Laporan Steril Talk [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN STERIL “PEMBUATAN SERBUK TALK STERIL 10 GRAM UNTUK TIAP KEMASAN, SEBANYAK 2 KEMASAN”



Nama Kelompok : 1. 1. 2. 3. 4. 5.



Ani Mubayyinah (112210101047) Liza Fairuz (112210101055) Nurul Faridah (112210101064) Awalia Annisafira (112210101065) Fatimah A. Maulidiyah (112210101067) Elly Febry (112210101071)



BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2014



I.



TUJUAN PRAKTIKUM - Mahasiswa mampu melakukan sterilisasi alat dan bahan dengan pemanasan kering menggunakan oven - Mahasiswa mampu memahami dan mampu melakukan metode sterilisasi dengan pemanasan kering



II. PRA FORMULASI 1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat a. Efek Utama : - mencegah iritasi - sebagai agen sklerosing (Martindale, 2009) - sebagai agen pleurodesis yang digunakan dalam pengobatan pneumothorax, serta efusi pleura maligna dan non maligna (Anonim, 2011) b. Efek Samping : - menyebabkan iritasi pernafasan, penggunaan jangka panjang



dapat menyebabkan pneumoroniasis - menyebabkan granuloma jika digunakan pada bagian yang terluka - talk yang mengandung asbes dapat menyebabkan kanker - pada penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan gagal nafas c. Kontra Indikasi : paru-paru yang tidak bisa re-expand, pasien yang alergi atau



pasien hipersensitif terhadap talk 2. Tinjauan Sifat Fisika-Kimia Bahan Obat a. Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut (FI IV, 1995) b. Stabilitas : - stabil pada pH 5-7 untuk 20% b/v dispersi dalam air - mengabsorpsi air dalam jumlah yang tidak signifikan pada suhu 250C dan kelembaban relatif hingga 90% c. Cara Sterilisasi : - sterilisasi dengan panas kering pada suhu 1600C selama tidak kurang dari 1 jam (HPE 6th ed : 729). - sterilisasi dengan gas etilen oksida (HPE 6th ed : 729). - sterilisasi dengan radiasi sinar  (HPE 6th ed : 729). d. Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan senyawa amonium kuartener (HPE, 2006). e. Cara penggunaan dan dosis : 4 gram talk steril diuapkan dengan 30ml NaCl 0,9%



dan 10 ml lignokain.



Talk dicampur dan diaduk dengan perlahan dalam keadaan steril. Kemudian dimasukkan ke dalam spuit 50ml. Campuran tersebut kemudian disuntikkan atau diinjeksi ke dalam rongga dada menggunakan chest tube dengan syringe, kateter dibilas dengan NaCl 0,9% secukupnya. Pasien diminta untuk bernafas



beberapa kali agar serbuk talk tertarik ke rongga pleura (Amin dan Masna, 2007). III. FORMULASI 1. Permasalahan dan penyelesaian - Pada metode sterilisasi gas menggunakan gas etilen oksida, gas tersebut mudah menguap, tidak berwarna, residu gas bersifat toksik dan mudah terbakar  gas etilen oksida diencerkan dengan CO2 - Proses dalam metode sterilisasi dengan gas lebih mahal dibandingkan metode sterilisasi panas basah maupun panas kering dikarenakan memerlukan perlengkapan khusus dan metode sterilisasi dengan panas basah akan menggumpal  talk dapat disterilkan dengan metode panas kering menggunakan oven pada suhu 1600C selama  1jam 2. Formulasi yang akan dibuat R/ Talk 10g s. serbuk tabur no II 3. Perhitungan berat dan volume Talk = 2 x 10g = 20g 3. Cara sterilisasi bahan sediaan yang akan dibuat Menggunakan metode panas kering dengan oven pada suhu 1600C selama  1jam (HPE, 2006).



