LK BBL Mery [PDF]

  • Author / Uploaded
  • merry
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIC PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS DI KLINIK SINAR SEHAT BENGKURING



Oleh : MERY FARIDA HUTAPEA NIM. P07224422146



KEMENTERIAN KESEHATANREPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN TAHUN 2022



LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIC NEONATUS Laporan komprehensif asuhan kebidanan fisiologis holistik pada neonatus telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di Klinik Sinar Sehat Samarinda Samarinda, November 2022 Mahasiswa



Mery Farida Hutapea NIM. P07224422146 Pembimbing Ruangan



Sa’diyah, S.Tr.Keb NIP. 197911292003122004



Mengetahui,



Pembimbing Institusi



Indah Corniawati, M.Keb NIP. 197508242006042002



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang. Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



Samarinda, November 2022



Penulis



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… i LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………..........................ii KATA PENGANTAR………………………………………………………………...iii DAFTAR ISI.................................................................................................................vi BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1 A. Latar Belakang..................................................................................................1 B. Tujuan................................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3 A.Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir Fisiologis................................................4 B. Konsep Dasar ManajemenAsuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis..........................................................................................................14 BAB III TINJAUAN KASUS BAB IV PEMBAHASAN A. Pengumpulan Data Dasar B. Interpretasi Data Dasar C. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial D. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera E. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh F. Penatalaksanaan G. Evaluasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................30



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya diluar uterus.Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil (Marmi & Rahardjo, 2015). Faktor penyebab kematian bayi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa, penyebab kematian terbanyak



pada



kelompok



bayi



usia



0-6



harididominasi



oleh



gangguan/kelainan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Dilain pihak faktor ibu yang berkontribusi terhadap lahir mati dan kematian bayi diusia 0-6 hari adalahHipertensi Maternal (23,6%), komplikasi kehamilan dan kelahiran (17,5%), ketuban pecah dini dan perdarahan antepartum masing-masing (12,5%). Penyebab utama kematian bayi pada kelompok 7-28 hari yaitu Sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan pnemonia (15,4%). Dan penyebab utama kematian bayi pada kelompok 29 hari – 11 bulan yaitu Diare (31,4%), pnemonia (23,8) dan meningitis/ensefalitis (9,3%), sedangkan cakupan KN 1 : 77,31% ( Kemenkes, 2015). Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan



periode



yang



paling



kritis.



Pencegahan



asfiksia,



mempertahankan suhu tubuh bayi terutama pada BBLR, pemberian ASI dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologi merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak. 1



Hal ini akan memberikan kontribusi yang positif dalam penurunan angka kematian bayi. Oleh karena itu peran bidan dalam mengatasi terjadinya komplikasi pada bayi sehingga perlu dilakukan asuhan kebidanan yang memadai dalam rangka melaksanakan fungsinya untuk memelihara kesehatan reproduksi sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan taraf hidup ibu dan bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan AKI dan AKB. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah melaksanakan praktek klinik, diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan konsep dasar teori Bayi Baru Lahir Fisiologis. b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis. c. Melaksanakan



Asuhan



Kebidanan



Pada



Bayi



Baru



Lahir



Fisiologisdengan pendekatan Varney, yang terdiri dari : 1) Melakukan pengkajian 2) Menginterpretasikan data dasar 3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial 4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera 5) Mengembangkan rencana intervensi 6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi 7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan d. Mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis dalam bentuk catatan SOAP. e. Melakukan pembahasan adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir 1. Definisi Bayi baru lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari (PMK. No. 53 Tahun 2014). Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gr sampai dengan 4.000 gr. Neonatus merupakan masa bayi baru lahir sampai 28 hari. Periode neonatus adalah bulan pertama kehidupan. Selama periode neonatus bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan yang menakjubkan (Mary Hsamilton, 2017). BBL fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Kemenkes RI, 2010). Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph, 2015). 2. Frekuensi Pemeriksaan Bayi Baru Lahir PMK No.53 Tahun 2014 menyatakan frekuensi kunjungan Bayi Baru Lahir minimal 3 (tiga) selama usia 0 sampai 28 hari yaitu 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam, 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari, dan 1 (satu) kali pada umur 8-28 hari. 3. Standar Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial merupakan bagian dari pelayanan kesehatan anak yang dilakukan secara komprehensif dengan pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan penyakit (rehabilitatif) (Kemenkes RI, 2014). Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial menurut PMK No.53 Tahun 2014 meliputi tatalaksana Bayi Baru Lahir: 3



a. Pada saat lahir 0 (nol) sampai 6 (enam) jam Pelayanan kesehatan neonatal esensial meliputi suhan menjaga Bayi tetap hangat, inisiasi menyusu dini, pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian suntikan vitamin K1, pemberian salep mata antibiotic, pemberian imunisasi hepatitis B0, pemeriksaan fisik BBL, pemantauan tanda bahaya, penanganan asfiksia BBL, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu. b. Setelah lahir 6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh delapan) hari Pelayanan kesehatan neonatal esensial meliputi suhan menjaga Bayi tetap hangat, perawatan tali pusat, pemeriksaan BBL, perawatan dengan metode kanguru pada Bayi BBLR, pemeriksaan status vitamin K1 profilaksis dan imunisasi, penanganan BBL sakit dan kelainan bawaan, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu. 4. Klasifikasi Neonatus Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa klasifikasi menurut Marmi K (2015), yaitu: 1) Neonatus menurut masa gestasinya : a) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu) b) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu) c) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih) 2) Neonatus menurut berat badan lahir : a) Berat lahir rendah : < 2500 gram b) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram c) Berat lahir lebih : > 4000 gram



4



3) Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) : a) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB) b) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK). 5. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir Transisi ekstrauterin bayi baru lahir yang paling dramatis dan cepat terjadi dalam empat area yaitu, sistem pernapasan, sistem sirkulasi, kemampuan termoregulasi, dan kemampuan memperoleh sumber glukosa (). a. Perubahan pernapasan Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertantang ketika perubahan dari lingkungan intrauterin ke lingkungan ekstrautrin, bayi baru lahir harus segera mulai bernpas begitu lahir ke dunia. Selama didalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran oksigen melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran oksigen harus terjadi melalui paru (Varney et al., 2007). Nafas aktif pertama menghasilkan rangkaian peristiwa tanpa gangguan yang membantu perubahan sirkulasi janin mejadi sirkulasi dewasa, mengosongkan paru dari cairan, menetapkan volume paru neonatus dan Varney, 2007 karakteristik fungsi paru pada bayi baru lahir, dan mengurangi tekanan pulmonalis. faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah: 1.) Hipoksia



pada



akhir



persalinan



dan



rangsangan



fisiklingkungan luar rahim yang merangsang pusatpernafasan otak. 2.) Tekanan terhadap rongga dada, selama persalinan terjadi kompresi paru yang merangsang masuknya udara kedalam paru secara mekanis. 5



3.) Penimbunan karbondioksida, kadar karbondioksida meningkat dalam darah dan akan merangsang pernapasan, peningkatan karbondioksida akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernafasan janin. 4.) Perubahan suhu yaitu dalam keadaan yang dingin akan merangsang pernapasan. b. Perubahan sirkulasi Aliran darah dari pasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem bertekanan rendah. Karena paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, paru memerlukan aliran darah yang minimal (Varney et al., 2007). Sistem sirkulasi mengalami perubahan pada saat bayi dilahirkan.Terdapat dua perubahan yang harus terjadi untuk mendapatkan sistem sirkulasi yang baik, yaitu menutupnya foramen ovale pada atrium dan ductus arteriosus antara paru dan aorta.Frekuensi nadi BBL ± 120-160 x/menit, kadang mengalami murmur yang akan hilang pada usia 6 bulan. Tekanan darah bervariasi ± 72/42 mmHg.Menangis meyebabkan peningkatan tekanan sistolik.Volume darah ± 80-110 cc/kg/BB, menjadi 2x lipat pada akhir tahun pertama (Varney et al., 2007). c. Perubahan termoregulasi Pengendalian



panas



merupakan



cara



kedua



untuk



menstabilkan fungsi pernapasan dan sirkulasi bayi. Termogulasi adalah upaya mempertahankan keseimbangan antara produksi dan mengeluarkan panas.Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada BBL meliputi area permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulasi lemak subkutan, dan derajat fleksi otot. Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengendalikan suhu secara adekuat sampai dua hari setelah lahir (Varney et al., 2007). Mekanisme kehilangan panas bayi. 6



