Laporan Tetap Ekologi Tumbuhan - Kelompok Ii - Fix [PDF]

  • Author / Uploaded
  • fatih
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TETAP EKOLOI TUMBUHAN



ACARA I



: LUAS MINIMUM DAN JUMLAH MINIMUM SEMPLING KOMUNITAS TUMBUHAN



ACARA II : POLA SPESIES TUMBUHAN ACARA III : ANALISIS VEGETASI LAMUN ACARA IV : ARSITEKTUR POHON ACARA V : ANALISIS KEANEKARAGAMAN MANGROVE ACARA VI : ANALISIS VEGETASI MANGROVE



DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 ISMIL HIDAYAH L.M FATIH BASMALAH MIRROTUL KHAYA’ NILA SARI NURUL ZAHROFI



(E1A 015 021) (E1A 015 025) (E1A 015 034) (E1A 015 042) (E1A 015 047)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2018



HALAMAN PENGESAHAN



Laporan tetap praktikum Ekologi Tumbuhan telah diterima dan disahkan di Mataram pada tanggal 13 Juli 2018 sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Ekologi Tumbuhan:



Mengetahui, Dosen Pembimbing Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan



Dosen Pembimbing I



Prof. Dr. Agil Al Idrus, M.Si NIP. 195709111983031004



Dosen Pembimbing III



Dr. Lalu Zulkifli, M.Si., Ph.D NIP. 19690113 199303 1 001



Dosen Pembimbing II



Drs. I Gde Mertha, M.Si NIP. 19660323 199303 1 002



Dosen Pembimbing IV



Dr. Abdul Syukur, M.Si NIP. 19620201 199303 1 004 KATA PENGANTAR



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungandan kesehatan sehingga penulis dapat menyusun laporan praktikum Ekologi Tumbuhan ini dengan sebaik-baiknya. Peyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, terutama para dosen pembimbing mata kuliah Ekologi Tumbuhan dan teman-teman yang telah memberikan banyak masukan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



Mataram, 13 Juli 2018



Penyusun



DAFTAR ISI Halaman Judul.......................................................................................................... i Halaman Pengesahan................................................................................................ ii Kata Pengantar.........................................................................................................iii Daftar Isi...................................................................................................................iv Acara I-Luas Minimum dan Jumlah Minimum Sampling Komunitas Tumbuhan...1 Acara II-Pola Spesies Tumbuhan............................................................................. Acara III- Analisis Vegetasi Lamun......................................................................... Acara IV- Arsitektur Pohon...................................................................................... Acara V- Analisis Keanekaragaman Mangrove........................................................ Acara VI-Analisis Vegetasi Mangrove..................................................................... DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................



ACARA I



LUAS MINIMUM DAN JUMLAH MINIMUM SAMPLING KOMUNITAS TUMBUHAN



A. Pelaksanaan Praktikum 1. Tujuan praktikum



2. Hari, Tanggal praktikum 3. Tempat praktikum



: a. Memahami cara menentukan luas minimum. b. Dapat menetukan luas minimum dengan benar. c. Memahami cara menentukan jumlah minimum. d. Dapat menentukan jumlah minimum dengan benar. : Minggu, 6 Mei 2018 : Gili Sulat, Kab. Lombok Timur, NTB, Indonesia.



B. Landasan Teori Mempelajari komunitas tumbuhan, kita tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati oleh seluruh komunitas, terutama apabila area tersebut luas. Oleh karena itu kita dapat melakukan penelitian disebagian tempat atau area komunitas tersebut dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili seluruh komunitas. Suatu metode untuk menentukan luas minimum suatu daerah disebut dengan metode luas minimum. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah petak yang digunakan dalam metode tersebut (Heddy, 1986: 78). Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai tiga kemungkinan yaitu penyebaran acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran secara kelompok. Untuk mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan yaitu penyebaran



