Lapsus PEB [PDF]

  • Author / Uploaded
  • onhai
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bagian Obstetri dan Ginekologi



Laporan Kasus



Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman



Preeklampsia Berat dengan Solusio Plasenta



Disusun Oleh: Dhita Cindyati 1610029049



Pembimbing: dr. Gusti Hesty Nuraini, Sp. OG



Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2019



1



Laporan Kasus



Preeklampsia Berat dengan Solusio Plasenta



Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Obstetri Ginekologi Dhita Cindyati



Menyetujui,



dr. Gusti Hesty Nuraini, Sp. OG



PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA Februari 2019



2



KATA PENGANTAR



Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kasus tentang “Preeklampsia Berat dengan Solusio Plasenta”. Laporan ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Obstertri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Gusti Hesty Nuraini, Sp.OG selaku Dosen Pembimbing Klinik yang telah memberikan bimbingan kepada penyusun dalam penyelesaian Laporan Kasus ini. Penyusun menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam laporan ini, sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan. Akhir kata, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri dan para pembaca.



Samarinda, Februari 2019



Penyusun



3



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ........................................................................................... 1 HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. 2 KATA PENGANTAR ........................................................................................ 3 DAFTAR ISI ....................................................................................................... 4 BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 5 1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 5 1.2. Tujuan ........................................................................................................... 6 1.3. Manfaat ......................................................................................................... 6 BAB 2 LAPORAN KASUS ............................................................................... 7 BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 18 3.1. Preeklampsia .................................................................................................. 19 3.1.1 Definisi ................................................................................................. 19 3.1.2 Epidemiologi ........................................................................................ 19 3.1.3 Etiologi & Patogenesis ......................................................................... 19 3.1.4 Patofisiologi .......................................................................................... 21 3.1.5 Faktor Risiko ....................................................................................... 24 3.1.6 Manifestasi Klinis ................................................................................. 25 3.1.7 Penegakan Diagnosis ............................................................................ 25 3.1.8 Penatalaksanaan .................................................................................... 26 3.1.9 Komplikasi............................................................................................ 31 3.1.10 Prognosis ............................................................................................ 32 3.2 Solusio Plasenta .............................................................................................. 32 BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................... 37 BAB 5 PENUTUP ............................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 43



4



BAB I PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Sekitar delapan juta perempuan per tahun mengalami komplikasi kehamilan dan lebih dari setengah juta diantaranya meninggal dunia, dimana 99% terjadi di Negara berkembang. Angka kematian akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di negara maju yaitu 1 dari 5000 perempuan, dimana angka ini jauh lebih rendah dibandingkan di negara berkembang, yaitu 1 dari 11 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di negara Asia Tenggara (POGI, 2016). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Kemenkes RI (2014), hipertensi menduduki peringkat kedua penyebab kematian ibu terbanyak setelah perdarahan, lalu disusul dengan infeksi, abortus, dan partus lama. Hipertensi dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Salah satunya adalah preeklampsia, yaitu hipertensi yang timbul setelah kehamilan usia 20 minggu dan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2010). WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju. Prevalensi preeklampsia di negara maju adalah 1,3%-6%, sedangkan di negara berkembang adalah 1,8%18%. Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273 per tahun atau sekitar 5,3% (POGI, 2016). Preeklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena preeklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di berbagai organ, seperti risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi lainnya. Dampak jangka panjang juga dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia, seperti berat badan lahir rendah akibat persalinan prematur atau mengalami pertumbuhan janin terhambat, serta turut



5



menyumbangkan besarnya angka morbiditas dan mortalitas perinatal (POGI, 2016). Salah satu penyulit yang dapat terjadi adalah solusio plasenta. Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal. Kondisi solusio plasenta meningkat kemungkinan kejadiannya sekitar empat kali pada ibu dengan preeklampsia. Solusio plasenta dapat menyebabkan perdarahan dan hipoksia pada janin (Prawirohardjo, 2010). Oleh karena itu, pentingnya diagnosis dini dan penatalaksanaan preeklampsia yang cepat dan tepat perlu dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat laporan kasus mengenai preeklampsia berat dengan solusio plasenta.



