Laporan Study Kelayakan Tambang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN STUDY KELAYAKAN TAMBANG



CV. BUMI JAYA PERKASA PENAMBANGANTANAH LIAT DI MEMBALONG



BELITUNG - 2011



KATA PENGANTAR



Pembangunan industri pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan Kabupaten Belitung. Selama ini Sektor pertambangan merupakan salah satu penggerak utama pembangunan perekonomian di wilayah ini. Selain dilihatdari sumbangan terhadap daerah dalam bentuk pajak bahan galian. Maupun retribusi lainnya,peranan sektor ini sangat diliat dalam hal penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha dan mendorong pembangunan infrastruktur disekitar wilayah pertambangan. Berdasarkan ketentuan berlaku, untuk pengajuan izin penambangan diperlukan suatu kajian kelayakan rencana kegiatan pertambangan, maka perusahaan kami diwajibkan untuk membuat laporan studykelayakan tambang sebagaimana yang elah ada dihadapankita saat ini. Penyusunan laporan ini dilakukan oleh CV. Bumi Jaya Perkasa dan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh intansi terkait. Atas bantuan dan kerjasama semua pihak selama penyusunan laporan ini kami menucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.



Membalong,



juni 2011



CV. BUMI JAYA PERKASA



HENDRA WILLY Direktur



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR



...............................................................



i



DAFTAR ISI



...............................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.3.



Latar belakang



...............................................................



1



1.4.



Lingkup Pekerjaan



...............................................................



2



BAB II KEADAAN DAERAH PENYELIDIKAN 2.1.



Lokasi dan Kesampaian



...............................................................



6



2.2.



Keadaan Lingkungan



...............................................................



6



2.3.



Flora



...............................................................



6



2.4.



Tata Guna lahan



...............................................................



7



2.4.



Iklim



...............................................................



7



BAB III KAJIAN GEOLOGI TAMBANG 3.1



Geologi



...............................................................



8



3.2



Struktur tanah



...............................................................



9



BAB IV KAJIAN HIDROLOGI 4.1.



Analisis hidrologi



...............................................................



10



4.2.



Analisis Hidrogeologi



...............................................................



11



4.4.



Konsep pengendalian air tambang.......................................................



12



4.5.



Rancangan penyaliran



12



...............................................................



BAB V KAJIAN PERENCANAAN TAMBANG 5.1.



Konsep penambangan



................................................................



13



5.2.



Rancangan pertambangan



................................................................



14



BAB VI KAJIAN TRANSPORTASI 6.1.



Tinjauan Umum



....................................................



20



6.2.



Jalur Transportasi



....................................................



20



6.3.



Sarana dan Prasarana



....................................................



20



6.4.



Biaya Transportasi



....................................................



23



BAB VII LINGKUNGAN, K3 7.1.



Lingkungan



....................................................



24



7.2



Kesehatan dan Keselamatan Kerja.......................................



27



7.3.



Program lingkungan dam K3...............................................



29



BAB VIII PEMASARAN 8.1.



Kebijaksanaan pemerintah..................................................



32



BAB IX INVESTASI 9.1.



Alternatif Pola Kerja



....................................................



33



9.2.



Analisis kelayakan



....................................................



36



BAB X KESIMPULAN



37



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tahapan kegiatan perusahaan pada saat ini adalah Kajian Studi Kelayakan sebelum diterbitkannya Izin Usaha Pertambangan, berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan kajian kelayakan penambangan, agar dapat diputuskan apakah proyek ini layak atau tidak untuk dilanjutkan. Perkembangan industri yang membutuhkan bahan baku Tanah Liat telah menyebabkan berkembangnya usaha di sektor pertambangan Tanah Liat. Usaha ini pada umumnya menarik minatpengusaha swasta nasional karena pengusahaannya dapat dilakukan dengan cara teknologi dan metode penambangan yang sederhana. Pembangunan yang sangat pesat di ibukota Jakarta membutuhkan pasokan Tanah Liat yang cukup besar untuk industri. Kebutuhan dari Belitung, Lampung dan Kalimantan. Disamping itu kebutuhanTanah Liat untuk perminaan luar negeri cukup besar khususnya ke Negara Dubai, China dan Jepang. 1.2 LINGKUP PEKERJAAN Ruang lingkup kajian kelayakan penambang Tanah Liat yang akan dilakukan mengacu pada Kep. Men. ESDM No. 1453 K/29/MEM/2000 tentang Pedoman penyusunan Laporan Studi Kelayakan, yaitu sebagai berikut : 1. Kajian Geologi Tambang a. Tujuan Kajian geologi tambang bertujuan untuk mengevaluasi dan mengkaji semua data geologi dan eksplorasi yang tersedia sehingga dapat dipergunakan perancangan tambang. b. Lingkup - Kajian keadaan umum, kondisi geologi regional dan lokal daerah rencana tambang - Kajian keadaan bentuk endapan Tanah Meliputi:  bentuk dan penyebaran endapan Tanah liat 1|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



 evaluasi kontur struktur lapisan Tanah Liat.  Klasifikasi jumlah sumberdaya Tanah Liat.  jumlah cadangan tertambangan beserta stripping ratio 2. Kajian Geoteknik a. Tujuan Kajian geoteknik bertujuan untuk menentukan geometri lereng yang mantap untuk digunakan dalam perancangan tambang terbuka serta rekomendasi pengalian, pengaruan. b. Lingkup Melakukan analisis geoteknik berdasarkan hasil pengujian laboraturium geoteknik yang tersedia, meliputi : - Analisis kemantapan lereng tambang. - Analisis kemantapan lereng timbunan. - Analisis kemampugalian dan kemampugaruan. - Rancangan peledakan (bila diperlukan). 3. Kajian Kualitas, dan pemanfaatan Tanah Liat a. Tujuan Kajian kualitas Tanah Liat bertujuan untuk menentukan penyebaran kualitas Tanah Liat, cara penanganan dan penambangan yang sesuai,serta kajian kemungkinan pemanfaatan. b. Lingkup Menentukan penyebaran kualitas lapisan Tanah Lia sebagai panduan perencanaan strategi penambangan berdasarkan analisis hasil uji kualitas Tanah Liat yang meliput : - Kajian penanganan dan pengolahan Tanah Liat serta pemanfaatan Tanah Liat berdasarkan analisis hasil uji kualitas Tanah Liat - Merencanakan tata letak peralatan (layout) instalasi yang di perlukan serta pemilihan peralatan yang di perlukan ( jenis, jumlah dan kapasitas). 4. Kajian Hidrogeologi dan Hidrologi a. Tujuan Kajian ini bertujuan untuk : 2|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



 Mengindentifikasi lapisan akuifer di daerah penyelidikan, karakteristik serta pengaruhnya pada kegiatan penambangan berdasarkan data yang tersedia. Disamping itu akan dianalisis karakteristik curah hujan di daerah penyelidikan. Hasil tersebut merupakan masukan bagi perancangan system penyaliran/penirisan tambang dan perencanaan stategi penambangan.  Memprediksi potensi pembentukan air asam tambang dan cara penangananya. b. Lingkup Lingkup kajianyang di maksud adalah : - Analisis hasil pengujian akuifer. - Analisis hasil uji air asam tambang. - Kajian model hidrogeologi daerah penyelidikan. - analisis data curah hujan. - Kajian pengaruh air hujan, air permukaan dan air tanah terhadap penambangan. - Perancangan sistem penyaliran/penirisan tambang. 5. Perancangan Tambang Terbuka a. Tujuan Perancangan tambang terbuka bertujuan untuk menghasilkan rancangan tambang terbuka sebagai paduan dalam operasionalpenambangan. b. Lingkup Lingkup perencanaan tambang terbuka, meliputi : - Penentuan batas tambang baik ke arah lateralmaupun vertikal. - Penentuan metode dan strategipenambangan Tanah Liat. - Perencanaan jadwal dan strategi produksi Tanah Liat dan Umur Tambang. - Perencanaan penimbunan lapisan penutup. - Perancangan kemajuan tambang dan penimbunan lapisan penutupan tahunan. - Penentuan konfigurasi dan kebutuhan peralatan tambang - Perencangan fasillitas penunjang & infrastruktur