1.) Konveksi: proses kehilangan panas karena panas mengalir daru permukaan tubuh ke suhu udara yang lebih dingin disekitarnya 2.) Konduksi: proses kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda padat yang menempel di tubuhnya 3.) Radiasi: proses kehilangan panas dari tubuh ke benda padat disekitar bayi tetapi tidak dengan kontak langsung. 4.) Evaporasi: proses kehilangan panas saat kulit bayi basah, terjadi karena penguapan kulit tersebut. d. Sistem pengaturan glukosa Pada saat tali pusat di klem, bayi baru lahir harus menemukan cara untuk mempertahankan keseimbangan glukosa yang esensial bagi fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir, kadar glukosa darah turun selama periode yang singkat (1-2 jam setelah kelahiran). Bayi baru lahir yang sehat menghasilkan glukosa sebanyak 4-8 mg/kg/menit sebagai respon terhadap kebutuhan (Varney et al., 2007). e. Sistem gastrointestinal Kemapuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna sumber makanan dari luar terbatas. BBL kurang mampu mencerna protein dan lemak dibandingkan orang dewasa. Absorbsi karbohidrat relatif efisien, tetapi tetap kurang efisien dibandingkan kemampuan orang dewasa. Kemampuan bayi baru lahir khususnya efisien dalam mengabsorbsi monosakarida, seperti glukosa, asalkan jumlah glukosa tidak terlalu banyak (Varney et al., 2007). Saat lahir perut bawah bayi dipenuhi oleh meconium Mekonium dibentuk dari zat amnron, zat-zat yang didalamnya (sel-sel epidermis, lanugo yang ditelan bayi) sekresi saluran cerna, dan pecahan sel mukosa.Keluaran mekonium yang pertama adalah steril dengan warna hijau kehitaman dan lengket. Mekanium akan berganti feses yang berwarna hijau kecoklatan 7



dalam hari ke 4-5. Ditensi otot abdomen mempengaruhi relaksi dan kontraksi otot kolon sehinggabayi segera BAB setelah diberi ASI. f. Sistem imunitas Sistem imunitas bayi baru lahir yang belum sempurna menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi dan respon alergi. Menurut Varney (2007), imunitas bayi dibagi menjadi dua yaitu: 1.) Imunitas alami Imunitas alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Beberapa contoh imuniyas alami meliputi: perlindungan barier yang diberikan oleh kulit dan membran mukosa, kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelindung, perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan asam pada lambung, penutupan usus yang membuat lapisan usus menjadi matur. 2.) Imunitas yang didapat Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus dan bakteri yang pernah dihadapi ibu. Janin mendapatkan imunitas dari imunoglobulin varietas IgG. Neonatus tidak akan memiliki kekebalan pasif terhadap penyakit atau mikroba kecuali jika ibu berespon terhadap infeksi-infeksi tersebut selama hidupnya (Varney et al., 2007). g. Sistem integumen Verniks caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi kulit bayi saat lahir. Verniks caseosa berguna dalam mencegah terjadinya infeksi karena kandungan protein yang memiliki sifat seperti antibiotik.Kulit bayi sangat sensitif dan mudah rusak, warnanya agak merah saat baru lahir.Pada wajah, bahu dan punggung ditumbuhi lanugo, lanugo berfungsi sebagai pelindung tubuh bayi dalam rahim agar tidak terendam oleh cairan ketuban dan menahan verniks. 8



6. Manajemen Bayi Baru Lahir Prawirohardjo (2014)menyatakan manajemen perawatan bagi bayi baru lahir atara lain: a. Pengaturan suhu Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah kehilangan panas melalui empat cara yaitu koduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi. Bayi pada saat lahir mempunyai suhu 0,5-1oC lebih tinggi dibanding suhu ibunya. Tidak jarang bayi mengalami penurunan suhu tubuh dalam 15-30 menit setelah lahir. Mencegah kehilangan panas bayi dapat dilakukan dengan melakukan persiapan sebelum kelahiran dengan menutup pintu dan jendela kamar bersalin, mematikan AC, dan menyiapkan troli resusitasi dengan pemanas diatasnya, serta mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan handuk hangat atu kain kering . Berdasarkan



penelitian



Amelia



dan



Nuraini,



(2019)menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kestabilan suhu tubuh bayi baru lahir dengan pvalue = 0,0001, dari hasil penelitian menyatakan terdapat peningkatan suhu tubuh BBL hingga 0,79oC setelah dilakukan IMD. Dalam penelitian lain menyatakan terdapat pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap suhu aksila pada bayi setelah satu jam kelahiran.Suhu tubuh bayi baru lahir setelah pelaksanaan IMD berada dalamkeadaan stabil dikarenakan ibu dan bayi tampak lebih tenang dan bahagia. Kulit tubuh ibumampu mengontrol kehangatan dadanya sesuai kebutuhanbayinya, hal ini akanmembuat bayiakan berada pada suhu tubuh yang optimal sehingga bayi merasa lebih tenang dan nyaman (Hutagaol et al., 2014).



9



b. Resusitasi Resusitasi neonatus tidak rutin dilakukan pada semua bayi baru lahir. Tetapi penilaian untuk menentukan apakah bayi membutuhkan resusitasi atau tidak haru dilakukan pada seluruh bayi baru lahir. Pada bayi sehat dengan napas spontan, tonus baik dan ketuban jernih, tidak dilakukan resusitasi, tetapi harus dilakukan perawatan rutin. Bila bayi gagal bernapas spontan, hipotonus, atau ketuban bercampur mekonium, maka harus dilakukan tindakan resusitasi. Secara umum, bayi cukup bulan yang mampu untuk bernapas secara spontan dan memiliki denyut jantung teratur dapat segera dilakukan perawatan mandiri, tetapi pada bayi prematur dan bayi cukup bulan yang lahir dengan keadaan yang kurang baik seperti nafas tidak spontan, suara tangis merintih, dan denyut jantuk tidak teratur membutuhkan dukungan untuk transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin, hal tersebut dilakukan dengan pemberian resusitasi (Yeo et al., 2017). c. Inisiasi menuyu dini (IMD) Segera setelah lahir, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting susu ibunya. Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Kontak kulit kekulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola todur yang baik. Manfaat IMD bagi ibu dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, an secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi. Dalam penelitian Smith (2017) menyatakan bahwa terdapat peningkatan risiko kemantian neonatal yang disebabkan oleh 10



keterlambatan dalam inisiasi menyusu dini. Bayi yang mulai menyusu antara 2-23 jam setelah lahir memiliki risiko kematian neonatal 33% lebih besar dibanding dengan bayi yang mulai menyusu dalam waktu satu jam setelah lahir. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF merekomendasikan agar menyusui dimulai dalam waktu satu jam setelah lahir. d. Pengikatan dan pemotongan tali pusat Penanganan tali pusat harus dilakukan secara asepsis untuk mencegah infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum. Tali pusat diikan 2-3 cm dari kuit bayi, dengan menggunakan klem plastik atau menggunakan tali yang bersih (lebih baik bisa steril) yang panjangnya cukum membuat ikatan yang kuat (±15 cm). Kemudian tali pusat dipotong pada ±1cm di distal tempat tali pusat diikat, menggunakan instrumen yang steril dan tajam. Penggunaan instrumen yang tumpul dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi karena trauma yang lebih banyak pda jaringan. Penjepitan tali pusat segera setelah lahir adalah praktik yang umum. Namun, bukti menunjukkan bahwa ada manfaat dari penundaan penjepitan tali pusat (Delayed Cord Clamping) saat lahir,



terutama



bagi



membutuhkanresusitasi.



bayi



baru



Penundaan



lahir penjepitan



yang



tidak



tali



pusat



dikaitkan dengan insiden yang lebih rendah dari semuaderajat perdarahan intraventrikular (IVH), tekanan darah dan volume darah ang lebih tinggi, menurunkan kebutuhan transfusi darah,dan insiden enterokolitis nekrosis yang lebih rendah. Penundaan penjepitan tali pusat dilakukan selama 30-60 detik dengan kondisi bayi cukup bulan ataupun prematur yang tidak membutuhkan resusitasi, menangis kuat, nafas teratur, dan tidak ada riwayat cairan ketuban bercampur mekonium (Yeo et al., 2017).



