Laporan Re11 Shafyra Mahdyah Ko5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK REAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN



NAMA



: Shafyra Mahdyah Putri



NIM



: 215100507111015



KELAS



: RE



KELOMPOK



: RE-11



ASISTEN



: Muthi’ah Mufidah



Pas foto 3 x 4



DEPARTEMEN ILMU PANGAN & BIOTEKNOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2022



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 215100507111015 RE RE-11



BAB 5 REAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN A. PRELAB 1. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan! Prinsip dasar terjadinya proses saponifikasi adalah adanya reaksi hidrolisis trigliserida yang menggunakan basa alkali seperti NaOH atau KOH. Basa alkali ini dapat menghasilkan gliserin atau gliserol dan sabun. Proses atau reaksi ini biasanya digunakan untuk menghasilkan sabun yang dibuat dari lemak nabati atau hewani (Andalia dan Pratiwi, 2019). 2. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi pada lemak! Reaksi saponifikasi pada lemak dapat terjadi apabila trigliserida yang ditambahkan dengan basa alkali memutuskan ikatan ester sehingga menyebabkan terlepasnya gliserol. Hal itu juga menyebabkan terbentuknya sabun. Reaksi saponifikasi menghasilkan dua produk yaitu sabun serta gliserol, keduanya adalah garam alkali yang terbentuk dari asam lemak. Pada reaksi saponifikasi, dibutuhkan 1 molekul trigliserida dan 3 basa alkali yang akan menghasilkan 3 molekul sabun dan 1 gliserol (Nitbani, 2018). 3. Jelaskan perbedaan antara sabun kalium, sabun natrium, dan detergen dari segi struktur dan sifatnya! a. Sabun kalium merupakan soft soap atau sabun lunak. Sabun kalium terbentuk dari kalium hidroksida (KOH). Struktur dari sabun kalium adalah C17H35COOCK. Sabun kalium dapat digunakan untuk sabun mandi. (Christian dan Setiadi, 2019). b. Sabun natrium merupakan hard soap sabun keras. Sabun natrium ini terbentuk dari natrium hidroksida (NaOH). Struktur yang dimiliki oleh sabun natrium adalah C17H35COONA. Sabun natrium ini biasa dimanfaatkan untuk sabun pencuci. (Christian dan Setiadi, 2019) c. Detergen merupakan sulfonat yang terbentuk dari asam benzene sulfonat. Pada detergen terdapat kandungan surfaktan yang adalah bahan dasar dari deterjen itu sendiri. Selain itu juga terdapat komponen lainnya yaitu, senyawa fosfat serta bahan aditif lainnya yang berfungsi sebagai pewangi dan pemutih. Surfaktan memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik. Detergen dapat menarik kotoran dan mempunyai daya bersih yang kuat. (Purnamasari, 2014).



4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan air sadah dan kesadahan air? Air sadah merupakan air yang mengandung kation kalsium dan magnesium dalam jumlah besar yang banyak ditemukan di daerah- daerah pegunungan. Kandungan kapur yang tinggi pada air sadah mengeakibatkan air sulit untuk berbusa karena endapan sabun yang dihasilkan dari ikatan kalsium dan magnesium. Selain mengakibatkan air sulit berbusa, air sadah juga menimbulkan berbagai kerak. Air sadah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu air sadah sementara yang mengandung Ca(HCO3)2 atau Mg(HCO3)2 dan air sadah tetap yang mengandung CaSO4, CaCl2, MgCl2 atau MgSO4 (Sudiarti, 2013).



