LBM 1 - SGD 1 Modul Kegawatdaruratan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SGD 1 Modul Kegawatdaruratan Senin, 27 Oktober 2014 Step 1  AVPU Sebuah pemeriksaan untuk kesadaran selain GCS A: Allert and awake  oreientasi tempat dan waktu V : Verbal stimulationv  bahasa dan bicara P : Pain stimulation  nyeri U: Unresponsive  tidak bereaksi 



Triple Airway Manuever 1.Head Tilt  angkat kepala (kontraindikasi fraktur cervical) 2.Chin Lift  mengangkat dagu (kontraindikasi fraktur cervical) 3.Jaw Thrust  membuka rahang bawah Tiga cara untuk membuka jalan nafas







Oropharyngeal airway Alat untuk membantu membuka jalan nafas pada bagian mulut dan faring, jika terdapat sumbatan (lidah dll.) Pulse oxymetri Suatu alat yang digunakan untuk menentukan derajat saturasi oksigen didalam darah Definitive airway Alat seperti pipa dalam trakea dengan balon yang dikembangkan , dan alat akan di hubungjan dengan alat bantu pernafasan. Cara : Surgical : memekai sayatan  trakeotomi / cricotiroidectomi Nonsurgical  endotrakeal tube Primary survey Suatu tindakan assesment cepat terhadap ttd vital, untuk mengetahui kondisi yang mengancam nyawa, mencakup pemeriksaan Airway : Jalan nafas Breathing : pernafasan Circulation : perdarahan Devibrilation (Disability) : gangguan neurologis Exposure : membuka baju pasien, hindari dari hipotermi



 







STEP 2 1. 2. 3. 4. 5.



Bagaimana pelaksanaan primary survey ? Kenapa didapatkan rongga mulut berdarah serta suara seperti mengorok dan berkumur ? Bagaimana penanganan pada pasien yang mengalami sumbatan jalan nafas ? Apa hubungan fraktur impressi os.frontal dengan sianosis ? Mengapa dr. Melakukan triple airway manuver dilanjut dengan pemasangan oropharingeal airway ? 6. Mengapa dr. Memasang oxygen rebreathing mask 10 L/menit ?



1



7. Apa makna pemeriksaan pulse oxymetri tampak 92% dan RR = 30x/menit , GCS : 8 , mengapa bisa demikian ? bahaya atau tidak ? 8. Mengapa setelah dilakukan oxygen rebreathing mask 10 L/menit , tingkat saturasi malah turun ? 9. Bagaimana cara mengatur dan memasang tingkat oksigen pada oxygen rebreathing mask ? 10. Derajat pulse oxymetri ? 11. Indikasi dilakukannya definitive airway? 12. Apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan sebagai paramedis dalam menghadapi kasus kegawat daruratan ? 13. Apa saja yang harus di lakukan paramedis untuk menentukan bahwa kasus pasien merupakan kegawat daruratan atau tidak?



STEP 7



1. Bagaimana pelaksanaan primary survey ? Apa yang dimaksud ? tujuan ? Suatu tindakan melakukan pemeriksaan , evaluasi , dan resusitasi pada penderita yg sedang terancam nyawanya akibat trauma, dilakukan secara sistematis sesuai prioritas. A = Airway (Jalan Nafas), B= Breathing (Nafas) , C= Circulation (Sirkulasinya), D= Disability, E= Exposure . Primary survey harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 2-5 menit. Penanganan yang simultan terhadap trauma dapat terjadi bila terdapat lebih dari satu keadaan yang mengancam jiwa(Wilkinson, 2000). Hal tersebut mencakup: • Airway Nilai jalan napas. Dapatkah pasien berbicara dan bernapas dengan bebas? Bila ada sumbatan, langkahlangkah yang harus dipertimbangkan adalah: - Chin lift/jaw thrust (lidah melekat pada rahang) - Suction (bila tersedia) - Guedel airway/nasopharyngeal airway - Intubasi. Pertahankan posisi leher dalam keadaan immobile pada posisi netral. • Breathing Breathing dinilai sebagai bebasnya airway dan adekuatnya pernapasan diperiksa kembali. Bila tidak adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan adalah: - Dekompresi dan drainase dari tension pneumothorax/haemotrhorax - Penutupan trauma dada terbuka - Ventilasi artificial - Berikan oksigen bila tersedia • Circulation Nilai sirkulasi, sebagai supplai oksigen dan bebasnya airway, dan adekuatnya pernapasan diperiksa kembali. Bila tidak adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan adalah: - Hentikan perdarahan eksternal - Pasang 2 IV line berkaliber besar (14 atau 16 G) bila memungkinkan - Berikan cairan bila tersedia • Disability Penilaian neurologis cepat (apakah pasien sadar, member respon suara terhadap rangsang nyeri, atau pasien tidak sadar). Tidak ada waktu untuk melakukan pemeriksaan Glasgow Coma Scale, maka sistem AVPU pada keadaan ini lebih jelas dan cepat: - Awake (A) - Verbal response (V) - Painful response (P) - Unresponsive (U) • Exposure Tanggalkan pakaian pasien dan cari apakah ada luka. Bila pasien disangkakan mengalami trauma leher maupun spinal, immobilisasi dalam suatu garis lurus sangat penting(Wilkinson, 2000)  AVPU



