Laporan Tutorial Manajemen Kasus Hiv Pada Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TUTORIAL MANAJEMEN KASUS HIV PADA ANAK Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS



Dosen Pengampu: Diah Nur Anisa, S.Kep.,Ns., M.Kep



Disusun Oleh: Kelompok A3



Triyanti



(1910201031)



Siti Nur Khatijah



(1910201038)



Saiful Dani setiyawan (1910201032)



Ayu Asri F



(1910201039)



Ikhsanuriyah Happy (1910201034)



Ifti Zulfa Abidah



(1910201042)



Rachmat Aditya



(1910201035)



Jeni Oktavia



(1910201043)



Fitriana Diana



(1910201036)



Arba Aqifatun N



(1910201044)



Mila Nur Aini



(1910201037)



Dita Putri E



(1910201045)



Linda Lestari



(1910201046)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2021



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Atas Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan HIV/AIDS yang berjudul “Mnajemen kasus HIV Pada Anak” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang di berikan oleh selaku Dosen Bu Diah Nur Anisa, S.Kep.,Ns., M.Kep.Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Mnajemen kasus HIV Pada Anak. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bu Diah Nur Anisa, S.Kep.,Ns., M.Kep. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni oleh kami sebagai penyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini. Wassalamu’alaikum Wr Wb 12 Oktober 2021



Penyusun



DAFTAR ISI



Contents KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2 DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3 BAB I..........................................................................................................................................................4 A.



LATAR BELAKANG...................................................................................................................4



B.



TUJUAN.........................................................................................................................................5



C.



RUMUSAN MASALAH................................................................................................................5



BAB II........................................................................................................................................................6 A.



DEFINISI.......................................................................................................................................6



B.



KOMPLIKASI...............................................................................................................................6



C.



PATOFISIOLOGI.........................................................................................................................6



D.



ETIOLOGI.....................................................................................................................................7



E.



PENCEGAHAN.............................................................................................................................8



F.



FAKTOR RESIKO......................................................................................................................10



G.



PENATALAKSANAAN..........................................................................................................10



H.



PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................................................11



I.



PERAN PERAWAT PADA KLIEN HIV..................................................................................11



J. PATHWAY HIV/AIDS...................................................................................................................12 BAB III.....................................................................................................................................................14 A.



GAMBARAN KASUS.................................................................................................................14



B.



ASKEP..........................................................................................................................................14



BAB III.....................................................................................................................................................27 PENUTUP................................................................................................................................................27 KESIMPULAN....................................................................................................................................27 SARAN.................................................................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................28



BAB I A. LATAR BELAKANG HIV adalah penyakit menular pembunuh nomor satu di dunia. Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan bahwa 940.000 orang meninggal karena HIV. Ada sekitar 36,9 juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir tahun 2017 dengan 1,8 juta orang menjadi terinfeksi baru pada tahun 2017 secara global. Lebih dari 30% dari semua infeksi HIV baru secara global diperkirakan terjadi di kalangan remaja usia 15 hingga 25 tahun. Diikuti dengan anak-anak yang terinfeksi saat lahir tumbuh menjadi remaja yang harus berurusan dengan status HIV positif mereka. Kasus HIV 2 di Indonesia pada tahun 2016 tercatat 41.250 kasus dan data terakhir hingga Desember 2017 tercatat 48.300 kasus Menurut Teori Lawrence Green perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat. Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, nilai-nilai, norma sosial, budaya, dan faktor sosio-demografi (Maulana, 2009). Dalam Teori Lawrence Green perilaku kesehatan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor pendorong yaitu faktor yang mendorong seseorang berperilaku beresiko tertular HIV. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, pekerjaan, pengalaman, usia, keyakinan, sosial budaya, dan paparan informasi (Notoatmodjo, 2010). Penanganan kasus HIV/AIDS pada anak berbeda dengan penanganan kasus HIV/AIDS pada individu dewasa. Jika menggunakan asumsi perlindungan anak, maka anak-anak pengidap HIV/AIDS dalam undang-undang dimasukkan ke dalam dikategorikan kelompok anak yang mendapatkan perlindungan khusus (Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak), oleh karena itu dibutuhkan pula upayaupaya yang secara khusus, sistematis dan komprehensif dalam menangani permasalahan ini. Besarnya peluang penularan HIV dari ibu ke anak juga terlihat dari hasil kajian paruh waktu Komisi penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) yang menunjukkan perubahan perkembangan epidemi HIV dimana terjadi peningkatan prevalensi pada kelompok populasi kunci lelaki suka lelaki (LSL) dan lelaki beresiko tinggi (LBT) serta ibu rumah tangga. Sedangkan pada kelompok populasi kunci lainnya cenderung menurun. Hal inilah yang disebut dengan epidemi meluas, yaitu apabila prevalensi penularan terdapat pada 1 % pada kelompok ibu hamil, Sebagian besar penularan terjadi sewaktu proses