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 215100507111015 RE RE-11



B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Minyak Minyak juga adalah lemak cair. Minyak berasal dari sumber alam, seperti tumbuhan atau hewan. Pada tumbuhan atau hewan, minyak memainkan peran penting. Fungsi minyak pada hewan dan tumbuhan adalah sebagai sumber cadangan energi. Minyak juga sering digunakan untuk berbagai kebutuhan manusia, seperti untuk memasak (Zulkifli dan Estiasih, 2014). 2. Lemak Lemak atau lipid adalah senyawa organik umum dalam sel jaringan. Lemak memiliki sifat tidak larut dalam air. Lemak hanya larut dalam pelarut non-polar seperti eter, kloroform, dan benzena. Komponen utama lemak adalah trigliserida yang mana lemak memanglah penting untuk tubuh manusia, tetapi jika terlalu banyak lemak, tidak baik untuk tubuh manusia (Marsidi, 2011 3. NaCl NaCl sering disebut juga sebagai garam dapur. NaCl juga sangat penting dalam memenuhi kebutuhan manusia, seperti bubuk dan pengawet makanan. Garam yang dapat dimakan dapat memberikan 90% kandungan natrium dalam makanan. Ikatan NaCl dengan senyawa ionic, ketika dilarutkan dalam air, reaksi dipol ionik terbentuk antara NaCl dan molekul air. NaCl adalah bubuk kristal yang tidak berwarna, tidak berbau dan asin (Marlina dkk, 2018). 4. Detergen Deterjen merupakan senyawa kimia yang dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Deterjen dapat berupa cairan, pasta, atau bubuk. deterjen dibentuk atau disintesis dari asil natrium bisulfat untuk menghasilkan zat pembersih. Dengan bereaksi dengan rantai panjang asam sulfat, basa hidrogen sulfat dapat dihasilkan dan dinetralkan oleh alkali. Deterjen digunakan untuk mencuci pakaian. Menurut zat aktif yang terdegradasi, dapat dibagi menjadi deterjen iritasi dan deterjen bulan (Junaedi, 2014). 5. CaCl2, 0.1% Kalsium Klorida atau biasa kita sebut CaCl₂ merupakan salah satu bahan tambahan makanan (BTP). Sifat kalsium klorida ini memiliki tingkat toksisitas yang rendah. Kalsium klorida ini tidak berwarna dan tidak berasa. Senyawa ionik tersebut terdiri dari kalsium dan klorin (Rizky, 2018). 6. MgCl2, 0.1% Magnesium klorida adalah salah satu logam terkuat. Magnesium klorida berwarna putih, jika dibiarkan, akan menjadi gelap. Magnesium reaktif dan mudah terbakar. Magnesium klorida juga merupakan zat padat, baik asam kuat maupun basa. Senyawa tersebut masih merupakan ion halida yang larut dalam air dan dapat diperoleh dalam bentuk hidrat. Dengan sifat fisika dan kimia tersebut, kelarutannya adalah 54,3 g / 100 ml. Jadi untuk titik didihnya adalah 714 derajat Celcius, titik lelehnya adalah 1412 derajat Celcius (Zuchrillah dan Julaika, 2017).



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 215100507111015 RE RE-11



7. FeCl2, 0.1% Besi (II) klorida atau FeCl2 memiliki bentuk logam dan berwarna putih. Besi memiliki beberapa grade yaitu besi (II) dan besi (III). Besi (II) ini akan lebih reaktif. Ketika bereaksi dengan klorida, ia menjadi FeCl2. Sifatnya higroskopis, dapat menyerap air dan dapat bertindak sebagai katalis (Pratiwi, 2014).



8. Etanol 96% Etanol (alkohol) adalah nama suatu golongan senyawa organik yang mengandung unsur C, H dan O. Etanol dalam ilmu kimia disebut sebagai etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH. Rumus umum dari alkohol adalah R -OH. Secara struktur alkohol sama dengan air, namun salah satu hidrogennya digantikan oleh gugus alkil. Sedangkan, pelarut etanol 96 % adalah senyawa polar yang mudah menguap sehingga baik digunakan sebagai pelarut ekstrak (Husna dkk., 2016). 9. KOH Kalium hidroksida atau KOH adalah senyawa basa kuat yang terbentuk dari kalium oksida basa yang dilarutkan dalam air. Dalam pembuatan sabun, KOH harus ditambahkan dengan tepat. Menambahkan terlalu banyak KOH dapat menyebabkan iritasi kulit. Namun, jika senyawa KOH dalam sabun terlalu kecil, maka akan menghasilkan asam lemak bebas dalam jumlah besar di dalam sabun. Ini akan mengganggu proses emulsifikasi sabun dan kotoran. Ion K+ dalam KOH akan bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun (Ningrum, 2018). 10. Aquades Aquades adalah air kondensat yang diperoleh dari hasil penyulingan. Aquades tidak berwarna atau bening, tidak memiliki bau, dan tidak memiliki rasa. Pada prinsipnya aquades diperoleh dengan cara menguapakan air pada temperature didihnya kemudian uap air yang dihasilkan didinginkan dengan suhu rendah, dengan demikian terjadi proses pengembunan. Air yang diperoleh dari hasil pengembunan tersebut dinamakan aquades. Aquades memiliki kandungan mineral yang rendah. (Bernad, 2019). 11. Air kran Air kran adalah salah sayu sumber daya berbasis air dengangan mutu baik yang dapat dimanffatkan oleh manusoa untuk konsumsi atau melakukan aktivitas harian. Masih terdapat kandungan mikroorganisme dalam air kran, sehingga perlu dilakukakan pemanasan jika akan digunakan. Air kran juga bisa digunakan sebagai pelarut (Singh, 2014)