IV. PELAKSANAAN 1. Penyiapan Alat a. Alat yang digunakan dan cara sterilisasi No 1 2 3



Nama alat



Jumlah



Kaca arloji Sendok porselen Pinset



2 2 2



Ukuran Ø 7cm



Sterilisasi 0



Oven – 180 C Oven – 1800C Oven – 1800C



Waktu 30 menit 30 menit 30 menit



b. Pencucian, pengeringan, dan pembungkusan alat - Pencucian alat Mencuci alat gelas dengan air dan HCl encer Merendam dalam larutan tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan didihkan selama 1 jam Ulangi ad larutan jernih (maksimal 3x) Membilas dengan aquadest sebanyak 3x



-



Pencucian alumunium Mendidihkan alat alumunium dalam tepol 1% selama 10 menit Merendam dalam larutan Na2CO3 5% selama 5 menit Membilas dengan aqua panas mengalir Mendidihkan dengan air 15 menit kemudian dibilas Mendidihkan dengan aquadet 15 menit Membilas dengan aquadest sebanyak 3 x



-



Pengeringan dan pembungkusan Mengeringkan alat di oven pada suhu 100-1050C selama 10 menit (dalam keadaan terbalik) Mendinginkan dan bungkus dengan alumunium foil rangkap 2



c. Sterilisasi alat Kaca arloji, sendok porselen, dan pinset disterilisasi dengan metode panas kering menggunakan oven pada suhu 1800C selama 30 menit. - Waktu pemanasan = 31 menit - Waktu kesetimbangan = 0 menit - Waktu pembinasaan = 30 menit - Tambahan waktu untuk jaminan sterilitas = 0 menit - Waktu pendinginan = 15 menit Total waktu sterilisasi = 76 menit 2. Cara kerja Membuka pembuka lapisan luar alat yang disterilkan Menyemprot pembungkus lapisan dalam dengan alkohol lalu dianginanginkan Membuka lapisan pembungkus kedua Meletakkan kaca arloji dalam neraca analitik Menimbang 2 x 10 gram talk Menggerus pelan-pelan dengan stamper



Memasukkan talk dalam wadah masing-masing (10g) Sterilisasi dengan oven pada suhu 1800C selama 30 menit



-



Mengeluarkan dari oven, dinginkan, beri etiket, masuk box dan brosur Sterilisasi sediaan Waktu pemanasan = 54 menit Waktu kesetimbangan = 20 menit Waktu pembinasaan = 30 menit Tambahan waktu untuk jaminan sterilitas = 10 menit Waktu pendinginan = 15 menit Total waktu sterilisasi = 129 menit



3. Brosur



4. Etiket 5. 6. 7. 8. No.Reg : DTL9858992159A1 9. Isi Bersih : 10 gram



INDIKASI,KONTRAINDIKASI,EFEK SAMPING, PERHATIAN,DOSIS(Lihat brosur terlampir) SIMPAN DI TEMPAT SEJUK DAN TERLINDUNG DARI CAHAYA.



Diproduksi Oleh : PT.LIMAINDRA Jember – Indonesia



5. Kemasan



RIILTALK TALK STERIL



Talk steril 10 gram Batch : 567892 MD : 9 2014



V. HASIL PENGAMATAN Hasil waktu sterilisasi sediaan talk suhu 170 ° C selama 1 jam Waktu pemanasan = 15 menit Waktu kesetimbangan = 20 menit Waktu pembinasaan = 30 menit Tambahan waktu untuk jaminan sterilitas = 10 menit Waktu pendinginan = 15 menit Total waktu sterilisasi = 90 menit Proses sterilisasi berlangsung pada pukul 13.55 - 15.25 WIB