1.2.



Tujuan



1.2.1



Tujuan Umum Mengetahui tentang preeklampsia berat dengan solusio plasenta, dan perbandingan antara teori dengan kasus nyata preeklampsia berat dengan solusio plasenta.



1.2.2 Tujuan Khusus 1.) Mengetahui teori tentang preeklampsia berat. 2.) Mengetahui teori tentang solusio plasenta. 3.) Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata preeklampsia berat dengan solusio plasenta yang terjadi di Ruang Mawar VK RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda, serta mengkaji ketepatan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan dalam kasus ini.



1.3



Manfaat



1.3.1



Manfaat Ilmiah Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang preeklampsia berat dengan solusio plasenta.



1.3.2. Manfaat bagi Pembaca Laporan ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai preeklampsia berat dengan solusio plasenta.



6



BAB II LAPORAN KASUS



Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 8 Februari 2019 pukul 09.05 WITA di Ruang VK Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.



ANAMNESIS Identitas Pasien Nama



: Ny. SA



Jenis Kelamin : Perempuan Usia



: 38 tahun



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan



: Pedagang



Suku



: Banjar



Alamat



: Jalan Al Hasnie No.17, Bantuas



MRS



: 8 Februari 2019 pukul 09.05 WITA



Identitas Suami Nama



: Tn. SH



Jenis Kelamin : Laki-Laki Usia



: 40 tahun



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMP



Pekerjaan



: Mekanik



Suku



: Banjar



Alamat



: Jalan Al Hasnie No.17, Bantuas



Keluhan Utama Perdarahan dari jalan lahir.



7



Riwayat Penyakit Sekarang Pasien rujukan dari Puskesmas Palaran, datang dengan keluhan adanya perdarahan dari jalan lahir sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Banyaknya darah yang keluar adalah sebanyak 1x ganti pembalut. Darah yang keluar berwarna merah gelap. Keluhan tersebut disertai dengan rasa nyeri pada seluruh bagian perut. Pasien juga merasakan perut kencang-kencang sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit. Tidak ada keluhan keluar air-air dari jalan lahir sebelumnya. Gerak janin terakhir kali dirasakan pasien saat berada di IGD RS AWS. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah nyeri kepala sejak 1 hari lalu. Selain itu terdapat mual dan muntah >3x sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Terdapat juga keluhan sesak napas. Tidak terdapat keluhan pandangan kabur, demam, kejang, maupun penurunan kesadaran. Tidak terdapat gangguan buang air kecil dan buang air besar.



Riwayat Penyakit Dahulu 



Riwayat hipertensi (+) pada kehamilan sebelumnya







Riwayat diabetes mellitus (-)







Riwayat asma (+)







Riwayat alergi (+) debu



Riwayat Kebiasaan Merokok (-), konsumsi alkohol (-), konsumsi obat-obatan diluar resep dokter (-)



Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit hipertensi (-), diabetes mellitus (-), dan alergi (-). Bapak pasien memiliki riwayat asma.



Riwayat Menstruasi  Menarche



: 12 tahun



 Siklus haid



: 28-30 hari / tidak teratur



 Lama haid



: 5-7 hari



 Jumlah darah haid



: 3 kali ganti pembalut



8



 Hari pertama haid terakhir



: 30 Mei 2018



 Taksiran persalinan



: 6 Maret 2019



Riwayat Pernikahan Menikah 1 kali sejak usia 30 tahun. Lama usia pernikahan adalah 8 tahun.



Riwayat Kontrasepsi Suntik 3 bulan selama 1 tahun, merupakan kontrasepsi yang digunakan sebelum kehamilan ini. Riwayat kontrasepsi lainnya adalah suntik 1 bulan selama 1 bulan dan pil kombinasi selama 1 bulan.



Riwayat Antenatal Care Pasien tidak teratur ANC. Pasien hanya 2x memeriksakan kehamilan, yaitu pada saat trimester awal untuk memastikan kehamilan dan saat muncul keluhan perdarahan dari jalan lahir.



