Listia Wati - 1302619038 - Lapak Awal Praktikum 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum Elektronika



PENGOPERASIAN ALAT UKUR



Nama NIM Prodi Nama Percobaan Tanggal Percobaan Tanggal Pengumpulan Nama Dosen Nilai Laporan Awal



: Listia Wati : 1302619038 : Pendidikan Fisika : Pengoperasian Alat Ukur : 18 Oktober 2020 : 25 Oktober 2020 : Lari A. Sanjaya S.Pd M.Pd Nilai Laporan Akhir



Nilai Akhir



LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2020



A. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa dapat menggunakan alat ukur Multimeter dan Osciloscop dengan tepat dan benar 2. Mahasiwa dapat menguji komponen elektronika dengan tepat dan benar B. Alat dan Bahan 1. Multimeter 2 buah 2. Osciloscop 2 channel 3. Signal Generator 4. Protoboard (papan rangkaian) 5. Kapasitor (Keramik dan Elco) 6. Dioda. 7. Resistor 8. Transistor (PNP dan NPN) 9. Kawat Penghubung



C. Teori 1. Multimeter Multimeter adalah alat ukur elektronika yang dipakai untuk menguji atau mengukur suatu komponen, mengetahui kedudukan kaki-kaki komponen, dan mengetahui besar nilai komponen yang diukur. Komponen yang dapat diukur dengan multimeter adalah: besar nilai resistor, besar nilai kapasitor, kedudukan kaki-kaki transistor, dioda, tegangan DC ataupun AC, besar arus DC dan lain sebaginya. Multimeter dapat dibedakan atas dua, yaitu multimeter digital dan multimeter analog (jarum). Multimeter mempunyai bagian-bagian penting, diantaranya: 1. Papan skala pengukuran 2. Jarum penunjuk skala 3. Pengatur jarum skala 4. Tombol pengatur NOL Ohmmeter 5. Batar ukur Ohmmeter 6. Batas ukur DC volt (DCV) 7. Batas ukur AC volt (ACV) 8. Batas ukur Ampermeter DC (DCA) 9. Saklar pengatur pengukuran dan batas ukur 10. Lubang positif 11. Lubang negative Keterampilan dan kesesuaian penggunaan alat ukur akan menentukan keberhasilan dan ketepatan pengukuran a. Voltmeter (Pengukuran tegangan) 1) Penggunaan voltmeter dipasang paralel dengan komponen yang akan diukur tegangannya 2) Sesuaikan jenis tegangan rangkaian dengan multimeter, AC atau DC 3) Bila tidak diketahui daerah tegangan yang akan diukur, gunakan batas ukur yang terbesar dan gunakan voltmeter yang mempunyai impedansi input yang tinggi b. Amper meter (pengukuran kuat arus) 1) Penggunaan ampermeter dipasang seri pada jalur yang akan diukur besar arusnya 2) Bila tidak diketahui daerah arus yang akan diukur, gunakan batas ukur yang terbesar c. Ohmmeter (pengukuran resistor) Resistor atau tahanan dapat putus akibat pemakaian ataupun umur. Bila resistor putus maka rangkaian elektronika yang kita buat tidak akan bisa bekerja atau mengalami cacat. 1) Putar saklar pemilih pada pasisi Ohmmeter. 2) Ambil suatu skala pengukuran yang diperkirakan dapat mengukur nilai hambatan yang hendak diukur. Skala X1 artinya hasil yang dituniuk jarum adalah nilai pengukuran hambatan tersebut. Skala X10 artinya nilai hambatan yang diukur adalah 10 kali dari nilai yang ditunjuk oleh jarum. Jika jarum menunjuk pada skala 100 artinya nilai hmbatannya adalah 10 x 100 jadi bernilai 1000. Demikian juga untuk X100, XIK atau X1000 3) Sebelum mengukur nilai hambatan resistor, nolkan terlebih dahulu titik awal pengukuran dengan cara menghubungkan probe kutub prositif (merah) dan probe kutub negatif (hitam) kemudian atur jarum penunjuk agar tepat di titik nol 4) Setiap penggantian nilai skala batas ukur selalu titik nol dikalibrasi 5) Tempelkan masing-masing probe pada ujung-ujung resistor. Tangan praktikan jangan sampai menyentuh kedua ujung kawat resistor (Salah satu ujung resistor boleh tersentuh tetapi jangan keduanya) 6) Jika jarum bergerak maka resistor baik, jika jarum penunjuk tidak bergerak resistor putus. Amati titik akhir yang ditunjuk jarum dan hitunglah nilai resistor yang dinyatakan dari hasil pengukuran tersebut d. Menguji Transistor