melahirkan, dan sebagian kecil melalui plasenta selama kehamilan dan sebagian lagi melalui air susu ibu 4 . Kondisi ini tentu tidak berdiri sendiri, terdapat fakta bahwa penularan HIV dari ibu ke anak ternyata terlebih dahulu ditularkan oleh sang bapak kepada ibu dengan berbagai perilaku beresiko tinggi. B. TUJUAN 1. Mengidentifikasi pengetahuan tentang deteksi dini penyakit HIV/AIDS pada anak, 2. Mampu melakukan pengkajian HIV pada pasien anak, 3. Mampu menerapkan keterampulan asuhan keperawatan HIV pada pasien anak. C. RUMUSAN MASALAH 1. Merumuskan masalah yaitu bagaimana pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini penyakit HIV/AIDS pada anak 2. Bagaiamana cara menangani kasus HIV pada anak.



BAB II A. DEFINISI HIV adalah sebuah. HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia .AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti didapat, bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. B. KOMPLIKASI a. Candidiasis Candidiasis atau kandidiasis adalah infeksi jamur umum yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candidiasis dapat diobati dengan obat antijamur setelah dilakukan pemeriksaan fisik sederhana oleh dokter. b.  Coccidioidomycosis Coccidioidomycosis adalah infeksi jamur umum lainnya.Infeksi ini dapat menyebabkan pneumonia (radang paru-paru) jika tidak ditangani. c. Cryptococcosis Infeksi jamur ini sering kali masuk melalui paru-paru. Cryptococcosis dapat dengan cepat menyebar ke otak dan sering kali menyebabkan meningitis cryptococcus. d. Cryptosporidiosis Cryptosporidiosis adalah penyakit diare yang seringkali menjadi kronis. Penyakit ini ditandai dengan diare parah dan kram perut. e. Cytomegalovirus Cytomegalovirus atau CMV adalah kelompok virus herpes yang dapat menginfeksi dan bertahan di tubuh manusia untuk waktu yang lama.



C. PATOFISIOLOGI Dasar utama terinfeksinya HIV adalah berkurangnya jenis Limfosit T helper yang mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 adalah pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi imunologik. Menurun



atau menghilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena virus HIV menginfeksi sel yang berperan membentuk antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel Limfosit T4. Setelah virus HIV mengikatkan diri pada molekul CD4, virus masuk ke dalam targe dan melepaskan bungkusnya kemudian dengan enzim reverse transkriptase virus tersebut merubah bentuk RNA (Ribonucleic Acid) agar dapat bergabung dengan DNA (Deoxyribonucleic Acid) sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengandung bahan genetik virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi irreversible dan berlangsung seumur hidup.Pada awal infeksi, virus HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang diinfeksinya, tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi sehinggA ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut dan lambat laun akan merusak limfosit T4 sampai pada jumlah tertentu. Masa ini disebut dengan masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai menunjukkan gejala AIDS. Pada masa inkubasi, virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan masa “window period”. Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun akan terlihat gejala klinis pada penderita sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut.20 Pada sebagian penderita memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun, tetapi ada sekelompok kecil penderita yang memliki perjalanan penyakit amat cepat hanya sekitar 2 tahun dan ada juga yang sangat lambat (non-progressor).Secara bertahap sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi oleh virus HIV akan menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak. Kekebalan tubuh yang rusak akan mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang bahkan hilang, sehingga penderita akaN menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik. D. ETIOLOGI Etiologi HIV-AIDS adalah Human Immunodefisiensi virus (HIV) yang meruakan virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam famili retroviridae, subfamili lentiviridae, genus lentivirus. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk famili retrovirus yang merupakan kelompok virus RNA yang mempunyai berat molekul 0,7 kb (kilobase). Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai berbagai subtipe. Diantara



kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (United States Preventive Services Task Force, 2011). HIV terdiri dari suatu bagian inti yang berbentuk silindris yang dikelilingi oleh lipid bilayer envelope. Pada lipid bilayer tersebut terdapat dua jenis glikoprotein yaitu gp120 dan gp41. Fungsi utama protein ini adalah untuk memediasi pengenalan sel CD4+ dan reseptor kemokin dan memungkinkan virus untuk melekat pada sel CD4+ yang terinfeksi. Bagian dalam terdapat dua kopi RNA juga berbagai protein dan enzim yang penting untuk replikasi dan maturasi HIV antara lain adalah p24, p7, p9, p17,reverse transkriptase, integrase, dan protease. Tidak seperti retrovirus yang lain, HIV menggunakan sembilan gen untuk mengkode protein penting dan enzim. Ada tiga gen utama yaitu gag, pol, dan env. Gen gag mengkode protein inti, gen pol mengkode enzim reverse transkriptase, integrase, dan protease, dan gen env mengkode komponen struktural HIV yaitu glikoprotein. Sementara itu, gen rev, nef, vif, vpu, vpr, dan tat penting untuk HIV yaitu glikoprotein. Sementara itu, gen rev, nef, vif, vpu, vpr, dan tat penting untuk HIV yaitu glikoprotein. Sementara itu, gen rev, nef, vif, vpu, vpr, dan tat penting untuk replikasi virus dan meningkatkan tingkat infeksi HIV (Calles, et al. 2006, Kummar, et al. 2015).