Riwayat Obstetrik



No.



Tahun partus



Tempat Partus



Umur kehamilan



1.



2011



RS



9 bulan



2.



2013



Klinik



9 bulan



3.



2016



Puskes mas



9 bulan



Jenis Persalina n Spontan pervagina m Spontan pervagina m Spontan pervagina m



Penolong Persalinan



Penyulit



Jenis Kelamin / Berat Badan



Dokter



-



P/3500g



Hidup



Bidan



-



L/3800g



Hidup



Dokter



Tekanan darah tinggi saat hamil



P/3200g



Hidup



Pemeriksaan Fisik Keadaan umum



: Sakit sedang



Kesadaran



: Komposmentis (GCS E4V5M6)



9



Keadaa n anak Sekaran g



Tanda vital



:



 Tekanan darah



: 190/100 mmHg



 Frekuensi nadi



: 96 kali/menit, kuat angkat, regular



 Frekuensi nafas : 25 kali/menit, regular  Suhu



: 36,3ºC per axillar



 SpO2



: 98%



Antropometri



: Berat badan (BB) : 65 kg, Tinggi badan (TB) : 149 cm IMT : 29



Status Generalisata  Kepala



: normocephali



 Mata



: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).



 Telinga



: tidak ditemukan kelainan



 Hidung



: tidak ditemukan kelainan



 Tenggorokan



: tidak ditemukan kelainan



 Leher



: pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)



 Thoraks



:



 Jantung



: S1S2 reguler tunggal, murmur (-), gallop (-)



 Paru-paru



: suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)



 Abdomen



:



 Inspeksi



: cembung dan membesar dengan arah memanjang



 Auskultasi



: bising usus (+) normal



 Ekstremitas



:



 Superior



: edema (-/-), akral hangat



 Inferior



: edema (+/+), akral hangat, varises (-/-)



Status Obstetrik dan Ginekologi  Inspeksi



: perut membesar tidak sesuai usia kehamilan, linea nigra (+), striae (-), luka bekas operasi (-)







Palpasi



:



 Leopold I



: tinggi fundus uteri 33 cm, teraba bagian lunak



janin (bokong)  Leopold II



: punggung janin di kiri ibu



10



 Leopold III



: teraba bagian keras janin (kepala), sudah masuk



pintu atas panggul  Leopold IV



: 3/5



 His



: 2 kali dalam 10 menit : 15-20 detik







Auskultasi



: Denyut jantung janin : 130 kali / menit







Vaginal toucher



: vulva vagina tidak terdapat kelainan, portio tebal



kaku, selaput ketuban (+), pembukaan 1 cm, bagian terbawah kepala, penurunan Hodge II, kesan panggul normal, pelepasan terdapat adanya darah. 



TBJ



: 3.410 gram



Diagnosis Kerja Sementara G4P3003A000 gravid 36-37 minggu, inpartu kala I fase laten, preeklampsia berat, perdarahan antepartum, janin tunggal intrauterine hidup, presentasi kepala



Pemeriksaan Penunjang (8/2/2019) Jenis Pemeriksaan



Hasil Lab



Nilai Normal



Darah Lengkap Hemoglobin



11,2



11,0-16,00 g/dl



Hematokrit



32,7



37-54%



BT



3’



1-6’



CT



10’



1-15’



Leukosit



24.510



4.800-10.800 sel/mm3



Trombosit



297.000



150.000-450.000 sel/mm3



Kimia Darah GDS



122



70-140 mg/dl



Ureum



20,0



17-43 mg/dl



Creatinin



0,6



0,6-1,1 mg/dl



11



SGOT



13



30.







Tekanan darah diastolik >80 mmHg atau sistolik >130 mmHg.







Proteinuria (dipstik >+1 pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau secara kuantitatif 300 mg/24 jam).







Merokok (POGI, 2016).