NAMA NIM KELAS KELOMPOK C. DIAGRAM ALIR 1. Pembuatan sabun kalium



2. Pembuatan sabun natrium



Shafyra Mahdyah Putri 215100507111015 RE RE-11



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 215100507111015 RE RE-11



2. Pembuatan sabun natrium



3. Pengujian sifat sabun dan detergen a. Pengujian kemampuan menghilangkan minyak atau lemak (Uji sifat sabun dan detergen dengan minyak) 1. Sabun Kalium



NAMA NIM KELAS KELOMPOK 2. Sabun Natrium



3. Larutan Detergen i. Pembuatan larutan detergen



ii. Pengujian larutan detergen



Shafyra Mahdyah Putri 215100507111015 RE RE-11



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 215100507111015 RE RE-11



b. Pengujian sifat kesadahan sabun dan detergen (Uji sifat sabun dan detergen dengan CaCl2 0.1%, MgCl2 0.1%, FeCl2 0.1%, dan Air kran) 1. Pengujian sabun kalium



2. Pengujian sabun natrium



3. Pengujian larutan detergen



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 2151000507111015 RE RE-11



D. DATA HASIL PENGAMATAN 1. Saponifikasi Lemak: Pembuatan Sabun Kalium Jenis Sampel



Berat/ Volume Sampel



Setelah 10 menit



Tes Penyabunan



Setelah dipanaskan



Sabun Kalium



15 mL



Kuning bening



Berbusa



Berbusa



Sabun Natriu m



Aquades 30 mL dan dibagi dua Kuning bening



15 g



Jenis Sampel Sabun Kalium Sabun Natrium Detergen



Warna Kuning bening Putih susu Putih



Ditam -bah NaCl



Diaduk Kuat



Putih (terben tuk lapisan putih)



Putih (ada bulirbulir putih)



Bentuk Cair Padat Cair



2. Sifat Sabun dengan Detergen Jenis Sampel Sabun Kalium Sabun Natrium Detergen



Ditambah Minyak Kelarutan ++ +++ +++



Warna Putih keruh Putih pekat Putih bening



NAMA NIM KELAS KELOMPOK Jenis Sampel



1 mL sabun kalium



1 mL sabun natrium



1 mL detergen



Penambahan Larutan 1 mL larutan CaCl2 0.1% 1 mL larutan MgCl2 0.1% 1 mL larutan FeCl2 0.1% Air Kran



1 mL larutan CaCl2 0.1% 1 mL larutan MgCl2 0.1% 1 mL larutan FeCl2 0.1% Air Kran 1 mL larutan CaCl2 0.1% 1 mL larutan MgCl2 0.1% 1 mL larutan FeCl2 0.1% Air Kran



Shafyra Mahdyah Putri 2151000507111015 RE RE-11



Pengamatan



Diaduk



Putih keruh, tidak ada endapan Bening, tidak ada endapan Orange, tidak ada endapan Bening keruh, tidak ada endapan



Putih susu, tidak ada endapan Bening, tidak ada endapan Orange ada endapan Putih keruh, tidak ada endapan



Bening ada lapisan diatas dan mengendap Bening ada endapan dan lapisan Orange putih gradasi, tidak ada endapan Keruh ada lapisan, tidak ada endapan Keruh, tidak ada endapan Keruh ada endapan