E. PENCEGAHAN Lima cara untuk mencegah penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut. 1. A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum menikah. 2. B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak bergantiganti pasangan). 3. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom. 4. D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba. 5. E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya. Individu dapat mengurangi risiko infeksi HIV dengan membatasi paparan faktor risiko. Pendekatan utama untuk pencegahan HIV sebagai berikut : 1. Penggunaan kondom pria dan wanita Penggunaan kondom pria dan wanita yang benar dan konsisten selama penetrasi vagina atau dubur dapat melindungi terhadap penyebaran infeksi menular seksual, termasuk



2.



3.



4.



5.



6.



7.



HIV. Bukti menunjukkan bahwa kondom lateks laki-laki memiliki efek perlindungan 85% atau lebih besar terhadap HIV dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Tes dan konseling untuk HIV dan IMS Pengujian untuk HIV dan IMS lainnya sangat disarankan untuk semua orang yang terpajan salah satu faktor risiko. Dengan cara ini orang belajar tentang status infeksi mereka sendiri dan mengakses layanan pencegahan dan perawatan yang diperlukan tanpa penundaan. WHO juga merekomendasikan untuk menawarkan tes untuk pasangan. Selain itu, WHO merekomendasikan pendekatan pemberitahuan mitra bantuan sehingga orang dengan HIV menerima dukungan untuk menginformasikan mitra mereka sendiri, atau dengan bantuan penyedia layanan kesehatan. Tes dan konseling, keterkaitan dengan perawatan tuberkulosis Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang paling umum dan penyebab kematian di antara orang dengan HIV. Hal ini fatal jika tidak terdeteksi atau tidak diobati, yang bertanggung jawab untuk lebih dari 1 dari 3 kematian terkait HIV. Deteksi dini TB dan keterkaitan yang cepat dengan pengobatan TB dan ARV dapat mencegah kematian pada ODHA. Pemeriksaan TB harus ditawarkan secara rutin di layanan perawatan HIV dan tes HIV rutin harus ditawarkan kepada semua pasien dengan dugaan dan terdiagnosis TB. Individu yang didiagnosis dengan HIV dan TB aktif harus segera memulai pengobatan TB yang efektif (termasuk untuk TB yang resistan terhadap obat) dan ARV. Terapi pencegahan TB harus ditawarkan kepada semua orang dengan HIV yang tidak memiliki TB aktif. Sunat laki-laki oleh medis secara sukarela Sunat laki-laki oleh medis, mengurangi risiko infeksi HIV sekitar 60% pada pria heteroseksual. Sunat laki-laki oleh medis juga dianggap sebagai pendekatan yang baik untuk menjangkau laki-laki dan remaja laki-laki yang tidak sering mencari layanan perawatan kesehatan. Penggunaan obat antiretroviral untuk pencegahan Penelitian menunjukkan bahwa jika orang HIV-positif mematuhi rejimen ARV yang efektif, risiko penularan virus ke pasangan seksual yang tidak terinfeksi dapat dikurangi sebesar 96%. Rekomendasi WHO untuk memulai ARV pada semua orang yang hidup dengan HIV akan berkontribusi secara signifikan untuk mengurangi penularan HIV. Profilaksis pasca pajanan untuk HIV Profilaksis pasca pajanan adalah penggunaan obat ARV dalam 72 jam setelah terpapar HIV untuk mencegah infeksi. Profilaksis pasca pajanan mencakup konseling, pertolongan pertama, tes HIV, dan pemberian obat ARV selama 28 hari dengan perawatan lanjutan. WHO merekomendasikan penggunaan profilaksis pascapajanan untuk pajanan pekerjaan, nonpekerjaan, dewasa dan anak-anak. Pengurangan dampak buruk bagi orang-orang yang menyuntikkan dan menggunakan narkoba Mulai berhenti menggunakan NAPZA sebelum terinfeksi HIV, tidak memakai jarum suntik, sehabis menggunakan jarum suntik langsung dibuang atau jika menggunakan jarum yang sama maka disterilkan terlebih dahulu, yaitu dengan merendam pemutih (dengan kadar campuran yang benar) atau direbus dengan suhu tinggi yang sesuai.