3.1.6 Manifestasi Klinis Berikut adalah tanda dan gejala yang dapat terjadi pada preeklampsia (Saifuddin, 2014). 



Hipertensi pada kehamilan >20 minggu.







Proteinuria.







Hiperrefleksia.







Oliguria.







Nyeri kepala yang tidak hilang dengan analgetika biasa.







Penglihatan kabur.







Nyeri abdomen atas (epigastrium).







Sesak napas.



3.1.7 Penegakan Diagnosis Preeklampsia merupakan hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan diatas usia 20 minggu disertai adanya gangguan organ. Kebanyakan kasus disertai



25



adanya proteinuria, namun jika tidak didapatkan adanya proteinuria, salah satu gejala dan gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia. Hipertensi yang dimaksud adalah tekanan darah sekurangkurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama. Proteinuria yang dimaksud adalah protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik >positif 1. Pada preeklampsia dapat terjadi pemberatan. Jika didapatkan salah satu kondisi dibawah ini, maka dapat disebut preeklampsia berat: 1.) Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama. 2.) Trombositopenia (1,1 mg/dl atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya). 4.) Gangguan liver (peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik atau regio kanan atas abdomen). 5.) Edema paru. 6.) Gejala neurologis (stroke, nyeri kepala, gangguan visus). 7.) Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta (oligohidramnion, fetal growth restriction) (POGI, 2016). Rendahnya hubungan antara kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia menyebabkan kondisi protein urin masif (lebih dari 5 g) telah dieliminasi dari kriteria preeklampsia berat. Kriteria terbaru tidak lagi mengkategorikan preeklampsia ringan karena setiap preeklampsia merupakan kondisi berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam waktu singkat (POGI, 2016). 3.1.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan



pada



preeklampsia



menurut



POGI



(2016)



dan



Prawirohardjo (2010) terdiri dari manajemen ekspektatif dan aktif. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada preeklampsia tanpa gejala berat dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan evaluasi yang lebih ketat pada maternal



26



dan janin. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh pasien, evaluasi tekanan darah tiap 2 minggu, evaluasi jumlah trombosit dan fungsi hepar setiap minggu, evaluasi USG dan kesejahteraan janin tiap 2 minggu, dan penggunaan doppler velocimetry jika terdapat hambatan pertumbuhan janin.



27



28



Tatalaksana Umum 



Pencegahan dan tatalaksana kejang 1) Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi (cairan intravena). 2) MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang). 3) Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai. 4) Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU (bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.



29



5) Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paruparu, payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai ialah furosemida. Pemberian diuretikum dapat merugikan, yaitu memperberat



hipovolemia,



memperburuk



perfusi



uteroplasenta,



meningkatkan hemokonsentrasi, memnimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan berat janin. 6) Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yaitu penurunan awal 25% dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai < 160/105 atau MAP < 125. Jenis antihipertensi yang diberikan sangat bervariasi. Obat antihipertensi yang harus dihindari secara mutlak yakni pemberian antihipertensi golongsn ARB, ACE inhibitor, dan klortiazid. a. Antihipertensi lini pertama -



Nifedipin. Dosis 10-20 mg/oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam



b. Antihipertensi lini kedua



30



-



Sodium nitroprussida : 0,25µg iv/kg/menit, infuse ditingkatkan 0,25µg iv/kg/5 menit.



-



Diazokside : 30-60 mg iv/5 menit; atau iv infuse 10 mg/menit/dititrasi.



Obat antihipertensi lain yang dapat digunakan, yaitu :



Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2x 24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP.