Ada endapan



Keruh bening gradasi, tidak ada endapan Keruh, tidak ada endapan



Ada endapan Ada endapan Ada endapan Tidak ada endapan Ada endapan++ Ada endapan Ada endapan++



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 2151000507111015 RE RE-11



PEMBAHASAN Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil yang sesuai dengan data hasil percobaan pada tabel. Pada sabun kalium 15 gram setelah 10 menit terdapat warna kuning bening namun tidak dalam kondisi larut. Setelah dilakukan proses penyabunan, hasilnya larutan berbusa. Jika ditambahkan aquades sebanyak 30 ml dan dibagi menjadi dua bagian, diperoleh hasil sabun kalium menjadi warna kuning bening. Diantaranya, menurut literatur, sabun kalium akan menghasilkan sabun dalam bentuk cair. Karena adanya KOH, sabun kalium dapat berbentuk cair dan dapat digunakan untuk membuat sabun kalium (Gusviputri dan Indraswati, 2017). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pada pembuatan sabun natrium sampel 15 g setelah ditambahkan natrium klorida (NaCl) maka didapatkan warna diperoleh sabun dengan lapisan putih. Apabila diaduk kuat-kuat, terbentuk bulir-bulir putih. Hal tersebut tidak sesuai dengan literatur, karena seharusnya setelah ditambahkan NaCl dan diaduk kuat, pada sampel akan terbentuk endapan gumpalan yang berbentuk padat. Menurut Lactavage (2014), gumpalan padat yang terbentuk merupakan sabun natrium. Sabun natrium yang terbentuk akan berbentuk gumpalan padat pada suhu kamar. Sabun natrium menghasilkan bentuk padat yang berbeda dengan sabun kalium. Selain itu, adanya NaOH juga akan menyebabkan sabun natrium memiliki sifat yang lebih padat (Suleksi dkk., 2017). Saat ditambahkan minyak, didapatkan hasil bahwa pada sabun kalium memiliki tingkat kelarutan (++) dan berwarna putih keruh. Pada sabun natrium tingkat kelarutannya (+++), sabun natrium memiliki warna putih pekat. Sedangkan detergen memiliki kelarutan yaitu (+++) dan berwarna putih bening. Berdasarkan data hasil pengamatan, detergen memiliki kelarutan yang lebih tinggi, sama hal nya dengan sabun natrium. Menurut literatur, detergen memiliki tingkat emulsi atau kelarutan minyak yang lebih tinggi dibanding dengan sabun (Rosen, 2012). Dari data yang didapatkan, sabun natrium juga memiliki kelarutan yang tinggi dan menyamai detergen hal tersebut tidak sesuai dengan literatur karena sabun memiliki kemampuan melarutkan minyak lebi rendah karena tidak memili zat sejenis suraktan yang berkemampuan untuk mengemulsi lemak (Lactavage, 2014). Data hasil pengamatan kesadahan air pada sabun kalium dapat diketahui bahwa saat ditambahkan CaCl2 dan diaduk menghasilkan warna putih susu dan tidak menghasilkan endapan, dan tidak berlapis. Saat ditambahkan MgCl2 berubah menjadi bening dan tidak menghasilkan endapan. Pada penambahan FeCl2 menghasilkan warna orange dan ada endapan. Saat ditambahkan air kran warna yang dihasilkan adalah putih keruh dan tidak terbentuk endapan. Hasil uji sabun kalium terhadap kesadahan air tidak sesuai literatur. Menurut literatur, sabun kalium tidak dapat bekerja pada air sadah sehingga akan menghasilkan endapan pada saat dilakukan uji. Kesalahan pada praktikum dapat terjadi karena pengambilan minyak yang terlalu sedikit sehingga terjadi equilibrium yang terjadi antara minyak dengan sabun (Sinaga, 2014). Data hasil pengamatan uji sabunnatrium terhadap kesadahan air didapatkan hasil yang sama dari penambahan CaCl2, MgCl, FeCl2, dan air kran. Hasil menunjukkan adanya endapan pada setiap reagen. Hasil tersebut sudah sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa sabun natrium tidak dapat bekerja pada air sadah sehingga akan membenetuk endapan (Rahmadani, 2011).