percontohan secara acak, penyebaran percontohan secara sistematik serta penyebaran secara semi acak dan semi sistematik (Rahardjanto,2001). Pengaturan jarak secara acak atau random (penyebaran yang tidak dapat diprediksi dan tidak berpola) terjadi karena tidak adanya tarik menarik atau tolak menolak yang kuat di antara individu-individu dalam suatu populasi, posisi masing-masing individu tidak bergantung pada individu lain. Akan tetapi, secara keseluruhan pola acak tidak umum ditemukan di alam, sebagian besar populasi menunjukkan paling tidak suatu kecendrungan ke arah penyebaran terumpun atau penyebaran seragam (Campbell,2004). C. Alat dan Bahan 1. Alat: a. Roll meter b. Tali rafia c. Patok d. Alat tulis e. Tabel pengamatan 2. Bahan: a. Tumbuhan pinggir pantai di Gili Sulat D. Langkah Kerja Adapun langkah kerjanya, sebagai berikut: 1. Luas Minimum a. Membuat plot sampling berukuran 0,5 x 0,5 m2, b. Mencatat semua spesies yang ditemukan dalam plot 1 (SP-1, c. Membuat plot sampling kedua dengan ukuran 2 kali plot pertama (2 x SP-1) dan mencatat semua spesies yang ditemukan dalam plot sampling-2 (SP-2), d. Membentuk lagi plot sampling ketiga (SP-3) dengan ukuran 2 x SP-2, mencatat semua spesies yang ditemukan didalam plot 3, demikian seterusnya sampai jumlah spesies relatif stabil, e. Mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan. 2. Jumlah Minimum a. Membuat secara acak 3 kuadrat berukuran 1 x 1 m, mencatat jumlah jenis tumbuhan dari ketiga kuadrat tersebut, b. Menyebarkan lagi 3 kuadrat berikutnya dengan ukuran yang sama dan mencatat hasilnya kembali,



c. Melakukan hal yang sama berkali-kali, misalnya sampai 5 kali atau lebih pengamatan dan tiap kali pengamatan menyebarkan 3 kuadrat, d. Mencatat hasil pengamatan pada table pengamatan. E. Hasil Pengamatan 1. Data hasil pengamatan a) Penentuan jenis dan jumlah tumbuhan dalam penentuan luas minimum kuadrat 1) Table hasil pengamatan No 1 2 3 4 2) Grafik



Plot



Ukuran Kuadrat



Nama



Jumlah



1 2 3 4



(m2) 0.5 x 0.5 1x1 1.5 x 1.5 2x2



spesies A AB AB AB



1 2 2 2



Jadi, dalam Penentuan Jenis dan Jumlah Tumbuhan Dalam Penentuan Luas Minimum Kuadrat, plot yang cocok adalah 1 X 1 m, karena merupakan awal datar dari grafik. b) Pengamatan untuk mendata jumlah minimum kuadrat a.) Table hasil pengamatan



No 1 2 3 4 5



Ukuran Kuadrat



Nama



(m2) 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1



spesies AB AB ABC ABC ABC



Plot Jumlah 1 2 2 2 3 3 4 3 5 3



b.) Grafik



Jadi, pada pengamatan untuk mendata jumlah minimum kuadrat, ukuran kuadrat (m2) 1 X 1 minimal 3 plot. c) Plot 3 a.) Table hasil pengamatan



Nama Plot Ukuran kuadran 1 1X1 2 1X1 3 1X1



spesies AB AB AB



Jumlah 2 2 3



b.) Grafik



d) Plot 4 a.) Tabel hasil pengamatan Plot 1 2 3



Ukuran



Nama



kuadran 1X1 1X1 1X1



spesies AB AB AB



Jumlah 2 2 2



b.) Grafik



F. PEMBAHASAN Praktikum luas minimum dan jumlah minimum sampling ini bertujuan untuk memahami cara menentukan luas minimum, dapat menetukan luas minimum dengan benar, memahami cara menentukan jumlah minimum. Serta dapat menentukan jumlah minimum dengan benar. Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Untuk memperoleh data luas minimum dan jumlah minimum maka metode yag digunakan adalah metode kuadrat. Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti



dan



lain-lain. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar, dan bentuk empat persegi panjang. Dari ketiga petak memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik



bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi empat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk lingkaran, terutama bila sumbu panjang dari petak sejajar dengan arah perubahan keadaan lingkungan atau habitat. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di gili sulat pada pengamatan yang pertama yaitu penentuan jenis dan jumlah tumbuhan pada penentuan luas minimum yaitu plot yang cocok yaitu 1x1 Meter karena merupakan awal datarnya grafik.