3|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



6. Kajian Transportasi a. Tujuan Kajian transportasi bertujuan untuk mengevaluasi kemungkinan cara dan rute pengangkutan Tanah Liat dari ROM stockpile di tambang ke lokasi pemuatan (loading facility) ditinjau baikteknik maupun ekonomis. b. Lingkup - Evaluasi kelayakan teknis dan rekomundasi alternatif cara dan jalur pengangkutan - Evaluasi kelayakan teknis dan rekomundasi alternatif jalur pengangkutan - Perhitungan ongkos transportasi per ton Tanah setiap alternatif jalur pengangkutan - Pemilihan rancangan alternatif jalur pengangkutan yang dipilih. 7. Kajian Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja a. Tujuan Kajian lingkuangan, kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk memberikan panduan dalam penanganan masalah lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. b. Lingkup - Lingkungan (dengan mengacu kepada dokumen Amdal atau UKL dan UPL dari CV.BJP). a. Dampak kegiatan (tambang, pengolahan dan sarana penunjang). b. Pengelolah lingkungan o Pengolahan Limbah (tambang, pengolahan dan sarana penunjang). o Rencana Reklamasi dan Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang. o Penanganan Air Asam Tambang (kalau ada). C. Pemantauan Lingkungan: - Keselamatan dan Kesehatan Kerja, terdiri dari: i. Organisasi ii.Perakatan iii. Langkah-Langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan. iv. Pengamanan Bahan Peledak dan Bahan Berbahaya lainnya (kalau ada) 4|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



8. Kajian Struktur Organisasi Tenaga Kerja a. Tujuan Kajian organisasi dan tenaga kerja bertujuan untuk menentukan bentuk organisasi, kebutuhan tenaga kerja, untuk berbagai alternatif pola kerja yang mungkin diterapkan. b. Lingkup Menentukan alternatif pola kerja, perencanaan struktur organisasi, jumlah dan jenis tenaga kerja yang diperlukan untuk setiap alternatif pola kerja. 9. Kajian Kelayakan Ekonomi a) Tujuan Kajian kelayakan ekonomi bertujuan untuk menilai kelayakan penambangan Tanah Liat secara ekonomi untuk alternatif pola kerja yang telah di tentukan. b) Lingkup - Perencanaan struktur organisasi berdasarkan alternatif pola kerja yang ditentukan, jumlah dan jenis tenaga kerja yang diperlukan untuk setiap alternative pola kerja. - Analisis pemasaran Tanah Liat meliput kebijakan pemerintahan dalam hal pemasaran Tanah Liat, produksi Tanah Liat beberapa perusahaan tambang di indonesia dan prospek pemasaran Tanah Liat baik pasar domestik atau pun pasar ekspor. - Analisis kelayakan ekonomi dengan menggunakan konsep aliran kas diskon (discounted cash flow analysis).



5|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



BAB II KEADAAN DAERAH PENYELIDIKAN



2.1. LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH Daerah penyelidikan berada kurang lebih 60km ke selatan dari kota kabupaten yakni Tanjung pandan. Secara administratif termasuk kedalam wilayah kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, meliputi wilayah seluas 88,90 Ha yang secara geografis dibatasi oleh kordinat-kordinat (terlampir). Kesampaian daerah dapat di capai dari jakarta via Tanjung pandanmelalui jalur udara, dengan menggunakan pesawatselama + 55 menit, kemudian dilanjutkan perjalanan darat sepanjang 60 KM kearah selatan (Membalong) dengan waktu tempu 60 menit. Sedangkan jarak tempu dari jalan umum ke lokasi tambang sepanjangn 3 km dengan melewati jalan tambang yang sudah ada. 2.2. KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENYELIDIKAN 2.2.1 Penduduk Penduduk asli umumnya adalah Suku melayu asli Belitung dan suku pendatang dari oleh berbagai jenis poh Sulawesi. Suku asli mendiami daerah yang agak jauh dari pesisir laut, sedangkan suku pendatang menetapdisepanjang pantai. Pada umumnya mayoritas masyarakat Membalong memeluk agama Islam,namun sebagian lainnya masih memeluk agama asal (tradisi) Kaharingan. Kehidupan antar umatberagama terlihat baik, begitu pula dengan sarana peribadatan yang telah tersedia. Mata pencarian penduduk asli umumnya adalah nelayan, berladang, menanam sawit, karet, lada dan sayur-sayuran. Sebagian dari mereka pegawai swasta atau negeri. Para pendatang biasanya bekerja sebagai nelayan. 2.3. FLORA DAN FAUNA Tumbuhan pentupdi daerah penyelidikan sebagian besar adalah hutan sekunder dan hanya sebagian kecil merupakan daerah perladangan penduduk yang ditanami lada. Hutan sekunder ditumbui oleh berbagai jenis pohon diantaranya Pelawan , seruk, bettor , dan pohon Keremunting, gelam dan sapu-sapu. Berbagai jenis satwa terdapat di daerah penyelidikan dan beberapa diantaranya 6|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



Pelanduk (Tragulus); jenis reptilia : biawak (Varanus borneanisi) , kura-kura gading (Ortillia borneensis), ular sanca (Chodrophyton viridis); jenis unggas : enggang (Bucirotiadae), Elang (Accipitridae), tupai dan murai; jenis ikan : sepat, lele, udang , tapah dan jalawat.



2.4. TATA GUNA LAHAN Areal penyelidikan merupakan kawasan dataran dan dataran alluvial dengan ketinggian rata-rata + 30 m dpal dan tidak dipengaruhi oleh keberadaan Sungai-sungai. Dikawasan ini didominasi oleh daratan dan padang rumput yang ditumbuhi oleh semak belukar berupa pohon Sapu-sapu dan gelam. Sehingga dijumpai terdapat sebaran rerumputan semak belukar. Diloaksi ini juga terdapat hutan sekunder yang dapat dijumpai pepohonan berupa Beton, Seruk, Samak, pelawan. Areal penyelidikan masuk dalam kawasan areal penggunaan lainnya (APL) dan disebelah Barat dan Utara terdapat kawasan hitan Lindung Gunung Beluru.



2.5 IKLIM Iklim mikro yang berada di kawasan IUP, berupa iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan bulanan antara 3,3 mm sampai 691,6 mm dengan jumlah hari hujan antara 1 hari sampai 30 hari setiap bulannya. Rata-rata temperatur udara pada tahun bervariasi antara 24,0° c sampai 28,9° c dimana kelembaban udara bervariasi antara 81% sampai 92%.



