Proposal Penelitian Ekologi Tumbuhan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN JENIS VEGETASI REPARIAN DI SUNGAI BRANTAS DESA LANDUNG SARI KOTA MALANG



Disusun Oleh : Nama



: Asma’ul Rizky Apsari



NIM



: 201410070311085



Kelas



: Biologi 3B



PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016



BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan lebih luas dari pada wilayah daratan. Dilihat dari segi ekosistem perairan, dapat dibedakan menjadi air tawar, air laut, dan air payau. Dari ketiga ekosistem perairan tersebut, air laut dan air payau merupakan bagian yang tersebar yaitu lebih dari 97%. Sisanya adalah air tawar dengan jumlah dan kondisi yang terbatas. Air tawar terdapat sangat terbatas, namun sangat dibutuhkan oleh manusia dan banyak organisme hidup lainnya untuk keperluan hidup (Ayu, dkk, 2015). Di dalam suatu sistem daerah aliran sungai, sungai berfungsi sebagai wadah pengaliran air yang berada di posisi paling rendah dalam landskap bumi, sehingga kondisi sungai tidak dapat dipisahkan dengan kondisi daerah aliran sungai (PP 38 Tahun 2011 dalam Agustiningsih, dkk, 2012). Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang alirannya bergerak dari hulu ke hilir. Selain itu, sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat menopang kehidupan (Ayu, dkk, 2015). Keberadaan sungai dapat menopang kehidupan, mengharuskan masyarakat untuk selalu menjaga kualitas sungai tersebut. Kualitas air sungai dapat terjaga dengan adanya vegetasi riparian. Ekosistem riparian terletak di tepian sungai yang terkena banjir. Ekosistem riparian memiliki fungsi ekologis sebagai penyanggah bagi ekosistem teresterial dan akuatik. Di dalam ekosistem riparian terdapat vegetasi riparian yang menurut pakar dapat menjaga kualitas air sungai melalui pengaturan suhu air (Mitsch dan Gosselink, 1993 ; Bailey, 1995), pengendalian erosi dan sedimentasi (Jones et al., 1999), sebagai sumber seresah (energi) (Johnson et al.,1999) dalam (Siahaan dan Ai, N. S., 2014). Riparian memiliki fungsi yang sangat penting namun riparian mengalami ancaman akibat kegiatan manusia yang memanfaatkannya. Jika vegetasi riparian telah hilang maka fungsi riparian itu juga hilang. Petts (1996) menyebutkan hilangnya vegetasi riparian menjadi faktor utama penurunan dan kepunahan fauna akuatik (Siahaan dan Ai, N. S., 2014). Pentingnya fungsi vegetasi riparian dalam menjaga kualitas air sungai Brantas Desa Landungsari membutuhkan penelitian tentang vegetasi riparian. 1.2 Identifikasi Masalah 1.



Penurunan kualitas air Sungai Brantas karena kegiatan manusia.



2.



Rusaknya vegetasi riparian membuat kualitas air menurun.



1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.



Lokasi pencuplikan vegetasi riparian berada di sepanjang tepian sungai yaitu dari tepi sungai (blankfull widh) hingga daratan atas (upland) yang dipengaruhi limpahan air sungai Brantas Desa Landungsari pada saat banjir (high level).



2.



Pengamatan jenis – jenis vegetasi riparian dilakukan pada semua tingkat pohon (semai, tiang, pancang, dan pohon) dan tumbuhan bawah (paku, liana, herba, semak, belukar, dan rumput).



3.



Penetapan zona riparian dengan batasan lebar sempedan sugai berdasarkan Kepres No. 32/1990.



4.



Delineasi riparian ditentukan berdasarkan definisi operasional tentang riparian menurut Gosselink et al. (1980); Huffman dan Forsythe (1981); Mitsch dan Gosselink (1993); Naiman et al. (2005).



1.4 Rumusan Masalah 1. Apa saja vegetasi riparian yang tumbuh di sekitar tepian Sungai Brantas Desa Landungsari? 2. Apa saja jenis vegetasi riparian yang tumbuh di sekitar tepian Sungai Brantas Desa Landungsari ? 3. Apakah vegetasi riparian yang mendominasi tepian Sungai Brantas Desa Landungsari? 1.5 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui vegetasi riparian yang tumbuh di sekitar tepian Sungai Brantas Desa Landungsari. 2. Mengetahui jenis vegetasi riparian yang tumbuh di sekitar tepian Sungai Brantas Desa Landungsari. 3. Mengetahui vegetasi riparian yang mendominasi tepian Sungai Brantas Desa Landungsari. 1.6 Manfaat Penelitian 1.