Sedangkaan pada pengamatan untuk



mendata jumlah minimum kuadrat hasilnya yaitu ukuran kuadrat (M2) ukuran 1x1 minimal 3 plot. Hasil pengamatan pada plot diperoleh bahwa pada plot 1dan plot 2 ditemukan spesies A dan B sebanayak 2, sedangkan untuk plot ke 3 terjadi penambahan jumlah yaitu menjadi 3, sehingga grafik yang terbentuk yaitu mengalami peningkatan. Hasil pengamatan pada plot 4 didapatkan bahawa pada plot 1, 2, dan 3 mengalamai ke konstanan yaitu spesies A dan B jumlahnya sama yaitu 2, sehingga diperoleh grafik yang konstan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah adalah iklim, keragaman habitat, ukuran. Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah. Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam. Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies di bandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif.



G. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: a. Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan, b. Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan, c. penentuan jenis dan jumlah tumbuhan pada penentuan luas minimum yaitu plot yang cocok yaitu 1x1 Meter karena merupakan awal datarnya grafik. d. Pengamatan untuk mendata jumlah minimum kuadrat hasilnya yaitu ukuran kuadrat (M2) ukuran 1x1 minimal 3 plot. e. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah adalah iklim, keragaman habitat, ukuran. 2. Saran ACARA II POLA SPESIES TUMBUHAN A. Pelaksanaan Praktikum 1. Tujuan praktikum 2. Hari, tanggal praktikum 3. Tempat praktikum



: Menentukan pola spesies tumbuhan berdasarkan analisis Poisson. : Minggu, 6 Mei 2018 : Gili Sulat, Kab. Lombok Timur, NTB, Indonesia.



B. Landasan Teori Istilah ekosistem pertama kali diperkenalkan oleh Tansley (1935). Ia mengemukakan bahwa hubungan timbale balik antara komponen biotik (tumbuhan, hewan, manusia, mikroba) dengan komponen abiotik (cahaya, udara, air, tanah, dan sebagainya) merupakan hubungan antarkomponen yang membentuk sistem. Ini berarti bahwa baik dalam struktur maupun dalam fungsi komponen- komponen tadi merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sebagai konsekuensinya apabila salah satu komponenya terganggu, maka komponen- komponen lainnya secara cepat atau lambat akan



terpengaruh. Sistem alam ini oleh Tansley disebutnya sebagai sistem ekologi yang kemudian disingkat dan menjadi lebih dikenal dengan istilah ekosistem (Suin, 2002: 231). Secara fungsional, suatu ekosistem emiliki enam fungsi utama yaitu aliran energi, rantai makanan, pola keanekaragaman (diversity pattern) baik secara temporal maupun secara spasial, siklus unsur hara (biogeokimia), perkembangan dan evolusi, dan pengendalian (cybernetics). Secara umum, ekosistem akan terdiri dari dua komponen yaitu komponen biotik dankomponen abiotik. Kedua komponen ini mempuunyai peranan yang sama pentingnya dalam ekosistem tersebut. Kedua komponen ini akan selalu ada dan berinteraksi yang membentuk suatu siklus materi dan aliran energi karena sesungguhnya tidak ada suatu organisme yang melangsungkan kehidupannya atas kekuatan sendiri tanpa mengandalkan interaksi dengan lingkungannya (Sambas, 2003: 78). Penyebaran atau distribusi tumbuhan dalam suatu populasi bisa bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu (1) penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya terjadi apabila faktor lingkungan sangat beragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompkan tumbuhan. (2) penyebaran secara merata, umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang. (3) penyebaran secara berkelompok, adalah yang paling umum di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara local dan respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman



akibat



dari cara



(Somarwoto,2001: 34).