7|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



BAB III KAJIAN GEOLOGI TAMBANG 3.1 GEOLOGI 3.2.1 Geologi Umum Bila ditinjaudari strukturnya maka Pulau Belitung termasuk kedalam sistem Jalur ganit Tanjngpandan (granit timah) yang bermula dari semenanjung Malaka – kepulauan Riau - Pulau Bangka – Pulau Belitung – terus ke pulau-pulau Karimun jawa yang mana merupakan Dangkalan Sunda (Gugusan Kepulauan Sunda yang sudah mantap / stabil). Struktur Pulau Belitung lebih dominan dipengaruhi adanya tumbukan lempeng yang bergerak dari arah utara (lempeng Asia). Dangkalan Sunda ditinjau secara geologis termasuk dalam sistem Pegunungan sircum Sunda. Pulau Belitung ini termasuk kedalam jalur granit timah yang besar, dimana jalur ini membentang dari bagian Barat Semenanjung Malaka dengan rangkaian utama melalui Kepulauan Lingga /Singkep ke Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Pulau-pulau ini juga termasuk kedalam rangkaian pegunungan yang sebagian besar telah mengalami proses pengikisan / tererosi sampai setinggi permukaan air laut. Pulau-pulau ini telah terpencar atau terpisah menjadi sejumlah pulau-pulau ini dikelilingi bekas-bekas lembah sungai di dasar laut. Sehingga merupakan dataran “peneplain” dengan morfologi perbukitan sisa (monadnock). Dataran peneplain ini merupakan bagian yang terluas dari Pulau Belitung. Arah kelurusan morfologibanyak dikontrol oleh struktur sesar dan penyebaran granit di beberapa tempat. Geologi regional daerah penyelidikan merupakan jalur batuan granit timah yang berumur sekitar 245 juta tahun lalu (berumur Trias), yang terdiri dari beberapa formasi antara lain: - Formasi Tajam (PCTm) : Batuan pasir kwarsa bersisipan batu lanau terlipat sedang hingga kuat dan termalihkan rendah. Batu pasir berwarna putih hijau, padat, berbutir halus sampai kasar, menyudut tanggung jawab hingga membundar, memperlihatkan perlapisan bersusun dan sejajar, terkekarkan batu lanau berwarna hijau – kecoklatan, termalihkan sedang, tebal lapisan 2 – 40 cm. Bijih timah dijumpai bersamaan kwarsa dalam urat rekahan dan jejaring. Formasi ini juga menjemari dengan Formasi Kelapa Kampit yang berumur Pemorkarbon. 8|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



- Formasi Kelapa Kampit (PCKs) : Batuan sediment flysch yang terlipat lemah hingga sedang terdiri atas batu pasir, malihan berselingan dengan batu sabak, batu lumpur, serpih, batu lanau tufaan dan rijang. Batu pasir malihan berwarna putih hingga kelabu muda, kompak berbutir halus – kasar, menyudut tanggung – membundar. Tebal perlapisan 2-6 meter. Setempat dijumpai perlapisan bersusun, silang siur dan gelembur. Batu sabak dan serpih berwarna hitam menunjukan perlapisan sejajar dan mengandung cassiterite dan galena. Tebal perlapisan 5- 20 cm, batu lumpur berwarna hitam, berlembar, tebal lapisan 4 – 6 meter. Batu Tufaan kelabu muda, kompak, tebal perlapisan 1 – 4 meter, rijang kelabu muda kemerahan terkersikan mengandung radiolaria, tebal perlapisan 10 – 20 cm. Formasi ini mengandung fosil agathiteras Sundaicum HAN, Moscovicrinus ( Hasking drr, 1977), Fusulina Sch Warirgrina dan cathaysia (Gigantop Teris0 Jong Mans (Van Ovreem,1960) dari kumpulan fosil tersebut dapat disimpulkan bahwa formasi ini berumur Permo Carbon. Formasi ini terendap dalam lingkuan laut dengan ketebalan tersingkap lebih dari 500 meter. - Granit Tanjungpandan (Trtg) : Granit terdaunkan kelabu muda, holokristallin, berbutir Kasar – sangat kasar , berbutir hipidiomorfik terdiri atas kwarsa, feldspar, plagiklas, biotite,hornblebde. Batu ini termasuk kedalam granit tipe “S” (Pitfield, 1987) Mutlaknya berdasarkan K-Ar berkisar dari 208 – 245 juta tahun ( Priem et.al., 1975).



3.2. Struktur Tanah Liat Penambangan Tanah Liat dibuat berdasarkan pada peta topografi, peta kontur struktur roofdan flood Tanah Liat. Geometri lereng sesuai rekomendasi kajian geotekni akan dijadikan pembatasan cadangan tertambang. Metode yang digunakan untuk menghitung cadangan Tanah Liat adalah Metode Kriging, dengan hasil cadangan terukur dihitung dengan menggunakan metode kriging dengan hasil sebagai berikut: i. ii. iii.



Tanah Liat putih keabu-abuan = 2.542.800 m³ Tanah Liat abu-abu kecoklatan = 2.080.000 m³ Tanah Liat pesiran = 425.780 m³



9|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



BAB IV KAJIAN HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI



4.1 ANALISIS HIDROLOGI 4.1.1 CURAH HUJAN Kondisi curah hujan daerah penambangan Tanah Liat CV. BJP dianalisis dari data curah hujan dari data pengukuran curah hujan dari tahun 2005 hingga tahun 2009. Berdasarkan data yang ada, diperoleh temperatur rata-rata tahunan adalah sebesar 24,7oC. Curah hujan tahunan di daerah ini berada pada kisaran sedang, yakni antara 1700 mm sampai 3350 mm per tahun. Karakteristik curah hujan bulanan umumnya terjadi antara bulan Oktober s/d maret dan mulai April s/d september. 4.1.2 Intensitas Hujan Hujan yang menimbulkan gangguan terhadap operasi penambangan adalah hujan jangka pendek yang dinyatakan dalam besaran intensitas hujan. Intensitas hujan rencana adalah intensitas hujan yang digunakan dalam perancangan sarana penyaliran tambang dan pada dasarnya merupakan gambaran prediksi intensitas hujan yang kemungkinan harus diantisipasi oleh sarana penyaliran tambang pada saat operasi penambangan dilaksanakan. 4.1.3 Kondisi Hidrologi Wilayah CV. BJP termasuk dalam daerah beriklim tropis. Daerah ini mengalami dua musim yakni penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan umumnya jatuh mulai akhir oktober hingga akhir bulan April. Sedangkan musim kering biasanya terjadi dari awal bulan Mei hingga bulan September. Morfologi daerah penyelidikan berupa datarandan perbukitan bergelombang lemah sampai sedang. Sungai yang mengalir adalah sungai-sungai kecil atau disebut dengan anak sungai dengan debit sungai rata-rata sebesar 117 liter/detik