Menambah pengetahuan tentang vegetasi riparian.



2.



Dengan diketahuinya vegetasi ripatian di Sungai Brantas Desa Landungsari maka diharapkan masyarakat dapat menjaga vegetasi riparian tersebut guna menjaga kualitas dan kuantitas air Sungai Brantas Desa Landungsari.



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Bantaran sungai merupakan kawasan (buffer) penyangga daerah pengelolaan air, berfungsi sebagai tanggul sungai, berada pada kanan dan kiri badan sungai (Manan, 1990 dalam Waryono, 2001). Penutupan vegetasinya spesifik “riparian”, membentuk satuan ekologik terkecil (Swol,1986 dalam Waryono, 2001), dipengaruhi oleh bentuk fisiografi dan jenis batuannya(Sandy, 1976 dalam Waryono, 2001). Menurut Hough (1978) dalam Waryono, 2001,



bantaran sungai merupakan jalur koridor hijau, disamping merupakan



ekoton antara ekosistem daratan dan perairan, juga merupakan ekoton antara ekosistem riparian dengan ekosistem daratan (Hough, 1978; dan Swol 1986 dalam Waryono, 2001). Terganggunya ekosistem bantaran sungai menyebabkan peranan fungsinya terganggu. Secara



teoritis



komunitas



vegetasi



riparian



berfungsi



sebagai



pusat



terjadinya



keanekaragaman genetik, dan tempat berlangsungnya evolusi secara alamiah (Hough, 1978 dalam Waryono, 2001). Untuk melindungi dan memelihara fungsi ekologi dari zona riparian terkadang diberlakukan larangan untuk memanen atau menebang pohon yang ada di riparian. Sistem yang diberlakukan salah satu contohnya di Oregon adalah dengan sistem tebang pilih, dimana jika ada bagian suatu tepi yang ditebang maka harus ada sisa dan penanaman kembali di kawasan tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari air sungai, habitat dan vegetasi yang ada pada zona tersebut (riparian dan sungai) Vegetasi riparian terhindar dari hitungan dan deskripsi secara umum karena variasi densitas, keberagaman spesies, kedewasan dan kecepatan tumbuh. Vegetasi riparian dalam morphologi sungai mempunyai pengaruh yang sangat besar dan kompleks. Pengaruh ini tidak terbatas pada variasi vegetasi namun juga berpengaruh pada polutan yang masuk ke badan air, pendangkalan, dan komposisi material (Hibbs, David E., Alison L. Bower. 2000). Vegetasi riparian atau tumbuhan di tepi sungai/danau memiliki banyak peran bagi manusia, hewan dan ekosistem. Vegetasi riparian adalah tumbuhan yang tumbuh di kanan kiri sungai/danau yang menyediakan habitat bagikehidupan liar dan berperan memelihara kesehatan daerah tangkapan air (Decamps et al. 2004; Sabo et al. 2005; Bragdon 2008 dalam Nursarifahainy, 2013). Vegetasi riparian memiliki ciri morfologi, fisiologi, dan reproduksi yang beradaptasi dengan lingkungan basah. Banyak tumbuhan riparian yang mampu