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 2151000507111015 RE RE-11



Data hasil pengamatan uji detergen terhadap kesadahan air diketahui bahwa saat ditambahkan CaCl2 dan diaduk menghasilkan sampel yang tidak memiliki endapan. Pada penambahan MgCl2 dan diaduk menghasilkan warna keruh dan terdapat banyak endapan. Saat ditambahkan FeCl2 dan diaduk menghasilkan sampel yang memiliki endapan. Pada penambahan air kran dan diaduk, dihasilkan sampel yang memiliki banyak endapan. Menurut literatur, pada saat ditambahakan air kran akan menghasilkan warna putih, namun tidak menghasilkan endapan. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil uji. Pada penambahan MgCl2, tidak sesuai dengan literatur, seharusnya menghasilkan sedikit endapan atau tidak terjadi endapan karena detergen dapat bekerja pada air sadah (Irianto dan Wasis, 2018). Sedangkan, untuk sampel CaCl2 dan FeCl2 sudah sesuai dengan literatur.



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 2151000507111015 RE RE-11



E. ANALISA PROSEDUR 1.Apa fungsi penambahan 2 mL larutan etanol pada pembuatan sabun kalium? Penambahan etanol dalam pembuatan sabun kalium adalah untuk menggantikan etanol yang menguap, yang sebelumnya sudah ditambahkan. Etanol yang ditambahkan sebelumnya dapat menguap karena terjadi proses pemamasan dengan minyak. Penguapan tersebut terjasi karena etanol memiliki titik didih lebih rendah dibanding dengan titik didih minyak.



2.Apa fungsi pemanasan lebih lanjut pada pembuatan sabun kalium? Pemanasan yang dilakukan dalam pembuatan sabun kalium bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Suhu tinggi akan menyebabkan kenaikan energi kinetik sehingga reksi akan terjadi lebih cepat. Pemanasan lebih lanjut dalam pembuatan sabun kalium adalah untuk membuat larutan sabun lebih kental.



3.Jelaskan fungsi penambahan etanol pada pembuatan sabun kalium! Pada proses pembuatan sabun kalium perlu ditambahkan etanol agar membantu reaksi yang terjadi antara asam lemak dengan basa alkil. Etanol dapat mengkatalis NaOH sehingga terbentuk NaC2H5O. Dengan terbentuknya NaC2H5O reaksi akan berlangsung cepat dan sabun yang dihasilkan lebih banyak.



4.Mengapa sabun tidak bisa bekerja dengan baik dalam air sadah? Bagaimana dengan detergen? Sabun tidak dapat bekerja dalam air sadah karena terdapat kation bivalen. Contoh dari kation bivalen adalah Ca+ , Fe+ , serta Mg+ . Kation bivalen tersebut nantinya akan membentuk endapan dengan anion karboksilat yang ada pada sabun. Hal tersebut mengakibatkan sabun tidak menghasilkan busa pada air sadah. Sedangkan pada detergen dapat bekerja pada air sadah. Hal tersebut karena tidak terjadi reaksi dengan kation bivalen. Tidak terjadinya reaksi menyebabkan detergen dapat menghasilkan busa pada air sadah.



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 2151000507111015 RE RE-11



F. PERTANYAAN 1.Apa fungsi penambahan KOH pada proses saponifikasi? Apakah larutan KOH dapat digantikan dengan bahan lain? Jika dapat, bahan apakah yang dapat menggantikan larutan KOH? Pada proses saponifikasi KOH berfungsi sebagai basa alkali yang akan bereaksi dengan asam lemak. Reaksi KOH dengan asam lemak akan menghasilkan sabun kalium dan gliserol. Banyaknya KOH yang ditambahkan maka akan semakin tinggi kadar alkali yang ada pada sabun. Penamnahan KOH juga dapat memengaruhi pH serta bobot jenis sabun (Perwitasari, 2011). KOH pada proses saponifikasi dapat digantikan dengan larutan NaOH. Rekasi saponifikasi dihaslikan dari reaksi antara asam lemak dengan basa kuat, NaOH adalah basa kuat sehingga dapat menggantikan fungsi KOH. Penambahan NaOH akan membnetuk sabbun natrium padat pada suhu kamar (Baidillah dkk., 2017).



