Laporan Transpirasi - Herra Wastu Widanti - F1071151033 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM



ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN β€œTRANSPIRASI”



DISUSUN OLEH :



NAMA NIM



: HERRA WASTU WIDANTI : F1071151033



KELOMPOK : 3



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017



ABSTRAK



Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara



tidak



langsung



dengan



mengukur



kecepatan



absorbsi



airnya



menggunakan metode fotometri. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Pada praktikum



ini



digunakan tanaman Impatiens balsamina L. yang nantinya



dimasukkan kedalam fotometer. Tanaman Impatiens balsamina L. ini kemudian dibiarkan sekitar 5 menit sampai proses transpirasi berlangsung yang ditunjukkan dengan gelembung yang muncul dan memasuki daerah berskala pada fotometer. Dengan mengetahui jarak yang ditempuh gelembung tersebut serta waktu yang diperlukannya untuk menempuh skala (jarak) tersebut maka dapat dihitung 𝒔 𝒕



kecepatan transpirasinya dengan rumus : V = . Pada praktikum ini untuk mengukur kecepatan transpirasi dilakukan pada 3 kondisi yaitu dalam suhu ruang, di depan kipas angin, dan di bawah sinar matahari langsung dan yang di bawah sinar matahari langsung ini diberi 3 perlakuan yaitu tanpa vaselin, bagian atas daun diolesi vaselin, dan bagian bawah daun diolesi vaselin. Hasil menunjukkan transpirasi yang paling lambat adalah yang di depan kipas (0,1123 mm3/s) dan kecepatan transpirasi yg paling cepat adalah yang di bawah sinar matahari langsung (secara umum). Pada 3 perlakuan yang dibawah sinar matahari langsung, didapat kecepatan transpirasi yang paling cepat adalah yang bagian atas daun diolesi vaselin (1,3 mm3/s), kemudian yang tanpa diolesi dan bagian bawah daun diolesi vaselin kecepatannya sama (0,67 mm3/s). Seharusnya yang paling cepat laju transpirasinya adalah yang tidak diolesi vaselin. Hasil yang tidak sesuai ini dapat disebabkan karena kurang telitinya / kelirunya praktikan saat melakukan praktikum atau kerusakan pada alat. Kata kunci : transpirasi, angin, cahaya, vaselin, kecepatan transpirasi



ABSTRACT The aim of this practicum to measure the speed of leaf transpiration indirectly by measuring the absorption speed of the water using a photometric method.



Transpiration can be defined as the process of loss of water in vapor form from plant tissues via stomata. In this practicum used Impatiens balsamina L. plant that will be inserted into the photometer. Impatiens balsamina L. plant is then left about 5 minutes until the transpiration process takes place as indicated by the bubbles that appear and enter the area on the photometer scale. By knowing the distance of the bubble and the time it takes to travel the scale (distance), it can be calculated by the formula transpirasinya speed: V = s / t. In this lab to measure the speed of transpiration performed on 3 conditions ie at room temperature, in front of a fan, and in direct sunlight and under direct sunlight is given 3 treatments, without vaseline, the top leaves smeared vaseline, and parts underside of leaves smeared vaseline. The results showed the slowest transpiration is in front of the fan (0.1123 mm3 / s) and the fastest speed of transpiration which is under direct sunlight (in general). In the 3 treatment under direct sunlight, obtained the most rapid transpiration rate is that the top of the leaf smeared with vaseline (1.3 mm3 / s), then without smeared and the underside of leaves smeared vaseline same speed (0.67 mm3 / s ). Supposedly the most rapid rate of transpirasinya is not smeared vaseline. Results that do not fit this could be due to less rigorous / erroneous practitioner during a practicum or damage to the appliance. Keywords: transpiration, wind, light, vaseline, transpiration rate