2



Cara menentukan kesadaran seseorang korban adalah dengan menilai respon korban terhadap sentuhan atau panggilan dari penolong. Lakukan dengan metode AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri (unresponsiv) .  A  Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V  V  Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P.  P  Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital).  U  Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi



maka pasien berada dalam keadaan unresponsive 2. Kenapa didapatkan rongga mulut berdarah serta suara seperti



mengorok dan berkumur ? a. Karena adanya kebuntuan yang disebabkan oleh darah, b. Tdk ada kontraksi di lidah,  menutup rongga pernapasan  turbulensi udara terganggu  suara berkumur Sumbatan parsial : ada suara berisik dan retraksi ; ngorok ( snoring  chin lift), gurgling (cairan, berkumur finger swab, suction), crowing (nada tinggi, karena edem di trakea jaw thrust). Sumbatan total : dada tidak mengembang saat inspirasi tidak ada suara dari mulut atau hidung, retraksi supra clavicula. Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :  Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.  Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.  Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi. Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas : a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara crossfinger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan). c. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja



3. Bagaimana penanganan pada pasien yang mengalami sumbatan jalan nafas ? PENGELOLAAN Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal  Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)  Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah) 3



 Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi) Gambar dan penjelasan lihat dibawah.  Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.  Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah.  Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.  Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)  Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich.







Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik cross finger



Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :  Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.  Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.  Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.



Membersihkan jalan nafas  Sapuan jari (finger sweep) Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang. Cara melakukannya : Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi). Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.



4







Mengatasi sumbatan nafas parsial Dapat digunakan teknik manual thrust  Abdominal thrust  Chest thrust  Back blow Gambar dan penjelasan lihat di bawah! Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :  Gelisah oleh karena hipoksia  Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)  Gerak dada dan perut paradoksal  Sianosis  Kelelahan dan meninggal  Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS!  Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas  Beri oksigen bila ada 6 liter/menit  Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher netral  Nilai apakah ada suara nafas tambahan.  Chin Lift Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan. Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.



 Head Tilt Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal. Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan. 5



Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.  Jaw thrust Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas 



Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari benda padat: 







  Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma – abdomen).  Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.  Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar) Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.



6



Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).  Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas. Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi







Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri  Back Blow (untuk bayi) Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae) 







Gambar 10. Back blow pada bayi  Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil) Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan



SUNATRIO, S., JOENOERHAM, J. RESUSITASI JANTUNG PARU. JAKARTA: BAGIAN ANESTESIOLOG DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA.



4. Apa hubungan fraktur impressi os.frontal dengan sianosis ?



7



5. Mengapa dokter melakukan triple airway manuver dilanjut dengan pemasangan oropharingeal airway ?  TRIPLE AIRWAY : Sebagai tindakan untuk memperbaiki jalan napas, yang ditakutkan dapat menghambat jalannya oksigen ke paru-paru  OROPHARINGEAL AIRWAY : Bertujuan menahan lidah dari menutupi hipofaring. Sebagai fasilitas suction dan mencegah tergigitnya lidah dan ETT.



6. Mengapa dr. Memasang oxygen rebreathing mask 10 L/menit ? 7. Apa makna pemeriksaan pulse oxymetri tampak 92% dan RR = 30x/menit , GCS : 8 , mengapa bisa demikian ? bahaya atau tidak ? Obstruksi jalan nafas Berkurangnya oksigen di dalam darah (hipoksemia)  Hipoksia ( di jaringan otot – otot pernafasan,otak,jantung,dll)  tubuh mengkompensasi dengan dua cara yaitu,meningkatkan Frekuensi napas menjadi lebih cepat daripada keadaan normal yang tujuannya untuk mempertahankan perfusi oksigen dan meningkatkan frekuensi nadi untuk mempertahankan suplai darah ke jaringan yang membawa O2 jika keadaan ini berlangsung lama ( tidak di tangani dengan cepat) selama 3 – 4 menit  menyebabkan kelelahan pada otototot pernapasan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2 darah dan jaringan  Gas CO2 yang tinggi  akan mempengaruhi susunan saraf pusat ( medulla oblongata ), dengan menekan pusat napas  henti napas (respiratory arrest). Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan Berhentinya napas  maka oksigen tidak ada sama sekali di dalam tubuh  jantung tidak dapat berkontraksi  akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung (cardiac arrest). (Sumber: Agenda gawat darurat jilid 2, Rab,T)



8. Mengapa setelah dilakukan oxygen rebreathing mask 10 L/menit , tingkat saturasi malah turun ? - Pemasangan tidak pas - Jalan nafas masih terdapat benda asing , belum di sucktion



9. Bagaimana cara mengatur , prinsip2 dan macam2 alat suplementasi oksigen dan memasang tingkat oksigen pada oxygen rebreathing mask ? Pemberian oksigen dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah. Bentuk dari face mask bermacammacam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. Macam Bentuk Masker :  Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.  Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask. Indikasi : kadar tekanan CO2 yang rendah.  Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. Tujuan Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul. Prinsip Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/menit dengan konsentrasi 40 - 60%.



8



-



Indikasi : Flow rate: 1-6 L/menit Konsentrasi O2 : 20-45% Keuntungan : Pasien dapat makan dan bicara tanpa melepas canula Nyaman untuk semua usia Kerugian : Mudah terlepas / salah posisi Flow rate > 6L/menit tidak dapat diberikan, karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54) Macam Bentuk Masker : Simple face mask Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.



Rebreathing mask Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)



9







 Non rebreathing mask Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)



10.



Derajat pulse oxymetri ?



95-100% : dalam batas normal, menggunakan canul di nasal 90-94% : hipoksia ringan, sungkup muka sederhana 85-89% : hipoksia ringan-berat, dibantu O2 pada sungkup