VI. PEMBAHASAN Setelah alat-alat yang akan digunakan untuk produksi telah selesai disterilisasi, selanjutnya pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan sterilisasi pada serbuk talk. Talk steril dibuat dengan sterilisasi akhir dilakukan dengan menimbang talk sebanyak 10 g masukkan ke dalam wadah bersih dan ditutup. Selanjutnya dilakukan sterilisasi akhir, yaitu talk ketika dimasukkan wadah masih belum steril tetapi dilakukan sterilisasi di dalam wadah (talk disterilisasi bersama / didalam wadah yang nantinya digunakan sebagai kemasan primernya). Metode panas kering meggunakan oven pada suhu 170 ° C selama 1 jam. Dimana pada metode ini akan digunakan untuk bahan yang tahan dan stabil terhadap pemanasan pada suhu tertentu. Prinsip dasar dari sterilisasi dengan panas kering yakni proses sterilisasi dengan konduksi panas, panas akan diabsorpsi permukaan material kemudian disalurkan pada lapisan berikutnya sehingga didapatkan panas yang merata ke seluruh



permukaan



material.



Mekanisme



pembunuhan



mikroorganisme



dengan



menggunakan metode ini melalui destruksi lambat protein mikroorganisme ( oksidasi protein mikroorganisme ).Jadi metode sterilisasi yang digunakan adalah panas kering menggunakan oven. Temperatur yang digunakan adalah 170 ° C selama 1 jam. Sebelum bahan obat (talk dan botol) dimasukkan dalam oven, oven dipanaskan sesuai dengan suhu yang diinginkan. Waktu pemanasan adalah waktu mencapai suhu sterilisasi 170 ° C. Waktu pemanasan dibutuhkan waktu selama 15 menit, yaitu dari pukul 13.55 – 14.10 . Sedangkan waktu kesetimbangan dibutuhkan selama 20 menit, yaitu dari pukul 14.10 – 14.30 . Waktu kesetimbangan adalah waktu untuk membuat suhu udara yang ada di dalam sediaan sama



dengan yang diluar dalam satu oven. Waktu pembinasaan selama 30 menit, yaitu dari pukul 14.30 – 15.00 , waktu pembinasaan ini adalah waktu untuk membunuh mikroorganisme. Waktu tambahan jaminan sterilisasi selama 10 menit, yaitu sekitar 50 % dari waktu kesetimbangan, dimulai pada pukul 15.00 – 15.10. Kemudian oven dikecilkan suhunya untuk mendinginkan produk. Waktu pendinginan selama 15 menit, yaitu dari pukul 15.10 – 15.25, waktu ini sampai alat bisa dipegang. Jadi total waktu yang dibutuhkan pada proses sterilisasi talk dengan oven adalah selama 90 menit. Indikasi obat ini salah satunya adalah untuk efusi pleura. Pleura adalah membran serosa yang licin, mengkilat, tipis dan transparan. Membran ini menutupi jaringan paru dan terdiri dari 2 lapis: 1. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, langsung menutupi permukaan paru. 2. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, berhubungan dengan dinding dada. Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang memproduksi cairan), membran basalis, jaringan elastik dan kolagen, pembuluh darah dan limfe. Membran pleura bersifat semipermiabel. Sejumlah cairan terus menerus merembes keluar dari pembuluh darah yang melalui pleura parietal. Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali kedarah. Efusi terjadi jika pemnbentukan cairan oleh pleura parietalis melampau batas pengambilan yang dilakukan pleura viseralis.



Rongga pleura adalah rongga potensial, mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan ± 1.500 sel/ml. Sel cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah kecil limfosit, makrofag dan sel mesotel. Sel polimormonuklear dan sel darah merah dijumpai dalam jumlah yang



