Laprak Kimfar Spektrofotometri (Vit.c) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM “PENENTUAN KADAR VITAMIN C DALAM TABLET VITACIMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI”



DOSEN PEMBIMBING : Drs.Hisran H,ME.,Apt



DISUSUN OLEH : Mita Tria Ningsih



NIM.PO71390190026



Devi Olivia



NIM.PO71390190028



Arum Novia A.



NIM.PO71390190030



Hafiqah Istiqomah



NIM.PO71390190032



TINGKAT : II B



POLTEKKES KEMENKES JAMBI JURUSAN FARMASI 2020/2021



I.



JUDUL



: Penentuan Kadar Vitamin C dalam Tablet Vitacimin Menggunakan Metode Spektrofotometri



II.



TUJUAN



: 1. Mengetahui dan memahami prinsip dasar penentuan kadar dengan metode spektrofotometri. 2. Mampu menetapkan kadar senyawa obat berdasarkan metoda spektrofotometri. 3. Mengetahui dan memahami bahwa suatu senyawa obat, dapat ditetapkan kadarnya lebih dari satu metoda.



III. DASAR TEORI Vitamin C atau asam askorbat, merupakan vitamin yang dapat ditemukan dalam berbagai buah-buahan dan sayuran. Vitamin C dapat disintesis dari glukosa atau diekstrak dari sumber-sumber alam tertentu seperti jus jeruk. Vitamin pertama kali diisolasi dari air jeruk nipis oleh Gyorgy Szent tahun 1928. Vitamin C bertindak ampuh mengurangi oksigen, nitrogen, dan sulfur yang bersifat radikal. Vitamin C bekerja sinergis dengan tokoferol yang tidak dapat mengikat radikal lipofilik dalam area lipid membrane dan protein. Pengobatan dengan vitamin C dapat memulihkan kadar zat besi dalam tubuh. Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin C diantaranya adalah metode spektrofotometri UV-Vis (panjang gelombang 265 nm) dan metode iodimetri. Metode Spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak digunakan di bidang analisis kimia sedangkan iodimetri merupakan metode yang sederhana dan mudah diterapkan dalam suatu penelitian. • Sifat Fisika dan Kimia



BM : 176,13 Sinonim : Acidum Ascorbicum Asam askorbat 3-okso-L-gulofuranolakton







Definisi Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H8O6.







Pemerian Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 1900 C.







Kelarutan Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzena.







Baku Pembanding Asam askorbat BPFI. Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu (Underwood 1994). Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu : a) Spektrofotometer ultraviolet b) Spektrofotometer sinar tampak c) Spektrofotometer infra merah d) Spektrofotometer serapan atom Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat yang berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron valensi di dalam molekul tersebut (Keenan 1992). Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi rendah. Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Hadi 2009) Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah spektrofotometer UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi



senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur. Pengukuran absorbansi untuk tujuan analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Visibel harus memenuhi hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert Beer berlaku dengan baik bila larutannya tidak terlalu encer ataupun pekat. Selain absorbansi (A), dapat juga dibaca transmitan (%T). %T ini menunjukkan jumlah sinar REM yang diteruskan (ditransmisikan) oleh senyawa yang diukur. Nilai dari %T merupakan kebalikan dari absorbansi atau sinar yang diserap (A = -log %T). Kadar dapat dihitung berdasarkan persamaan :



A1 x C1 = A2 x C2 (dengan A adalah nilai absorbansi dari sampel atau standar, dan C adalah konsentrasi dari sampel atau standar). Kadar yang diperoleh dari perhitungan ini baru menunjukkan kadar yang terukur, belum menunjukkan kadar sampel yang sebenarnya. Untuk memperoleh kadar sampel sebenarnya, hasil perhitungan tersebut kemudian dikalikan dengan besarnya pengenceran yang dilakukan saat pembuatan larutan yang akan diukur serapannya. Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit : 1) Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna. 2) Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik. 3) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan). IV. ALAT & BAHAN a) Alat : • Mortir & Stamper • Spatula • Beaker Glass • Labu takar • Gelas ukur • Pipet tetes • Pipet volum • Corong • Batang pengaduk



b) Bahan : - Tablet Vitacimin - Aquadest - Asam Ascorbat murni



• Borol semprot • Spektrofotometer UV-Vis • Kuvet spektro V.



PROSEDUR 1) Pembuatan Kurva Standar



2) Penentuan Kadar Vitamin C



VI. PERHITUNGAN KEBUTUHAN Konsentrasi larutan induk : 186,2 mg = 744,8 ppm 0,25 L



VII. HASIL PRAKTIKUM • Tabel data kalibrasi standar ʎmax = 271 nm Konsentrasi (ppm)



Absorbansi



0



0



4



0,22



8



0,46



12



0,48



16



0,66



Sampel



0,69



• Kurva kalibrasi standar Koefisien korelasi R = 0,992 Nilai F = 178,74 Nilai F tabel = 6,60 Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 0,038x – 0,031 Maka diperoleh kurva sebagai berikut :