11



e. Profilaksis mata Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis. Profilaksis mata yang sering digunakan yaitu tetes mata silver nitrat 1%, salp mata eritromisin, dan salem mata tetrasiklin. Ketiga preparat ini efektif untuk mencegah konjungtivitis akibat gonore. f. Pemberian vitamin K Pemberian vitamin K1 baik secara intramuskular maupun oral terbukti menurunkan kejadian penyakit akibat defidiensi vitamin K (PDVK). tingginya risiko mortilitas dan morbiditas pada bayi maka pemberian vitamin K segera setelah lahir merupakan tindakan yang tepat dalam



mencegah terjadinya



perdarahan pada bayi baru lahir. Sejalan dengan penelitian Ng dan Loewy, (2018) menyatakan bayi baru lahir berisiko mengalami perdarahan yang disebabkan oleh devisiensi vitamin K, Canadian Pediatric Society dan College of Family Physicians of Canada merekomendasikan pemberian IM rutin vitamin K dosis tunggal 0,5 mg hingga 1 mg untuk semua bayi baru lahir. g. Pengukuran antropometri Bayi baru lahir harus ditimbang berat lahirnya. Pengukuran panjang lahir tidak rutin dilakukan karena tidak banyak bermakna. Pengukuran dengan pita ukur tidak akurat. Bila diperlukan data mengai panjang lahir, sebaiknya dilakukan dengan menggunakan stadiometer bayi dengan menjaga bayi dalam posisi lurus dan ekstermitas dalam keadaan ekstensi. Menurut Villar J, Giuliani F, Barros F, et al (2018) pengukuran antropometri bayi baru lahir harus mencakup penilaian panjang badan, berat badan, lingkar kepala, rasio berat⁄panjang, dan jika memungkinkan dilakukan pengukuran lemak dan massa bebas lemak. Data antropometri untuk bayi baru lahir, bayi dan anak-anak mencerminkan kesehatan umum, status 12



gizi, dan kelangsungan hidup mereka dimasa mendatang, pengukuran antropometri pada bayi baru lahir akan membantu mengidentifikasi apakah bayi baru lahir berisiko dan membantu dalam memberikan manajemen perawatan yang lebih baik BaSaddik & Al-Asbahi, 2020).



13



B. Konsep Dasar ManajemenAsuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal I. PENGKAJIAN Tanggal pengkajian



:



Waktu pengkajian



:



Tempat pengkajian



:



Nama pengkaji



:



DATA SUBJEKTIF 1. Identitas klien Nama



:



Umur/tanggal lahir



:



Jenis kelamin



:



Tanggal MRS



:



2. Identitas orang tua Nama ayah



:



Nama ibu



:



Usia ayah/ibu



:



Pendidikan ayah/ibu



:



Pekerjaan ayah/ibu



:



Agama



:



Suku/bangsa



:



Alamat



:



3. Riwayat Kehamilan Sekarang 1. P .....A ... P .....A.....H ....... 2. Pemeriksaan Kehamilan (Ante Natal Care) : teratur / tidak teratur 3. Komplikasi Kehamilan : 



Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa bantuan alat pada usia kehamilan genap 37-42 minggu dengan berat



14



lahir 2500 – 4000 gram dengan nilai APGAR skor >7 tanpa cacat bawaan ( Dewi,2011). 



Umur/tanggal lahir bayi baru lahir normalnya lahir pada usia kehamilan



genap



37



minggu



sampai



dengan42



minggu(Aiiyeyeh dan Lia.,2010). 



Umur kehamilan neonatus cukup bulan adalah 37 minggu – 42 minggu (Maryunani & Nurhayati, 2008a).



4. Riwayat Persalinan Sekarang 1. BB Ibu



: Kenaikan 12-15 kg selama hamil



2. TB Ibu



: >145cm



3. Keadaan Umum Ibu



:



4. Tanda-Tanda Vital TD = 110-120/70-80 N = 60-100



x/menit



RR = 16-25



x/menit



mmHg



T = 36,5-37,5oC (varney,2004) 5. Komplikasi Persalinan



:-



Ibu Bayi



6. Keadaan Ketuban



: Utuh/ Pecah



7. Lama Ketuban Pecah



:



8. Kondisi Ketuban



: Jernih / Keruh / Mekonium / Darah



9. Lama



: KALA I



:



KALA II



:



KALA III



:



14



Lama persalinan pada primigravida dan multigravida Kala Persalinan



Primigravida



Multigravida



I



10-12 jam



6-8 jam



II



1-1,5jam



0,5-1 jam



III



10 menit



10 menit



IV



2 jam



2 jam



Jumlah (tanpa memasukan 10-12 jam kala



IV



yang



8-10 jam



bersifat



observasi) Jika kala I dan II memanjang maka bisa menjadi indikasi gawat janin (dr.Ida Ayu Chandranita,dkk,2010;h.698). 5. Keadaan Bayi Saat Lahir 1. Kelahiran



: Tunggal / Gamelli



2. Nilai APGAR 



Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan nilai APGAR skor >7 tanpa cacat bawaan( Dewi,2011. h:1).



3. Nilai 7-10 : Normal 4. Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang 5. Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat 6. Tindakan Resusitasi 7. Terapi a)



:



Pencegahan Infeksi Mata 15



Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit ke kulit da bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut mengandung antibiotik tetrasikilin 1%. Salep antibiotik harus tepat diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran. (APN JNPK-KR, 2008). b) Pemberian vitamin K1 Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0.25-0,5%. Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K. (APN JNPK-KR, 2008). c)



Pemberian imunisasi Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1, pada saat bayi baru berumur 2 jam. Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberika pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada saat bayi berumur 24 jam atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Melakukan pencatatan dan menganjurkan ibu untuk kembali pada jadwal imunisasi berikutnya. (APN JNPK-KR, 2008).



16



DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Umum : a. Keadaan Umum : b. Tanda-tanda Vital N



= 120-160



RR



=



T



= 36,5-37,2oC



30 – 50



x/menit, x/menit,







Tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi







Pada pernapasan normal, perut dan dadabergerak hampir bersaman tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun ekspirasi. Gerakan pernapasan 30 – 50 kali permenit(Saifuddin, 2006).







Pernapasan dalam pernapasanbayi baru lahir ditandai dengan bayi segera menangis kuat (Saifuddin, 2006).







Pernafasan kurang lebih 40-60 x/menit (Sitiava, 2012).







Nadi dapat dipantau disemua titik nadi perifer (Saifuddin, 2006).







Frekuensi jantung 120-160 x/menit (Sitiava, 2012).