2.Apa yang dimaksud dengan detergen jenis LAS dan ABS? Jelaskan dan tulis persamaan reaksinya!! LAS atau linier alkil benzena sulfonat adalah surfaktan anionik dan biasanya digunakan dalam deterjen dengan konsentrasi 22% hingga 30%. LAS dapat mengurangi tegangan permukaan dan juga dapat mengemulsi lemak. Oleh karena itu, LAS digunakan sebagai pelarut lemak dan denaturasi protein. Selain itu, LAS juga dapat digunakan sebagai agen pembersih pada pakaian (Sari, 2015). ABS atau alkylbenzene sulfonate merupakan surfaktan anionik yang berperan besar dalam pembentukan deterjen anionik sebagai zat aktif. ABS dapat menyebabkan busa pada deterjen. Selain itu, ABS dapat menyebabkan penurunan tegangan air, sehingga air dapat menyusup selama proses pembersihan kotoran (Khodaparast et al, 2019).



3.Jelaskan cara kerja sabun dan detergen sebagai pembersih kotoran lemak! Sabun dan detergen memiliki rantai hidrokarbon yang tersusun atas 2 bagian, yaitu kepala yang bersifat hidrofil serta bagian ekor yang bersifat hidrofobik. Bagian ekor yang bersifat hidrofobik akan mengikat kotoran sedangkan bagian kepala yang bersifat hidrofilik akan mengikat air, dengan begitu kotoran akan terlepas. Detergen dinilai lebih efektif dalam membersihkan kotoran dibanding dengan sabun karena detergen mengandung surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan air sehingga kotoran dapat lebih mudah terangkat (Kornber, 2014).



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 2151000507111015 RE RE-11



4.Mengapa detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran apabila dibandingkan dengan sabun? Detergen lebih efektif dalam membersihkan kotoran dibanding dengan sabun karena terdapat gugus alkil sulfonate. Gugus tersebut yang dapat menghasilkan banyak busa sehingga dapat bekerja lebih optimal dalam membersihkan kotoran. Selain itu, kandungan surfaktan pada detergen dapat menurunkan tegangan permukaan air, dengan begitu kotoran dapat lebih mudah terangkat/ hilang (Kornberg, 2014).



5.Jelaskan pengaruh kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih! Sabun dan deterjen yang bekerja di air sadah akan terhambat karena air sadah mengandung lebih banyak mineral kalsium dan magnesium. Air sadah juga sulit dibilas dengan air bersih. Senyawa dalam air sadah dapat mencegah pembentukan busa sabun atau deterjen di dalam air. Oleh karena itu, dibandingkan dengan air biasa, sabun dan deterjen tidak dapat mencapai efek terbaik pada air sadah (Anggraeni, 2018).



NAMA NIM KELAS KELOMPOK



Shafyra Mahdyah Putri 2151000507111015 RE RE-11



KESIMPULAN Prinsip dari proses saponifikasi adalah trigliserida yang ditambahkan dengan basa alkali akan menghasilkan sabun dan gliserol. Penggabungan antara lemak dan basa alkali akan menghasilkan trace yang berupa cairan kental. Pada proses ini ditambahkan NaCl yang berfungsi untuk pemisahan sabun dan gliserol sehingga didapatkan sabun padatan yang terpisah dari gliserol. Pada pengujian sabun ini, didapatkan hasil bahwa sabun dapat menguraikan minyak. Tujuan dari praktikum reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan detrgen adalah mempelajari proses saponifikasi lemak menggunakan Kalium Hidroksida dan natrium Hidrokida. Selain itu juga mempelajari perbendaan sifat sabun dan detergen. Setelah dilakukan uji didaptkan hasil sebagai berikut, pada saponifikasi lemak sabun kalium menghasilkan warna kuning bening dan berbenetuk cair. Pada sabun natrium dihasilkan warna putih tulang dan berbentuk padat. Sedangkan pada detergen warna yang duhasilkan adalah putih dan berbentuk cair. Saat menguji sifat sabun dan deterjen, hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur, di mana deterjen memiliki kelarutan yang lebih tinggi daripada sabun kalium dan sabun natrium karena dapat membersihkan kotoran atau minyak secara menyeluruh. Dengan menambahkan 0,1% CaCl2, 0,1% MgCl2, 0,1% FeCl2 dan air kran ke sampel sabun kalium, sabun natrium dan deterjen maka dilakukan proses kesadahan sabun dan deterjen.