Pada transistor biasanya letak kaki kolektor berada di pinggir dan diberi tanda titik atau lingkaran kecil. Sedangkan kaki basis biasanya terletak di antara kalektor dan emitor 1) Transistor PNP  Saklar pamilih pada multimeter harus menunjuk pada ohm meter  Praktikan harus memastikan kaki kolektor, basis, dan emitornya  Tempelkan probe (pencolok) positif (warna merah) pada basis dan probe negatif (warna hitam) pada emitor. Jika jarum bergerak, pindahkan probe negatif pada kolektor. Jika pada kedua pengukuran di atas jarum bergerak maka transistor dalam keadaan baik, sedangkan bila pada salah satu pengukuran jarum tidak bergerak, maka transistor dalam keadaan rusak, 2) Trensistor NPN Tampelkan probe negatif pada basis dan probe positif pada kolektor, Jika jarum bergerak pindahkan probe positif pada emitor. Jika pada kedua pengukuran jarum bergerak, maka transistor dalam keadaan baik Sedangkan bila pada salah satu pangukuran jarum tidak bergerak maka transistor dalam keadaan rusak e. Menguji Kondensator Elco Sebelum dipasang pada rangkaian kapasitor harus diuji dahulu kaadaannya atau ketika membeli di toko anda harus memastikan bahwa elco tersebut dalam keadaan baik. Cara mengujinya adalah sebagai berikut:  Putar saklar pemilih pada posisi ohm meter  Perhatikan tanda negatif atau positif yang ada pada badan elco dan lurus pada salah satu kaki,  Tempelkan probe negatif pada kaki positif (+) dan probe positif pada kaki negatif (-). Perhatikan gerakan jarum penunjuk.  Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri berarti kondensator elco baik  Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri namun tidak penuh berarti kondensator elco rusak  Jika jarum bergerak ka kanan kemudian tidak kembali ke kiri (berhenti) berarti kondenstator elco bocor  Jika jarum tidak bergerak sama sakali berarti kondensator elco putus. f. Menguji Dioda o Putar saklar pemilih pada posisi ohm meter o Tempelkan probe positif pada kutub katoda dan tempelkan probe negatif pada kutub anoda. Perhatikan jarum penunjuk, jika bergerak berarti dioda baik sedangkan jika diam berarti putus. o Selanjutnya dibalik, tempelkan probe negatif pada kutub katoda dan tampelkan probe positit pada kutub anoda. Perhatikan jarum penunjuk, jika jarum diam berarti dioda baik sedangkan jika bergerak berarti dioda rusak 2. Osiloskop Osiloskop dapat mengukur tegangan AC dan DC serta memperlihatkan bentuk gelombangnya . Osiloskop harus dikalibrasi sebelum digunakan.