8. Bagi remaja Semua orang tanpa kecuali dapat tertular, sehingga remaja tidak melakukan hubungan seks tidak aman, berisiko IMS karena dapat memperbesar risiko penularan HIV/AIDS. Mencari informasi yang lengkap dan benar yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami remaja dalam hal ini tentang masalah perilaku seksual dengan orang tua, guru, teman maupun orang yang memang paham mengenai hal tersebut. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang dan jarum suntik, tato dan tindik. Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang yang sudah terpapar HIV. Menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan tidak bertanggungjawab. Paket komprehensif intervensi untuk pencegahan dan pengobatan HIV meliputi: 1. Program jarum dan alat suntik. 2. Terapi substitusi opioid untuk orang yang bergantung pada opioid dan pengobatan ketergantungan obat berbasis bukti lainnya. 3. Tes dan konseling HIV. 4. Perawatan HIV. 5. Informasi dan edukasi pengurangan risiko dan penyediaan nalokson. 6. Penggunaan kondom. 7. Manajemen IMS, tuberkulosis dan virus hepatic



F. FAKTOR RESIKO Faktor- faktor risiko yang diperkirakan meningkatkan angka kejadian HIV/AIDS antara lain: Lingkungan Sosial ekonomi khususnya kemiskinan, latar belakang kebudayaan/etnis, Keadaan demografi. Kelompok masyarakat yang berpotensi punya risiko tinggi HIV adalah: Status penerima transfusi darah, bayi dari ibu yang dinyatakan menderita AIDS (proses kehamilan, kelahiran dan pemberian ASI), (Ngwende et al., 2013), pecandu narkotik (khususnya IDU, tindik dengan alat yang terpapar HIV/AIDS). Mereka yang mempunyai banyak pasangan seks pramuria (baik di diskotik atau bar, WPS, waria, panti pijat, homo dan heteroseks), Pola hubungan seks, status awal berhubungan seks, orang yang terpenjara, keluarga dengan penderita HIV/AIDS positif (pasangan penderita misal suami/ istri) yang tidak menggunakan pelindung, pemakai alat suntik (pecinta tatto, tindik dengan alat terpapar HIV/AIDS ) sangat mungkin tertular HIV dan AIDS. (Badenhorst, van Staden and Coetsee, 2008). G. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan klinis infeksi HIV/AIDS dikonsentrasikan pada terapi umum dan terapi khusus serta pencegahan penularan yang meliputi penderita dianjurkan untuk berisitirahat dan meminimalkan tingkat kelelahan akibat infeksi kronis, dukungan nutrisi yang adekuat berbasis makronutrien dan mikronutrien, konseling termasuk pendekatan psikologis dan psikososial, motivasi dan pengawasan dalam pemberian antiretroviral therapy (ARV), membiasakan gaya hidup sehat antara lain dengan berolahraga yang ringan dan teratur,



mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau orang yang mempunyai banyak pasangan. H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi antibody yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibody tersebut biasanya diproduksi mulai minggu ke-2, atau bahkan minggu ke-12 setelah terpapar virus HIV. 2. Westen Bolt, sama halnya dengan etes ELISA, Western Bolt juga mendeteksi antibody terhadap HIV. Western bolt menjadi ters konfirmasi bagi ELISA karena pemeriksaan ini lebih sensitive dan lebih spesifik, sehingga kasus yang tidak dapat disimpulkan sangat kecil. Walaupun demikian, pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh keahlian lebih dalam melakukannya. 3. Rapid Tes, saat ini telah tersedia tes HIV cepat (Rapid HIV Test) 4. IFA (Indirect Fluorescent Antibody),IFA atau indirect fluorescent antibody juga merupakan pemeriksaan konfirmasi ELISA positif. IFA juga mendeteksi antibody terhadap HIV. 5. PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan virus HIV di dalam darah. Tes ini dapt dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV. 6. Tes CD4 7. Tes TLC I. PERAN PERAWAT PADA KLIEN HIV a. Peran perawat dalam pemberian ARV b. Mengkaji kesiapan pasien dalam manajemen pengobatan titik prinsip pemberian ARV dalam mengunakan 3 jenis obat yang ketiganya harus terserap dan berada pada dosis teraupetik dalam darah dikenal dengan highly active Antertroviral (TRAART). Pemarintah menetapkan panduan yang digunakan dalam pengobatan ARVdengan berdasarkan pada lima Aspek Yaitu efektivitas, efek samping/toksistas,intraksi obat, kepatuhan,dan harga obat. c. Menilai pengertin pasien terhadap ART d. Mendidik pasien mengenai Art e. Saat pasien melaluai terapi art, harus dijelaskan mengenai efek samping yang akan terjadi . f. Peran perawat sebagai educator mempengaruhi kepatuhan komsumsi obat Antertroviral (ARV) Bagi pasien HIV/AIDS



J. PATHWAY HIV/AIDS Penularan secara vertical dari ibu dg HIV



Trafusi darah yang terpapar virusHIV



Secara pariental Tusukan jarum



Pasien terinveksi HIV Psikososial



Virus bededar di darah/ jaringan mukosa



Diagnosis HIV



Virus menginfeksi sel (CD4 : limfosit T4,monosit, cel dendrit, langerhans)



Paien terkena HIV (Penyakit menjijikan) Tidak diterima masyarakat



Masuk ke dalam sel target dan mereplikasi diri



Isolasi sosial



Sel yg terinveksi mengalami apoptons(mati)