Ukur suhu tubuh bayi melalui anus atau ketiak bayi normalnya 36,5-37,2 C (Saifuddin, 2006).



c. Antropometri



:



BB = lahir 2500 – 4000 gram PB = 48 – 52



cm



LK = - Circum ferensia Suboccipito Bregmatica



:



- Circum ferensia Fronto Oksipito



:



- Circum ferensia Mento Oksipito Bregmatica



:







Ukuran lingkar kepala :



17



cm cm cm



1. Circumferentia sub occipito bregmatica (lingkaran kecil kepala) 32 cm 2. Circumferenrtia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) 34 cm 3. Circumferentia mento oksipitalis (lingkaran besar kepala) 35 cm. ( Dewi,2011) dan (Sitiava, 2012). 2. Pemeriksaan Fisik a. Kepala



: 1. Lakukan Inspeksi pada daerah kepala. Raba sepanjang garis



sutura



dan



fontanel



,apakah



ukuran



dan



tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21. 2. Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum,



sefal



hematoma,



subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak. 18



perdarahan



3. Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya. b. Wajah 1. Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri. 2. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. 3. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis. c. Mata 1. Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka. 2. Lakukan inspeksi daerah mata. Periksa jumlah, posisi atau letak mata 3. Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna 4. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak



sebagai



pembesaran



kemudian



sebagai



kekeruhan pada kornea 5. Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina 6. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina 7. Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan 19



8. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down. d. Hidung 1. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. 2. Periksa



adanya



sekret



yang



mukopurulen



yang



terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis congenital. 3. Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan. e. Mulut 1. Lakukan Inspeksi apakah ada kista  yang ada pada mukosa mulut. 2. Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi



wajah.



Mulut



yang



kecil



menunjukkan



mikrognatia. 3. Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut) 4. Periksa



keutuhan



langit-langit,



terutama



pada



persambungan antara palatum keras dan lunak. 5. Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi.



20



6. Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote). f. Telinga 1. Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya. 2. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang. 3. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas. 4. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). 5. Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal. 6. Bunyikan bel atau suara. Apabila terjadi refleks terkejut maka pendengarannya baik, kemudian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan terjadi gangguan pendengaran. g. Leher 1. Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.



Pergerakannya



harus



baik.



Jika



terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. 2. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis 3. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis



21



4. Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21. 5. Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur. h. Dada, Paru dan Jantung 1. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks,



paresis



diafragma



atau



hernia



diafragmatika. Pernapasan bayi yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali permenit. Perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic breathing, dimana pola pernapasan pada neonatus terutama pada premature ada henti nafas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris 2. Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal. 3. Lakukan palpasi pada daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus cordis dengan menentukan posisi jantung. 4. Lakukan



Auskultasi



paru



dan



jantung



dengan



menggunakan stetoskop untuk menlai frekuensi dan suara napa/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160 x / menit.



22



i. Abdomen 1. Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan 2. Lakukan pemeriksaan pada tali pusat bertujuan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada tali pusat seperti, ada tidaknya vena dan arteri, tali simpul pada tali pusat dan lain-lain. 3. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika 4. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya 5. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten. 6. Lakukan Auskultasi adanya bising Usus. 7. Lakukan perabaan hati, umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan. Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. 8. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi terlentang dan tungkai bayidi lipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat di raba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut bagian ginjal dapat di raba sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat di sebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. 23



j. Ekstermitas Atas 1. Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah 2. Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur 3. Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili 4. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya



satu



buah



berkaitan



dengan



abnormaltas



kromosom, seperti trisomi 21 5. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.



k. Ekstermitas Bawah 1. Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua



kaki



dengan



meluruskan



keduanya



dan



bandingkan 2. Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis. 3. Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki. l. Genetalia



24



1. Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 11,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis 2. Periksa adanya hipospadia dan epispadia 3. Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua 4. Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora 5. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina 6. Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding) m. Anus dan Rectum 1. Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya 2. Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan n. Kulit 1. Perhatikan kondisi kulit bayi. 2. Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir 3. Periksa adanya pembekakan 4. Perhatinan adanya vernik kaseosa ( zat yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi cukup bulan). 5. Perhatikan adanya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung bayi) jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan daripada bayi cukup bulan(Asuhan Keperawatan: 169) 25



o. Lanugo



:







, didaerah



Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya terlihat sempurna. (Sitiava, 2012 hal 191)







Warna kulit pada bayi baru lahir normal adalah berwarna kemerahan atau merah muda dan terdapat lanugo dan verniks caseosa. Dan bayi yang mengalami kelainan dapat menunjukan perubahan



warna seanosis yang dapat berbahaya pada bayi



(Maryunani & Nurhayati, 2008b). p. Verniks 



:



, didaerah



Warna kulit pada bayi baru lahir normal adalah berwarna kemerahan atau merah muda dan terdapat lanugo dan verniks caseosa.







Dan bayi yang mengalami kelainan dapat menunjukan perubahan warna seanosis yang dapat berbahaya pada bayi (Maryunani & Nurhayati, 2008).



q. Status Neurologi (Refleks) 



Morro



:







Rooting



:







Sucking



:







Swallowing



:







Babinski



:







Graf



:







Moro adalah gerakan lengan dan kaki yang terjadi ketika bayi yang baru lahir dikejutkan oleh suara atau gerakan keras.







Rooting merupakan bayi baru lahir akan menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk mengisap benda yang disentuhkan tersebut (Asuhan Persalinan Normal,2008). 26







Sucking merupakan rangsangan puting susu pada langit – langit bayi menimbulkan refleks mengisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan puting susu ibubtertekan gusi,lidah dan langit – langit bayi , sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan ASI terpancar keluar (Asuhan Persalinan Normal,2008).







Reflek Swallowing merupakan kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot – otot di daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi (Asuhan Persalinan Normal,2008).







Refleks



babinski



ditimbulkan



dengan



stimulus



gesekan



pada telapak kaki, yang menghasilkan dorsofleksi jari besar dan pengembangan jari-jari yang lebih kecil. Biasanya stimulus semacam itu menyebabkan semua jari-jari kaki menekuk ke bawah. Disebut juga Babinski’s toe sign. 



Refeks graps atau menggenggam sudah baik (Sitiava, 2012).



 Nutrisi Jenis makanan : ( ) ASI ( ) PASI ( ) Lain-Lain 



World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif sekurangnya selama usia 6 bulan pertama, dan rekomendasi serupa juga didukung oleh American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine, demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).



  Eliminasi



27



-



BAB Pertama, Tanggal :



Jam



Warna : -



Konsistensi :



BAK Pertama, Tanggal :



Jam



Warna : 



: :



Konsistensi :



Eliminasi yang baik ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2011).







Mekonium harus keluar dalam dua puluh empat jam sesudah lahir, bila tidak harus waspada terhadap atresia ani/obstruksi usus( Saifuddin, 2006).







Urine harus ada pula dalam waktu dua puluh empat jam. Kadang – kadang pengeluaran urine tidak diketahui oleh karena pada saat keluar pada saat bayi lahir dan tercampur dengan air ketuban. Bila urine tidak ada dalam dua puluh empat jam harus diperhatikan kemungkinan obstruksi saluran kencing (Saifuddin, 2006).



8. Data Penunjang (Laboraturium/ Rongent) Tes laboratorium dan penelitian pendukung adalah komponen esensial dari pengujian fisik sebagai tes dan penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari skrining rutin dapat bervariasi tergantung



pada usia wanita



tersebut, status resikonya (Varney et al., 2007). 9. Terapi Yang Didapatkan







a. Salep Mata 0,5 %



:



b. Injeksi Vit. K (1 mg)



:



c. Imunisasi Hb 0



:



Pemberian vitamin K ,Kejadian Perdarahan karena difesiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 – 0,5 %. Untuk



28



mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K per oral 1mg/hari selama 3 hari,sedangkan bayi resiko tinggi dari vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM (Prawirohardjo, 2014). 



Pemberian salep mata eritomisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual ). Perawatan harus dikerjakan segera.tindakan ini dapat dikerjakan setelah perawatan tali pusat dan harus dictat dalam status termasuk obat apa yang digunakan(Prawirohardjo,2006).



I. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang telah dikumpulkan. (Muslihatun,2010) A. Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di tegakkan oleh bidan dalam



lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur



diagnose didapatkan dari data subjektif dan objektif. Diagnosa :NCB SMK USIA... B. Masalah Masalah adalah hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. C. Kebutuhan Kebutuhan adalah hal – hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dalam melakukan analisa data. II.



IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL



29



a. Sesak napas b. Tampak retraksi di dada c. Malas minum d. Panas atau suhu badan bayi rendah



e. Kurang aktif



III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA a. Isap lendir b. Jaga kehangatan IV.



INTERVENSI 1. Ukur apgar skor pada menit ke-1 dan ke-5 setelah kelahiran Rasional : Membantu menentukan kebutuhan terhadap intervensi segera (misal : penghisapan, oksigen). 2.



Perhatikan adanya pernafasan cuping hidung ,retraksi dada, pernafasan mendengkur, krekels, atau ronki. Rasional : Tanda-tanda ini normal dan sementara pada periode reaktivitas pertama, tetapi dapat menandakan distres pernafasan bila ini menetap .Krekels dapat terdengar sampai cairan direabsorbsi dari paruparu. Ronki menandakan aspirasi sekresi oral.



3.Bersihkan jalan nafas, hisap nasofaring dengan perlahan sesuai kebutuhan ,dengan menggunakan spuit balon atau kateter penghisap Delee. Rasional: membantu menghilangkan akumulasi cairan, memudahkan upaya pernafasan, dan membantu mencegah aspirasi. 4.



Observasii TTV setiap jam pada 6 jam pertama Rasional : mengetahui perubahan-perubahan vital yang lebih dini.



5.



Lakukan kontak dini ibu dengan bayi



30



Rasional : agar terjalin Bounding Attachment. 6.



Jaga kehangatan tubuh bayiagar tetap hangat Rasional :Dengan menjaga suhu tubuh bayi, mencegah kehilangan panasmelalui kepala, mencegah penguapan panas secara evaporasi dan bayi merasa tenang dan hangat.



7.



Memotivasi ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin dan mengajarkan ibu cara menyusui yang benar Rasional : memotivasi yang benar dan jelas maka kebutuhan ASI eksklusif terpenuhi.



8.



Lakukan pengkajian fisik rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan jumlah pembuluh darah tali pusat dan adanya anomali Rasional : membantu mendeteksi abnormalitas dan defek neurologis, menentukan usia gestasi dan mengidentifikasi kebutuhan terhadap pemantauan tetap dan perawatan lebih intensif. Tali pusat mengandung 3 pembuluh darah. Hanya ada satu pembuluh darah arteri dihubungkan dengan abnormalitas genitourinarius .



9.



Berikan profilaksis mata dalam bentuk salep eritromisin 1% kira-kira 1 jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi orangtua bayi). Rasional : membantu mencegah oftalmia neonatorum yang disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae, yang mungkin ada pada jalan lahir ibu. Eritromisin secara efektif menghilangkan baik organisme gonorrhea dan clamidia .Profilaksis mata mengeruhkan pandangan bayi, menurunkan kemampuan bayi untuk berinteraksi dengan orangtua.



10. Berikan Vitamin.K1 (Phytomenadione) dengan dosis 1mg atau 0,5cc secara IM (pada paha sebelah kiri) Rasional : Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan Vitamin.Kkarena cadangan vitamin K dalam hati relatif masih rendah ,sedikitnya transfer vitamin K melalui tali pusat, rendahnya kadar vitamin K pada asi dan sterilitas saluran pencernaan pada bayi 31



baru lahir. Kekurangan vitamin K beresiko tinggi bagi bayi untuk mengalami perdarahan yang disebut juga perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK). VI. IMPLEMENTASI Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. VII. EVALUASI Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.



32



BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian Tanggal pengkajian



: 11 APRIL 2022



Tempat pengkajian



: KLINIK SINAR SEHAT



Nama pengkaji



: MERY FARIDA HUTAPEA



S. 1. Identitas Identitas Bayi Nama



: By. Ny. A



Tanggal lahir



: 11 November 2022



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Pukul : 05.50 WITA



Identitas Orang Tua Nama Istri



: Ny. A



Nama Suami



: Tn. F



Umur



: 27 th



Umur



: 27 th



Suku



: Banjar



Suku



: Banjar



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Pendidikan



: S1



Pendidikan



: S1



Pekerjaan



: IRT



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Jl Perum Puspira



O. 1. Keadaan Bayi Saat Lahir Bayi lahir tanggal 11 November 2022 pukul 05.50 WITA pada usia kehamilan 38



33



minggu 1 hari melalui persalinan normal, jenis kelamin laki-laki, kelahiran tunggal, tali pusat warna putih segar terdiri atas 2 arteri satu vena, ketuban jernih, bayi menangis segera setelah lahir, bergerak aktif dan warna kulit kemerahan APGAR skor 8 /9dan segera dilakukan IMD selama 1 jam. 2. Pola Fungsional Kesehatan Nutrisi



: bayi sudah mendapatkan ASI, saat IMD ASI ibu sudah keluar.



Eliminasi : bayi sudah BAB dan BAK 3. Pemeriksaan Umum a. Antropometri Panjang Badan



: 49 cm



Berat Badan



: 3360 gram



Lingkar Kepala Circum ferensia subocsipito bregmatika



: 32 cm



Circum ferensia fronto oksipito



: 34 cm



Circum ferensia mento oksipito



: 36 cm



Lingkar Dada



: 33 cm



Lingkar Perut



: 30 cm



Lila



: 10 cm



b. Tanda-Tanda Vital Nadi



:125 x⁄i



Suhu



: 36,6 oC



Pernapasan



: 45 x⁄i



4. Pemeriksaan fisik Kepala



: bentuk bulat, rambut berwarna hitam, tidak ada caput sucaedenum dan cepal hematoma



Wajah



: simetris tidak terdapat verniks caseosa 34



Mata



: simetris, kelopak mata terbuka, sklera putih, tidak ada perdarahan



Hidung



: terdapat dua lubang hidung, terdapat pengeluaran cairan lender



Telinga



: simetris, terdapat lubang di kedua telinga, teraba lunak dan membalik seketika saat di tekuk



Mulut



: simetris, terdapat palatum, tidak ada labioscizis atau labiopalatoscizis



Leher



:pergerakan aktif, terdapat verniks caseosa pada lipatan leher



Dada



: simetris, tidak ada retraksi dinding dada



Abdomen : terana lembek, tali pusat warna putih terdapat 2 arteri 1 vena dan tidak ada perdarahan tali pusat Genetalia : labia mayora menutup labia minora, terdapat uretra, terdapat klitoris, tidak ada pengeluaran cairan Anus



: terdapat lubang anus



Ekstermitas Atas



: simetris, gerak aktif, jari tangan lengkap, terdapat garis telapak tangan, terdapat verniks caseosa pada lipatan lengan, tidak ada polidaktili



Bawah : simetris, gerak aktif, jari kaki lengkap, terdapat garis telapak kaki, terdapat verniks caseosa pada lipatan paha, tidak ada polidaktili 5. Pemeriksaann Neurologis Refleks Morro



: (+), bayi terkejut saat dikejutkan dengan suara



Refleks Rooting



: (+), bayi menoleh kearah pipi yang disentuh



Refleks Sucking



: (+), bayi menghisap puting susu



Refleks Swallowing



: (+), bayi dapat menelan ASI



Refleks Babynski



: (+), bayi menekukkan jari saat telapak kaki disentuh



Refleks Grashping



: (+), bayi menggenggam saat telapak tangan disentuh



6. Terapi Yang Didapatkan Injeksi Neo K



: sebanyak 1 mg 0,5 cc pada paha kiri bayi 35



Injeksi Hb0



: sebanyak 0,5 cc pada paha kanan bayi



Salp Mata



: salp mata oxytetracyclin 1% pada mata kanan dan kiri bayi



A. Diagnosis



: NCB-SMK Usia 0 hari



Masalah



: tidak ada



Diagnosis potensial



: tidak ada



Masalah potensial



: tidak ada



Kebutuhan segera



: tidak ada



P. No.



Tanggal



1.