10|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



4.2 . ANALISIS HIDROGEOLOGI Akuifer di wilayah kerja diduga terdiri dari 2 tipe, yaitu akuifer bebas dan akuifer tertekan. Akuifer bebas ini tersusun dari material lapukan batuan penutup yang akhirnya menjadi tanah (soil) yang terdapat dibagian paling atas. Ketebalan lapisan tanah ini bervariasi dari 1m s/d 12 m . Akuifer tertekan di wilayah kerja tersusun dari lapisan sandstone yang diapit oleh lapisan kedap (sitstone maupun claystone). 4.4 KONSEP PENGENDALIAN AIR TAMBANG 4.4.1. Air Limpasan Air limpasam di wilayah tambang berasal dari dua sumber yaitu air limpasan (run off) dan air hujan yang langsung masuk ke bukaan tambang (pit). Air limpasan umumnya berasal dari sekitar tambang yaitu dari daerah tangkapan hujan yang direpresentasikan oleh Darah Aliran Sungai (DAS). Masalah air limpasan dapat ditangani dapat ditangani dengan dua cara, yaitu: 1) Air hujan yang jatuh di luar pit diusahakan semaksimal mungkin tidak mengalir ke dalam pit dengan membuat paritan/saluran di sekeliling pit untuk mengalirkan air tersebut ke daerah lain yang lebih rendah. 2) Air yang jatuh ke dalam pit yang berasal dari air hujan akan ditangani dengan menggunakan sistem penyaliran open sump. Ini adalah suatu metode penyaliran dengan cara membuat saluran di jenjang yang mengalir ke sumuran (sump) di elevasi terendah daera penambangan (lantai tambang), kemudian air dalam sumuran dipompakan ke luar pit. Saluran di sekeliling pit dibuat untuk mencegah agar air limpasan tidak masuk ke tamban. Upaya ini dapat mencegah/ mengurangi air limpasan yang akan masuk ke dalam lokasi penambangan. Pada bagian batas bukaan tertentu yang bersebelahan dengan alur sungai berpotensi untuk perlu dibuat tanggul, dimana hal ini diperlukan untuk meningkatkan perolehan tambang atas cadangan yang terletak dekat dengan alur sungai. Paritan di dekat jenjang (toe) berfungsi untuk mengalirkan air menuju ke sumuran serta mencegah genangan air di daerah jenjang. Paritan-paritan ini merupakan paritan yang bersifat sementara yang akan berubah kedudukannya sesuai dengan kemajuan penambangan. (Untuk menjaga agar tidak terjadi genangan air pada lereng), 11|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



maka lantai jenjang dibuat miring dan pada sisi jenjang dibuat paritan. Sumuran berfungsi sebagai tempat penampungan air sementara sebelum dipompa ke luar daerah tambang. Agar daerah penggalian tidak tergenang air sehingga semua air mengalir kedalam sumuran. Selanjutnya air akan dipompa ke luar pit kemudian diendapkan dalam kolam pengendapan yang ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu, sebelum dialirkan ke sungai-sungai di sekitar daerah tambang. Debit air limpasan (Qp) di daerah penelitian dapat di ketahui dari data lus daerah tangkapan hujan (A), intensitas hujan (I) dan koefisien limpasan (C) 4.4.2. Air Tanah Air yang terinfiltrasi di daerah isian (recharge area) akibat presipitasi memberikan input kepada keterdapatan air dibawah permukaan. Kontrol-kontrol yang berpengaruh dalam infiltrasi antara lain karakter hidrolik material yang dilalui, kemiringan lereng,gravitasi dan kondisi vegetasi di daerah tersebut. Keterdapatan air di bawah permukaan atau umumnya disebut air tanah (ground water). Pada saat penambangan,ada kemungkinan akan muncul air tanah, air ini berasal dari rembesan air tanah pada dinding jenjang bukaan tambang yang memotong lapisan akuifer. Sedangkan untuk menghitung debit air tanah digunakan rumus Darcy : Q= K . i .A Keterangan : Q= debit (m3/detik) i = Gradient hidrolik A=luas penampang (m2) K = konduktivitas hidrolik (m/detik)



4.5. RANCANGAN PENYALIRAN Telah diketahui bahwa pekerjaan penambangan dilakukan dengan sistem jenjang. Air yang akan masuk ke pit berasal dari air limpasan, air hujan dan air tanah. Untuk mengatasi air tersebut maka di setiap lantai tambang harus dibuat sistem penyaliran pada kaki jenjang sehingga air tersebut tidak mengganggu pekerjaan penambangan. Kemiringan memanjang (gradien) dari saluran penyaliranpada umumnya adalah 2%.



12|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



BAB V KAJIAN PERENCANAAN TAMBANG TERBUKA



5.1 KONSEP PENAMBANGAN 5.1.1 Bentuk dan Karakteristik Tanah Liat dan Lapisan Penutup Sebagaimana telah dijelaskan pada Kajian Geologi Tambang, pada lokasi blok penambangan material pembentuk overburden terdiri dari Sandstone dan Tuff Sandstone. Lapisan sandstone memiliki ketebalan rata-rata 0,5 – 1,5 meter. Sedangkan lapisan tuff sandstone 1,0 – 1,5 meter. Setelah itu baru tersingkap lapisan Tanah Liat dengan ketebalan rata-rata 1,5 – 4,0 meter. 5.1.2 Metode Penambangan Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan Tanah Liat serta lapisan penutupnya, metode penambangan yang akan diterapkan adalah tambang terbuka (open pit) dimana lapisan penutup akan digali kemudian dipindahkan ke lokasi penimbunan menggunakan dump truck. Operasi penambangan yang dilakukan meliputi penggalian bebas, penggaruan, pemuatan dan pengangkutan. Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan penutup di daerah blok – blok yang sudah ditentukan dengan arah penggalian dimulai dari singkapan Tanah Liat pada batas tertentu, kemudian diikuti dengan mengikuti kaidah-kaidah penambangan secara blok sesuai dengan rencana tahunan sedimikian rupa sehingga kesinambungan produksi bisa terjaga. Sebaiknya penggalian dilakukan secara bertahap yang dimulai dari blok di dekat singkapan Tanah Liat dengan panjang dipping maupun striking sampai pada batas akhir lereng penambangan. Arah kemajuan penambangan tiap tahun menyerupai garis diagonal sehingga front penambangan dengan berbagai elevasi akan terbentuk. Operasi penambangan setiap tahunnya terdiri dari kegiatan pembersihan lahan (land clearing) yang dilaksanakan terlebih dahulu, kemudian di ikuti dengan penggalian/pemberaian, pemuatan dan pengangkutan yang dilaksanakan secara pararel. Artinya , sementara kegiatan pembesihan lahan terus berlangsung dan



13|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



setelah luas lahan yang dibersihkan cukup dan aman untuk tempat kerja alat gali, maka kegiatan penggalian / pemberaian segera dimulai. Kegiatan ini diikuti dengan kegiatan pemuatan dan pengangkutan, baik Tanah Liat maupun lapisan penutup. Top soil digali dan ditimbun secara khusus di dekat lokasi timbunan tanah penutup. Timbunan top soil tersebut dijaga sedemikian rupa untuk menimalkan erosi sehingga dapat ditebarkan kembali pada lahan timbunan tanah penutup yang siap direhabilitasi dan direklamasi. Demikian juga halnya dengan halnya dengan tanah penutup, material akan di timbun di daerah waste dump yang sudah dientukan baik di lokasi outside dump maupun lokasi backfilling. Geometri lereng baik lereng tambang dan lereng timbunan perlu diperhatikan sedemikian rupa sehingga tidak melewati geometri maksimum yang direkomendasikan pada analisis geoteknik. 5.2 RANCANGAN PENAMBANGAN 5.2.1 Kajian Geoteknik a. Geometri lereng Berdasarkan Rekomendasi kajian geoteknik batas maksimum geometri lereng (tinggi dan kemiringan) , untuk lereng tunggal dan lereng keseluruhan baik di penambangan maupun di timbunan yang akan digunakan dalam rancangan tambang sebgai berikut : 1) Lereng tunggal  Tinggi lereng = 6m  Kemiringan lereng = 70° 2) Lereng Keseluruhan Berdasarkan hasil analisis geoteknik maka untuk lereng keseluruhan akan digunakan geometri seperti berikut: - Tinggi lereng = 6 – 8 m - Kemiringan lereng =70° 3) Lereng Timbunan Rekomendasi geometri lerengtimbunan adalah sebagai berikut : - Tinggi lereng = 10 m - Kemiringan lereng = 55°