3.1.9 Komplikasi Penyulit yang dapat terjadi pada ibu antara lain gangguan sistem saraf (perdarahan intrakranial, ensefalopati hipertensi, edema serebri, dsb.), gangguan sistem gastrointestinal-hepatik (ruptur kapsul hepar, dll.), gangguan ginjal (gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut), gangguan hematologik (DIC, trombositopenia), gangguan kardiopulmonar, dll. Penyulit yang dapat terjadi pada janin adalah intrauterine fetal growth restriction, solusio plasenta, prematuritas, sindroma distres napas, kematian janin intrauterin, kematian neonatal perdarahan intraventrikular,



necrotizing



enterocolitis,



sepsis,



dan



cerebral



palsy



(Prawirohardjo, 2010). Preeklampsia berhubungan dengan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular di masa mendatang. Wanita dengan riwayat preeklampsia memiliki risiko penyakit kardiovaskular, 4 kali peningkatan risiko hipertensi, dan 2 kali risiko penyakit jantung iskemik, stroke, dan Deep Venous Thrombosis (DVT) (POGI, 2016).



31



3.1.10 Prognosis Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir, perubahan patofisiologik akan mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah pesalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian (Prawirohardjo, 2010).



3.2 Solusio Plasenta 3.2.1 Definisi Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya, yaitu sebelum anak lahir (Prawirohardjo, 2010).



3.2.2 Epidemiologi Insiden solusio plasenta 1 dalam 155 sampai 1 dalam 225 persalinan (1000 ml. Biasanya penderita tampak syok dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai dengan oliguria telah ada (Prawirohardjo, 2010).



33



3.2.5 Patofisiologi Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah desidua (Prawirohardjo, 2010). Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vaskular vili dapat berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput ketuban dan miometrium dan selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina (revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus (concealed hemorrhage) (Prawirohardjo, 2010).



3.2.6 Manifestasi Klinis Berikut adalah tanda dan gejala solusio plasenta (Syaifuddin et al, 2014). 



Perdarahan dengan nyeri intermitten atau menetap.



34







Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin terdapat bekuan jika solusio relatif baru.







Jika ostium terbuka, terjadi perdarahan berwarna merah segar.







Uterus tegang dan nyeri.







Anemia berat.







Tanda-tanda syok yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar (tipe tersembunyi).







Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin.







Melemahnya atau hilangnya gerak janin.



3.2.7 Penegakan Diagnosis Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinik yaitu perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, dan pada solusio plasenta yang berat terdapat kelainan denyut jantung janin pada pemeriksaan dengan KTG. Namun kadang pasien datang dengan gejala perdarahan tidak banyak dengan perut tegangan tetapi janin telah meninggal. Diagnosis pasti hanya bisa ditegakkan dengan melihat adanya perdarahan retroplasenta setelah partus (Prawirohardjo, 2010).



3.2.8 Penatalaksanaan Menurut Prawirohardjo (2010), berikut adalah penatalaksanaan solusio plasenta. 



Penatalaksanaan umum  Rawat inap di rumah sakit.  Dilakukan pemeriksaan darah lengkap.  Observasi secara ketat tanda-tanda gawat janin.  Resusitasi cairan dan pemberian transfusi darah, diikuti persalinan segera pada perdarahan yang cukup banyak.







Jika janin masih hidup dan cukup bulan, serta belum ada tanda-tanda inpartu, maka umumnya dipilih persalinan bedah sesar darurat.







Jika perdarahan ringan atau sedang, maka tindakan bergantung pada DJJ. Jika djj normal, maka dapat dilakukan induksi oksitosin jika kontraksi jelek atau seksio sesarea jika serviks kenyal dan tertutup. Jika DJJ



35



abnormal, maka dilakukan persalinan sesegera mungkin (Saifuddin et al, 2014).



3.2.9 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu antara lain anemia, syok hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal akut, dan uterus Couvelaire. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin adalah gawat janin yang dapat berujung pada kematian janin (Prawirohardjo, 2010).



3.2.10 Prognosis Solusio plasenta memiliki prognosis yang buruk bagi ibu hamil dan janin dibandingkan plasenta previa. Prognosis dari solusio plasenta tergantung dari beratnya solusio plasenta dan kecepetan serta ketepatan bantuan medik yang diperoleh. Solusio plasenta ringan prognosisnya lebih baik karena tidak ada kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang mempunyai prognosis yang lebih buruk terutama terhadap janin karena mortalitas dan morbiditas perinatal yang tinggi, morbiditas ibu pun lebih berat. Solusio plasenta berat memiliki prognosis paling buruk karena umumnya pada keadaan demikian janin telah mati dan mortalitas maternal meningkat akibat komplikasi (Prawirohardjo, 2010).



