Latar Belakang Terjadinya Kelangkaan Daging Sapi Di Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daging sapi adalah salah satu dari sekian banyak komoditas pangan yang sering dijadikan sebagai bahan kajian penentuan harga makanan di Indonesia. Sebagian besar masakan Indonesia ternama yang umum dijumpai, seperti Sup Konro, Rendang, Iga Goreng Penyet, dan lain sebagainya menggunakan daging sapi sebagai bahan utama masakan. Bagian-bagian yang bisa diolah pun bermacam-macam, mulai dari daging, iga, lidah, hati, jeroan, hingga ekor sapi juga dimanfaatkan sebagai bahan utama masakan. Konsumsi daging sapi nasional terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat. Menurut data Asosiasi Pengusaha Protein Hewan Indonesia (APPHI), konsumsi daging sapi selama tahun 2014 mencapai 2,1 kg/kapita/tahun, dan di tahun 2015 meningkat menjadi 2,3 kg/kapita/tahun. Kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi melalui tiga sumber, yaitu sapi lokal, sapi impor, dan daging impor. Seiring dengan program swasembada daging sapi yang telah berjalan sejak tahun 2005, pemenuhan dari impor, baik sapi potong maupun daging secara berkala diturunkan jumlahnya. Selain itu, adanya kebijakan kuota impor daging sapi Australia oleh Kementerian Pertanian hampir dipastikan mengganggu keseimbangan antara kebutuhan masyarakat akan daging sapi dengan pasokan daging sapi di dalam negeri. Efek terganggunya keseimbangan pasar ini mendorong terjadinya kelangkaan di sejumlah wilayah di tanah air, khusunya di pulau Jawa, seperti Jabodetabek, Bandung, Tasikmalaya, Semarang, Pacitan, Surabaya, dan beberapa daerah lainnya. Kelangkaan ini juga diperparah dengan aksi para importir dan kartel yang diduga melakukan penimbunan dengan tujuan untuk melipatgandakan keutungan pada saat hari raya dan hari menjelang Natal dan Tahun Baru.



Kelangkaan ini juga memicu terjadinya kenaikan harga daging sapi di pasar dalam negeri. Harga daging sapi yang biasanya berada di kisaran 85 ribu-100 ribu rupiah/kg, kini berada di kisaran harga 110 hingga 150 ribu rupiah/kg. Hal ini tentu saja sangat merugikan di dua sisi, yakni penjual dan juga pembeli. Penjual mengalami kekurangan omset keuntungan yang cukup signifikan, sedangkan pembeli terpaksa menambah jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, penelitian ini diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu harga sebuah komoditas ekonomi, khususnya di sektor pangan, seperti daging sapi di pasar serta menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi kelangkaan yang terjadi di pasar dalam beberapa minggu terakhir.



B. Rumusan Permasalahan Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah ke dalam lima poin dibawah ini: 1. Faktor-faktor apa saja yang menentukan naik-turunnya harga daging sapi di pasar? 2. Bagaimana keterkaitan hubungan antara kelangkaan stok daging sapi dengan naikturunnya harga daging sapi di pasar?



C. Tujuan Penelitian Dari rumusan permasalahan diatas, maka penulis dapat: 1. Mengetahui dan menjelaskan berbagai macam faktor, baik secara teknis maupun mekanis yang mempengaruhi naik-turunnya harga daging sapi di pasar. 2. Mengetahu dan menjelaskan keterkaitan antara terjadinya kelangkaan stok daging sapi dengan naik-turunnya harga daging sapi di pasar.



C. Kerangka Teori Teori yang digunakan dalam penelitian kelangkaan ini berdasarkan teori Kebutuhan manusia, Kelangkaan, & Masalah Pokok Ekonomi, serta teori Permintaan & Penawaran harga serta Keseimbangan Pasar. Kebutuhan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi manusia agar dapat



mempertahankan kelangsungan hidup. Kebutuhan manusia bersifat tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan bersifat terbatas. Kebutuhan manusia akan pangan, seperti daging sapi termasuk kedalam kebutuhan Primer, dimana menjadi kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi. Jika alat pemuas kebutuhan terbatas, sementara permintaan akan komoditas tersebut tidak terbatas, maka kondisi tersebut menimbulkan kelangkaan. Kelangkaan merupakan kondisi ekonomi dimana kebutuhan manusia yang tidak terbatas, namun alat pemenuhan kebutuhan tidak terbatas. Kebutuhan daging sapi nasional sangatlah dipengaruhi oleh stok pasokan daging sapi dari produsen, yakni peternak ke p kemudian ke penjual, baik pedagang pasar tradisional maupun pasar swalayan, hingga ke tangan konsumen. Jika pasokan daging sapi dari produsen ke distributor mengalami penurunan, maka akan terjadi kelangkaan di pasar, begitu juga sebaliknya. Terjadinya kelangkaan daging sapi di pasar memunculkan banyak hubungan dengan penentuan harga di pasar. Dari sisi penjual, kelangkaan daging sapi mengakibatkan harga daging sapi per kilogram mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Hal ini tentu saja memaksa penjual untuk memasang harga baru yang lebih tinggi kepada pembeli. Sesuai dengan hukum penawaran, bahwa apabila harga suatu barang naik, maka jumlah barang dan jasa yang ditawarkan mengalami kenaikan pula. Di sisi konsumen, terjadinya kelangkaan daging sapi mengakibatkan pembeli harus menyediakan uang yang lebih banyak, yang tentu saja akan menurunkan daya beli masyarakat. Sesuai dengan hukum permintaan, bahwa apabila harga suatu barang naik, maka jumlah barang dan jasa yang diminta akan mengalami penurunan.



D. Metodologi Penelitian Penulisan makalah ini menggunakan metode kualitatif (qualitative research), yakni metode pengumpulan data berdasarkan studi kepustakaan (library research). Dalam studi kepustakaan, penulis merujuk pada buku-buku penunjang, artikel surat kabar, artikel internet, dan media-media lain yang dianggap relevan. Selain metode kualitatif, penulis juga menggunakan metode wawancara langsung kepada narasumber yang dinilai memiliki peran dalam penentuan harga di pasar, dimana hasilnya akan dijadikan sebagai data pendukung makalah ini. Dalam penulisan makalah ini, penulis lebih mengacu kepada data-data dari buku-buku penunjang dan internet, dikarenakan keterbatasan penulis dalam mencari data dari tangan pertama atau data orisinal.