14|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



b. Rekomendasi penggalian dan penggaruan Secara umum rekomendasi geoteknik untuk penggalian adalah gali bebas dan penggaruan. Rekomendasi peralatan garu yang di berikan adalah dengan menggunakan ripper setara dengan komatsu 200, Hitachi-6, CAT c) Faktor Hidrologi dan Hidrgeologi Masalah air perlu diperhatikan dalam merancang kegiatan penambangan yang berbentuk cekungan (pit). Air tersebut dapat berupa Air hujan, air tanah, maupun air yang berasal dari rawa di sekitaran pit. Agar air tersebut tidak mengganggu kegiatan penambangan maka perlu dirancang suatu bukaan tambang sedimikian rupa sehingga air limpasan tercegah masuk ke pit dan air yang masuk pit akan terkumpul di suatu bagian yang terdalam saja. Selain itu diperlukan sistem penirisan tambang yang tepat. d) Data dan Asumsi Dalam Perhitungan Produksi dan Peralatan i.) Waktu kerja Waktu kerja operasi penambangan yang mencakup kegiatan penggalian/pemberaian, pemuatan dan pengangkutan direncanakan 1 shift/hari 8 jam/shift. Jam kerja efektif per tahun Jam Kerja Tambang o Jumlah hari/tahun 365 hari/tahun o Hari libur nasional/tahun 15 hari/tahun o Kehilangan hari kerja lain-lain/tahun 50 hari/tahun o Hari kerja.tahun 365 - 15 - 50 = 300 hari/tahun o Elfisiensi waktu 90% Jam kerja efektif/tahun 300 x 8 x 90% = 2.430 jam/tahun ii.) Sifat fisik material Sifat fisik material untuk lapisan penutup dan Tanah Liat adalah sebagai berikut: - Lapisan penutup : bobot isi = 2,10 ton/BCM, asumsi swell factor = 80 % - Tanah Liat : bobot isi = 1,30 ton/BCM, asumsi swell factor = 70 %



15|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



5.2.2 Rancangan Tambang a) Batas Penambangan Faktor-faktor yang mempengharui penentuan batas tambang terbuka adalah batas daerah kajian, penyebaran lapisan Tanah Liat, dimensi lereng aman, rencana produksi, nisbah kupas , jalan raya, perkampungan dan aliran sungai (bila ada). Faktor-faktor tersebut digunakan sebagai batasan dalam perhitungan cadangan Tanah Liat tertambang, sehingga dapat diperoleh pit limitnya. Dengan batasan rencana produksi setiap tahun maka batas penambanganakan memperlihatkan kemajuan penambangan baik ke arah lateral (luas bukaan tambang) maupun vertikal (posisi lantai tambang) setiap tahunnya. b) Permukaan Kerja Penambangan Permuka kerja (front) penambangan adalah medan kerja dimana kegiatan penggalian/penambangan sedang berlangsung. Satu permuka kerja membutuhkan satu atau lebih armada peralatan tambang dimana satu armada terdiri dari satu alat gali-mua dengan beberapa unit alat angkut. Jumlah front penambangan ditentukan oleh tingkat produksi dan strategi penambangan yang diterapkan. Dengan tingkat produksi maksimum sekitar 240.000 ton pertahun maka umumnya diperlukan 2 front penambangan. c) Rencana produksi CV.BJP berencana untuk memproduksi atau jenis Tanah Liat dengan rencana produksi pe bulan 25.000 ton, agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut, maka kegiatan penambangan akan dibuka di 2 front sekaligus secara bersamaan, yang dimulai dari bagian utara blok dengan tingkat produksi per bulan + 10.000 Ton dan blok penambangan sebelah selatan dengan tingkat produksiper bulan 15.000 ton. Berdasarkan jumlah cadangan Tanah Liat dan target produksi yang ada, maka lokasi penambangan akan selesai ditambang dalam 5 tahun. Padatahun-tahun awal, rencana produksi relatif kecil. Halini dilakukan dengan pertimbangan diperlukan berbagai kegiatan lainnya seperti persiapan permuka kerja, pembuatan jalan ke outside dump, dan lain sebagainya. d) Arah dan Urutan Penambangan Operasi penambangan dimulai dari arah utara blok utara hingga ke selatan. 16|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



Berdasarkan perhitungan jumlah cadangan Tanah Liat, lokasi akan habis ditambang selama 10 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil eksplorasi dimanapenyebaran cadangan tanah dari arah ke selatan. Dari hasil perhitungan jumlah cadangan, blok Utara akan habis memasuki tahun ke 10 kegiatan operasi produksi. Sedeangkan diblok selatan diperhitungkan akan habis pada masa umur tambang mendekati akhir tahun ke 10. e) Kebutuhan peralatan Peralatan utama yang digunakan adalah kombinasi excavator-dump truck, dibantu dengan buldozer serta grader untuk perawatan jalan. Kebutuhan alatalat produktivitas alat per jam. Target produksi perjam diperoleh dengan cara membagi target produksi pertahun dengan jam kerja efektif alat pertahun. Pengaturnya pemindahan peralatan penambangan dari satu pit ke pit berikutnya adalah mengikuti urtan dan arah penambangan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. f) Jalan Tambang Yang dimaksud dengan jalan tambang adalah jalan yang menghubungkan permukaan kerja yang lokasi ROM stockpile dan lokasi penimbunan lapisan penutup. Jalan tambang disiapkan untuk dua jalur pengangkutan dump truck berkecepatan maksimum 40 km/jam. Oleh karena itu, geometri jalan tambang yang berada didalam areal pit disarankan sebagai berikut :  Lebar minimal = 4 x lebar dump truck 46 ton = 4 x 2,5 m = 10 m  Lebar jalan pada belokan minimal = 15 m  Kemiringan jalan maksimum = 8 %  Turning radius minimal = 6 m  Tinggi tanggul pengaman jalan = 2/3 x diameter roda dump truck  Super elevasi = 0 ,05 (m/m) atau beda elevasi sisi luar jalan pada belokan dengan elevasi sisi dalam jalan = 1,5 m (lihat gambar 6.4) Sedangkan geometri jalan angkut di luar areal pit disarankan dimensi jalan diperbesar untuk mengantifikasi kecepatan yang lebih tinggi sebagai berikut :  Lebar minimal =15 m  Lebar jalan pada belokan minimal = 20 m  Turning radius minimal = 8m



17|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



Jalan tambang ini perlu dirawat dengan baik untuk menjamin kelancaran operasipengangkutan dan lifetime dan ban. Alat-alat yang diperlukan untuk perawatan jalan grader dan truck penyiraman jalan. Dengan memperlihatkan butir a). Sampai butir f). di atas selanjutnya dibuat rancangan pit (pitdesign) baik berupa rancangan pit akhir (long term) maupun rancangan pit tahunan atau kemajuan tambang tahunan. Selain peta kemajuan penambangan (bukaan pit) juga dibuat pada kemajuan penambangan bersama kemajuan penimbunan overburden ( out side dump dan backfilling). 5.2.3 Perencanaan Penimbunan Lapisan Penutup dan Reklamasi Dalam perencanaan penimbunan lapisan penutup, penimbunan di lokasi outside dump hanya akan dilaksanakan sampai tersedianya daerah bekas penambangan yang cukup luas untuk dapat melaksanakan backfilling. Pada bukaan tambang tahun ke-1, ke-2, dan ke-3 dilakukan outside dump. Oleh karena itu dibutuhkan area yang dapat menampung kapasitas untuk penimbunan sebesar + 1 juta bcm. Pada bukaan ke 1-, ke-2, dan ke-3. Seterusnya penanganan outside dump dapat dilakukan dengan backfilling. Cara sepertiini selain mengurangi biaya produksi (karena jarak angkut lapisan penutup berkurang) juga mengurangi kerusakan lingkungan akibat bekas penambangan. Dengan backfilling lubang-lubang bekas tambang akan terisi kembali sehingga persiapan pelaksanaan reklamasi dapat segera berjalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi penimbunan tanah, sebagai berikut :  Jarak yang tidak terlalu jauh dari permukaan kerja tambang  Di bawah lokasi yang dipilih tidak ada lapisan Tanah Liat yangakan ditambang dengan cara tambang terbuka  Tidak mengganggu daerah yang akan ditambang  Tofografi permukaan berupa lembah Volume lapisan penutup yang akan ditimbun setiap tahun dan lokasi penimbunannya adalah setelah penimbunan tanah penutup mencapai elevasi terakhir yang direncanakan maka timbunan tersebut harus ditutup dengan soil dan top soil dan selanjutnya direklamasi dengan penanaman tanaman yang cepat tumbuh. 18|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