Cara mengkalibrasi osiloskop adalah sebagai berikut:  Hidupkan osiloskop.  Atur fokus dan tingkat kecerahan gambar pada osiloskop,  Pasang kabel pengukur pada osiloskop (bisa pada channel X atau Y),  Atur COUPLING pada posisi AC  Tempelkan kabel pengukur negative / ground (kepala jepit buaya atau berwarna hitam) pada ground yang terdapat di osiloskop.  Tempelkan kabel pengukur positif (kepala utama atau berwarna merah) pada tempat untuk mengkalibrasi yang ada pada osiloskop  Putar saklar pemilih variable VOLT/DIV pada 0,5 V  Putar saklar pemilih Variabel SWEEP TIME/DIV pada 0,5 ms  Aturlah agar galombang kotak yang muncul di monitor sama dengan garisgaris kotak yang ada pada layar manitor Osiloskop dengan mengerak-gerakan tombol merah atau kuning yang ada pada saklar pemilih Variabel VOLT/DIV dan SWEEP TIME/DIV sehingga gelombang kotak yang ada sebesar 0.5 Vpp 3. Sinyal Generator Sinyal generator dapat menghasilkan sinyal yang berupa tegangan DC ataupun tegangan AC yang frekuensi dan amplitudonya dapat kita atur. Bagian yang menghasilkan tegangan DC dinamakan DC POWER. Keluarannya terdiri dari +5V, -5V, 0 ~ +15V dan 0 ~ -15V Pada bagian yang menghasilkan sinyal AC dinamakan FUNCTION GENERATOR. Pada tombol amplitudo berguna untuk mengatur amplitudo sinyal keluaran. Sinyal keluaran dapat diatur apakah sinyal kotak, segitiga atau sinyal berbentuk gelombang.1 Teori Tambahan Pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar dan penting, sebab suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur, dan setiap alat ukur memiliki nilai skala terkecil (nst). Salah satu pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran sistem listrik, dimana tegangan mcrupakan salah satu besaran listrik yang diukur. Pengukuran besaran tegangan listrik diukur dengan alat ukur yang disebut Voltmeter. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau plastik. Keakuratan pada suatu alat ukur merupakan hal yang sangat penting dalam rangka menjamin hasil pengukuran yang didapatkan adalah benar dan valid serta dapat dipertanggungjawabkan. jika hasil pengukurannya tidak valid akan mengakibatkan halhal buruk yang merugikan. Oleh karena itu suatu alat ukur perlu memiliki nilai ketidakpastian dan ketelusuran kepada standar nasional atau standar internasional.2 Basic meter merupakan alat ukur listrik yang memuat komponen tegangan dan kuat arus listrik (gabungan dari Voltmeter dan Amperemeter) yang dilengkapi dengan tutup geser untuk mengubah fungsi sebagai amperemeter atau voltmeter. Bagian-bagian Basic Meter terdiri dari batas ukur, skala terminal positif dan terminal negatif. Pada pengoperasiannya pengguna kerap kali salah dalam melakukan pemasangan amperemeter dan voltmeter. Pemasangan amperemeter pada rangkaian dilakukan secara seri sedangkan pemasangan voltmeter harus dipasang secara paralel. Apabila pemasangannya tertukar maka alat tersebut akan rusak. Pada saat kita ingin mengetahui 1



Tim Dosen Elektronika, Panduan praktikum Elektronika (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2018) hal. 5-7 2 R. Uli, M.Delina, dan B. Heryanto, “Pengukuran dan Analisa Data Kalibrasi Voltmeter dengan Multi Product Calibrator”, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF, Vol. 5, 2016, hal 158.



besar beda potensial atau gaya gerak listrik atau tegangan jepit suatu rangkaian, voltmeter dipasang secara paralel dengan hambatan. Bila kita hendak melakukan pengukuran arus dan tegangan secara bersamaan menggunakan kedua alat tersebut, prinsip pemasangannya tetap sama. Amperemeter dipasang seri dengan beban dan voltmeter dipasang parallel dengan hambatan.3 Alat ukur multimeter yang sering disebut juga dengan nama multitester atau AVOmeter memiliki beberapa bagian penting dengan fungsi dan kegunaan berbeda-beda juga. Gambaran umum dari sebuat alat ukur multimeter analog dapat dilihat dari gambar berikut :



