LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah. - Ni Wayan Novita Sari [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Ni Wayan Novita Sari Instansi Bekerja : SMK Negeri 1 Way Panji No. UKG : LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah No. 1



Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab Hasil eksplorasi penyebab masalah diidentifikasi masalah Guru belum menguasai Kajian Literatur: 1. Kurangnya pemahaman model-model pembelajaran 1. Menurut Mislinawati & Nurmasyitash (2018) yang mengatakan bahwa guru belum tentang model pembelajaran inovatif memahami langkah-langkah pembelajaran yang ada di kurikulum 2013 sehingga 2. Kurangnya pelatihan tentang guru kurang termotivasi dalam mengaplikasikan model-model pembelajaran penggunaan model-model inovatif. pembelajaran inovatif 2. Guru kurang memahami langkah- langkah pembelajaran sesuai sintak yang ada 3. Penerapan sintak yang ada pada model pembelajaran (Friani dkk., 2017). dalam model pembelajaran 3. Penyebab model pembelajaran inovatif belum dikuasai guru yaitu pemahaman belum optimal model-model pembelajaran inovatif yang masih terbatas sehingga memungkinkan guru hanya menerapkan metode pembelajaran yang sudah umum dilakukan atau monoton, yaitu metode ceramah dan diskusi, dan kurangnya pelatihan pada MGMP (Yusrina dkk., 2019) Hasil wawancara: 1. Kurangnya wawasan tentang model pembelajaran yang inovatif 2. Pengalaman mengajar yang belum lama 3. Jumlah siswa yang terlalu besar 4. Penerapan sintak yang ada dalam model pembelajaran belum optimal



2



Rendahnya motivasi belajar Kajian Literatur Penyebab rendahnya motivasi siswa 1. Motivasi belajar siswa rendah disebabkan oleh faktor internal dan eksternal siswa. belajar siswa yaitu: Faktor internal siswa meliputi kejenuhan, minat belajar, kesehatan fisik dan mental. 1. Metode pembelajaran yang Sedangkan faktor eksternal siswa adalah keadaan keluarga, lingkungan di rumah, digunakan adalah ceramah dan sarana prasarana (Puthree dkk., 2021) yang mengakibatkan siswa 2. Faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa dalam pamdemi Covid-19 jenuh dan kurang tertarik siswa di MTs Negeri 1 Tapanuli Tengah meliputi cita-cita atau aspirasi siswa, dalam pembelajaran kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, dan unsur dinamika 2. Pembelajaran yang kurang dalam mengajar siswa (Naibaho dkk., 2021) menantang 3. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dalam pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi. Pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah dan lebih banyak berpusat kepada guru, dan mengurangi aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode tersebut membuat siswa jenuh dan kurang tertarik dalam belajar serta kehilangan motivasi belajar (Astuti et al., 2020; Mawaddah et al., 2019) 4. Rasa malu yang berlebihan, cemas, sikap yang kurang tenang, nerveous, ikut mendukung gejala gejala yang ada pada siswa ini. Karena pikiran negatif yang timbul dari siswa ini, menimbulkan rendahnya hasrat untuk belajar, motivasi dan daya fokus yang rendah dalam belajar, juga dapat timbul karenanya, Maharani dkk. (2019). Hasil Wawancara: 1. Kondisi lingkungan belajar siswa 2. Cita-cita dan aspirasi siswa 3. Tidak menyukai mata pelajaran 4. Tidak menyukai guru tersebut dalam penyampaian pembelajaran 5. Kesadaran akan pentingnya belajar yang kurang 6. Siswa tidak ingin mendapatkan pujian dari guru 7. Siswa tidak ingin mendapatkan nilai yang baik 8. Pembelajaran yang kurang menantang



3



Guru belum optimal dalam menggunakan Media pembelajaran inovatif



1. Media pembelajaran yang semula bertujuan mempermudah peserta didik 1. Sulit



mencari media pembelajaran yang tepat pada mencapai tujuan pembelajaran mengalami suatu permasalahan karena belum materi tertentu mampu dimaksimalkan oleh peserta didik (Lailiyah & Mardliyah, 2021) 2. Pada proses pembelajaran, apabila guru hanya memanfaatkan buku pelajaran 2. Belum mampu memanfaatkan teknologi secara optimal sebagai media maka siswa merasa bosan dan tidak termotivasi dalam belajar (Lestari, 2019). 3. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ketepatan penggunaan media pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas proses serta hasil yang dicapai (Nurdyansyah, 2019) 4. Pemanfaatan media ajar tidak didasari oleh pertimbangan kebutuhan preferensi dan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Guru belum mampu mengakomodir diferensiasi gaya belajar siswa, dikarenakan guru belum memiliki pengetahuan pedagogik yang mendalam terkait pemilihan media pembelajaran ditinjau dari gaya belajar peserta didik. Salah satu bentuk kreativitas guru adalah kreatif dalam memilih media pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini, konteks tepat dapat diartikan bahwa media yang digunakan haruslah tepat guna dan tepat sasaran serta disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan tetap megikuti perkembangan teknologi. Salah satu pertimbangan dalam memilih dan memanfaatkan media pembelajaran yang cocok dalam sebuah pembelajaran adalah dengan memperhatikan gaya belajar siswa. Namun, tidak semua guru mempertimbangkan gaya belajar siswa dalam memilih sumber dan media pembelajaran (Dewantara dkk., 2020)