PENDAHULUAN Penguapan adalah suatu proses pergerakan molekul-molekul zat cair dari permukaan zat cair tersebut ke udara bebas. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan sebagian besar melalui permukaan daun disebut sebagai transpirasi. Transpirasi ini terjadi melalui daun akan tetapi dapat juga melalui permukaan tubuh yang lainnya seperti batang. Oleh karena itu dikenal 3 jenis transpirasi, yaitu transpirasi melalui stomata, melalui kutikula, dan melalui lentisel. Transpirasi ini biasanya dibatasi pada masalah-masalah transpirasi melalui daun, karena sebagian besar hilangnya molekul-molekul air ini lewat permukaan daun tumbuhan. Mengingat akan pentingnya pemahaman tentang



proses transpirasi, maka dilakukanlah praktikum ini dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan transpirasi. Sel hidup tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer melalui stomata dan lentisel sehingga transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun tumbuh-tumbuhan. Sel-sel hidup itu berada dalam keadaan turgid dan sedang dan sedang bertranspirasi dilapisi oleh lapisan tipis air yang diperoleh dari dalam sel. Sebaliknya, persediaan air ini diperoleh dengan cara translokasi air dan unsur-unsur penghantar dari akar melalui xilem. Akar-akar pohon tersebut memperoleh



air



dengan



cara



mengabsorpsi



melalui



permukaan



yang



berhubungan dengan air di dalam tanah. Seluruh proses ini digerakkan oleh energi yang diberikan pada daun dan batang-batang pada tanaman tersebut. Tumbuhan, seperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons fisiologis terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya jika daun pada tumbuhan mengalami kekurangan air, daun-daun akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil dipermukaan daun tersebut. Respons darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat air dengan cara mengurangi transpirasi, yaitu hilangnya air dari daun melalui penguapan (Campbell,2003). Transpirasi dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tempatnya, yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata (Heddy,1990). Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,1991). Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai pertukaran karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan udara. Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh



bagian tanaman



mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi hilangnya



molekul sebagian besar adalah



lewat daun hal ini disebabkan luasnya



permukaan daun dan karena daun-daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain dari suatu tanaman (Lakitan, 2007). Kecepatan



transpirasi



berbeda-beda



tergantung



kepada



jenis



tumbuhannya. Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi.



Metode penimbangan dapat pula



ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan



berat



merupakan



angka



penunjuk



besarnya



transpirasi



(Tjitrosoepomo, 1998). Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Sitompul, 1995) Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit. Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Salisbury, 1995). Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ξ¨w sel turun, Ξ¨p menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan. Cekaman kekeringan merupakan kondisi



dimana kadar air tanah berada pada kondisi yang minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengaruh cekaman kekeringan pada stadi vegetatif dapat mengurangi laju pelebaran daun dan LAI pada tingkat perkembangan berikutnya. Cekaman air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang mengurangi pengambilan karbondioksida dan produksi berat kering. Selama terjadi cekaman kekeringan terjadi penurunan laju fotosintesis yang disebabkan oleh penutupan stomata dan terjadinya penurunan transport elektron dan kapasitas fosforilasi didalam kloroplas daun (Purwanto, 2010). Tidak semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang (Devlin, 1983). Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel mesofil mempertahankan kelembapan tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang bekerja pada air. Dalam artian, air itu β€œ ditarik” oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari oleh daun yang menyebabkan



penguapan



yang



bertanggung



jawab



atas



daya



tarik



transpirasional (Campbell, 2003). Transpirasi efisiensi (TE) didefinisikan sebagai produksi biomassa per unit air terjadi, dan indeks panen. sebagai perbaikan TE berarti memaksimalkan produksi tanaman per unit penggunaan air, itu adalah salah satu komponen penting bagi meningkatkan ketahanan kekeringan. Meskipun TE telah diakui sebagai sangat relevan sifat, sejauh ini usaha yang sangat sedikit penelitian yang telah dibuat terhadap skrining lapangan untuk itu, terutama karena kesulitan dalam mengukur TE dalam metode skrining. Metode ini dikembangkan oleh (Farquhar, 1982) untuk memperkirakan TE melalui pengukuran diskriminasi terhadap 13oC dengan daun selama fotosintesis, dan pembentukan hubungan



yang erat antara karbon isotop diskriminasi dan TE di banyak kacang-kacangan tanaman seperti kacang, kacang tunggak, kacang tanah, dan kacang kedelai memiliki memberikan metode yang berguna skrining (Kashiwagi, 2006). Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorbsi airnya.