11-11-2022



Penatalaksanaan Menyiapkan kain lampin, pakaian, popok, topi dan sarung tangan bayi diatas meja pemeriksaan; perlengkapan bayi telah tersedia



Paraf Mhs



Mengangkat bayi dari dada ibu dan menempatkan bayi diatas tempat 2.



datar dan dibawah cahaya lampu untuk menjaga kehangatan bayi; bayi



Mhs



menjadi lebih hangat Melakukan pengukuran antropometri; BB: 3360 gr, PB: 49 cm, LK 3.



(subocsipito bregmatika : 34 cm, fronto oksipito: 33 cm, mento oksipito:



Mhs



36 cm) LD: 30 cm, LP: 30 cm, LILA 10 cm. 4.



Melakukan pemeriksaan fisik; keadaan bayi normal, seluruh anggota tubuh lengkap dan tidak ada kelainan pada fisik bayi



Mhs



Melakukan perawatan tali pusat dengan membungkus tali pusat 5.



menggunakan kassa steril; tali pusat terbungkus kasa steril dan tidak ada



Mhs



perdarahan pada tali pusat 6.



Memakaikan pakaian bayi serta topi dan sarung tangan dan kaki; bayi menjadi lebih hangat



36



Mhs



Menjelaskan pada orang tua bahwa bayi akan diberikan suntikan Vitamin K yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan pada bayi terutama pada otak dan usus karena pada bayi berisiko terjadi perdarahan akibat kekurangan zat pembeku darah yaitu Vitamin K, suntikan 7.



imunisasi HB0 setelah 6 jam kelahiran untuk membentuk kekebalan



Mhs



tubuh dan mencegah bayi terinfeksi penyakit Hepatitis B, serta pemberian salp mata sebagai pencegahan pada bayi dari infeksi kuman dan bakteri setelah melalui proses persalinan; orang tua bersedia agar bayinya diberikan neoK, HB0 dan salp mata. 8. 9. 10.



Memberikan injeksi neoK 1 mg 0,5 cc pada ⅓ paha kiri bayi secara IM; tidak ada perdarahan pada bekas suntikan Menyelimuti bayi dengan kain lampin; bayi menjadi lebih tenang dan hangat Memberikan salp mata oxytetracyclin 1% pada kedua mata bayi; salap mata telah masuk ke mata kanan dan kiri bayi Melakukan



11.



rawat



gabung bayi



dan



ibunya, menjelaskan



Mhs Mhs Mhs



hasil



pemeriksaan fisik serta menganjurkan ibu untuk sesegera mungkin



Mhs



menyusi bayi; bayi menyusu pada ibu 12. 13 14.



Memandikan bayi setelah 6 jam kelahiran; Bayi telah dimandikan



Mhs



Memberikan injeksi HB0 0,5 cc pada ⅓ paha kanan bayi secara IM; tidak ada perdarahan pada bekas suntikan Memberi KIE pada orang tua bayi mengenai ASI ekslusif, ASI ekslusif adalah ASI yang diberikan pada bayi selama 6 bulan tanpa diberikan cairan tambahan lain seperti susu formula, madu, air teh, dan air putih serta tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi atau nasi tim. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama kehidupan karena ASI mengandung sumber vitamin dan mineral yang paling mudah dicerna oleh saluran pencernaan bayi, selain itu ASI mengandung protein dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi kuman dan bakteri sehingga dapat mencegah bayi terinfeksi penyakit serta mempercepat proses penyembuhan ketika bayi sakit; orang tua bayi mengetahui tujuan dan mafaan dari ASI ekslusif serta ibu bersedia untuk memberikan ASI



37



Mhs



ekslusif pada bayinya. Memberi KIE pada orang tua bayi mengenai perawatan tali pusat, yaitu dengan hanya membungkus tali pusat menggunakan kassa steril tanpa memberikan betadine, alkohol atau membubuhi kopi. Tali pusat tidak perlu ditarik-tarik karena akan lepas dengan sendirinya dalam kurun 15.



waktu 5-7 hari apabila perawatan tali pusat dilakukan dengan benar,



Mhs



kondisi tali pusat yang sering basah dan lembab dapat memperlambat pelepasan tali pusat serta menimbulkan infeksi, oleh sebab itu dianjurkan rutin mengganti kassa secara rutin saat mandi dan jika terkena BAK; oraang tua bayi mengetahui perawatan tali pusat yang benar. Memberi KIE mengenai Skrining Hipotiroid Konginetal (SHK) yang bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya risiko terjadinya keterbelakangan mental oleh bayi akibat dari kekurangan hormon tiroid. Hormon Tiroid merupakan hormon yang sangat mempengaruhi fungsi jaringan dan organ tubuh, pada bayi dan anak-anak hormon tiroid berperan dalam tumbuh kembang terutama pada perkembangan otak. 16.



Oleh sebab itu sangat penting melakukan SHK sedini mungkin, SHK dilakukan pada usia bayi 42-72 jam setelah lahir dengan mengambil



Mhs



sample darah dari tumit bayi yang kemudian akan dilakukan pemeriksaan. Apabila terdapat kelainan pada hormon tiroid bayi orang tua akan dihubungi dan bayi dapat diberikan penanganan sedini mungkin sehingga menurunkan angka kematian dan kecacatan bayi akibat kelainan pada hormon tiroid; orang tua mengetahui pentingnya melakukan SHK dan bersedia melakukan SHK pada bayinya. 17.



Memberi KIE mengenai imunisasi dasar lengkap bada bayi balita yang bermanfaat dalam membentuk kekebalan tubuh bayi antara lain 1) imunisasi BCG yang disuntikan pada lengan kanan bayi pada usia 1 bulan yang berguna dalam membentuk kekebalan tubuh bayi dari infeksi virus TBC,



2) imunisasi Polio yang diberikan dengan cara diteteskan pada



mulut bayi dalam 4 kali pemberian pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan yang bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh bayi dari infeksi virus Poliomyelitis yaitu penyebab terjadinya penyakit polio atau lumpuh layu pada bayi dan balita, 3) imunisasi DPT-HB-HIB atau Pentavalen yang diberikan pada paha bayi dalam 3 kali pemberian pada usia 2, 3, 4, dan 18



38



Mhs



bulan bulan yang bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh bayi dari infeksi bakteri yang dapat menyebabkan penyakit difteri yang dapat menginfeksi hidung dan tenggorokan, pertusis atau batuk rejan, tetatus yang dapat mempengaruhi sistem saraf, selain itu membentuk kekebalan tubuh bayi dari infeksi virus Hepatitis B yang dapat menyebabkan peradangan pada organ hati, dan membentuk kekebalan tubuh dari infeksi bakteri Hib yang dapat menyebabkan penyakit radang otak (miningitis), infeksi paru-paru, dan pneumonia. 4) imunisasi IPV (inactivated poliovirus) yaitu vaksin polio yang diberikan pada paha bayi sebanyak satu kali, fungsinya sama dengan yang ditetes hanya saja pemberiannya melalui suntikan yang diberikan pada usia 4 bulan. 5) imunisasi MR yang diberikan pada usia 9 dan 24 bulan yang bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh bayi dari infeksi penyakit campak dan rubella yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian bayi balita; orang tua mengetaui mengenai imunisasi dasar lengkap dan bersedia membawa bayinya untuk imunisasi ke puskesmas. Menganjurkan orang tua untuk melakukan kunjungan ulang untuk bayi baru lahir yaitu pada usia 3-7 hari dan usia 8-28 hari untuk memeriksa pertumbuhan dan perkembangan bayi serta untuk dilakukan manajemen 18.