sangat kecil didalam cairan pleura. Keluar dan masuknya cairan dari dan ke pleura harus berjalan seimbang agar nilai normal cairan pleura dapat dipertahankan. Cairan pleura sebenarnya adalah cairan interseluler pleura parietal. Oleh karena pleura parietal disuplai oleh sirkulasi sistemik sedangkan tekanan didalam rongga pleura lebih rendah dibanding atmospir, gradien tekanan bergerak dari interselular pleura ke arah rongga pleura. Ada 6 mekanisme yang bertanggung jawab atas terjadinya penumpukan cairan dalam rongga pleura, yaitu: 1. Peningkatan tekanan hidrostatik sirkulasi mikrovaskular. Keadaan ini dijumpai pada gagal jantung kongestif. 2. Turunnya tekanan onkotik sirkulasi mikrovaskular. Keadaan ini terjadi akibat hipoalbuminemia seperti pada sindroma nefrotik. 3. Turunnya tekanan intra pleura, yang dapat disebabkan oleh atelektasis atau reseksi paru. 4. Meningkatnya permiabelitas kapiler pleura. Keadaan ini diakibatkan oleh peradangan pleura, misalnya pada efusi pleura akibat tuberculosis atau penyakit keganasan. 5. Terhambatnya aliran getah bening akibat tumor atau fibrosis paru 6. Masuknya cairan dari rongga peritoneum akibat asites. Pleurodesis Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis baik secara kimiawi, mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi cairan maupun udara dalam rongga pleura. Tindakan tersebut umumnya diindikasikan untuk efusi pleura maligna dan pneumotoraks spontan. Tidak ada kontraindikasi absolut untuk pleurodesis, namun perlu dipertimbangkan kemungkinan tingkat keberhasilan prosedur serta risikonya agar pasien mendapat manfaat optimal dari tindakan ini. Pemilihan teknik yang tepat, agen sklerosis, kriteria pemilihan pasien merupakan hal yang sering diperdebatkan serta menentukan keberhasilan tindakan. Telah dikenal banyak macam agen sklerosis seperti tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, bleomisin, kuinakrin, dan darah pasien sendiri namun yang sering digunakan adalah talk karena murah, cukup efektif, serta komplikasi yang minimal. Pleurodesis menggunakan talk tidak membutuhkan anestesia umum maupun intubasi trakea. Sebelum prosedur, perlu dilakukan evaluasi pasien meliputi foto toraks, bronkoskopi bila memungkinkan, anamnesis dan pemeriksaan fisik ulang, menilai kembali hasil laboratorium, serta insersi chest tube bila belum terpasang. Talk



dimasukkan ke rongga pleura melalui chest tube dan pasien diminta bernapas beberapa kali agar larutan talk tertarik ke rongga pleura. Setelah prosedur, perlu dilakukan foto toraks dan pemantauan tanda vital, drainase chest tube harian, kebocoran udara, serta kontrol nyeri. Komplikasi yang mungkin timbul meliputi nyeri, takikardia, takipnea, pneumonitis, demam, ekspansi paru inkomplit, serta reaksi alergi. Salah satu obat yang dapat digunakan dalam terapi efusi pleura adalah talk. Steril Talk Powder adalah agen sclerosing ditujukan untuk administrasi intrapleural disediakan dalam penggunaan tunggal 100 mL botol kaca berwarna coklat, ditutup dengan abu-abu, 20 mm stopper dan ditutupi dengan flip sebuah segel tertutup. Setiap botol berisi minimal 5,0 g Talk USP (Ultra 2000 Talk), baik putih atau abu-abu terang, bebas asbes dan brucite bebas bedak ukuran partikel dikendalikan. Komposisi bedak adalah ≥ 95% bedak sebagai terhidrasi magnesium silikat. Empiris rumus bedak adalah Mg3 Si4 010 (OH)2 dengan berat molekul 379,3. Mineral alami termasuk klorit (terhidrasi aluminium dan magnesium silikat.), dolomit (kalsium dan magnesium karbonat), kalsit (kalsium karbonat) dan kuarsa. Talk praktis tidak larut dalam air dan dalam larutan encer asam dan alkali hidroksida dan inkompatibilitas dengan amonium kwartner. Produk steril disarankan disterilkan dengan radiasi sinar gamma.Talk adalah material yang stabil dan dapat disterilisasikan dengan sterilisasi panas kering pada suhu 1600C tidak kurang dari 1 jam. Bisa juga disterilkan dengan gas etilen oksida atau radiasi sinar gama. Talk seharusnya disimpan dalam tempat tertutup, kering dan dingin. (Rowe et al., 2009) Cara sterilisasi sediaan talk dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu menggunkan metode: a) Udara Panas Oven The Art of Compounding : 404 Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah. Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan yang sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau dengan adanya lembab dan penembusannya ke dalam bahan yang telah disterilkan. Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh oleh suhu sampai 121o C (suhu