Gambar 1 Multimeter Analog



Keterangan bagian-bagian multimeter dan fungsinya : 1. Papan skala, berfungsi sebagai skala pembacaan meter. 2. Jarum penunjuk, berfungsi sebagai penunjuk besaran yang diukur. 3. Sekrup pengatur posisi jarum penunjuk, berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk. Hal ini bisa dilakukan dengan cara bantuan menggunakan obeng. 4. Saklar pengatur posisi jarum penunjuk, berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm), test lead + (merah dihubungkan ke test lead – (hitam), kemudian tombol pengatur kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan 0 5. Saklar pemilih jangkauan alat ukur (selector), berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya. Untuk menggunakan multimeter, Pertama-tama jarum penunjuk multimeter diperiksa apakah sudah tepat pada angka 0 pada skala DCmA , DCV atau ACV posisi jarum nol di bagian kiri dan untuk skala ohmmeter posisi jarum nol di bagian kanan. Jika belum tepat harus diatur dengan memutar sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk meter ke kiri atau ke kanan dengan menggunakan obeng pipih (-) kecil. Dalam memilih batas ukur tegangan atau arus perlu diperhatikan faktor keamanan dan ketelitian. Mulailah dari skala yang cukup besar untuk keamanan alat, kemudian turunkanlah batas ukur sedikit demi sedikit. Ketelitian akan paling baik bila jarum menunjuk pada daerah dekat dengan skala maksimum. Pada pengukuran tegangan searah maupun bolak- balik, perlu diperhatikan sensitivitas meter yang dinyatakan dalam ohm per volt. Sensitivitas meter



3



Riskawati, dkk, “Alat Ukur dan Pengukuran” LPP UNISMUH Makassar (2019), hlm 65



sebagai pengukur tegangan bolak-balik lebih rendah daripada sensitivitas sebagai pengukur tegangan searah. 4 Osiloskop adalah alat ukur elektronik yang dapat memetakan atau memproyeksikan sinyal listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat diamati, dibaca dan mudah dipelajari. Dengan menggunakan Osiloskop, kita dapat mengamati dan menganalisa bentuk gelombang dari sinyal listrik atau frekuensi dalam suatu rangkaian. Saat ini terdapat dua jenis osiloskop yaitu osiloskop analog yang menggunakan teknologi CRT (tabung katoda) untuk menampilkan sinyal listrik bentuk gelombangnya dan osiloskop digital yang menggunakan teknologi LCD untuk menampilkan sinyal listrik bentuk gelombangnya. Berikut adalah gambar dari kedua jenis osiloskop: (Albert Paul Malvino et al., 2003)



Gambar 2 Osiloskop digital dan Analog Pada umumnya osiloskop dapat menampilkan grafik Dua Dimensi (2D). Osiloskop dapat mengukur karakteristik yang berbasis tegangan (Voltage) pada sumbu Y dan mengukur karakteristik yang berbasis waktu (Time) pada sumbu X. Pengukuran berbasis tegangan yaitu: Amplitudo adalah ukuran besarnya suatu sinyal atau tingginya puncak gelombang. Pengukuran dari Puncak tertinggi ke Puncak terendah (Vpp), mengukur salah satu puncaknya saja baik yang tertinggi maupun yang terendah dengan sumbu X dan tegangan rata-rata. Pengukuran berbasis waktu yaitu: Frekuensi (Jumlah getaran dalam 1 detik), periode (waktu untuk satu getaran), duty cycle (perbandingan lama kondisi ON dengan kondisi OFF pada setiap periode), rise time (waktu perubahan sinyal terendah ke tertinggi), Fall time (waktu perubahan sinyal tertinggi ke terendah). (PC SEN, 1990)5 Dioda merupakan piranti elektronika berfungsi sebagai penyearah arus yaitu dari anoda ke katoda dan tidak sebaliknya. Piranti ini sangat penting dalam rangkaian elektronika karena sifatnya yang dapat menghantarkan arus pada panjar maju (foward bias) dan menghambat arus pada panjar mundur (reverse bias). Pada proses pembuatannya, dioda dibuat dari kombinasi oleh dua material utama yaitu tipe-n dan tipe-p, dimana elektron terdapat pada bahan tipe-n sedangkan lubang (hole) terdapat pada bahan tipe-p. Dioda tidak sepenuhnya ideal pada aplikasinya, terdapat penyimpanganpenyimpangan dalam karakteristiknya (Tooley, 2012). Dioda membutuhkan tegangan panjar untuk mengalirkan arus dalam pengoperasiannya yaitu panjar maju (forward bias) 4