• Penentuan kadar vitamin C dalam sampel (Vitacimin) Pembuatan larutan sampel : Berat Sampel : 2000 mg Labu takar : 250 ml Konsentrasi sampel : 2000 mg = 8000 ppm 0,250 L Dilakukan pengenceran : 1. Pengenceran I 50 x (2 ml larutan yang dipipet dari larutan sampel induk diencerkan dalam 100 ml larutan) 2. Pengenceran II 4 x (25 ml larutan yang dipipet dari larutan pengenceran I diencerkan kembali dalam 100 ml larutan) • Perhitungan kadar vitamin C dalam sampel (Vitacimin) Absorbansi sampel = 0,59 y = 0,0379x – 0,0312 0,59 = 0,0379x – 0,0312 0,0379x = 0,5372 x = 14,17 ppm (kadar vit.C dalam vitacimin) Konsentrasi vitamin C dalam sampel sebenarnya : = pengenceran x konsentrasi = 200 x 14,17 ppm = 2834 ppm



Konsentrasi sampel = 8000 ppm Kadar Vitamin C dalam sampel : =



konsentrasi vitamin C dalam sampel konsentrasi sampel



=



2834 ppm 8000 ppm



x 100 %



x 100 %



= 35,43 % VIII. PEMBAHASAN Vitamin C atau asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak dikonsumsi sebagai antioksidan. Asam askorbat dalam sediaan farmasi dapat ditentukan dengan metode titrasi iodometri atau spektrofotometri untraviolet pada panjang gelombang 265nm. Pada praktikum ini akan dilakukan penentuan kadar vitamin c sediaan farmasi dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum (ditentukan terlebih dahulu). Digunakan larutan asam askorbat standar untuk membuat kurva kalibrasi. Sampel berupa bahan farmasi vitamin C dengan merek dagang “vitacimin”, merupakan tablet vitamin c yang berwarna kuning. Sampel obat di larutkan dalam air sebagai larutan induk, asam askorbat dan bahan pengisi pada tablet vitacimin akan larut sempurna dalam 250mL air, vitamin c atau asam askorbat tersebut kemudian dapat ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer UV. Spektrofotometer UV merupakan instrument yang menggunakan sumber cahaya, sumber cahaya dapat berupa cahaya tampak ataupun ultraviolet, cahaya akan ditembakkan pada sampel (kuvet) dan banyaknya cahaya yang diserap sampel dapat terukut pada detektor. Pada praktikum digunakan cahaya ultraviolet. Banyaknya cahaya yang diserap sampel pada panjang gelombang tertentu linear dengan kadarnya, isi sesuai dengan hukum lambert beer. Menurut International Journal of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS Vol: 11 No: 02 hal.110 bahwa penentuan kadar vitamin c menggunakan metode spektrofotometri sangat sensitive dengan deviasi relatif sebesar 0,81%. Asam askorbat/vitamin C bersifat tidak stabil terhadap suhu, oksigen, pH dan juga keberadaan ion logam seperti Fe2+, Cu2+ atau Ca2+ sehingga perlakuan sampel seharusnya sangat memperhatikan stabilitas asam askorbat tersebut agar tidak terjadi degradasi asam askorbat menjadi senyawa asam dehidroskorbat (Selimović, Amra dkk : 2011) Untuk menjaga stabilitas asam askorbat, seharusnya perlu penambahan larutan buffer pH 5,4 pada sampel. Karena pada pH tersebut, stabilitias vitamin C pada suhu kamar selama 30 menit. pH asam juga akan mencegah terjadinya reaksi oksidasi yang juga dapat mengurangi kadar vitamin c yang terukur. Selain itu suhu pengukuran asam askorbat dijaga pada suhu kamar, seharusnya tempat sampel ditempatkan di atas es (dijaketi es) untuk mengurangi suhu yang dapat menyebabkan degradasi asam askorbat.



Pada pengukuran sampel vitacimin ini, tidak diperhatikan faktor stabilitas asam askorbatnya, sehingga kadar yang terukur menjadi lebih kecil dari kadar sesungguhnya. Standar asam askorbat diukur pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya, panjang gelombang maksimum asam askorbat standar pada 271nm. Pada panjang gelombang tersebut dilakukan pengukuran absorbansi terhadap larutan sampel vitacimin. Dari pengukuran standar diperoleh kurva kalibrasi dengan persamaan regresi y = 0,0379x – 0,0312 dan absorbansi sampel vitacimin sebesar 0,596 sehingga kadar asam askorbat sampel vitacimin sebesar 14,17 ppm. Kadar terukur tersebut dikalikan dengan faktor pengenceran (200x) sehingga kadar sesungguhnya adalah 2834 ppm yang diperoleh dari larutan vitacimin 8000 ppm. Jadi, kadar asam askorbat vitacimin dalam persen sebesar 35,43%. IX. KESIMPULAN • Vitamin C atau asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak dikonsumsi sebagai antioksidan. Sampel yang digunakan dalam praktikum adalah tablet vitacimin. • Spektrofotometer UV merupakan instrument yang menggunakan sumber cahaya, sumber cahaya dapat berupa cahaya tampak ataupun ultraviolet, cahaya akan ditembakkan pada sampel (kuvet) dan banyaknya cahaya yang diserap sampel dapat terukut pada detektor. Pada praktikum digunakan cahaya ultraviolet.



• Kadar asam askorbat tablet “vitacimin” sebesar 35,43% yang di ukur pada panjang gelombang maksimum asam askorbat 271nm.