Liquor Cerebrospinalis (LCS) A. Pengertian Liquor Cerebrospinalis (LCS) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Murni Widayanti Herlina NIM



: P17334120047



Kelas : 2B-D3 TLM



RESUME Liquor Cerebrospinalis (LCS) A. Pengertian Liquor Cerebrospinalis (LCS) Liquor Cerebrospinalis (LCS) merupakan suatu cairan jernih yang menyelimuti susunan saraf pusat dan menggenangi otak serta medula spinalis. Peran utama dari LCS ini adalah sebagai alat pelindung bila terjadi hantaman keras pada tengkorak yang mana dapat menyebabkan cidera berat. Selain itu, Liquor cerebrospinalis juga dapat digunakan untuk menentukan penyebab penyakit yang menyerang susunan saraf pusat. Secara fisiologis, Liquor cerebrospinalis (LCS) dapat ditemukan di rongga subaraknoid (antara selaput araknoid dan piamater) dan dapat ditemukan di sistem ventrikular yang mengelilingi dan berada di dalam otak serta medula spinalis. Umumnya Otak memproduksi sekitar 500 mL LCS per hari yang kemudian akan diserap kembali sehingga hanya dapat ditemukan sebanyak 100-160 mL. selain itu, 70% LCS dibentuk oleh sel ependimal dalam plexus choroideus di dalam ventrikel otak melalui proses transpor aktif dan ultrafiltrasi. Adapun yang disebut dengan Plexus choroideus sendiri merupakan kumpulan vena yang terdapat di keempat ventrikel otak dan 30% sisanya dibentuk oleh permukaan ventrikel serta permukaan yang mengelilingi rongga subaraknoid. B. Tekanan Liquor Cerebrospinalis (LCS) Adapun tekanan rata-rata cairan cerebrospinal yang normal adalah 70-180 mm air, perubahan yang berkala terjadi menyertai denyutan jantung dan pernapasan. Tekanan bisa meningkat jika terdapat peningkatan pada volume intracranial Contohnyapada tumor, volume darah (pada perdarahan), atau volume cairan cerebrospinal (pada hydrocephalus) karena tengkorak dewasa merupakan suatu kotak yang kaku dari tulang yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadap penambahan volume tanpa kenaikan tekanan. C. Sirkulasi Liquor Cerebrospinalis (LCS)



Adapun suatu sirkulasi dari LCS yaitu LCS dihasilkan oleh pleksus choroideus dan mengalir dari ventriculus lateralis ke dalam ventriculus tertius, dan dari sini melalui aquaductus sylvii masuk ke ventriculus quartus. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor cerebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventriculus quartus. Cairan meninggalkan system ventricular melalui apertura garis tengah dan lateral dari ventrikel keempat dan memasuki rongga subarachnoid. Dari sini cairan mungkin mengalir di atas konveksitas otak ke dalam rongga subarachnoid spinal. Sejumlah kecil direabsorpsi (melalui difusi) ke dalam pembuluh-pembuluh kecil di piamater atau dinding ventricular, dan sisanya berjalan melalui jonjot arachnoid ke dalam vena (dari sinus atau vena-vena) di berbagai daerah – kebanyakan di atas konveksitas superior. Tekanan cairan cerebrospinal minimum harus ada untuk mempertahankan reabsorpsi. Karena itu, terdapat suatu sirkulasi cairan cerebrospinal yang terus menerus di dalam dan sekitar otak dengan produksi dan reabsorpsi dalam keadaan yang seimbang. Berdasarkan korelasi klinis, hambatan saluran sirkulasi LCS biasanya mengakibatkan dilatasi ventrikel di hulu (hydrocephalus), karena produksi cairan biasanya berlanjut terus walaupun terjadi obstruksi. Terdapat 2 jenis hidrocephalus yakni ada yang tidak berhubungan (non communicating) dan ada yang berhubungan (communicating). a. hidrocephalus yang tidak berhubungan (non communicating) Pada hydrocephalus yang tidak berhubungan (obstruksi), yang terjadi lebih sering daripada jenis yang lain, cairan cerebrospinal dari ventrikel tidak dapat mencapai rongga subarachnoid karena terdapat obstruksi pada salah satu atau kedua foramen interventricular, aquaductus cerebrum atau pada muara keluar dari ventrikel keempat. Hambatan pada setiap tempat ini dengan cepat menimbulkan dilatasi pada satu atau lebih ventrikel. Produksi cairan cerebrospinal terus berlanjut dan pada tahap obstruksi yang akut, mungkin terdapat aliran cerebrospinal transependim. Girus-girus memipih pada bagian dalam tengkorak. Jika tengkorak masih lentur, seperti pada kebanyakan anak di bawah usia 2 tahun, maka kepala dapat membesar. b. hydrocephalus yang berhubungan Pada hydrocephalus yang berhubungan, obstruksi terjadi pada rongga subarachnoid dan dapat disebabkan oleh adanya darah atau nanah yang menghambat saluran-saluran arah balik atau akibat pembesaran kompartemen supratentorium yang menutup incisura tentorii. Jika tekanan intrakaranial meningkat akibat dari cairan cerebrospinal yang berlebihan (lebih banyak produksi cairan cerebrospinal), maka canalis centralis sumsum tulang belakang mengalami dilatasi. Pada beberapa penderita, rongga-rongga yang berisi cairan cerebrospinal dapat membesar secara seragam tanpa disertai peningkatan tekanan intracranial. Hidrocephalus dengan tekanan normal ini mungkin disebabkan oleh atrofi dari otak usia lanjut atau mempunyai sebab yang tidak jelas (suatu lesi atau trauma yang menyebabkan adanya darah di dalam rongga subarachnoid telah dipertimbangkan). D. Sifat kimia dan fisikan Liquor Cerebrospinalis (LCS) Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, LCS ini memilki warna yang jernih dan dapat dikatakan patologis jika berwarna kuning (xantochrome), cucian daging atau keruh (purulenta). Adapun warna kuning yang muncul dapat disebabkan karena kadar protein >1 g/L dan warna merah muda pada LCS itu dapat disebabkan karena eritrosit yang > 500 sel/cm3. Selain itu, jumlah sel leukosit pada LCS bisa mencapai 4-5 sel/mm3 yang memungkinkan hanya 1 sel PMN saja. Jumlah sel leukosit juga akan meningkat pada