Martias, “Penerapan dan Penggunaan Alat Ukur Multimeter Pada Pengukuran Komponen Elektronika” Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) (2017) Vol.1 hal. 223-224 5 I Wayan Lastera, “Pemanfaatan Rangkaian Adapter Untuk Meningkatkan Rentang Tegangan Uji Ac Osiloskop Pada Pengujian Ac Kontroler Satu Phase Di Laboratorium Elektronika Daya” Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) (2019) Vol.2 No.1 hal.12



dan panjar mundur (reverse bias). Fungsi lain dari dioda yaitu sebagai penyearah arus dan penstabil tegangan pada komponen sehingga karakteristiknya penting untuk diuji. Pengujian dioda dapat dilakukan dengan menggunakan multimeter. Pengambilan data dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu yang lama serta ketelitian rendah (Piliyanti, 2008). Pengujian dioda dapat dilakukan secara otomatis menggunakan perangkat fisik software dan hardware, yang sifatnya interaktif yaitu dapat menerima input dari lingkungan dan merespon balik (Banzi, 2008).6 Dalam pendekatan dioda ketiga, kami menyertakan resistansi massal 𝑅𝑏. Gambar 3(a) menunjukkan pengaruh 𝑅𝑏 terhadap kurva dioda. Setelah dioda silikon menyala, tegangan meningkat secara linier dengan peningkatan arus. Semakin besar arus, semakin besar tegangan dioda karena penurunan tegangan melintasi resistansi massal. Sirkuit ekivalen untuk aproksimasi ketiga adalah sakelar seri dengan potensial penghalang 0,7 V dan resistansi Ry (lihat Gambar 3(b)). Ketika tegangan dioda lebih besar dari 0,7 V, dioda bekerja. Selama konduksi, tegangan total yang melintasi dioda adalah: 𝑉𝐷 = 0,7𝑉 + 𝐼𝐷 𝑅𝐵



Gambar 3(a) Kurva dioda untuk pendekatan ketiga; (b) sirkit ekivalen untuk pendekatan ketiga.



Seringkali, resistansi massal kurang dari 1, dan kita dapat mengabaikannya dengan aman dalam perhitungan kita. Panduan yang berguna untuk mengabaikan hambatan massal adalah definisi ini: Abaikan massal: 𝑅𝐵 < 0,01𝑅𝑅𝐻 (3-6) Ini mengatakan untuk mengabaikan resistansi massal ketika kurang dari 1/100 resistansi Thevenin yang menghadap ke dioda. Jika kondisi ini terpenuhi, kesalahannya kurang dari 1 persen. Pendekatan ketiga jarang digunakan oleh teknisi karena desainer sirkuit biasanya memenuhi Persamaan. (3-6).7 Salah satu alat utama pada Sistem Transfer Daya Wireless adalah rectenna. Rectenna adalah perangkat yang dapat digunakan untuk mengubah gelombang elektromagnetik di udara menjadi arus listrik searah. Rectenna umumnya terdiri dari antena dan rangkaian penyearah (rectifier). Antena digunakan untuk menangkap gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh sumber RF. Daya yang diterima oleh antenna pada rectenna akan diteruskan ke rangkaian rectifier, untuk diubah menjadi arus listrik searah (DC). Daya yang ditangkap antena berupa sinyal gelombang elektromagnetik akan disearahkan menjadi tegangan DC oleh rangkaian rectifier dengan mematchingkan terlebih dahulu sesuai dengan nilai matching impedance yang ada di antena, kemudian tegangan DC yang didapat akan dinaikan lagi hingga mencapai nilai tegangan yang konstan menggunakan rangkaian rectifier yang telah dimodifikasi sebagai pelipat 6