yang biasanya digunakan dalam autoklaf bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit). Untik alasan ini, autoklaf merupakan metode yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan basis minyak, atau bahan-bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak sama sekali. Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan pada suhu 121°C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C selama 1-4 jam. Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160°C paling cepat 1 jam, tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara khusus untuk sterilisasi minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya. Bagaimanapun juga range 150-170°C digunakan untuk streilisasi panas kering dan lain-lain, sebagai contoh : bahan-bahan gelas, dapat disterilkan pada suhu 170oC. dimana beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus disterilkan pada suhu rendah dan waktu yang lebih lama. b) Sterilisasi Gas Pharmaceutical Technology : 281 Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahanbahan dan menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida. Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam amino, hidroksi atau gugus sulfur dari enzim seluler atau protein. Beberapa lembab dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi dan menghancurkan sel. Kelembaban rendah misalnya minimal 20%, angka kematian tidak logaritmik (tidak nyata). Tetapi mikroorganisme muncul peningkatan resistensinya dengan penurunan kelembaban. Dalam prakteknya, kelembaban dalam chamber pensteril ditingkatkan dari 50-60% dan dipegang untuk suatu waktu pada permukaan dan kelembaban membran sel sebelum penggunaan etilen oksida.



Etilen oksida bersifat eksplosif ketika dicampur dengan udara. Penghilangan sifat eksplosif dengan menggunakan campuran etilen oksida dan karbondioksida. Seperti Carboxide, Oxyfume 20, campuran etilen oksida dengan hidrokarbon terflouronasi seperti Storoxide 12. keduanya diluent inert yang mempunyai tekanan uap yang tinggi dan bereaksi sebagai pembakar etilen oksida keluar dari silinder masuk ke dalam chamber steril. Komponen terfloronasi mempunyai keuntungan over karbondioksida yang disimpan dalam wadah yang ringan dan campuran mengizinkan tekanan parsial tinggi dari etilen oksida pada chamber pensteril pada tekanan total yang sama. Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50% kelembaban relativ dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam partikel 6 jam pemaparan etilen oksida digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan memperbolehkan waktu untuk penetrasi gas ke dalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan dengan terminal vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini digunakan untuk mensterilkan obat serbuk seperti penisilin, juga telah digunakan untuk sterilisasi benang, plastik tube. Penggunaan etilen oksida untuk sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu seperti kertas karf dan lapisan tipis polietilen. Semprot aerosol etilen oksida telah digunakan untuk mensterilkan daerah sempit dimana dilakukan teknik aseptis. Validation of Pharmaceutical Processes : 151 Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar. Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan dekstruksi mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan dalam ruang/chamber sterilisasi. Sterilisasi menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang menghasilkan ion klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-alat medis dan baju-baju medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan petri yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida adalah bahan yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan –bahan yang disterilkan setelah proses sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan mengubah suhu lebih tinggi dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap personil dari efek berbahaya gas ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung



pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas. Mekanisme aksi etilen oksida Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1286 Etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap mikroorganisme dengan mengalkilasi metabolit esensial yang terutama mempengaruhi proses reproduksi. Alkilasi ini barangkali terjadi dengan menghilangkan hidrogen aktif pada gugus sulfhidril, amina, karboksil atau hidroksil dengan suatu radikal hidroksi etil metabolit yang tidak diubah dengan tidak tersedia bagi mikroorganisme sehingga mikroorganisme ini mati tanpa reproduksi. c) Radiasi pengion Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1274 Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop radioaktif seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh percepatan mekanis elektron sampai ke kecepatan den energi tinggi (sinar katode, sinar beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan mutlak karena tidak menyebabkan kerusakan mekanik, namun demikian, kekurangan sinar ini adalah di hentikan dari, mekanik elektron akselerasi (yang dipercepat) keuntungan elektron yang dipercepat adalah kemampuannya memberikan output laju doisis yang lebih seragam. Aksi letal radiasi pengionan menghacurkan mikroorganisme dengan menghentikan rep-roduksi sebagai hasil mutasi letal. Mutasi ini disebabkan karena transformasi radiasi menjadi molekul penerima pada sinar x, menurut teori langsung. Mutasi ini dapat disebabkan oleh tindakan tidak langsung, dimana molekul-molekul air diubah menjadi kesatuan yang berenergi tinggi seperti hidrogen dan ion hidroksil. Semua ini pada akhirnya, menyebabkan perubahan energi pada asam nukleat dan molekul lain sehingga hilangnya keberadaannya bagi metabolisme molekul sel bakteri. Validation of Pharmaceutical Processes : 151 Dekstruksi bakteri untuk menghasilkan kondisi steril dapat dilakukan dengan menggunakan radiasi pengion, dengan efek pada asam nukleat dari mikroorganisme yang nonreversibel. Pembentukan radikal bebas dan peroksida yang merupakan senyawa reaktif juga memberikan kontribusi pada letalitas dari proses sterilisasi ini. Dua tipe radiasi pengion yang dapat digunakan yaitu radiasi sinar gamma dan radiasi electron. Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk alat-alat medis yang sensitive terhadap panas dan jika



residu etilen oksida tidak diharapkan. Pengukuran presisi dari dosis radiasi, yang tidak berhubungan dengan suhu, adalah merupakan faktor kontrol dalam sterilisasi radiasi selama dengan waktu iradiasi. Monitoring dan kotrol proses sangat sederhana, tetapi kehati-hatian akan keamanan harus dilakukan oleh operator sterilisasi. Radiasi pengion juga digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan obat dan bahanbahan formulasi. Kompabilitas dari bahan yang disterilkan dengan radiasi adalah factor yang harus diperhatikan sejak bahan-bahan dan alat-alat dipengaruhi oleh radiasi, mungkin tidak dengan segera dilakukan penanganan tetapi setelah stabilitas produk dapat dipengaruhi. Untuk bahan-bahan medis dan plastik, perubahan dari sterilisasi etilen oksida ke sterilisasi radiasi membutuhkan penentuan efek radiasi jangka pendek dan jangka panjang, dan kadang membutuhkan modifikasi produksi bahan plastik dan karet untuk membuatnya sesuai dengan sterilisasi radiasi. Penerapan untuk sterilisasi ini Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1276 Elektron dipercepat atau sinar gamma dapat digunakan untuk mensterilkan produkproduk pilahan dengan suatu proses berkesinambungan. Kebanyakan prosedur sterilisasi produk



lain



harus



diselenggarakan



dalam



batch



setrilisasi



dengan



proses



berkesinambungan memerlukan pengendalian yang tepat, sehingga tidak ada bagian yang lepas dari keefektifan sterilisasi. Remington’s Pharmaceutical Sciences : 1476 Radiasi ionisasi digunakan untuk sterilisasi industri untuk alat-alat rumah sakit, vitamin, antibiotik, steroid hormon dan transplantasi tulang dan jaringan dan alat pengobatan seperti alat untuk suntik plastik, jarum, alat beda, tube palstik, katter, benang bedah dan cawan Petri. Radiasi ioniasasi dapat menghasilkan perubahan dalam molekul organik yang dapat mempengaruhi kemujaraban sediaan atau dapat menginduksi toksisitas. Radiasi produk juga dapat menghasilakn perubahan warna dan kerapuhan beberapa wadah gelas dan bahan plastik. Sterilisasi radiasi dapat dilakukan baik dengan radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik dan energi foton, termasuk ultra dari bahan radioaktif seperti kobalt 60 atau sesium 137 adalah yang paling sering digunakan sebagai sumber energi sterilisasi adhesi elektromagnetik. Radiasi partikel atau molekul termasuk daftar partikel yang steril. Satu-satunya sekarang yang digunakan untuk sterilisasi radiasi pada obat-obat rumah sakit dan laboratorium. Bagaimanapun banyak prosedur sterilisasi