36



BAB IV PEMBAHASAN



Pasien Ny. SA usia 38 tahun datang ke IGD Rumah Sakit A.W. Sjahranie Samarinda 8 Februari 2019 pukul 09.05 WITA dengan keluhan utama perdarahan dari jalan lahir sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis G4P3003A000 gravid 36-37 minggu, inpartu kala I fase laten, preeklampsia berat, perdarahan antepartum, janin tunggal intrauterine hidup, presentasi kepala.



4.1.



Anamnesis



Teori



Kasus



Faktor risiko :



 Perempuan usia 38 tahun







Usia >35 tahun.







Multipara



dengan



 G4P3003A000 riwayat



preeklampsia sebelumnya. Tanda dan gejala : 



 Perdarahan dari jalan lahir 6 jam SMRS  Banyaknya



perdarahan



1x



ganti



pembalut



Hipertensi pada kehamilan >20



 Darah berwarna merah gelap



minggu.



 Nyeri perut bawah







Proteinuria.



 Perut kencang-kencang 10 jam SMRS







Nyeri kepala yang tidak hilang



 Keluar air-air dari jalan lahir (-)



dengan analgetika biasa.



 Gerak janin saat di RS







Nyeri abdomen.



 Nyeri kepala 1 hari SMRS







Sesak napas.



 Mual dan muntah >3x 3 jam SMRS  Sesak napas  Pandangan kabur (-), demam (-),



Faktor risiko solusio plasenta. 



Ketuban



pecah



gangguan BAK dan BAB (-)



preterm/korioamnionitis. 



 Riwayat



Sindroma preeklampsia.



Perdarahan



dengan



intermitten atau menetap.



hipertensi



kehamilan



sebelumnya



Tanda dan gejala solusio plasenta. 



kejang (-), penurunan kesadaran (-),



nyeri



 Riwayat asma dan alergi debu  HPHT 30-5-2018, TP 6-3-2019



37







Warna darah kehitaman dan



 Riwayat kontrasepsi suntik 3 bulan,



cair, tetapi mungkin terdapat bekuan jika solusio relatif baru. 



suntik 1 bulan, dan pil kombinasi  Tidak teratur ANC



Jika ostium terbuka, terjadi perdarahan



berwarna



merah



segar. 



Uterus tegang dan nyeri.







Anemia berat.







Tanda-tanda syok yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar (tipe tersembunyi).







Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin.







Melemahnya atau hilangnya gerak janin.



4.2.



Pemeriksaan Fisik



Teori



Kasus



Preeklampsia berat:



 Komposmentis, GCS 15







Tekanan



darah



sekurang-



kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik.



 Tekanan darah 190/100 mmHg  Frekuensi nadi 96 kali/menit kuat angkat  Frekuensi nafas 25 kali/menit



Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinik yaitu perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, dan pada solusio plasenta yang berat terdapat kelainan



 Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-)  BB 65 kg, TB 149 cm  TFU : 33 cm



38



 TBJ : 3.410 gram



denyut jantung janin.



 Leopold I : bokong Penatalaksanaan tergantung dari usia kehamilan, kondisi Ibu, dan kondisi janin.



 Lepolod II : punggung janin kiri ibu  Leopold III : kepala, sudah masuk PAP  Leopold IV : 3/5  His 2x10’15-20”  DJJ 130x/menit  VT : vulva vagina tidak terdapat kelainan, portio tebal kaku, selaput ketuban (+), pembukaan 1 cm, bagian terbawah kepala, penurunan Hodge II, kesan panggul normal, pelepasan terdapat adanya darah



4.3.



Pemeriksaan penunjang



Teori



Kasus



Preeklampsia berat:



Darah Lengkap :







Trombositopenia (1,1 mg/dl). 