Untuk cover crop misal rumput, setelah itu baru ditanami tanami tanaman keras misal akasia, sengon. Di daerah penimbunan ini juga perlu dibuat paritan untuk drainase. 5.2.4 Tata Letak Tambang dan Fasilitas Penunjang Pengadaan fasilitas penunjang sangat perlu untuk mendukung kegiatan utama penambangan sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Lokasi fasilitas penunjang ini dikonsentrasikan pada daerah tertentu agar memudahkan dalam peraturan dan pengawasannya , yang biasanya dekat dengan daerah penambangan. Lokasi dan tata letak fasilitas penunjang untuk penambangan adalah sebagai berikut : a) Outside Dump Outside dump diperlukan sebagai tempat penimbunan lapisan penutup Tanah Liat pada tahun awal penambangan. Kegiatan penimbunan lapisan penutup di lokasi outside dump dilakukan sampai tersedianya ruang kerja yang cukup ketika akan melakukan kegiatan backfilling. Lokasi outside dump yang direncanakan maksimum berjarak+ 0,5 km dari Lokasi penambangan tahun ke-1 untuk memudahkan dalam pengangkutan dan agar biaya operasi rendah. Lokasi outside dump direncanakan di sebelah Utara Pit. Pada akhir masa penambangan, sebagian besar pit akan tertutup oleh timbunan hasil back filling. Sedangkan area tempat terakhir kalinya penambangan dilakukan masih terbuka. Luas area ini Berbeda-beda antara satu pit dengan pit yang lain. Luas area yang masih terbuka yaitu; Blok Utara sekitar 6 ha, Blok Selatan 10 ha b) Bengkel Bengkel merupakan tempat perawatan dan perbaikan peralatan tambang sehingga alat-alat tersebut dapat beroperasi secara kontinu dan tidak mengalami penurunan produktifitas. Ukuran bengkel akan disesuaikan dengan jumlah dan ukuran alat yang dipergunakan. Panjang bengkel sama dengan 3 kali ukuran alat tambang yang terlebar (backhoe PC 200) ditamba kantor bengkel. Lebarnya sama dengan ukuran alat tambang terpanjang (backhoe PC 200) dan tingginya sama dengan tinggi alat yang tertinggi (backhoe PC 200). Gudang berfungsi menyimpan suku cadang dan peralatan yang digunakan. Bangunan gudang ini biasanya satu bangunan dengan bengkel dan luasnya rata-rata sepertiga luas bengkel. 19|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



c) Sarana Perkantoran Merupakan pusat pengendalian dari kegiatan-kegiatan penambangan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional di lapangan. Ukurannya disesuaikan dengan jumlah karyawan yang bekerja. Lokasi dipilih berdasarkan kemudian jalan masuk dan keluar daerah tambang. d) Perumahan/mess Sarana ini penting sebagai tempat tinggal para pekerja selama kegiatan penambangan berlangsung. Sarana air bersih, kawasan recreation Hall dan kantin sebaiknya disediakan dekat perumahan/mess. e) Pos Keamanan Lokasinya terletak di daerah yang menjadi jalan keluar masuk daerah tambang. f) Poliklinik Lokasinya dekat dengan fasilitas perumahan karyawan, sedangkan keperluan P3K disediakan di dalam bangunan-bangunan fasilitas yang ada, seperti kantor, bengkel dan fasilitas lainnya. g) Masjid/Mushola Lokasi masjid dibuat dekat dengan fasilitas perumahan karyawan, sedangkan mushola dibangun di dekat kantor dan bengkel. h) Tangki Bahan Bakar dan Garasi Untuk lokasi tangki bahan bakar terpilih yang dekat dengan lokasi penambangan, terlindung dari bahaya petir dan dipagari kawat duri. Kapasitas tangki bahan bakar di buat untuk stok bahan bakar selama kira-kira 1 (satu) bulan produksi. J) Pembangkit Tenaga Listrik Diesel (PLTD) Merupakan sumber tenaga listrik untuk keperluan penerangan bagi daerah tambang, juga untuk pengoperasian alat-alat listrik serta sumber tenaga bagi pemompa air dari dalam tambang ke luar tambang. Besarnya daya pembangkit disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian. Lokasinya yaitu dekat dengan lokasi bengkel dan distribusikan ke berbagai tempat yang memerlukan listrik, sedangkan untuk keperluan operasi di malam hari di beberapa permuka kerja digunakan genset-prime mover (air cooled) dengan menara lampu.



20|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



BAB VI KAJIAN TRANSPORTASI 6.1 TINJAUAN UMUM Kelancaran transportasi Tanah Liat dari ROM stockpile ke stockpile/dermaga sebagai menentukan pencapaian target penjualan Tanah Liat. Stabilitas tonase alat muat dan alat pengangkut harus dapat dijaga pada berbagai kondisi cuaca agar komitmen suplai pada pembeli dapat dipenuhi. Perkembangan produk Tanah Liat sesuai permintaan pasarserta kesiapan prasarana jalan yang sangat menentukan sehingga mengharuskan perencanaan jalur transportasi yang tepat. Jalur tersebut diharapkan dapat mengakomodasi frekuensi transportasi yang semakin besar sering dengan perkembangan kegiatan penambangan. Jalur transportasi untuk mengangkut Tanah Liat hasil penambangan yang dilakukan oleh CV.BJP yaitu transportasi darat dan laut. Jalur transportasi darat akan menghubungkan langsung stockpile menuju ke dermaga yang berlokasi di Dusun Membalong di tepi Laut Tanjung Munun. 6.2 JALUR TRANSPORTASI 6.2.1 Transportasi Darat Berdasarkan hasil survey lapangan, ada 1 alternatif yang dapat digunakan sebagai jalur angkut Tanah Liat dengan membuat jalan tambang baru menuju tepi laut tanjung Munun Dusun Membalong, yaitu sebagai berikut : 1. Dari Blok tambang di dusun Air Buntar menuju tepian Laut sebagai rencana stockpile adalah sejauh 12,5 km. Menggunakan jalan tambang dan melewati dekat areal perkebnan sawit, namun tidak mengganggu jalan milik perkebunan sawit.  Pelabuhan ke Stockpile (tepian laut) sejauh 0,20 km 6.2.2 Transportasi Laut Transportasi Laut menggunakan tongkang dengan kapasitas 2.500 – 3.000 ton yang mempunyai dimensi panjang 60 – 70 meter dan lebar 15 – 20 meter, akan digunakan untuk mengangkut Tanah Liat dari darmaga menuju jakarta. Vassel yang digunakan untuk mengangkut kelaut seperti kapal kontainer besar dan bulk 21|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



