orang dewasa dan 1,2 mg/hari untuk wanita hamil. Farmakokinetik: Pada pemberian parenteral, absorbsinya cepat dan sempurna. Absorbsi per oral maksimum 8-15 mg/hari yang dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40. 8.7.3 Metabolisme Makanan setelah dicerna, diserap langsung oleh usus dan masuk ke dalam saluran darah. Penyerapan maksimum terjadi pada konsumsi 2,5 – 5 mg tiamin per hari. Pada jumlah kecil, diserap melalui proses yang memerlukan energi dan bantuan natrium, sedangkan dalam jumlah besar, diserap secara difusi pasif. Kelebihan vitamin aneurin dikeluarkan lewat urine. Metabolitnya adalah 2-metil4-amino-5-pirimidin dan asam 4-metil-tiazol-5-asetat. Tubuh manusia dewasa mampu menyimpan cadangan sekitar 30 -70 mg, dan sekitar 80%-nya terdapat sebagai TPP (tiamin pirofosfat). Separuh dari aneurine yang terdapat dalam tubuh terkonsentrasi di otot. Meskipun tidak disimpan di dalam tubuh, level normal di dalam otot jantung, otak, hati, ginjal dan otot lurik meningkat dua kali lipat setelah terapi dan segera menurun hingga setengahnya ketika asupan tiamin berkurang.



8.7.4 Ekskresi Aneurin dalam dosis tinggi tidak menyebabkan keracunan, karena kelebihannya diekskresikan melalui kemih dalam bentuk utuh maupun metabolitnya.



BAB IX PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami akan membuat injeksi Aneurin HCl atau vitamin B1. Pembuatan sediaan injeksi thiamin HCl dibuat dengan metode pembuatan injeksi pelarut air. Aneurin HCl merupakan vitamin yang larut dalam air, sehingga pembuatanya juga lebih stabil dengan pelarut air. Aneurin HCl stabil



dalam larutan pembawa air. Pada penambahan pembawa air yang digunakan A.P.I (aqua pro injeksi). Pada formulasinya memakai zat tambahan Natrium Cloridum (NaCl) karena syarat obat suntik itu harus isotonik yang artinya injeksi tersebut tekanan yang dihasilkan harus sama dengan tekanan dalam cairan tubuh yang kadarnya sama dengan 0,9 % NaCl, sehingga harus ditambahkan NaCl. Pada pengerjaannya, pertama Aneurin HCl dilarutkan dengan aqua pro injeksi sebanyak 5 mL, kemudian dalam wadah yang berbeda, NaCl dilarutkan dengan aqua pro injeksi sebanyak 5 mL. Setelah keduanya larut kemudian larutan tersebut dicampurkan untuk membantu kelarutan aneurin HCl dalam air. Tambahkan aqua pro injeksi sampai 10 mL. Kemudian campuran larutan tersebut dicek pH dengan rentang pH 2,8-3,4 yang merupakan rentang pH stabilitas dari Aneurin HCl. Untuk mendapatkan pH yang sesuai dilakukan penambahan HCl yang bertujuan untuk mengasamkan. Setelah itu larutan ditambahkan aqua pro injeksi sampai 15 mL. Kemudian larutan tersebut disaring menggunakan filter syringe. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan partikel yang terdapat dalam larutan karena dalam syarat injeksi bentuk larutannya harus jernih. Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam ampul dan pengerjaannya harus di Laminar Air Flow (LAF) karena memiliki fungsi untuk bekerja secara aseptis yang mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan menggunakan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan. Dalam memasukkan larutan kedalam ampul memakai jarum suntik yang telah ditempelkan bakteri filter. Memakai bakteri filter bertujuan untuk menghilangkan bakteri yang berada dalam larutan secara mekanik. Untuk pengisian ampul, jarum suntik panjang penting karena lubangnya kecil dan dimasukan kedalam ampul sampai bawah sehingga mencegah larutan menempel pada dinding ampul. Jarum dikeluarkan secara perlahan dan hati-hati dari leher ampul, karena apabila ada yang menempel pada dinding ampul, akan menyebabkan noda hitam pada ampul seperti terbakar dan ledakan pada saat pengelasan. Setelah sediaan jadi, kemudian dilakukan evaluasi kebocoran pada ampul. Evaluasi yang dilakukan yaitu dengan cara membalikan ampul pada beaker glass yang telah berisi kapas dan ditutup dengan kertas perkamen, kemudian dimasukan ke dalam autoklaf selama kurang lebih 15 menit pada suhu 121 oC. Maka Dari



hasil yang diperoleh, tidak terdapat ampul yang bocor. Jumlah sediaan yang dihasilkan sebanyak 6 ampul tetapi yang dikumpulkan sebanyak 4 ampul. Dan pada uji kejernihan, semua ampul menunjukkan kejernihan yang artinya tidak terdapat partikel-pertikel didalamnya.



BAB X KESIMPULAN



BAB XI ETIKET DAN LABEL



11.1 Etiket



11.2 Label



BAB XII KEMASAN DAN BROSUR 12.1 Kemasan



12.2 Brosur



BAB XIII



DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim. 2006. Martindale The Extra Pharmacopoeia 36th edition. London: The Pharmaceutical Press. Wade, Ainley and Weller, Paul J. 1994. Pharmaceutical Excipients. 6th edition. The Pharmacuetical Press. London.