Dian Putri Oktavia, dkk, “Karakterisasi Dan Simulasi Dioda Pn Mempergunakan Alat Uji Otomatis Berbasis Mikrokontroler AtmegA8A” Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) (2016) Vol.13 No.12 hal. 782 7 Albert Malvino dan David Bates, Electronic Principles 8th edition (New York: McGraw-Hill Education, 2016) Hal. 66



tegangan. Energi listrik DC keluaran yang telah dikuatkan tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energy listrik berdaya rendah.8 D. Cara Kerja 1. Meriksa masing-masing komponen yang akan digunakan baik atau rusak 2. Menyusun rangkaian seperti di bawah ini



3. Memberikan tegangan sumber DC sebesar 3 volt 4. Mengukur besar arus yang mengalir pada rangkaian 5. Mengukur tegangan 𝑉𝑎𝑏 , 𝑉𝑎𝑐 , 𝑉𝑎𝑑 , 𝑉𝑎𝑒 , 𝑉𝑏𝑐 , 𝑉𝑏𝑑 , 𝑉𝑏𝑒 . 𝑉𝑐𝑑 , 𝑉𝑐𝑒 , 𝑉𝑑𝑒 dengan menggunakan Voltmeter 6. Melakukan langkah 2,3,4 untuk sumber dengan sumber DC 6 volt, 9 volt, 7. Melepaskan Ampermeter dan ganti sumber tegangan dengan AC 4 volt 8. Ukurlah tegangan 𝑉𝑎𝑏 , 𝑉𝑎𝑐 , 𝑉𝑎𝑑 , 𝑉𝑎𝑒 , 𝑉𝑏𝑐 , 𝑉𝑏𝑑 , 𝑉𝑏𝑒 . 𝑉𝑐𝑑 , 𝑉𝑐𝑒 , 𝑉𝑑𝑒 dengan menggunakan Voltmeter 9. Mengukur tegangan 𝑉𝑎𝑏 , 𝑉𝑎𝑐 , 𝑉𝑎𝑑 , 𝑉𝑎𝑒 , 𝑉𝑏𝑐 , 𝑉𝑏𝑑 , 𝑉𝑏𝑒 . 𝑉𝑐𝑑 , 𝑉𝑐𝑒 , 𝑉𝑑𝑒 dengan menggunakan osciloscop dan gambarkan hasilnya 10. Menyatat VOLT/DIVE dan TIME/DIVE dari osciloscop untuk membantu anda dalam menetapkan skala sinyal yang diukur 11. Melakukan langkah 3-9 untuk sumber dengan sumber AC 3𝑉𝑝𝑝 , 6𝑉𝑝𝑝 E. Pertanyaan Awal 1. Ukurlah besar arus yang mengalir pada rangkaian jika dipasang tegangan sumber DC 6 volt Jawab:



 Diketahui: 𝑅1 = 100 𝑅2 = 220 𝑅3 = 220 𝑅4 = 100 𝑉𝐷𝐶 = 6 𝑉𝑜𝑙𝑡  Ditanya: 𝐼 … ?  Penyelesaian: 1 1 1  𝑅 =𝑅 +𝑅 𝑑𝑒



1 𝑅𝑑𝑒 1 𝑅𝑑𝑒



8



3



1



4



1



= 100 + 220 4



= 275



Endah Hijriani, dkk, “Rancang Bangun Rectifier Pada Rectenna Untuk Transfer Daya Wireless Pada Frekuensi 2,45 GHZ” Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Elektronika (2018) Volume I No.1 hal. 7



𝑅𝑑𝑒 =



275 4



= 68,5



 𝑅 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅𝑑𝑒 𝑅 = 100 + 220 + 68,75 = 388,75 𝑉  𝐼= 𝐼=