Carrier tidak dapat memasuki pelabuhan karena kendala kedalaman. Sehingga untuk mengangkut melewati terusan tersebut digunakan small feeder vessel dan tongkang yang besar. Pemuatan menuju vassel yang lebih besar untuk ekspor Tanah Liat, dan produk yang lain dilakukan di laut lepas di mana vassel yang kecil memasuki pelabuhan dan menggunakan fasilitas pelabuhan khusus untuk membuat dan mengosongkan kargo. 6.3 SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG ALAT TRANSPORTASI Untuk alat transportasi Tanha Liat dari ROM stockpile, maka kebutuhan sarana dan prasarana pendukungna meliputi ROM stockpile, alat muat dan angkut, jalan angkut, dan dermaga. Sarana pendukung tersebut merupakan sistem terintegrasi yang berarti gangguan pada salah satu sarana akan menyebabkan gangguan pada sistemsecara keseluruhan. 6.3.1 Stockpile Stockpile direncanakan di satu tempat, yaitu berlokasi dilokasi dekat dermaga Membalong. Stockpile yang berada di lokasi tambang (ROM stockpile) diperlukan untuk penampungan sementara. Sedangkan stockpile yang terletak di pelabuhan diperlukan untuk pemampungan Tanah Liat sementara Tanah Liat yang sudah diangkut menuju pelabuhan sebelum di muat kedalam tongkang. 6.3.2 Alat Muat dan Angkut Tanah Liat yang telah tersimpan di dalam stockpile kemudian dimuat ke dalam alat angkut untuk kemudian dibawa menuju ke dermaga. Diperlukan kombinasi yang sesuai dari tipe alat angkutdan alat muat yang digunakan termasuk kapasitasnya sehingga diperoleh kombinasi yang oftimal. Alat muat yang digunakan adalah excavator. Untuk alat angkut menggunakan truk dengan kapasitas 15 ton, sehingga jalan angkut diusahakan dapat menampung dengan kapasitas tersebut. 6.3.3 Jalan Angkut Kondisi jalan angkut sangat mempengaruhi kelancaran supply Tanah Liat yang harus dipasarkan oleh CV. BJP, sehingga harus dibuat sedemikian rupa sehingga meminimalkan kondisi yang mengakibatkan gangguan tersebut. Salah satu cara adalah meminimalkan daerah yang mempunyai potensi untuk slip/tergelincir meminimalkan kemiringan yang terlalu curam dan meminimalkann belokan. 22|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



Masalah drainage menjadi factor kritis pada konstruksi dikarenakan material jalan didominasi oleh lempung, dan selain itu daerah jalan terutama yang berdekatan dengan pelabuhan merupakan daerah bekas tambang Desai kriteria jalan angkut adalah berikut:        



Panjang janan : 12 Km Lebar jalan : 10 -12 meter Didesain untuk kecepatan 60 Km/ jam Didesain untu muatan total 16 ton Kemiringan maksimum 3 % atau 5 % apabila jarak pendek Curve radius minimal 75 meter atau minimal 150 meter apabila tofografi memungkinkan Drainase ditch dibuat pada kedua sisi jalan pada semua bagian Material permukaan adalah tanah puru membeli dari luar tambang



.4 Dermaga Dermaga yang akan direncanakan untuk dikonstruksi terdiri dari 1 buat trestle (walkway) dan beberapa buah tiang pancang pipa baja. Trastle ini merupakan fasilitas penghubung antara daratan dengan tongkang ketika merapat sehingga memudahkan kegiatan perawatan, perbaikan, dan kegiatan penunjang lain saat operasi. Traste yang akan dibangun menjork ke sungai sejauh + 150 m karena pada jarak ini kedalaman laut sesuai dengan batas draft dari tongkang yang direncanakan untuk mengangkut Tanah Liat Pada posisi sandar tongkang yang direncanakan untuk mengangkut Tanah Liat kedalaman air sungai adalah 6 – 8 m. Dengan kedalaman tersebut diperkirakan dapat menjadi tempat berlabuh tongkang sampai kapasitas 2500 ton, dimana untuk tongkang dengan kapasitas tersebut mempunyai batas draft sekitar 5-6 m. Luas perairan yang dibutuhkan untuk kegiatan pengisian dan manuver tongkang sekitar 3000 m2, dihitung berdasarkan panjang tongkang 100 m dan lebar 30 m Kegiatan dermaga difokuskan pada pengisihan Tanah Liat dalam tongkang, dimana dermaga tersebut hanya digunakan sebagai tempat sandaran tongkang. Selain untuk kegiatan operasi tersebut, dermage yang akan dibangun juga sebagai sarana sandar tongkang yang membawa peralatan pada saat pembangunan Sarana-sarana togkang yang membawa peralatan pada saat pembangunan sarana-sarana penunjang yang berada di sekitar dermaga. 23|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



6.4 BIAYA TRANSPORTASI Biaya untuk sarana dan prasarana transportasi dibagi menjadi 2 macam yaitu :  Biaya investasi, contohnya adalah : biaya pembebasan tanah, biaya pembuatan jalan, biaya pembelian peralatan pengangkutan.  Biaya operasi, contohnya adalah : biaya pemeliharaan jalan, biaya operasi peralatan pengangkutan. Kesemua biaya tersebut merupakan salah satu masukan yang digunakan untuk menganalisis kelayakan penambangan batu bara. Biaya investasi dikeluarkan pada awal sebelum dimulainya penambangan, sedangkan biaya operasi transportasi pengangkutan Tanah Liat dikeluarkan setiap tahunnya sesuai dengan kapasitas Tanah Liat yang diangkut. Biaya transportasi Tanah Liat adalah sebagai berikut:  Pengangkutan darat : Rp. 15.000/ton  Pengangkutan Laut : RP. 65.000/ton



24|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



BAB VII LINGKUNGAN, K-3 DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT 7.1 LINGKUANGAN Penambangan Tanah Liat yang akan dilakukan di CV. BJP ini , dilaksanakan dengan metode penambangan terbuka. Secara umum, penambangan Tanah Liat dengan metode ini dapat mengakibatkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya karena adanya perubahan fisik yang terjadi di permukaan tanah. Hal ini terkait dengankegiatan penambangan maupun kegiatan lain seperti pembangunan fasilitas tambang, antara lain : sarana perkantoran, sarana penunjang (bengkel, pembangkit tenaga listri, gudang), stockpile Tanah Liat, pengangkutan Tanah Liat, dan lain-lain. Untuk meminimalkan dampak tersebut, itu diperlukan analisis mengenai dampak penambangan terhadap lingkungan sehingga kegiatan yang dilakukan sudah terencana sejak awal. Analisis masalah lingkungan secara lengkap terdapat dalam dokumen UKL/UPL yang masih harus dilakukan oleh CV.BJP. salah satu kegiatan untuk mengurangi dampak akibat kegiatan penambangan. Penggunaan lahan setelah itu akan disesuaikan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Daerah. Analisis ini sendiri, dengan segala keterbatasannya belum dapat dipakai sebagai landasan untuk mengambil tindakan-tindakan lingkungan yang dipererlukan. Tindakan lingkungan yaitu rencana pengelolaan dan rencana pemantauan harus dihasilkan dari UKL/UPL yang sudah ada prosedur tersendiri sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang ada. Dalam melakukan prakiraan terjadinya dampak, peninjauan dilakukan berdasarkan setiap komponen kegiatan yang dilakukan dan akibat yang terjadi pada komponen lingkungan setempat yang ada. Analisis terhadap komponen kegiatan dan komponen lingkungan selanjutnya akan dilakukan secara lebih terperinci oleh CV. BJP dalam studi UKL/UPL 7.1.1 Komponen Kegiatan Tahap Pra Operasi Penambangan ; terdiri dari  Pembebasan lahan 25|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