atau



proses



reproduksi



atau



regenerasi



C. Alat dan Bahan 1. Alat a. Patok bambu dan kayu b. Pipa kuadran (50x50) cm c. Roll meter d. Alat tulis 2. Bahan a. Tali rapia b. Spesies tumbuhan yang ada di Gili Sulat D. Langkah Kerja Adapun langkah kerjanya, sebagai berikut: 1. Menyiapkan alat dan bahan, 2. mencari area/ lokasi yang terdapat tumbuhan spesies tertentu agak merata. 3. membagi kuadaran ukuran 50cmx50cm menjadi empat bagian dengan ukuran 25cmx25cm, 4. meletakkan kuadran ukuran 50cmx50cm tersebut secara acak lengkap atau stratified random dengan jumlah plot minimal 100 plot, 5. mengidentifikasi tumbuhan spesies yang ditemukan pada masing-masing ukuran kuadran 25cmx25cm, kemudian mencatatnya ke dalam tabel hasil pengamatan, 6. menganalisis data dari 3 spesies tersebut berdasarkan Analisis Poisson yang ditunjukkan dalam nilai Chi-Square (yang hitung) kemudian membandingkan dengan nilai Chi-Square tabel (yang diharapkan), 7. menentukan pola spesies tumbuhan berdasarkan nilai Xhitung dibadingkan dengan nilai Xtabel, dan 8. membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan. E. Hasil dan Pembahasan 1. Tabel hasil pengamatan a.) Spesies A X



Nilai e 0.00451641



Obs



Exp



X^2



m



0



8 0.00451641



5



0.587134



33.16683



5.4



1



8 0.00451641



2



3.170525



0.432146



5.4



2



8 0.00225820



1



8.560418



6.677235



5.4



3



9



3



15.40875



9.992837



5.4



0.00075273 4



6 0.00018818



5



4



6



20.80182



113



22.46596



10.53243



5.4



364.8369 5.4 425.6384 Xtabel 13.27 α=0.01 Jadi, pola spesies tumbuhan A memiliki pola Non Acak, karena Xhitung>Xtabel, maka data termasuk non acak kelompok karena setiap plot yang berjumlah 1 ada 4 individu. b.) Spesies B X 0 1 2 3 4 5



Nilai e 0.06788 0.06788 0.06788 0.03394 0.01131 0.00283



Obs 33 19 10 11 7 50



Exp 8.82436 23.7375 31.927 28.6279 19.2522 10.3577



X2 66.2327 0.94552 15.0591 10.8545 7.7974 151.724 252.613 13.27



m 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69



Xtabel α=0.01 Jadi, pola spesies tumbuhan B memiliki pola Non Acak, karena Xhitung > Xtabel, maka data termasuk non acak regular. c.) Spesies C X 0 1 2 3 4 5



Nilai O e bs 0.67706 118 0.677060 0.677061 0.338532 0.112842 0.028217



Exp 88.0172 34.3267 6.69371 0.87018 0.08484 0.00662 Xtabel α=0.01



X2 10.2136 34.3267 4.8431 1.46692 43.2309 7390.36 7484.44 13.27



m 0.39 0.39 0.39 0.39 0.39 0.39



Jadi, pola spesies tumbuhan C termasuk Non Acak, karena Xhitung > Xtabel, maka data termasuk non acak reguler kelompok karena setiap plot yang berjumlah 2 ada 5 individu. 2.



Pembahasan Praktikum ekologi tumbuhan tentang pola spesies tumbuhan bertujuan untuk menentukan pola spesies tumbuhan berdasarkan analisis Poisson. Merujuk pada Somarwoto (2001: 34), bahwa penyebaran atau distribusi tumbuhan dalam suatu populasi bisa bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu (1) penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya terjadi apabila faktor lingkungan sangat beragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-bentuk organ tertentu yang



menunjang



untuk



terjadinya



pengelompkan



tumbuhan.



(2)



penyebaran secara merata, umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat antara individuindividu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang. (3) penyebaran secara berkelompok, adalah yang paling umum di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara local dan respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari cara atau proses reproduksi atau regenerasi. Pola spesies tumbuhan tidak terlepas dari interaksi dinamik, dimana interaksi dinamik yang terjadi diantara anggota spesies dapat diketahui dengan melihat polas spesies. Interaksi antar spesies tidak dapat ditentukan hanya dengan menghitung densitas. Pola atau distribusi menurut ruang atau spatial akan memberi informasi tambahan tentang spesies, disamping densitas, kerapatan dan dominansi. Tumbuhan dalam suatu area dapat disusun dalam tiga pola dasar, yaitu acak (random), mengelompok (clumped) dan teratur (regular). Dalam pola acak lokasi