terpadu bayi muda (MTBM) oleh petugas kesehatan atau jika memiliki keluhan orang tua disarankan untuk segera membawa bayi ke tempat pelayanan kesehatan terdekat; orang tua bersedia membawa bayinya ke klinik



39



Mhs



BAB IV PEMBAHASAN A. Pengumpulan Data Dasar Bayi ibu A lahir tanggal 11 November 2022 pukul 05.50 WITA dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan 3360 gram dan panjang badan 49 cm pada usia kehamilan 38 minggu 1 hari hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Varney et al., 2007). Bayi baru lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari (PMK. No. 53 Tahun 2014). Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gr sampai dengan 4.000 gr.BBL fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Kemenkes RI, 2010). Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph, 2013). Segera setelah lahir bayi dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama 1 jam, keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah kehilangan panas,berdasarkan penelitian Amelia dan Nuraini (2019) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kestabilan suhu tubuh bayi baru lahir dengan pvalue = 0,0001, dari hasil penelitian menyatakan terdapat peningkatan suhu tubuh BBL hingga 0,79oC setelah dilakukan IMD. Dalam penelitian lain menyatakan terdapat pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap suhu aksila pada bayi setelah satu jam kelahiran.Suhu tubuh bayi baru lahir setelah pelaksanaan IMD berada dalam keadaan stabil dikarenakan ibu dan bayi tampak lebih tenang dan bahagia. Kulit tubuh ibumampu mengontrol kehangatan dadanya sesuai kebutuhanbayinya, hal ini akanmembuat bayiakan berada pada suhu tubuh yang optimal sehingga bayi merasa lebih tenang dan nyaman (Hutagaol et al., 2014). Dalam penelitian lain menunjukkan hasil yang serupa yaitu menurunnya pervalensi kejadian 40



hopotermia hingga 42% pada bayi baru lahir yang menerima tindakan skin to skin contact (SSC) melalui IMD (Safari et al., 2018) Dalam penelitian Smith (2017)menyatakan bahwa terdapat peningkatan risiko kemantian neonatal yang disebabkan oleh keterlambatan dalam inisiasi menyusu dini. Bayi yang mulai menyusu antara 2-23 jam setelah lahir memiliki risiko kematian neonatal 33% lebih besar dibanding dengan bayi yang mulai menyusu dalam waktu satu jam setelah lahir. Pada pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan kelainan, tali pusat bayi segar dan terdapat 2 arteri dan 1 vena. Setelah 1 jam setelah IMD, bayi segera dilakukan pemeriksaan fisik dan diberi injeksi Vit K 1 mg atau 0,5 cc secara IM pada paha sebelah kiri bayi. Dalam penelitian (Sankar et al., 2016) menyatakan bahwa pemberian 1 mg vitamin K saat lahir dapat mengurangi kejadian perdarahan akibat defisiensi vitamin K selama bayi, mengingat tingginya risiko mortilitas dan morbiditas pada bayi maka pemberian vitamin K segera setelah lahir merupakan tindakan yang tepat dalam mencegah terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir. Sejalan dengan penelitian (Ng & Loewy, 2018)menyatakan bayi baru lahir berisiko mengalami perdarahan yang disebabkan oleh devisiensi vitamin K, Canadian Pediatric Society dan College of Family Physicians of Canada merekomendasikan pemberian IM rutin vitamin K dosis tunggal 0,5 mg hingga 1 mg untuk semua bayi baru lahir. Bayi akan diberikan imunisasi Hb0 0,5 cc pada paha kanan bayi secara IM sebagai pencegahan terhadap infeksi hepatitis B pada usia 6 jam. Vaksin hepatitis B mengandung antigen permukaan virus hepatitis B yang diinaktifkan (HBsAg) dan dijerap pada adjuvan aluminium hidroksida. Di buat secara biosintetis menggunakan teknologi DNA rekombinan. vaksin digunakan pada individu yang memiliki risiko tinggi tertular hepatitis B, pada bayi baru lahir diberikan segera setalah bayi lahir dan dilanjutkan hingga tiga dosis pada usia 2 3 dan 4 bulan untuk membentuk kekebelan tubuh bayi dari infeksi virus hepatitis B (BPOM RI, 2015). Dalam penelitian Hu A, Cai dan Zheng (2021) menyatakan bahwa risiko 41



infeksi hepatitis B dari ibu ke bayi mencapai 12,1% oleh sebab itu pemberian imunisasi hepatitis B segera setelah lahir dianggap mampu menurunkan risiko penularan dari ibu ke bayi serta memberikan perlindungan pada bayi dari risiko terlular dari lingkungan. Sejalan dengan penelitian Awuku & Yeboah-Afihene, (2018) menyatakan bahwa risiko bayi baru lahir terinfeksi virus hepatitis B mencapai 90% pada ibu yang terkonfirmasi positif, sedangkan 5-20% bayi terinfeksi hepatitis B dari ibu yang terkonfirmasi negatif. WHO menganjurkan pemberian imunisasi hepatitis B dosis lahir (HB0) diberikan sesegera mungkin setelah lahir, sebaiknya dalam waktu 24 jam (Akbar et al., 2021). Salp mata oxytetracyclin 1% diberikan pada kedua mata bayi sebagai pencegahan terhadap infeksi bakteri dari jalan lahir. Konjungtivitis neonetal adalah penyakit mata yang paling umum pada neonatus di seluruh dunia, faktor risiko terjadinya infeksi mata antara lain ketuban pecah dini, kelahiran prematur, infeksi subklinis dari saluran kelamin wanita selama kelahiran, dan definsiensi nutrisi selama kehamilan(Msukwa et al., 2014). Konjungtivitis neonatal dikaitkan dengan perawatan prenatal yang buruk, faktor risiko ibu paling umum meliputi ketuban pecah dini, sepsis saat lahir, IMS, HIV positif, infeksi stafilokokus selama kehamilan, dan korioamnionitis. Pencegahan paling umun dilakukan adalah dengan pemberian salp mata tertasiklin pada neonatus (34%) dan kombinasi antara benzly penicilin dan gentamicin (25%)(Smith-Norowitz et al., 2021). Dalam penelitian Berhe et al., (2017) menyatakan perawatan neonatal esensial meliputi perawatan tali pusat yang aman, pemberian salp mata tertasiklin, vaksinasi saat lahir, dan pemberian ASI segera setelah lahir terbukti dapat menurunkan faktor risiko kematian neonatal. Menunda untuk memandikan bayi segera setelah persalinan dapat menurunkan resiko terjadinya hipotermi pada bayi. Menurut Khan et al (2018) Perawatan termal bayi baru lahir adalah salah satu yang direkomendasikan strategi untuk mengurangi hipotermia, yang berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas neonatal. Menurut Monteagudo et, al., (2011) penelitian 42



menunjukkan bahwa mandi pertama harus ditunda setidaknya selama 24 jam, tanpa melepas vernix caseosa, yang akan membawa sejumlah manfaat bagi bayi baru lahir, seperti: termoregulasi yang memadai, hidrasi kulit, tidak adanya pengelupasan



kulit,



pengurangan



eritema



toksik



neonatal,



peningkatan



penyembuhan luka dan perlindungan dari kolonisasi kulit oleh bakte non-patogen dikumpulkan di tingkat nasional dalam banyak survei. WHO (2013) merekomendasikan penundaan memandikan bayi optimalnya dilakuakn minimal 6 jam sampai 24 jam usia kelahiran, untuk menjaga agar tidak terjadi hipotermi. Menurut Penelitian Priyadarshi et al., (2022) yang melakukan penelitian di india pada 1646 neonatus yang dimandikan setelah 6 jam dan 24 jam kelahiran dapat mencegah terjadinya hipotermi dan hipoglikemi serta meningkatkan prilaku ASI Eklusif yang tentu meningkatkan kesehatan neonates. B. Interpretasi Data Dasar Data yang didapatkan dari konsep asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis yang ditemukan di lahan praktik Klinik Sinar Sehat pada Bayi ibu A NCB SMK usia 1 jam penulis menegakkan diagnosa sesuai nomenklatur kebidanan. C. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada masalah atau penyakit yang berpotensi mengganggu kesehatan bayi. D. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera Pada kasus yang ditemukan di lahan praktik pda Bayi Ibu A NCB SMK usia 1 jam tidak ada tindakan kebutuhan segera yang perlu dilakukan. E. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh Pada tahap perencanaan asuhan pada Bayi Ibu A NCB SMK usia 1 jam antara lain pemberian asuhan sejumlah 8 yaitu: 1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 43