.METODOLOGI Praktikum ini dilaksanakan pada 4 April 2017 di Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura pukul 7.30 WIB hingga selesai. . Adapun alat yang digunakan berupa fotometer, sumbat karet berlubang, silet, dan ember kotak



plastik. Sedangkan bahan yang digunakan berupa



tumbuhan Impatiens balsamina L. yang kokoh, air dan vaselin. Langkah kerja pada praktikum ini yaitu dipilih tumbuhan Impatiens balsamina L. dengan batang yang kokoh, lalu bagian basal batang dipotong dan secepatnya dimasukkan tumbuhan ke dalam air. Kemudian ujung batang Impatiens balsamina L. dimasukkan ke dalam sumbat karet berlubang hingga tidak bergerak tetapi tidak sampai patah. Setelah itu, fotometer diisi dengan air. Caranya dengan merendam fotometer dalam air hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung air didalamnya. Lalu sumbat karet (yang telah terisi oleh Impatiens balsamina L.) disisipkan ke dalam fotometer (masih dalam air). Dengan memegang gelas fotometer saat sumbat karet dimasukkan, hati-hati jangan sampai pecah. Perlahan-lahan mulai diangkat seluruh sistem fotometer dari air dan tempat pada penyokongnya dan mengoleskan bagian antara tanaman dan lubang pada sumbat karet dengan vaselin. Impatiens balsamina L. dibiarkan sebentar untuk bertranspirasi sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Kemudian ujung tabung fotometer ditempatkan kedalam beaker glass. Saat gelembung memasuki daerah berskala pada tabung, mulailah menyiapkan catatan dengan menghitung jarak yang ditempuh oleh gelembung persatuan waktu. Setelah itu kecepatan transpirasi diukur minimal 3 kali dalam kondisi, yaitu: pada meja praktikum, didepan kipas angin, dan dibawah matahari terang benderang. Untuk pengukuran terakhir (bawah matahari), bagian atas lamina Impatiens balsamina L. diolesi dengan vaselin lalu diukur kembali



dibawah matahari terang dengan tiga kali pengamatan. Kemudian mengolesi bagian bawah lamina Impatiens balsamina L. dengan vaselin dan diukur kembali di bawah matahari terang benderang. Yang terakhir, menganalisa data dan membandingkan kecepatan transpirasi diantara 3 kondisi: meja praktikum, dengan kipas angin dan matahari terang benderang. Lalu membandingkan transpirasi diantara daun tanpa dan dengan vaselin baik atas maupun keduanya dibawah cahaya matahari.



HASIL PENGAMATAN



Kondisi



Perlakuan



Waktu (s)



Jarak



Kecepatan



(mm3)



transpirasi (mm3/s)



Dalam suhu



1. Perlakuan ke-1



300 detik



40



0,13



ruang



2. Perlakuan ke- 2



300 detik



20



0,067



3. Perlakuan ke-3



300 detik



70



0,23 0,1423



Rata-Rata Di depan



1. Perlakuan ke-1



300 detik



20



0,067



kipas



2. Perlakuan ke- 2



300 detik



50



0,17



3. Perlakuan ke-3



300 detik



30



0,1 0,1123



Rata-Rata Di bawah sinar matahari langsung



Tanpa Vaselin



300 detik



200



0,67



Bagian atas daun



300 detik



400



1,3



300 detik



200



0,67



dioles vaselin Bagian bawah daun dioles vaselin



PEMBAHASAN Praktikum



Transpirasi



ini



bertujuan



untuk



mengukur



kecepatan



transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorbsi airnya



menggunakan



metode



fotometri.