𝑅 6𝑉𝑜𝑙𝑡 388,75



= 0,015𝐴



2. Hitunglah tegangan 𝑉𝑎𝑏 , 𝑉𝑎𝑐 , 𝑉𝑎𝑑 , 𝑉𝑎𝑒 , 𝑉𝑏𝑐 , 𝑉𝑏𝑑 , 𝑉𝑏𝑒 . 𝑉𝑐𝑑 , 𝑉𝑐𝑒 , 𝑉𝑑𝑒 jika yang digunakan dioda silicon Jawab: 𝑉 = [(𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎 ) × 50%] × 𝐼 × 𝑅 a. 𝑉𝑎𝑏 = (𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎 ) × 50%] × 𝐼 × 𝑅 = [(6 − 0,7) × 50%] × 0,015 × 388,75 = 15,45𝑉 b. 𝑉𝑎𝑐 = (𝑉 − 𝑉 𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎 ) × 50%] × 𝐼 × 𝑅1 = [(6 − 0,7) × 50%] × 0,015 × 100 = 3,975𝑉 c. 𝑉𝑎𝑑 = (𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎 ) × 50%] × 𝐼 × 𝑅1+2 = [(6 − 0,7) × 50%] × 0,015 × (100 + 220) = 12,72𝑉 d. 𝑉𝑎𝑒 = (𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎 ) × 50%] × 𝐼 × 𝑅 = [(6 − 0,7) × 50%] × 0,015 × 388,75 = 15,45𝑉 e. 𝑉𝑏𝑐 = (𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎 ) × 50%] × 𝐼 × 𝑅1 = [(6 − 0,7) × 50%] × 0,015 × 100 = 3,975𝑉 f. 𝑉𝑏𝑑 = (𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎 ) × 50%] × 𝐼 × 𝑅1+2 = [(6 − 0,7) × 50%] × 0,015 × (100 + 220) = 12,72𝑉 g. 𝑉𝑏𝑒 = (𝑉 − 𝑉 𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎 ) × 50%] × 𝐼 × 𝑅 = [(6 − 0,7) × 50%] × 0,015 × 388,75 = 15,45𝑉 h. 𝑉𝑐𝑑 = (𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎 ) × 50%] × 𝐼 × 𝑅2 = [(6 − 0,7) × 50%] × 0,015 × 220 = 8,745𝑉 i. 𝑉𝑐𝑒 = (𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎 ) × 50%] × 𝐼 × 𝑅 = [(6 − 0,7) × 50%] × 0,015 × 388,75 = 15,45𝑉 j. 𝑉𝑑𝑒 = (𝑉 − 𝑉𝑑𝑖𝑜𝑑𝑎 ) × 50%] × 𝐼 × 𝑅𝑑𝑒 = [(6 − 0,7) × 50%] × 0,015 × 68,75 = 2,73𝑉



DAFTAR PUSTAKA Hijriani, Endah, Baso Maruddani dan Efri Sandi “Rancang Bangun Rectifier Pada Rectenna Untuk Transfer Daya Wireless Pada Frekuensi 2,45 GHZ” Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Elektronika (2018) I(1) hal. 7. Lastera, I Wayan. 2019. “Pemanfaatan Rangkaian Adapter Untuk Meningkatkan Rentang Tegangan Uji Ac Osiloskop Pada Pengujian Ac Kontroler Satu Phase Di Laboratorium Elektronika Daya” Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela). II(1) hal.12. Malvino, Albert dan David Bate. 2016. Electronic Principles 8th edition. New York: McGrawHill Education. Martias. 2017. “Penerapan dan Penggunaan Alat Ukur Multimeter Pada Pengukuran Komponen Elektronika” Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) I hal. 223224. Oktavia, Dian Putri, Yanuar Hamzah, Rahmondia N.S, dan Lazuardi Umar. 2016. “Karakterisasi Dan Simulasi Dioda Pn Mempergunakan Alat Uji Otomatis Berbasis Mikrokontroler AtmegA8A” Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) XIII(12) hal. 782. R. Uli, M.Delina, dan B. Heryanto. 2016. “Pengukuran dan Analisa Data Kalibrasi Voltmeter dengan Multi Product Calibrator”. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF. Riskawati, Nurlina, dan Rahman Karim. 2019. “Alat Ukur dan Pengukuran” LPP UNISMUH Makassar. Tim Dosen Elektronik. 2018. Panduan praktikum Elektronika. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.