proses inflamasi. Selain itu, terdapat Perhitungan jumlah sel perlu dilakukan segera dan tidak boleh > 30 menit setelah pungsi lumbal. Adapun jika terjadi penundaan dalam pemeriksaan maka akan menyebabkan sel mengalami lisis, pembekuan serta pembentukan fibrin, yang akan mempengaruhi hasil perhitungan sel. Adapun leukositosis ringan merupakan suatu keadaan abnormal namun tidak spesifik dan jumlah selnya bisa mencapai 5-20 sel/mm3. Adapun pada tekanan LCS dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan cairan dan tahanan terhadap absorpsi melalui vili araknoid. Jika terdapat peningkatan pada salah satu faktor maka akan menyebabkan peningkatan tekanan, begitupun sebaliknya, jika terjadi penurunan salah satu faktor maka akan menyebabkan penurunan tekanan. Selain itu tekanan LCS juga dapat dipengaruhi oleh posisi orang tersebut, biasanya pada orang yang sedang dalam posisi berbaring menghadap satu sisi adalah maka tekanannya sebesar 8-15 mHg atau 1,1-2 kPa dan tekanannya jika orang tersebut dalam posisi duduk tegak maka tekanannya sebesar 16-24 mmHg atau 2,1-3,2 kPa. Selain itu, umumnya tekanan LCS pada anak-anak yakni sekitar 4,4-7,3 mmHg atau 0,78-0,98 kPa. E. Pemeriksaan Liquor Cerebrospinalis (LCS) Pemeriksaan Liquor Cerebrospinalis (LCS) terdiri dari pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia.  Pemeriksaan Makroskopis LCS Metode : visual Tujuan : Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik yaitu yang terdiri dari warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ. Alat dan Bahan : -       Tabung reaksi -       Beaker gelas -       Kertas indikator pH universal -       Refraktometer abbe Sampel : cairan LCS Prosedur Kerja : 1. Cairan LCS dimasukkan dalam tabung bersih dan kering. 2. Diamati warna, kejernihan, serta diamati pula jika ada bekuan. Pada pengamatan ini dilakukan dibawah cahaya yang terang. 3. Dicelupkan indikator pH universal pada LCS dan diukur pH dengan membandingkan deret standar pH. 4. Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece BJ. Interpretasi : 1. Warna → jika sampel LCS yang diperiksa berwarna kuning muda, kuning, kuning tua, kuning coklat, merah, ataupun hitam coklat maka dapat dipastikan bahwa LCS tersebut telah terjadi kelainan karena warna LCS yang normal adalah bening/tidak berwarna. 2. Kejernihan → jika pada pemeriksaan kejernihan ini LCS agak keruh, keruh, sangat keruh, keruh kemerahan maka hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi kelainan pada lCS. 3. Bekuan → sebenarnya pada LCS normal itu tidak terdapat bekuan namun adapun LCS yang abnormal yakni pada LCS terdapat bekuan yakni berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan terdiri atas benang fibrin.