DAFTAR PUSTAKA Andalia, W., dan Pratiwi, I. 2019. Kinerja Katalis NaOH dan KOH ditinjau dari Kualitas Produk Biodiesel yang dihasilkan dari Minyak Goreng Bekas. Jurnal Tekno Global, 7(2):25-33 Junaedi, A. F. 2014. Penyuluhan Tentang Penangananl Imbah Rumah Tangga. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship, 3(2): 111-114. Junaidi, R., Yuniar, Y., Bella, V., Julian, A., dan Rahmah, A. 2019. Rancang Bangun Alat Pembuatan Aqua Purificata (Perbandingan Kualitas Produk dari Reverse Osmosis, Ion Exchanger, dan Water Distiller). FLUIDA, 12(2): 58-64. Liu, C., Feng, Q., Zhang, G., Chen, W., and Chen, Y. 2016. Effect of depressants in the selective flotation of scheelite and calcite using oxidized paraffin soap as collector. International Journal of Mineral Processing, 15(7): 210-215. Marlina, M., Wijayanti, D., Yudiastari, I. P., dan Safitri, L. 2018. Pembuatan Virgin Coconut Oil dari Kelapa Hibrida Menggunakan Metode Penggaraman dengan NaCl dan Garam Dapur. Jurnal Chemurgy, 1(2): 7-12. Ningrum, M. A. 2018. Produksi Gas Hidrogen Dengan Pemanfaatan Regenerasi Larutan Elektrolit Kalium Hidroksida Pada Reaktor Aluminium Corrosion And Electrolysis (ACE). Skripsi. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya. Pratiwi, F. 2014. Pemanfaatan Daun Jambu Biji (Psidiifolium) Sebagai Bioinhibitor Korosi Pada Logam Baja Karbon. Skripsi. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya. Pristanto, S. D. 2017. Uji Antibakteri Dan Uji Toksisitas Ekstrak Kasar Teh Rumput Laut Coklat Sargassum Cristaefolium Dengan Pelarut Aseton. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya. Sari, S. A., Firdaus, M., Fadilla, N. A., dan Irsanti, R. 2019. Studi Pembuatan Sabun Cair dari Daging Buah Pepaya (Analisis Pengaruh Kadar Kalium Hidroksida terhadap Kualitas Sabun). In Talenta Conference Series: Science and Technology (ST), 2(1): 60-65. Suárez, L., Díez, M. A., García, R., and Riera, F. A. 2012. Membrane technology for the recovery of detergent compounds: A review. Journal of Industrial and Engineering Chemistry, 18(6): 18591873.



DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN Baidillah dkk. 2017. Optimasi Waktu Pengadukan dan Volume KOH Sabun Cair Berbahaya Dasar Minyak Jelantah. Jurnal Entropi, 12(1): 55-60. Hendra dkk. 2018. Photo-Degradation of Surfactant Compounds Using UV Rays With Addition of TIO2 Catalystic in Laundry Waste. Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang. Kornberg, G. 2014. Practical Clinical Biochemistry: Methods and Interpretationsi. New Delhi: Rajmakal Electric Press. Letcavage, E. 2014. Basic Soap Making: All the Skills and Tools You Need to Get Started. Cina: Stackpole Books. Perwitasari, D.S. 2011. Pemanfaatan Limbah Industri Kulit Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Sabun. Jurnal Teknik Kimia, 5(2): 425-428. Rahmadhani, F. 2011. Reaksi Saponifikasi dan Pengujian Sifat Surfaktan Sabun dan Detergen. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Rosen, M. J. 2012. Surfactants and Interfacial Phenomena. New York: John Willey&Son