sembarang tumbuhan tidak mempunyai arah dan posisi terhadap lokasi lain spesies yang sama. Pola teratur atau overdispersed adalah sama dengan pola pohon dalam suatu perkebunan yang ditanam dalam jarak teratur satu sama lain. Distribusi jenis tumbuhan di alam dapat disusun dalam tiga pola dasar, yaitu acak, teratur dan mengelompok. Pola distirbusi demikian erat hubungannya dengan kondisi lingkungan. Organisme pada suatu tempat bersifat saling bergantung, dan tidak terikat berdasarkan kesempatan semata, dan bila terjadi gangguan pada suatu organisme atau sebagian factor lingkungan akan berpengaruh terhadap komunitas (Kuchler 1967; Barbour et.al., 1987) dalam Sofiah (2013). Bila seluruh faktor yang berpengaruh terhadap kehadiran spesies relatif sedikit, maka factor kesempatan lebih berpengaruh, di mana spesies yang bersangkutan berhasil hidup di tempat tersebut. Hal ini biasanya menghasilkan pola distribusi. Sebaran acak artinya organime menyebar pada beberapa lokasi dan mengelompok di lokasi lainnya. Sementara itu, sebaran seragam dapat diartikan organisme menyebar merata pada suatu lokasi dengan jumlah dan jarak antar individu yang relatif sama. Terakhir, pola mengelompok yang umum dijumpai di alam. Tumbuhan atau satwa yang mengadopsi pola sebaran ini hanya terdapat pada lokasi tertentu karena adanya pertimbangan ketersediaan sumberdaya yang terbatas. Untuk menentukan pola spesies tumbuhan berdasarkan analisis Poisson, dilakukan dengan menganalisis data dari 3 spesies tersebut berdasarkan analisis poisson yang ditunjukkan dalam nilai Chi-Square (yang hitung) kemudian membandingkan dengan nilai Chi-Square tabel (yang diharapkan), menentukan



pola



spesies



tumbuhan



berdasarkan



nilai



Xhitung



dibadingkan dengan nilai Xtabel. Hasil pengamatan pada spesies A menunjukkan pola spesies tumbuhan A memiliki pola non acak, karena Xhitung>Xtabel, maka data termasuk non acak kelompok karena setiap plot yang berjumlah 1 ada 4 individu. Kemudian pada spesies B, menunjukkan pola spesies tumbuhan B memiliki pola non acak, karena



Xhitung > Xtabel, maka data termasuk non acak



regular dan pada



speseies C, menujukkan pola spesies tumbuhan C termasuk non acak, karena Xhitung > Xtabel, maka data termasuk non acak reguler kelompok karena setiap plot yang berjumlah 2 ada 5 individu. Barbour et.al., (1987) dalam Sofiah (2013) melaporkan komposisi dan keanekaragaman jenis tumbuhan dalam suatu kawasan tergantung pada beberapa faktor lingkungan, seperti kelembapan, hara dan mineral, cahaya matahari, topografi, batuan induk, karakteristik tanah, struktur kanopi



dan sejarah tata guna lahan. Komposisi suatu komunitas



tumbuhan ditentukan oleh proses seleksi pada fase klimaks yang mampu hidup di tempat tersebut. Kegiatan komunitas bergantung pada kemampuan setiap individu untuk beradaptasi, baik terhadap faktor abiotik maupun biotik dari tempat tersebut. Pada komunitas tumbuhan, pengendali kehadiran spesies dapat berupa satu atau beberapa spesies tertentu atau dari sifat-sifat fisik habitat. Namun tidak ada batas keduanya dapat beroperasi secara bersamasama, atau saling mempengaruhi. F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Penyebaran atau distribusi tumbuhan dalam suatu populasi bisa bermacam-macam,



pada



umumnya



memperlihatkan



tiga



pola



penyebaran, yaitu (1) penyebaran secara acak, (2) penyebaran secara merata, (3) penyebaran secara berkelompok, b. spesies A menunjukkan pola spesies non acak, karena Xhitung>Xtabel, maka data termasuk non acak kelompok karena setiap plot yang berjumlah 1 ada 4 individu, c. spesies B menunjukkan pola non acak, karena Xhitung > Xtabel, maka data termasuk non acak regular, d. pada speseies C menujukkan pola non acak, karena Xhitung > Xtabel, maka data termasuk non acak reguler kelompok karena setiap plot yang berjumlah 2 ada 5 individu, dan e. interaksi dinamik yang terjadi diantara anggota spesies dapat diketahui dengan melihat polas spesies.