Sistem integumen Sistem pencernaan



Ssistem respirasi Infeksi system respirasi Peradangan saluran pernafasan & paru



Peningkatan suhu



Otot pernafasan melemah



Demam



Virus HIV + kuman salmonella, clostridium,cadida Kerusakan mmbran mukosa/mukosa bercak putih



Hipetermia



Ekspirasi paru menurun



Ketidakmampuan mengunyah



Sesak nafas Ketidak efektifan pola nafas



Ketidak seimbangan nutrisi krg dr kebutuhan BB tidak berkembang



Menginvasi mukosa saluran cerna Meningkatnya peristalyik usus



Diare terus menerus



Resiko tidak seimbang elektrolit



Hepers zoster + hepers simpleks Dermatitis serebrotika Kerusakan integritas kulit



BAB III A. GAMBARAN KASUS Di Bangsal Penyakit anak didapatkan seorang anak berusia 9 tahun dengan batuk, sesak nafas. Berat Badan dan tinggi badan tidak naik, ibu mengatakan anak mengalami riwayat diare lebih dari 1 bulan dan demam lebih dari 1 bulan. Hasil pemeriksaan fisik mulut anak dijumpai bercak putih dan kulit menglami dermatitis. Hasil wawancara dengan ibu didapatkan anak dilahirkan ketika ibu belum terdeteksi HIV/AIDS. Menurut pengakuan ibunya tertular HIV/AIDS dari suaminya. Suaminya sering jajan di luar rumah dan status HIV baru diketahui setalah suaminya masuk rumah sakit dengan kondisi sangat drop. Kondisi anak saat ini dengan HB 8 Mg/dl. Anak jarang masuk sekolah karena sering di olok olok oleh temannya kena penyakit menijikkan dan di jauhi temantemannya. Anak kemudian tidak mau sekolah karena malu dan takut pada dirinya sendiri, sehingga anak tidak mau minum obat ARV. Melihat kondisi tersebut ibu sangat terpukul dan merasa pustus asa dalam merawat anaknya. Gurunya dirasakan juga tidak care dengan anak di sekolah karena lebelnya yang tidak baik pada anaknya. \ B. ASKEP LAMPIRAN FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN (LENGKAP) Tgl. Pengkajian :11-oktober-2021 Jam Pengkajian :08.00 Ruang/Kelas :melati kelas 1 I.



No. Register : Tgl. Masuk :11-Oktober-2021



IDENTITAS Identitas pasien 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pendidikan Pekerjaan Gol. Darah Alamat



Identitas Penanggung Jawab : : : : : : : :



An.A 9 Tahun Laki-Laki Islam Sekolah Dasar Pelajar Yogyakarta



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Hubungan dengan Klien



: : : : : :



Ny.B 34 Islam IRT Yogyakarta Ibu Kandung



II. KELUHAN UTAMA 1. Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit (keluhan utama yang dirasakan atau dialami klien yang menyebabkan klien atau keluarga mencari bantuan kesehatan/masuk rumah sakit)



Sesak nafas,batuk BB dan TB tidak naik, ibu mengatakan anak mengalami riwayat diare lebih dari 1 bulan dan demam lebih dari 1 bulan



2. Keluhan Utama saat Pengkajian (Keluhan yang dirasakan oleh klien saat pengkajian dilakukan. Tanyakan pada klien keluhan apa yang dirasakan, jika keluhan yang dirasakan klien lebih dari satu, tanyakan keluhan apa yang sangat mengganggu klien) batuk, sesak nafas. Berat Badan dan tinggi badan tidak naik, ibu mengatakan anak mengalami riwayat diare lebih dari 1 bulan dan demam lebih dari 1 bulan, pemeriksaan fisik mulut anak dijumpai bercak putih dan kulit menglami dermatitis. III.DIAGNOSA MEDIS (Diisi dengan diagnose (penyakit) yang ditegakkan oleh dokter) IV. RIWAYAT KESEHATAN 1. Riwayat Penyakit Sekarang (Adalah kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal hingga di bawa ke RS secara lengkap. Tindakan apa saja yang sudah dilakukan oleh klien untuk mengobati sakitnya sebelum ke RS) : Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, sesak nafas. Berat Badan dan tinggi badan tidak naik, ibu mengatakan anak mengalami riwayat diare lebih dari 1 bulan dan demam lebih dari 1 bulan.dan anak tidak mau meminum obat AVR 2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu (Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien beberapa waktu sebelumnya. Berapa kali klien pernah sakit sebelum sakit yang sekarang? Bagaimana cara klien mencari pertolongan? Apakah klien pernah menderita sakit DM (Diabetes Mellitus), HT (Hipertensi), TBC (Tuberkulosis Paru), Kanker dan lain-lain) pengakuan ibu ari pasien tertular HIV/AIDS dari suaminya. Suaminya sering jajan di luar rumah dan status HIV baru diketahui setalah suaminya masuk rumah sakit dengan kondisi sangat drop. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga (Tanyakan pada klien atau keluarga mengenai penyakit yang pernah diderita anggota keluarga. Jika memungkinkan buatlah genogram atau gambaran garis keturunan beserta penyakit yang pernah diderita terutama untuk penyakit-penyakit yang sifatnya diturunkan atau penyakit menular) tidak ada penyakit menurun di keluarga pasien,namun terdapat penyakit menular HIV/AIDS V. PENGKAJIAN FUNGSIONAL 1. Aktivitas sehari-hari (ADL): a. Pola nutrisi dan cairan Pola nutrisi dan cairan pasien kurang baik b. Pola eliminasi Pasien mengalami diare lebih dari 1 bulan