beradaptasi terhadap banjir, pengendapan, abrasi fisik, dan patahnya batang akibat banjir (Naiman et al. 2005 dalam Nursarifahainy, 2013). Tumbuhan riparian adalah suatu wilayah yang dialihkan mulai dari peralihan sungai dengan daratan. Daerah ini mempunyai perbedaan dari daerah lain dikarenakan suasana lingkungan dan perairannya. komunitas tumbuhan pada daerah riparian ini dicirikan oleh tetumbuhan yang beradaptasi dengan perairan, yakni jenis-jenis tumbuhan hidrofilik, yang dikenal sebagai vegetasi riparian. Kelimpahan (abundance) setiap jenis dalam suatu komunitas. Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan di dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuh-tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya (Bengan, 2002). Fachrul (2007), mengemukakan bahwa suhu air merupakan faktor yang cukup penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok mempunyai batas toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya. Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untuk reaksi metabolisme dalam tubuh organisme. Kecerahan adalah suatu parameter perairan yang merupakan suatu kedalaman dari perairan atau lapisan perairan yang dapat ditembus oleh sinar matahari. Kecerahan merupakan salah satu parameter dari produktivitas perairan karena kecerahan perairan merupakan hubungan langsung dengan zonafotik. Suhu berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap organisme perairan. Secara langsung suhu berpengaruh pada fisiologi fotosintesis, sedangkan secara tak langsung suhu menentukan terjadinya stratifikasi atau pencampuran struktur perairan yang menjadi habitat organisme perairan (Syandri, 2004). Keanekaragaman merupakan ciri dari suatu komunitas terutama dikaitkan dengan jumlah individu tiap jenis pada komunitas tersebut. Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan relatif dari setiap jenis (Latifah, 2004). Ada dua komponen keanekaragaman jenis, yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis cenderung besar dalam suatu komunitas yang lebih tua. Keanekaragaman jenis cenderung kecil untuk komunitas yang baru dibentuk. Kesamarataan adalah pembagian individu yang merata diantara jenis. Pada kenyataannya setiap jenis itu mempunyai jumlah individu yang



tidak sama. Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui pengaruh gangguan terhadap lingkungan atau untuk mengetahui tahapan suksesi dan kestabilan dari komunitas tumbuhan pada suatu lokasi. Menurut Ariyati et al (2007), nilai indeks keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa terdapat tekanan ekologi tinggi, baik yang berasal dari faktor biotik (persaingan antar individu tumbuhan untuk setiap tingkatan) atau faktor abiotik. Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran jenis-jenis dalam areal tertentu. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang bes ar, sebaliknya jenis-jenis yang mempunyai nilai frekuensi kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas, makin besar kerapatan suatu jenis, maki n banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Dominansi suatu jenis merupakan nilai yang menunjukan peguasaan jenis terhadap komunitas (Suin, 2002). Tipe komunitas terjadi karena adanya sifat yang berbeda dalam dominansi jenis, komposisi jenis, struktur lapisan tajuk atau juga dominansi bentuk pertumbuhan . Perubahan dalam komunitas atau suksesi selalu terjadi, bahkan dalam komunitas yang stabil pun selalu terjadi perubahan (Indriyanto, 2005). Pada suatu suatu jenis ditentukan berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominansi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu atau kelimpahan (Suin, 2002). Fungsi ekologis vegetasi riparian adalah sebagai penunjang kestabilan ekosistem karena berperan dalam siklus karbon, oksigen, nitrogen dan siklus air (Bates, 1961 dalam Nursarifahainy, 2013). Vegetasi riparian juga dapat menjadi habitat bagi banyak hewan seperti rusa, kambing, monyet, ular, bangau, cangak, pecuk ular, bebek, kuntul, raja udang, dan belibis, biawak, labi-labi, berang-berang, dan buaya. Selain itu, vegetasi riparian dapat berfungsi sebagai media pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (MacKinnon 1986 dalam Nursarifahainy, 2013). Fungsi penting lain keberadaan vegetasi riparian antara lain sebagai pengontrol erosi dengan sistem perakarannya yang kuat, mengurangi endapan dan mereduksi polutan yang masuk ke perairan (Bates 1961; Waryono 2002; WSROC 2004 dalam Nursarifahainy, 2013). Fungsi lainnya sebagai peredam stress akibat banjir, sedimentasi, perubahan temperatur dan kekeringan (Jakalaniemi dkk. 2004 dalam Nursarifahainy, 2013 ). Vegetasi riparian juga berperan dalam menjaga kualitas air, sumber bahan obat-obatan, pangan dan papan (Bates 1961; Siahaan 2004 dalam



Nursarifahainy, 2013), serta menjadi salah satu indikator kualitas lingkungan dan berperan sebagai jalur hijau yang menahan keutuhan tebing sungai (Mulyadi 2001 dalam Nursarifahainy, 2013). Kedudukan riparian sangat penting bagi ekosistem, karena pada saat air sungai tinggi riparian dapat menyimpan air tersebut dalam tanah dan kolam yang berdekatan dengan sungai serta dapat mengurangi efek destruktif dari banjir. Pada sisi yang lain, air dapat disimpan dalam tanah sebagai sumber resapan tanah yang dapat digunakan sebagai fungsi yang lain. Pada ranah ekologi, peranan ekologi sangat signifikan pada kesehatan ekosistem perairan (Teels, 2006). Air yang tersimpan pada sisi sungai, akan dilepaskan secara perlahan ke dalam aliran sungai dan akan membantu mengatur debit aliran sungai tersebut (Raharjanto, 2015). 2.3Hipotesis Hipotesis yang bisa peneliti kemukakan untuk penelitian ini adalah vegetasi riparian dapat menjaga kualitas air sungai.



BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif yaitu jenis data yang dipaparkan berupa fenomena gambaran secara naratif atau tekstual. Analisis dilakukan dengan identifikasi. Cakupan penelitian meliputi perhatian tema dan sifatnya luas. Pendekatan penelitian ini memiliki kelemahan yaitu sampel kecil tidak bisa digeneralisasi pada populasi. Jenis penelitian menggunakan metode survei dan analisis data secara deskriptif. Metode survei memiliki tujuan utama untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekolompok obyek (populasi). Survei dengan cakupan seluruh populasi (obyek) disebut sensus. Sedangkan survei yang mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survei 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di sungai brantas Kabupaten Malang pada tanggal 15 November 2015. Lokasi berada di Desa Landungsari, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Lokasi pencuplikan vegetasi riparian berada di sepanjang tepian sungai yaitu dari tepi sungai (blankfull widh) hingga daratan atas (upland) yang dipengaruhi limpahan air sungai Brantas Desa Landungsari pada saat banjir (high level). 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Lokasi pencuplikan vegetasi riparian berada di sepanjang tepian sungai yaitu dari tepi sungai (bankfull widt) hingga daratan atas (upland) yang dipengaruhi limpahan air sungai Brantas Landungsari pada saat banjir (high level). Lokasi terdapat di tepian kiri dan ataupun kanan Sungai Brantas Landungsari tergantung pada tepi tipe vegetasi. 3.3.2 Sampel Pengamatan jenis – jenis vegetasi riparian dilakukan pada semua tingkatan pohon (semai, tiang, pancang, dan pohon) dan tumbuhan bawah (paku,liana, herba, semak, belukar, dan rumput).



3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara. Wawancara merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian. Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara detail. 3.5 Instrumen Penelitian 1. Empat buah pasak. 2. Rafia. 3. Lembar Kerja. 4. Alat Tulis (Penggaris, pensil, penghapus). 5. Kamera.



DAFTAR PUSTAKA Ayu, R. P. , dkk. 2015. Kajian Distribusi dan Keberadaan Makrobenthos dalam Hubungannya Dengan Suhu Di Aliran Sungai Air Panas Cangar Kota Batu. Jurnal Ilmiah Biologi. 3(1) : 76 – 83. Agustiningsih, dkk. 2012. Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal Presipitasi. 9(2) : 64 – 71. Siahaan, R. dan Ai, N. S. 2014. Jenis – Jenis Vegetasi Riparian Sungai Ranoyapo, Minahasa Selatan. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi. 1(1) : 7- 12. Raharjanto. 2015. Buku Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang : Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang. Nursarifahainy, 2013. Vegetasi Riparian. www. VegetasiRiparian>>Nursarifahainy’s Weblog.htm. Diakses tanggal 20 Desember 2015 Waryono, T. 2001. Peranan dan Fungsi Jasa Bio-Eko-Hidrologis Komunitas Bantaran Sungai. Kumpulan Makalah Periode 1997- 2006. Hibbs, David E., Alison L. Bower. 2000. Riparian forest in the Oregon Coast Rasnge. of Forest Science, Oregon State University. http://www.sciencedirect.com. Diakses tanggal 20 Desember 2015. Bengen, G. D. 2002. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. PKSPL, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, 85 hal. Fachrul, F. M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Kasry, A, N,E, Fajri, E.Sumiarsih, dan Yuliati. 2011. Ekologi Perairan. Laboratorium Ekologi (dan Manajemen Lingkungan) Perairan. Pekanbaru : Faperika Universitas Riau. Suin, M. N. 2002. Metode Ekologi. Padang: Universitas Andalas Press. Syandri, H., 2004. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Perairan Umum. Pekanbaru : UNRI Press.