Hasil wawancara : 1. Waktu persiapan mengajar terbatas 2. Sulit mencari media pembelajaran yang tepat pada materi tertentu 3. Belum mampu memanfaatkan teknologi secara optimal



4



Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa yang masih rendah



1. Guru kesulitan dalam Kajian Literatur 1. Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills (HOTS) merumuskan soal yang adalah level berpikir pada proses menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. berbasis HOTS, terutama pada Indikator HOTS dapat diturunkan dari indikator berpikir kritis dan kreatif indikator C5 dan C6 (Masitoh & Weni, 2020) 2. Model Pembelajaran yang menuntun keterampilan 2. Salah satu hal yang mengakibatkan keterampilan berpikir siswa dalam kategori berpikir kritis belum optimal rendah, dipengaruhi oleh budaya literasi yang dilakukan oleh siswa. Budaya literasi bukan hanya budaya membaca dan menulis, melainkan juga keterampilan berpikir melalui suatu sumber informasi yang dapat berupa auditori, cetak, digital, dan visual. Literasi informasi dibutuhkan oleh siswa dikarenakan literasi informasi merupakan keahlian dalam melacak, mengetahui, menilai dengan teliti dan dapat mengelolahnya dalam bentuk pengetahuan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar (Rahayu, 2017). 3. Soal yang melibatkan proses berpikir tingkat tinggi cenderung kompleks dan merupakan soal yang memiliki banyak solusi sehingga dapat dikatakan bahwa jenis soal HOTS salah satunya merupakan soal open ended (Nisa dkk., 2018). 4. Adapun faktor yang dapat menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal berbasis HOTS, yaitu karena peserta didik yang belum terbiasa dalam menyelesaikan soal berbasis HOTs, peserta didik masih memerlukan bantuan orang lain dalam menyelesaikan soal, kesulitan dalam memahami kalimat atau maksud dari soal, kurang teliti dalam membaca dan memahami soal, serta pemahaman materi yang kurang (kemampuan literasi numerasi siswa kurang) (Nuraini & Julianto, 2022). Hasil wawancara Model Pembelajaran yang menuntun keterampilan berpikir kritis belum optimal Guru kesulitan dalam merumuskan soal yang berbasis HOTS, terutama pada indikator C5 dan C6 3. Pembuatan soal juga belum mengacu pada dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognisi 4. Asesmen kognitif terhadap siswa yang kurang berbasis HOTS 1. 2.



5



Pembelajaran tidak sesuai dengan perencanaan



1. Metode yang direncanakan Kajian Literatur: 1. Hambatan atau kendala yang dihadapi guru dalam perencanaan pembelajaran tidak sesuai dengan adalah pada penyusunan perangkat pembelajaran antara lain : (a) kendala waktu, karakteristik siswa kesibukan guru, (b) kondisi peserta didik yang beragam; (c) faktor pengalaman 2. Kendala waktu mengajar dan masa kerja; (d) guru merasa kesulitan mengoperasikan media 3. Pengalaman mengajar belum pembelajaran; (e) lingkungan dan media pembelajaran yang tersedia di sekolah banyak dan masa kerja yang jumlahnya terbatas, (f) kendala ruang atau laboratorium (Kinasih & risminawati belum lama (2017)). 2. Banyak proses pembelajaran terhambat karena guru gagal mengatur kelas secara efektif (Salamun,dkk, 2021). Walaupun perencanaan pembelajaran dilakukan dengan baik, tetapi ketika di dalam kelas mengalami suatu kegagalan, maka hal tersebut karena tujuan pembelajaran belum terarah sehingga tujuan yang dimaksud akan sulit tercapai. (Salamun dkk., 2021). 3. Perencanaan memiliki empat unsur yang melingkupinya. Keempat unsur tersebut yaitu: (1) adanya tujuan yang harus dicapai, (2) adanya strategi untuk mencapai tujuan, (3) sumber daya yang dapat mendukung, dan (4) implementasi setiap keputusan. Apabila salah satu dari ke empat unsur ini tidak direncanakan dengan baik, maka perencanaan dalam pembelajaran juga tidak akan sesuai yang diharapkan (Ananda, R. 2019). Melaksanakan pembelajaran di kelas diperlukan persiapan yang harus dilakukan guru, dalam hal ini terkaitkan segala bentuk perencanaan yang telah dirancang terkait dengan aktivitas yang akan dilakukan guru maupun siswa, penggunaan metode, sumber belajar dan media yang digunakan di dalam membantu proses pembelajaran, dan tak kalah pentingnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran. Untuk itu semua maka diperlukan perencanaan pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya oleh guru (Ananda, 2019) Hasil wawancara: Narasumber: 1. Waktu pembelajaran yang terkadang tidak sesuai dengan perencanaan (adanya kegiatan tertentu yang menyebabkan waktu pembelajaran terganggu) 2. Metode yang direncanakan tidak sesuai dengan karakteristik siswa