2. Saran -



ACARA III ANALISIS VEGETASI LAMUN



A.



PELAKSANAAN PRAKTIKUM



1.



Tujuan praktikum



: Untuk mengetahui cara dan menghitung analisis vegetasi lamun.



2.



Hari, tanggal praktikum



: Minggu, 8 Mei 2018



3.



Tempat praktikum



: Gili Sulat, Kabupaten Lombok Timur.



B. LANDASAN TEORI Lamun yaitu tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang tumbuh dan berkembang baik pada dasar perairan laut dangkal, mulai daerah pasang surut (zona intertidal) sampai dengan daerah sublitoral. Pertumbuhan lamun dibatasi oleh suplai nutrien antara lain partikulat nitrogen dan fosfor yang berfungsi sebagai energi untuk melangsungkan fotosintesis. Kedalaman air dan pengaruh pasang surut, serta struktur substrat mempengaruhi zonasi sebaran jenis-jenis lamun dan bentuk pertumbuhannya. Jenis lamun yang sama dapat tumbuh pada habitat yang berbeda dengan menunjukkan bentuk pertumbuhan yang



berbeda dan kelompok-kelompok jenis lamun membentuk zonasi tegakan yang jelas, baik murni ataupun asosiasi dari beberapa jenis (Kiswara, 1997). Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi dan kestabilan ekosistem padang lamun yaitu: 1. Suhu Perubahan suhu terhadap kehidupan lamun dapat mempengaruhi metabolisme,



penyerapan unsur



hara,dan kelangsungan hidup lamun. Fotosintesis pada lamun membutuhkan suhu optimum antara 25°C - 35°C dan pada saat cahaya penuh. Pengaruh suhu bagi lamun sangat besar, suhu mempengaruhi proses fisiologis seperti fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhan, dan reproduksi 2. Salinitas, toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salah satu contohnya adalah Thalassia yang ditemukan hidup di salinitas 3,5 –60 ‰ namun dengan waktu toleransi yang singkat. Salinitas juga dapat berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun, dan kecepatan pulih lamun. Walaupun jenis lamun memiliki toleransi terhadap salinitas yang berbeda-beda, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar terhadap salinitas yaitu antara 10 – 40 ‰. Nilai optimum toleransi terhadap salinitas di air laut adalah 35 ‰, 3. Substrat Lamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik substrat. Indonesia padang lamun dikelompokkan kedalam 6 kategori berdasarkan karakteristik tipe substratnya, yaitu lamun yang hidup di substrat lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang,dan batu karang (Nybakken, 1992). Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (Dahuri, 2003:19). C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat:



a. Patok b. Meteran c. Tali raffia d. Camera 2. Bahan: a. Lamun D. LANGKAH KERJA 1. Menyiapkan alat dan bahan, 2. Membuat plot 1 x 1 meter sebanyak 2 buah 3. Menghitung jumlah lamun sesuai spesies yang terdapat pada plot tersebut 4. Mencatat hasil pengamatan. E. HASIL PENGAMATAN 1. Klasifikasi Lamun a. Enhalus acoroides Kingdom



: Plantae



Divison



: Angiospermae



Class



: Liliopsida



Order



: Hidrocharitales



Family



: Hydrocharitaceae



Genus



: Enhalus



Species



: Enhalus acoroides



b. Cymodocea serrulata



Kingdom Division Class Order Family Genus Species



: Plantae : Angiospermae : Liliopsida : Potamogetonales : Potamogetonaceae : Cymodocea : Cymodocea serrulata



2. Tabel Hasil Pengamatan Plot ke1 2 3 4 5 6 7



Jenis tumbuhan Enhalus acoroides Enhalus acoroides Enhalus acoroides Enhalus acoroides Enhalus acoroides Cymodocea serrulata Enhalus acoroides



3. Kelas Kerapatan kelas kerapatan 1 2 3 4 5



Keterangan Jarang sekali