Htc 32,7%



Gangguan



Trombosit 297.000/mm3







konsentrasi







liver



(peningkatan  transaminase 2 kali 



Hb 11,2 g/dl



Leukosit 24.510/mm3



GDS 122



normal dan atau adanya nyeri di







Ureum 20,0



daerah epigastrik atau regio kanan







Creatinin 0,6



atas abdomen).







SGOT 13







SGPT 10



Urinalisis :







Ketone +1



39



4.4.







Darah +4







Protein +2







Bakteri +1



Penatalaksanaan Teori



Kasus ekspektatif Saat awal masuk :



Manajemen



preeklampsia  tanpa gejala berat dengan usia kehamilan   kurang dari 37 minggu.   Penatalaksanaan preeklampsia :   MgSO4 sesuai protap direkomendasikan



pada



Drip MgSO4 sesuai protap Sp. Perdipine 1 mg/jam/kgBB Nifedipine 3x10 mg Clonidine 2x0,15 mg Pemasangan kateter urine Terminasi kehamilan dengan operasi SC



 Obat antihipertensi : Nifedipin.



Dosis



10-20



mg/oral, Post Op :



diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam Metildopa 2x250-500 mg/oral (dosis max 2000 mg/hari) Klonidin 1 amp dalam 100 cc NaCl



     



0,9% atau aquadest 



Manajemen



ekspektatif/konservatif



atau aktif



 



Ceftriaxone 2x1 gr IV Metronidazole 2x500 mg IV Metoclopramide 3x1 amp IV Oxytocin 3x1 amp IV IVFD D5%:RL=2:3 ditambah tramadol 1 amp 30 tpm IVFD RL ditambah MgSO4 sesuai protap Perdipine 1 meq kec.18cc/jam Nifedipine 3x10 mg



Obat pulang :



Penatalaksanaan solusio plasenta. 



Penatalaksanaan umum  Rawat inap di rumah sakit.  Pemeriksaan



darah



   



Cefadroxyl 3x500 mg Asam mefenamat 3x500 mg Tablet tambah darah 1x1 tab Nifedipine 3x10 mg



lengkap.  Observasi



secara



ketat



tanda-tanda gawat janin.  Resusitasi



cairan



dan



pemberian transfusi darah,



40



diikuti persalinan segera pada



perdarahan



yang



cukup banyak. 



Jika janin masih hidup dan cukup bulan, serta belum ada tandatanda inpartu, maka umumnya dipilih persalinan bedah sesar darurat.







Jika



perdarahan



ringan



atau



sedang, maka tindakan bergantung pada DJJ. Jika djj normal, maka dapat dilakukan induksi oksitosin jika kontraksi jelek atau seksio sesarea jika serviks kenyal dan tertutup. Jika DJJ abnormal, maka dilakukan



persalinan



sesegera



mungkin.



41



BAB V PENUTUP



5.1. Kesimpulan Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien Ny. SA yang berusia 38 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perdarahan dari jalan lahir sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka didapatkan diagnosis diagnosis G4P3003A000 gravid 36-37 minggu, inpartu kala I fase laten, preeklampsia berat, perdarahan antepartum, janin tunggal intrauterine hidup, presentasi kepala. Pada pasien ini dilakukan terminasi kehamilan dengan operasi sectio caesaria. Diagnosis akhir pada pasien ini adalah P4004A000 post SCTP, preeklampsia berat,



solusio



plasenta.



Secara



umum



penegakan



diagnosis



maupun



penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat dan sesuai dengan teori.



42



DAFTAR PUSTAKA



Cunningham, G. (2013). Obstetri Williams Volume 2. Jakarta: EGC. Djanah, S. N., & Sukma, I. A. (2010). Gambaran Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia Di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 20072009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan , 13 (4), 378. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi Kesehatan Ibu. Infodatin . Osungbade, & Ige. (2011). Public Health Perspectives of Preeclampsia in Developing Countries: Implication for Health System Strengthening. Journal of Pregnanct . Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklamsia. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, e. a. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.



43