c. Pola aktifitas dan latihan Baik d. Pola istirahat tidur Pola istirahat pasien norma 6-8 jam perhari hanya saja pasien meglami demam e. Pola kebersihan diri (Personal Hygiene) Pasien dibantu keluarga f. Pola seksual dan reproduksi 2. Kondisi Psikologi, Sosial dan Spriritual a. Pola kognitif dan persepsi Pola kognitif dan presepsi pasien normal karena klien tidak mau meminum obat lalu TB dan BB tidak naik kemudian di bawa ke RS b. Pola persepsi diri dan konsep diri Pasien memandang diri sendiri malu dan takut pada diri senidiri c. Pola hubungan dan peran Hubungan dan peran pasien baik,tetap berhubungan dengan keluarga namun merasa malu jika bertemu dengan temn temannya. d. Pola koping da toleransi stress Pasien mengalami trauma akitbat olokan teman-temannya e. Pola nilai dan kepercayaan f. Dampak perawatan di rumah sakit A. Survey keadaan umum 1. Penampilan dan perilaku: a. Tingkat kesadaran secara kualitatif Klien memiliki kesadaran penuh,klien terlihat pucat,lemah, lemas dan sesak b. Gender dan ras Laki laki ras Jawa c. Usia 9 Tahun d. Ekspresi wajah Kondisi anak saat ini pucat e. Jenis tubuh Kecil,berat badan dan tinggi badan tidak naik f. Postur Kecil g. Gaya berjalan Tegap h. Gerakan tubuh Klien dapat beraktivitas dengar normal i. Higiene dan dandanan Kebersihan pasien kurang



j. Afek dan mood Mood dan afek pasien menjadi sedikit kacau akibat sering di olok olok k. Komunikasi Baik tidak ada kecatatan dalam bebicara l. Kekerasan terhadap klien 2. Tanda-tanda Vital - Tekanan darah (TD) : - mmHg - Nadi :x/menit - Suhu :oC - Respiratory Rate (RR) :x/menit



3. Antropometri Tinggi badan Berat badan : LLA LK :-



::-



B. Pemeriksaan fisik sistem tubuh (head to toe) 1. Kulit, rambut dan kuku : kulit anak mengalami dermatitis 2. Kepala dan leher a. Kepala : b. Mata c. Telinga d. Hidung dan sinus e. Mulut - Mulut anak dijumpai bercak putih f. Leher g. Kelenjar Tiroid 3. Mata 4. Dada dan paru 5. Kardiovaskuler dan sistem vaskuler peripheral



6. Payudara 7. Abdomen 8. Muskuloskeletal 9. Genito-urinari 10.Neurologis



Yogyakarta, ............ Ttd (nama perawat)



Format Analis Data No 1.



Hari/Tanggal Sign and Sympton/ Data Problem/ Masalah Sabtu, 16 okt DS : Ketidakefektifan 2021 •Ibu mengatakan bahwa pola nafas anaknya demam lebih dari 1 bulan



Etiology/ Penyebab Hipertermia



DO : Hasil pemeriksaan di dapatkan : •Anak batuk dan sesak napas • Suhu = 38,5̊C • Nadi = 80 x/menit •RR = 34x/menit 2.



Sabtu, 16 okt DS: ibu mengatakan anak 2021 mengalami riwayat diare lebih dari 1 bulan DO: •Mulut anak di jumpai bercak putih •Kulit mengalami



Diare



Ketidakseimbangan elektrolit



dermatitis •HB = 8 mg/dl •Berat bedan dan tinggi badan tidak naik



3. Sabtu, 16 okt DS : 2021 •Ibu mengatakan anak di lahirkan sebelum ibu Isolasi sosial terdeteksi HIV/AIDS •Anak mengatakan malu dengan kondisi saat ini, sering di olok2 teman2nya, dan tidak mau masuk sekolah



Gangguan harga diri



DO : Anak tidak mau minum obat ARV



Prioritas Diagnosa keperawatan: 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d hipertermia 2. Diare b.d resiko ketidakseimbangan elektrolit 3. Isolasi social b.d gangguan harga diri



FORMAT PERENCANAAN KEPERAWATAN No 1.