 Penerimaan Tenaga Kerja  Mobilisasi Peralatan  Penmbangunan Sarana/Prasarana Tahap Operasi Penambangan, Terdiri dari ;  Konstruksi Tambang (development)  Kegiatan pemberisahan lahan (Lahan Clearing)  Pengupasan san penimbunan tanah penutup  Penambangan/Pemotongan Tanah Liat  Pengangkutan Tanah Liat  Penimbunan Tanah Liat (stockpilling)  Rahabilitas/Reklamasi Bekas Tambang Tahap Pasca Penambangan, terdiri dari :  Kegiatan rehabilitas/reklamasi  Pembongkaran Sarana Prasarana  Pemutusan Hubungan Kerja



7.1.2 Komponen Lingkungan Komponen lingkungan terdiri dari: 1) Komponen Fisik-Kimia a. Iklim Lokal (temperatur udara) b. Kualitas Udara (debu, gas , Nox dan Sox, C02) c. Kualitas air (kekeruhan , air asam tambang) d. Kebisingan e. Kestabilan Lahan (amblesan/subsidence, runtuhan , longsoran) f. Erosi g. Banjir h. Sedimentasi i. Kesuburan Tanah 2) Komponen Biologi a. Flora (keanekaragaman hayati,hutan,tanaman budidaya/pertanian) b. Fauna (biota darat/satwa liar , biota air) 3) Komponen Sosia-Ekonomi-Budaya a. Kependudukan (kesempatan kerja,pertambangan penduduk) 26|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



b. Sosial Ekonomi (pendapatan pemerintah/PAD, pendapatan masyarakat, perekonomian lokal) c. Sosial Budaya (persepsi masyarakat, pergeseran sistem nilai dan konflik adat, keamanan dan ketertiban) 7.1.3 Tahap Pasca Operasi Penambangan a) Reklamasi Lahan Kegiatan reklamasi lahan pada tahap pasca operasi penambangan adalah merupakan kegiatan reklamasi lahan pada blok penambangan terakhir yang telah timbun baik (merupakan rangkaian dari reklamasi lahan selama tahap operasi), termasuk juga pada alahan sarana dan prasarana yang diperkirakan tidak akan dipergunakan lagi atau tidak dapat dimanfaatkan lagi untuk kepentingan umum. Dengan dilakukan revegetasi lahan pada lahan tersebut diatas harapan semua lahan bekas penambangan dapat tertanami kembali mendekat keadaan semula. Pada akhir penambangan di tiap blok akan ada bagian yang tak mungkin ditimbun-balik (backfilling) dan lama kelamaan akan membentuk kolam (danau). Dampak yang terjadi pada kegiatan ini adalah perubahan morfologi dan bentang alam setempat yang tak mungkin pulih sama seperti keadaan awal (sebelum ditambang), karena lapisan Tanah Liatnya cukup tebal serta perubahan tata guna lahan. Selain itu dampak yang diperkirakan akan terjadi adalah berfungsinya kembali daerah resapan air, sehingga akan menurunkan volume air larian dan erosi di daerah tersebut. b) Demobilisasi Tenaga Kerja Pada saat berakhirnya kegiatan Tambang, maka akan terjadi demobilisasi tenaga kerja (pemutusan hubungan kerja). Walaupun berakhirnya kegiatan tambang akan dimaklumi oleh para pekerja tambang tetapi hal ini kemungkinan akan menimbulkan keresahan pekerjaan karena akan kehilangan pekerjaannya atau akan mengurangi penghasilan yang biasa diterima. c) Penanganan Sarana dan Prasarana Bekas Tambang Pada Tahap pasca penambangan akan terdapat sarana dan prasarana bekas operasi pertambangan. Saran dan prasarana tersebut akan ditangani dengan cara-cara sebagai berikut: 27|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG







Apabila sarana dan prasarana tersebut tidak mungkin digunakan atau dimanfaatkan untuk kepentingan umum, maka lahan sarana dan prasarana tersebut akan direklamasi dan direvegetasi seperti telah diterangkan diatas.  Apabila sarana dan prasarana tersebut masih memungkinkan untuk digunakan atau dimanfaatkan untuk kepentingan umum, maka sarana dan prasarana tersebut akan diserahkan kepada pihak-pihak yang berwenang, seperti: pemda setempat, dinas Kehutanan dan Perkebunan. 7.2 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K-2) 7.2.1 Organisasi penanganan k-3 Penanganan k-3 keselamatan dan kesehatan kerja yang akan disesiakan diberbagai lokasi kegiatan penambangan, pemuatan, pengangkutan dan penumpukan Tanah Liat adalah seperti di dibwah ini. 1. a. b. c. d. e. f. g.



Tambang, terdiri dari: Helm pengaman Sepatu pengaman Kacamatan pelindung Sarung tangan Masker debu dan earplug Reflector vest Alat pemadam api dan perlengkapan k-3 dimasing-masing kendaraan pengangkutan personil dan alat-alat tambang h. Bendera merah atau kuning (tinggi 2 m) untuk kendaraan pengangkutan personil, pengawasan i. Rambu lalu lintas batas kecepatan truk < 40 km/jam kendaraan personil < 60 km/jam 2. a. b.



Gudang suku cadang, Terdiri dari : Helm pengaman Sepatu pengaman



28|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



c. Sarung perlengkapan d. Masker debu e. Perlengkapan P3k f. Alat pemadam kebakaran 3. Pelabuhan, terdiri dari : a. Helm pengaman b. Sepatu pengaman c. Sarung tangan kulit d. Masker debu earplug e. Pelampung f. Alat pemadam kebakaran g. Perlengkapan P3K 7.2.3 Langka-langka Pelaksanaan K-3 Pertambangan Dalam keseluruhan kegiatan penambangan, harus diperhatikan secara rinci analisis dan tindakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Salah satu diantaranya adalah mengenai aktifitas di lereng tambang, yang secara umum dijelaskan sebagai berikut: Untuk aktifitas di lereng tambang, faktor K-3 yang dominan berhubungan dengan kemantapan lereng tambang. Oleh karena itu secara garis besar perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: a. Pembuatan geometri lereng sesuai dengan ketentuan geoteknik yang telah direkomendasikan dan keterangan perlu dilakukannnya pembuatan back slope (2%) dan cross fall (1%). b. Pemberian tanggul pengaman (safety berm) pada bibir jalan tambang (ramp). c. Melakukan pemantauan dan analisis lebih lanjut terhadap lereng tambang selama kegiatan penambangan (struktur geologi yang berpotensi menimbulkan longsoran perlu diukur dan dianalisis, selain it perlu dilakukan pemantauan terhadap pergerakan lereng terutaman pada daerah yang terdapat struktur geologi utama). d. Melakukan perawatan lereng secara rutin, misalnya pembersihan runtuhan batuan pada berm dan ramp e. Perawatan sarana penyaliran air. 29|



CV BUMI JAYA PERKASA JL.HASAN SAIE TG.PANDAN – BELITUNG



f. Pemasangan rambu tanda hati=hati pada bibir lereng yang dianggap rawan khususnya pada jalan tambang. Langkah-Langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan, Terdiri dari : 1. Patroli keamanan , terdiri dari: a. Implementasi peninjauan/pengecekan untuk mengatisipasi kekurangan dan kondisi yang tidak aman. b. Melakukan tindakan pencegahan dengan pemberhentian dan peringatan atau menyarankan jika terdapat hal-hal yang bertentangan dengan peraturan K-3 c. Melaporkan secara lisan/tulisan ke supervisor dari pelanggar peraturan d. Batas kecepatan truk bermuatan < 40km/jam dan kendaraan personil