industri manggunakan radiasi, termasuk penjelasan singkatnya. Beberapa informasi mengenai efek sterilisasi ultraviolet juga dihadirkan. Prinsip bermuatan negatif sepeti elektron yang berinteraksi langsung dengan bahan menyebabkan ionisasi seperti elektron elektromagnetik menyebabkan ionisasi pada mekanisme yang bervariasi yang menghasilkan perpindahan suatu orbital elektron dengan mekanisme jumlah tertentu dari energi yang ditransfer dalam insiden sinar gamma. Perpindahan elektron ini kemudian bentindak sebagai partikel beta dalam reduksi. Oleh sebab itu baik partikel maupun elektromagnetik, dipertimbangkan sebagai radiasi ionisasi yang berbeda dengan radiasi sinar ultraviolet. Kerugian penggunaan germisida radiasi sinar UV adalah penetrasinya terbatas, pada panjang gelombang 253,7 nm, diserap oleh banyak bahan dan membuat penggumpalan organisme dan hal tersebut dilindungi oleh debu dan puing-puing. Untuk menghindari aksi letal panggunaan radiasi sinar UV sebagai cara sterilisasi tidak direkomendasikan lemak jika bahan-bahan yang diradiasi sangat bersih dan bebas yang dapat melindungi mikroorganisme. Dalam praktikum ini tidak menggunakan sterilisasi gas. Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Salah satu keterbatasan utama dari proses sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari produk yang disterilkan. Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini adalah sebagai alternatif dari sterilisasi termal, jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau panas kering. Pada praktikum ini yang disterilkan adalah bubuk talk dimana merupakan bahan yang terhadap panas sehingga dipilih metode yang lebih mudah dan lebih aman yaitu sterilisasi panas kering dengan suhu 160oC selam 30 menit. Jika menggunakan sterilisasi gas, gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida. Etilen oksida yang digunakan biasanya dalam bentuk murni atau campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini memiliki sifat yang tidak berwarna, memiliki bau yang sama dengan ether, sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar, bersifat sangat toksik, mutagenik, selain itu juga meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida.. Sterilisasi gas dengan etilen oksida menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang menghasilkan ion klorida dalam bahan-bahan. Gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus



dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida. Etilen



oksida



merupakan



agen



alkilasi



yang



menyebabkan



dekstruksi



mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan dalam ruang atau chamber sterilisasi. Mekanisme aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan mikroba mati. Sterilisasi gas berjalan lambat, waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50% kelembaban relatif dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas. Faktor yang berpengaruh : 



Suhu (kenaikan 10°C, kecepatan naik 2,7X) suhu 49-60°C







Konsentrasi, kenaikan hingga 1000mg/L waktu menjadi separuhnya (2001000mg/L)







Kelembapan 30%-70%







Daya penetrasi







Absorbsi Sterilisasi gas digunakan untuk sterilisasi alat-alat medis dan baju-baju medis,



bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan petri yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida adalah bahan yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan-bahan yang disterilkan setelah proses sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan mengubah suhu lebih tinggi dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap personil dari efek berbahaya gas ini. Cara sterilisasi dengan gas Etilen Oksida 1. Barang diatur dalam ruang sterilisator 2. Dibuat vakum hingga tekanan udara 2 kPa utk mengeluarkan udara, karena etilen oksida sangat mudah bereaksi dengan udara (O2)



3. Masukkan uap air utk melembabkan dan mencapai suhu sterilisasi yang diperlukan (40-60oC) 4. Masukkan Etilen Oksida panas 5. Monitor tekanan dalam ruang 6. Pada akhir pemanasan gas dikeluarkan, kemudian dimasukkan udara steril untuk mengusir residu yang bersifat toksik. 7.