Hari/ Tanggal 16 oktober 2021



Diagnosa keperawatan



Tujuan (NOC) Ketidakefekt Status ifan pola pernapasan nafas b.d ( 0415) hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1 x 24



Perencanaan Intervensi (NIC) Manajemen jalan nafas (3140) 1. Monitor status pernafasan dan oksigenasi,sebagaiman a mestinya



Rasionalisasi 1. Mengetahui dan memastikan kepatenan jalan nafas 2. Mengumpulkan dan



jam diharapkan pasien: 1. Frekuensi nafas dari 2 ke 5 2. batu dari 1 ke 5



2. Motivasi pasien untuk bernafas pelan,dalam, berputar,dan batuk 3. Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas dalam kepada anak- anak( misal: meniup gelembung, meniup kincir,peluit,harmonik a,balon,meniup layaknya pesta;buat lomba meniup dengan bola ping Pong, meniup bulu)



menganalisa data 3. Menghindari penekanan pada jalan nafas untuk meminimalkan penyempitan jalan nafas 4. Meningkatkan pengetahuan dan menstabilkan pola nafas



4. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif 5. Posisikan untuk meringankan sesak nafas 2.



16 oktober 2021



Diare b.d resiko ketidakseim bangan elektrolit



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan terjadi keseimbangan elektrolit dengan kriteria hasil Noc 1. Keseimb angan elektrolit dan asam basa



Electrolyte Management : 1. Monitor serum electrolit Abnormal. 2. Monitor manifestasi imbalance cairan 3. Pertahankan kepatenan akses IV. 4. Mempertahank an kepatenan kebutuhan. 5. Catat intake



1. Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit. 2. Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan 3. Memberikan dan memantau



2.



3.



4. 5.



klien dapat kembali seimbang . Kadar kalsium serum pasien dapat membaik. Status pernafasa n pertukara n gas klien tidak tergangg u PH urine pasien normal Tanda tanda vital klien dalam rentang normal



dan output secara akurat. 6. Berikan cairan intravena yang berisi elektrolit dengan aliran yang konstan. 7. Konsultasikan dengan dokter tentang medikasi elektroli. 8. Ambil spesimen untuk analisis labor ( AGD,urin,ser um). 9. Monitor hilangnya cairan yang kaya elektrolit. 10. Ajarkan pasien/keluarg a tentang modifikasi diet. 11. Ajarkan klien dan keluarga tentang type penyebab, dan perawatan imbalance Cairan. 12. Konsultasikan dengan dokter tanda dan gejala imbalance cairan. 13. Monitor respon cairan untuk pemberian terapi elektrolit 14. Pantau tanda-



cairan obat dan intravena 4. Meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal. 5. Mengetahui seberapa banyak cairan yang diberikan dan dikeluarkan 6. Meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal 7. Mengidentifikas i Kebutuhan cairan dan elektrolit yang tepat untuk klien. 8. Mengidentifikas i adanya gangguan pada gas darah arteri,urin,dan serum. 9. Menganalisa data pasien terkait pengeluaran elektrolit bersama cairan. 10. Modifikasi diet dapat meningkatkan kemauan pasien



tanda vital klien.



3.



16 oktober 2021



Isolasi social b.d gangguan harga diri



Setelah dilakukan keperawatan selama 1 x 24 jam dengan kriteria hasil : Dukungan sosial 1. Kemamp uan untk menghub ungi orang lain untuk meminta bantuan



MODIFIKASI PERILAKU:KECAK APAN SOSIAL (4362) 1. Bantu pasien untuk mengidentifika si dari keluarga keterampilan social 2. Dukung pasien untuk verbilisasi perasaan berkaitan



untuk mematuhi diet yang dianjurkan 11. Membantu klien atau keluarga dalam perawatan imbalance cairan. 12. Mengidentifikas i tanda dan gejala imbalance cairan 13. Membantu perubahan kadar cairan dan elekrolit klien 14. Mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular, pernafasan,dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi. 1. Agar oasien mempu meningkatkan interaksi sosial terhadap sesama 2. Mengasah kemampuan pasien untuk memulai aktivitas sosial dengan orang lain 3. Menerima dukungan emsi,informasi



(5) 2. Ukungan yang disediaka n orang lain(5) 3. Informasi yang isefiakan orang lain (5) 4. Dukunga n emosi yang diseiakan orsng laiun (5) 5. Jaringan sosial ysng membant u (5) Koneksi jaringan sosial (5)



dengan masalah interpersonal 3. Bantu oasien untuk mengidentifika si kemungkinan Tindakan dan konsekuensi dari hubungan interpersonal/s ocial. 4. Identifikasi keterampilan sosial yang spesifik menggunakan petunjuk diskusi dan contoh yang akan menjadi focus latian Dukung pasien/so untuk mengevaluasi hasil dari interaksi sosial,memberikan reward pada diri sendiri terhadap hasil yang positif dan penyeleseain masalah yang hasilnya masih kurang dari yang diharapkan



dari keluarga dan orang lain



FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI No 1.



2.