4. 5.



pH → pada LSC normal memiliki pH >7,0 dan jika pH LSC 10/ul maka dinyatakan abnormal. Adapun batas abnormal terhadap jumlah leukosit yakni 6-10/ ul.  Hitung Jenis Sel Leukosit Menghitung jenis lekosit sebenarnya menghitung jumlah relatif masing –masing jenis lekosit dan dalam hal ini jumlah suatu jenis lekosit dinyatakan dalam (%) dari 100 buah lekosit (semua jenis). Adapun prisip hitung jenis sel ini adalah “menilai perkiraan jumlah, hitung jenis dan kelainan morfologi leukosit. Dalam keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut urutan yang telah dibakukan adalah basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit serta monosit. Keenam jenis sel tersebut berbeda dalam ukuran, bentuk inti, warna sitoplasma serta granula



didalamnya.”Selain itu, hitung jenis lekosit juga secara garis besar terdapat 2 macam cara yaitu cara otomatis dan cara visual. 1. Cara Otomatis a. Berdasarkan ukuran sel Berdasarkan ukurannya ukuran sel limfosit dan mielosit setelah dilisiskan dengan saponin. Lekosit dikelompokkan dengan 3 kelompok . Sel kecil : 30 – 60 fl (limfosit) Sel sedang : 61 – 150 fl (monosit, eosinofil, basofil) Sel besar : > 150 fl (netrofil, mielosit, metamielosit, limfosit besar) b. Flow Cytometri Sel lekosit diwarnai dan dikelompokkan menjadi netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit. Jika ada sel-sel muda, alat akan memberikan tanda yang harus dikonfirmasikan dengan sediaan apus darah (Technicon). Alat yang menggunakan prinsip flow-cytometri dalam waktu 1 menit dapat menghitung 10.000 sel dengan presisi yang tinggi dan dalam waktu yang singkat . c. Pattern Recognation Adaptasi dari hitungan jenis visual dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan photosensor dan komputer. Gambaran sel yang ditemukan: ukuran, bentuk, granula, rasio inti dengan sitoplasma dll dibandingkan dengan gambaran sel yang tersimpan di memori komputer. Alat dengan prinsip ini (Heitz Hematrat, Hitachi 8200 ) dalam waktu 2 – 6 menit mampu menghitung 500 sel. 2. Cara visual Hitung jenis lekosit pada umumnya dilakukan pada sediaan apus yang dibuat pada kaca objek dengan pewarnaan tertentu. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik dinyatakan sebagai mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Cara Pemeriksaan: 1. Sediaan apus diletakkan di mikroskop 2. Diperiksa dengan pembesaran lemah (lensa obyektif 10x dan lensa okuler 10x) untuk mendapatkan gambaran menyeluruh. 3. Pada daerah yang eritrositnya saling berdekatan adalah daerah yang paling baik untuk melakukan hitungan jenis lekosit. Dengan pembesaran sedang yaitu lensa obyektif 40x dan lensa okuler 10x dilakukan hitung jenis lekosit. jika diperlukan maka dapat dilakukan penilaian lebih lanjut dari sediaan apus menggunakan lensa objektif 100 x menggunakan minyak imersi.



Adapun suatu metode yang digunakan untuk melakukan hitung jenis leukosit yaitu Metode Giemsa Stain. Pada dasarnya, tujuan dilakukannya hitung jenis leukosit metode giemsa stain ini adalah untuk membedakan jenis sel mononuklear dan polinuklear dalam cairan LCS. Selain itu, terdapat alat bahan serta prosedur yang perlu dilakukan pada hitung jenis leukosit metode giemsa stain yakni :  Alat dan Bahan : Objek Gelas Kaca Penghapus Sentrifuge Tabung reaksi Metanol absolut Giemsa Timer Spesimen : LCS Cara Kerja : 1. Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya. 2. Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm 3. Supernatant dibuang dan endapan diambil. 4. Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal 5. Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut. 6. Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit. 7. Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga imersi. Interpretasi : Pada dasarnya nilai normal hitung jenis leukosit yaitu : NO . 1. 2. 3. 4. 5.



Jenis Leukosit Basofil Eosinofil Netrofil batang Netrofil segmen Limfosit



Jumlah Relatif (%)



Jumlah Absolut (Sel/mm3)



0-1 1-3 2-6 50-70 20-40