Pada



praktikum ini



digunakan



tanaman Impatiens balsamina L. yang nantinya dimasukkan kedalam fotometer. Tanaman Impatiens balsamina L. ini kemudian dibiarkan sekitar 5 menit sampai proses transpirasi berlangsung yang ditunjukkan dengan gelembung yang muncul dan memasuki daerah berskala pada fotometer. Dengan mengetahui jarak yang ditempuh gelembung tersebut serta waktu yang diperlukannya untuk menempuh skala (jarak) tersebut maka dapat dihitung kecepatan transpirasinya 𝒔 dengan rumus : V = 𝒕 Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins, 1989). Pada praktikum ini untuk mengukur kecepatan transpirasi dilakukan pada 3 kondisi yaitu dalam suhu ruang, di depan kipas angin, dan di bawah sinar matahari langsung dan yang di bawah sinar matahari langsung ini diberi 3 perlakuan yaitu tanpa vaselin, bagian atas daun diolesi vaselin, dan bagian bawah



daun



diolesi



vaselin.



Hal



ini



dilakukan



dengan



tujuan



untuk



membandingkan kecepatan transpirasi tanaman Impatiens balsamina L. pada kondisi yang berbeda-beda. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan transpirasi di suhu ruang adalah 0,1423 mm3/s, rata-rata kecepatan transpirasi di depan kipas adalah 0,1123 mm3/s,kecepatan transpirasi di bawah sinar matahari langsung tanpa vaselin 0,67 mm3/s, kecepatan transpirasi di bawah sinar matahari langsung yang bagian atas daunnya dilapisi vaselin 1,3 mm3/s, dan kecepatan transpirasi di bawah sinar matahari langsung yang bagian bawah daunnya dilapisi vaselin adalah 0,67 mm3/s. Dapat dilihat bahwa kecepatan transpirasi yang paling lambat adalah yang di depan kipas (0,1123 mm3/s), hal ini didukung oleh Loveless (1991) yang menyatakan bahwa jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.



Kecepatan transpirasi yg paling cepat adalah yang di bawah sinar matahari langsung (secara umum), ini juga didukung oleh pernyataan Loveless (1991) yang mengatakan cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.



Cahaya akan menaikkan



temperatur dan mempengaruhi membukanya stomata, sehingga kecepatan transpirasi akan meningkat. Pada 3 perlakuan yang dibawah sinar matahari langsung, vaselin berfungsi sebagai lapisan lilin yang dapat menghambat laju transpirasi, karena semakin tebal permukaan, maka uap air akan sulit keluar. Dari hasil pengamatan, didapat kecepatan transpirasi yang paling cepat adalah yang bagian atas daun diolesi vaselin (1,3 mm3/s), kemudian yang tanpa diolesi dan bagian bawah daun diolesi vaselin kecepatannya sama (0,67 mm3/s). Seharusnya yang paling cepat laju transpirasinya adalah yang tidak diolesi vaselin,karena menurut Salisbury dan Ross (1995), cahaya yang banyak dapat menyebabkan membuka dan menutupnya stomata sehingga akan mempercepat laju transpirasi dan sebaliknya. Lapisan lilin dapat menghambat laju respirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit untuk berdifusi keluar. Hasil yang tidak sesuai ini dapat disebabkan karena kurang telitinya / kelirunya praktikan saat melakukan praktikum atau kerusakan pada alat. Laju transpirasi yang bagian bawah daun diolesi vaselin lebih lambat dibanding bagian atas daun diolesi vaselin karena stomata terletak pada epidermis bawah daun. Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dalam, antara lain: 1.



Besar kecilnya daun



2.



Tebal tipisnya daun



3.



Berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun



4.



Banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun



5.



Banyak sedikitnya stomata



6.



Bentuk dan letak stomata (Salisbury, 1995).