Karantina 7-10 hari hingga Etilen Oksida habis Etilen oksida Sangat mudah terbakar dalam campuran dengan udara > 3.6% v/v. Maka



untuk mengatasinya dilakukan kombinasi dengan bahan-nahan berikut: 



Dengan CO2 - Karboksil : komposisinya Etilen Oksida 10% dan CO2 90%) - Oksifume sterilan: komposisinya Etilen Oksida 20% dan CO2 80%)







Dengan Freon - Cry-oxide : Etilen Oksida 11%, freon 12 10% dan freon 11 79%) - Anprolene - Steroxide







Etilen Oksida bebas oksigen -Etilen Oksida murni atau Etilen Oksida 90% dan CO2 10% dalam wadah yang minimal 95% udara sudah keluar sehingga Eilen Oksida tidak meledak. Pada praktikum ini menggunakan sterilisasi panas kering. Menurut British



Pharmacopoeia suhu sterilisasi panas kering yaitu pada kisaran 160o-120oC. Sediaan talk yang dibuat disterilisasi dengan metode panas kering bukan dengan metode sterilisasi panas basah. Hal ini dikarenakan serbuk steril talk dapat membentuk agregat atau gumpalan-gumpalan apabila disterilisasi dengan autoklaf. Selain itu, sterilisasi dengan autoklaf yang suhu maksimalnya 121oC tidak cukup untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat dalam talk. Selama sterilisasi panas kering, mikrooganisme dibunuh oleh proses oksidasi yang membuat mikroorganisme menjadi dehidrasi. Pada sterilisasi uap dengan autoklaf tidak dilakukan karena apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap jenuh pada suhu yang konstan maka semua mikroorganisme tidak akan terbunuh secara bersamaan. Selain itu, sistem kerja autoklaf yang menggunakan uap jenuh untuk berpenetrasi pada bahan yang disterilkan tidak efektif karena talk termasuk bahan yang tidak tahan terhadap kelembaban.



VII. KESIMPULAN 1. Talk dapat digunakan untuk mencegah iritasi, agen sklerosing, agen pleurodesis yang digunakan dalam pengobatan



pneumothorax, serta efusi pleura maligna dan non



maligna. 2. Talk memiliki sifat stabil terhadap cahaya, oksigen dan dapat menyebabkan lesi pada usus. 3. Cara sterilisasi yang efektif digunakan untuk sterilisasi talk adalah sterilisasi panas kering menggunakan oven 4. Talk tidak disterilisasi menggunakan sterilisasi gas karena pada sterilisasi gas terdapat gas etilen oksida yang bersifat toksik dan berbahaya 5. Talk tidak disterilisasi menggunakan panas basah karena serbuk steril talk dapat membentuk agregat atau gumpalan-gumpalan apabila disterilisasi dengan autoklaf



DAFTAR PUSTAKA



Dewi, Tresna, and Putu Bayu Dian. 2013. “MASSIVE PLEURAL EFFUSION: A CASE REPORT.” E-Jurnal Medika Udayana 2 (3): 465–79. Pharmaceutical Technology, Eugene L. Parrott, 1974, Minneapolis : Burgess Publishing Company. Pratomo, Irandi Putra, and Faisal Yunus. 2014. “Anatomi Dan Fisiologi Pleura.” Accessed October



1.



http://www.kalbemed.com/Portals/6/05_205Anatomi%20dan



%20Fisiologi%20Pleura.pdf. Remington’s Pharmaceutical Sciences 18 th Edition, A.R. Gennaro, 1990, Pennsylvania : Mack Publishing Company. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, sixth. ed. Pharrmaceutical Press, London. Scoville’s : The Art of Compounding, Glenn L. Jenkins et.all., 1957, New York : MC-Graw Hill Book Companies.



LAMPIRAN



DOKUMENTASI



Proses penimbangan serbuk talk



Proses memasukkan talk dalam botol