Hari / tanggal 16 oktobe r 2021



Diagnosa Implementasi Keperawatan Ketidakefektifan 08.00 pola nafas b.d Memonitor status pernafasan dan hipertermia oksigenasi,sebagaimana mestinya Memotivasi pasien untuk bernafas pelan,dalam, berputar,dan batuk 08.30 Menggunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas dalam kepada anakanak( misal: meniup gelembung, meniup kincir,peluit,harmonika,balon,meniu p layaknya pesta;buat lomba meniup dengan bola ping Pong, meniup bulu) 09.00 Menginstruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif Memposisikan untuk meringankan sesak nafas



16 oktobe r 2021



Diare b.d resiko ketidakseimbanga n elektrolit



-



-



Memonitor serum electrolit abnormal Memonitor manifestasi imbalance cairan Mempertahankan kepatenan akses IV Memberikan cairan sesuai kebutuhan Mencatat intake dan outpout secara akurat Memberikan cairan intravena yang berisi elektrolit dengan aliran yang konstan Mengkonsultasikan dengan dokter tentang medikasi elektrolit Mengambil specimen untuk analisis labor (AGD, urim, serum) Memonitor hilangnya cairan yang kaya elektrolit Mengajarkan pasien/keluarga tentang modifikasi diet



Evaluasi S O Pasien tampak sudah bernafas secara normal A Masalah teraratasi P Hentikan intervensi



S: -



Ibu pasien mengatakan diare sudah berkurang



-



Diare pasien terlihat sudah berkurang Pasien Nampak lebih baik dari sebelumnya



O:



A: -



Masalah keperawatan ketidakseimbangan elektrolit teratasi



-



Lanjutkan intervensi



P:



-



Ajarkan klien dan keluarga tentang tipe, penyebab, dan perawatan imbalance cairan. - Mengkonsultasikan dengan dokter tanda dan gejala imbalance cairan - Memonitor respon cairan untuk pemberian terapi elektrolit Memantau tanda-tanda vital 3.



16 oktobe r 2021



Isolasi sosial



Pukul 08.00 WIB Membantu pasien untuk mengidentifikasi dari keluarga keterampilan social. Pukul 09.00 WIB Mendukukung pasien untuk verbalisasi perasaan berkaitan dengan masalah interpersonal. Pukul 09.30 WIB Membantu pasien untuk mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan konsekuensi dari hubungan interpersonal/sosial. Pukul 11.40 WIB Mengidentifikasi keterampilan sosial yang spesifik menggunakan petunjuk diskusi dan contoh yang akan menjadi fokus latihan. Pukul 12.00 WIB Mendukung pasien untuk mengevaluasi hasil dari interaksi sosial,memberikan reward pada diri sendiri terhadap hasil yang positif dan penyelesaian masalah yang hasilnya masih kurang dari yang diharapkan.



S : Pasien mengatakan bahwa pasien sudah melakukan interaksi dengan orang lain, dengan bercakap cakap. O : Klien tampak sudah bisa berkenalan dengan pasien lain, dengan menanyakan nama dan alamat. A : Pasien belum mampu menjelaskan keuntungan dan kekurangan berinteraksi dengan orang lain. P : Lanjutkan intervensi. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan konsekuensi dari hubungan interpersonal/sosial.



BAB III PENUTUP KESIMPULAN 1. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mayoritas adalah ibu rumah tangga 2. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mayoritas mengetahui statusnya melalui tes atas anjuran petugas dengan sebelumnya mendapat konseling terlebih dahulu 3. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini angka kepatuhan meminum ARV sudah sangat baik 4. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mayoritas mendapatkan infeksi HIV dari pasangannya 5. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini mayoritas memiliki anak yang terinfeksi HIV dan mengkonsumsi ARV 6. Perempuan dengan HIV/AIDS pada penelitian ini belum mengetahui program Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT) saat mereka mengandung dan melahirkan



SARAN Perempuan dengan HIV/AIDS harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat karena mereka membutuhkan dukungan moril yang lebih terutama karena statusnya sebagai korban dari pasangannya. Pemerintah perlu memberi informasi mengenai gambaran postif dari ODHA agar stigma yang ada berkurang sehingga masyarakat menjadi tidak takut untuk melakukan tes HIV dengan begitu pencegahan penularan juga akan terlaksana lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2347/2/BAB%20I.pdf, http://scholar.unand.ac.id/55255/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf, http://eprints.umpo.ac.id/2242/2/BAB%201.pdf , Global Burden



Disease – Human Immunodeficiency Virus – Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS) | Yuliyanasari | Qanun Medika - Medical Journal Faculty of Medicine Muhammadiyah Surabaya (um-surabaya.ac.id) , https://www.google.com/search? q=jurnal+patofisiologi+hiv+aids&oq=jurnal+patofisiologi+hiv&aqs=chrome.1.69i57j0i512j0i22i30.13 105j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 https://amp.kompas.com/health/read/2021/03/28/161100468/19-komplikasi-hiv-aids-yang-perludiwaspadai, https://publikasi.aptirmik.or.id/index.php/snarsjogja/article/view/94/94 , http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2238/3/BAB%20II.pdf