Faktor – faktor luar yang mempengaruhi kecepatan transpirasi, antara lain : 1. Kelembaban



Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara. 2. Suhu Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata. 3. Cahaya Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata. 4. Angin Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin



menurunkan



kelembanan



udara



diatas



stomata,



sehingga



meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi. 5. Kandungan air tanah Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Loveless, 1991).



KESIMPULAN Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui



kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun Perlakuan dengan tiga kondisi yang berbeda yaitu di suhu ruang, di depan kipas angin, dan di bawah sinar matahari langsung. Adanya perbedaan berupa kecepatan transpirasi di akibatkan oleh faktor lingkungan yaitu angin dan cahaya matahari. Angin dapat mempengaruhi laju transpirasi. jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.. Kecepatan transpirasi paling tinggi terjadi jika ada pengaruh dari cahaya matahari yang merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan transpirasi berlangsung dengan cepat. Karena sinar matahari akan menyebabkan temperature permukaan daun menjadi tinggi dan uap air di permukaan daun mengering, karena konsentrasi di luar tubuh lebih rendah dari pada di dalam, sehingga air berdifusi dari dalam ke luar. Cahaya yang banyak dapat menyebabkan membuka dan menutupnya stomata sehingga akan mempercepat laju transpirasi dan sebaliknya. Vaselin berfungsi sebagai lapisan lilin yang dapat menghambat laju respirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit untuk berdifusi keluar. Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya ,bentuk dan letak stomata. Faktor – faktor luar yang mempengaruhi kecepatan transpirasi, antara lain kelembaban, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air tanah.



DAFTAR PUSTAKA



Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga. Devlin, R.M and K.H.Withan.1983.Plant Phisiology. Boston:Williard Grant Press. Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta : Rajawali Press.



Kashiwagi. 2006. Relationships between Transpiration Efficiency and Carbon Isotope Discrimination in Chickpea (C. arietinum L). SAT eJournal . Vol.2, hal.1 Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Loveless, P.R.1991. Principles of Biology Plants in Tropical Area. New York: Mac Millan Publishing Inc. Purwanto. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Kondisi Cekaman Kekeringan Dan Berbagai Kepadatan Gulma Teki. Journal Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto, Agrosains . Vol 12. Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB. Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta. Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta. Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.



LAMPIRAN



ο‚·



Perhitungan 𝑠 𝑑



Dalam suhu ruang



V= =



1. Perlakuan ke-1



50 300



= 0,17 mm3/s



3



S = 40 mm , t= 300 s 𝑠 𝑑



V= =



40 300



S = 30 mm3, t= 300 s



= 0,13 mm3/s 2. Perlakuan ke-2 S = 20 mm3, t= 300 s 𝑠 𝑑



V= =



3. Perlakuan ke-3 𝑠 𝑑



V= =



= 0,1 mm3/s Rata-Rata



20 300



𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 3



= 0,067 mm3/s 3. Perlakuan ke-3 S = 70 mm3, t= 300 s 𝑠 𝑑



V= =



70 300



30 300



=



(0,067+0,17+0,1)mm3/s 3



= 0,1123 mm3/s



= 0,23 mm3/s



Di bawah sinar matahari



Rata-Rata



langsung



𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 3 =



(0,13+0,067+0,23) mm3/s 3



= 0,1423 mm3/s



1. Tanpa Vaselin S = 200 mm3, t= 300 s 𝑠 𝑑



V= =



200 300



= 0,67 mm3/s 2. Perlakuan ke-2



Di depan kipas



S = 400 mm3, t= 300 s



1. Perlakuan ke-1



V = 𝑑 = 300



S = 20 mm3, t= 300 s 𝑠 𝑑



V= =



20 300



𝑠



400



= 1,3 mm3/s 3. Perlakuan ke-3



3



= 0,067 mm /s 2. Perlakuan ke-2 S = 50 mm3, t= 300 s



S = 200 mm3, t= 300 s 𝑠



200



V = 𝑑 = 300 = 0,67 mm3/s