Menurunnya pervalensi kejadian hopotermia hingga 42% pada bayi baru lahir yang menerima tindakan skin to skin contact (SSC) melalui IMD (Safari et al., 2018) Dalam penelitian Smith (2017) menyatakan bahwa terdapat peningkatan risiko kemantian neonatal yang disebabkan oleh keterlambatan dalam inisiasi menyusu dini. Bayi yang mulai menyusu antara 2-23 jam setelah lahir memiliki risiko kematian neonatal 33% lebih besar dibanding dengan bayi yang mulai menyusu dalam waktu satu jam setelah lahir. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama 1 jam, keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah kehilangan panas,berdasarkan penelitian Amelia dan Nuraini (2019) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kestabilan suhu tubuh bayi baru lahir dengan pvalue = 0,0001, dari hasil penelitian menyatakan terdapat peningkatan suhu tubuh BBL hingga 0,79oC setelah dilakukan IMD 2. Menjaga kehangatan bayi 3. Pemeriksaan fisik 4. Pemebrian injeksi vitamin K Sankar et al. (2016) menyatakan bahwa pemberian 1 mg vitamin K saat lahir dapat mengurangi kejadian perdarahan akibat defisiensi vitamin K selama bayi, mengingat tingginya risiko mortilitas dan morbiditas pada bayi maka pemberian vitamin K segera setelah lahir merupakan tindakan yang tepat dalam mencegah terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir. Sejalan dengan penelitian (Ng & Loewy, 2018) menyatakan bayi baru lahir berisiko mengalami perdarahan yang disebabkan oleh devisiensi vitamin K, Canadian Pediatric Society dan College of Family Physicians of Canada merekomendasikan pemberian IM rutin vitamin K dosis tunggal 0,5 mg hingga 1 mg untuk semua bayi baru lahir. 5. Pemberian salp mata Salp mata oxytetracyclin 1% diberikan pada kedua mata bayi sebagai pencegahan terhadap infeksi bakteri dari jalan lahir. Konjungtivitis neonetal adalah penyakit mata yang paling umum pada neonatus di seluruh dunia, faktor 44



risiko terjadinya infeksi mata antara lain ketuban pecah dini, kelahiran prematur, infeksi subklinis dari saluran kelamin wanita selama kelahiran, dan definsiensi nutrisi selama kehamilan(Msukwa et al., 2014). Konjungtivitis neonatal dikaitkan dengan perawatan prenatal yang buruk, faktor risiko ibu paling umum meliputi ketuban pecah dini, sepsis saat lahir, IMS, HIV positif, infeksi stafilokokus selama kehamilan, dan korioamnionitis. Pencegahan paling umun dilakukan adalah dengan pemberian salp mata tertasiklin pada neonatus (34%) dan kombinasi antara benzly penicilin dan gentamicin (25%)(Smith-Norowitz et al., 2021). 6. Memandikan Bayi usia lebih dari 6 jam Menunda untuk memandikan bayi segera setelah persalinan dapat menurunkan resiko terjadinya hipotermi pada bayi. Menurut Khan et al (2018) Perawatan termal bayi baru lahir adalah salah satu yang direkomendasikan strategi untuk mengurangi hipotermia, yang berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas neonatal. WHO (2013) merekomendasikan penundaan memandikan bayi optimalnya dilakuakn minimal 6 jam sampai 24 jam usia kelahiran, untuk menjaga agar tidak terjadi hipotermi. Menurut Penelitian Priyadarshi et al., (2022) yang melakukan penelitian di india pada 1646 neonatus yang dimandikan setelah 6 jam dan 24 jam kelahiran dapat mencegah terjadinya hipotermi dan hipoglikemi serta meningkatkan prilaku ASI Eklusif yang tentu meningkatkan kesehatan neonates. 7. Pemberian imunisasi Hb0 pada usia 6 jam Vaksin hepatitis B mengandung antigen permukaan virus hepatitis B yang diinaktifkan (HBsAg) dan dijerap pada adjuvan aluminium hidroksida. Di buat secara biosintetis menggunakan teknologi DNA rekombinan. vaksin digunakan pada individu yang memiliki risiko tinggi tertular hepatitis B, pada bayi baru lahir diberikan segera setalah bayi lahir dan dilanjutkan hingga tiga dosis pada usia 2 3 dan 4 bulan untuk membentuk kekebelan tubuh bayi dari infeksi virus hepatitis B (BPOM RI, 2015). Penelitian Awuku & Yeboah-Afihene, (2018) 45



menyatakan bahwa risiko bayi baru lahir terinfeksi virus hepatitis B mencapai 90% pada ibu yang terkonfirmasi positif, sedangkan 5-20% bayi terinfeksi hepatitis B dari ibu yang terkonfirmasi negatif. WHO menganjurkan pemberian imunisasi hepatitis B dosis lahir (HB0) diberikan sesegera mungkin setelah lahir, sebaiknya dalam waktu 24 jam (Akbar et al., 2021). 8. Melakukan rawat gabung ibu dan bayi. F. Pelaksaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya,baik terhadap masalah klien maupun diagnosa yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan bidan secara kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Sari, 2012). Dari 7 rancangan asuhan kebidanan pada By. Ny. A, semua asuhan dapat dilaksanakan sesuai dengan tugas dan wewenang kebidanan yang berdasarkan evidence base kebidanan. G. Evaluasi Langkah ini dilakukan untuk mengevaluasi keefektivitasan dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diindentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif bila memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Estiwidani, 2008). 1. Bayi berhasil mendapatkan puting saat melakukan IMD 2. Bayi tetap terjaga kehangatannya 3. Hasil pemeriksaan fisik, tidak ditemukan kelainan atau kecacatan fisik 4. Bayi Ny. A telah diberikan suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan 5. By. Ny. A telah diberikan salp mata untuk menghindari infesi pada mata 6. By. Ny. A dimandikan lebih dari 6 jam setelah kelahiran agar menjaga tidak terjadi hipotermi 7. By. Ny. A telah diberikan suntik HB0 untuk memberikan pencegahan terhadap 46



infeksi virus Hepatitis B 8. By. Ny. A dapat melakukan rawat gabung dengan ibu



47



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kasus yang dibahas dalam laporan ini adalah asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis pada bayi ibu A NCB SMK usia 1 jam. Berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan fisik, evaluasi dan permbahasan yang telah dipaparkan sebelumnya pelaksanaan asuhan bayi baru lahir di Klinik Sinar Sehat telah dilaksanakan dengan baik dan seluruh asuhan yang direncanakan telah diberikan. B. Saran Setelah menyimpulkan proses kegiatan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis maka terdapat beberapa saran yang diajukan, antara lain: 1. Bagi orang tua, dianjurkan untuk melakukan perawatan bayi baru lahir sesuai dengan kebutuhan bayi serta memantau pertumbuhan dan perkembangan secara teratur. 2. Bagi tenaga kesehatan, diharapkan untuk memberikan pelayanan asuhan bayi baru lahir sesuai dengan standar yang berlaku agar dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan bayi baru lahir yang sehat.



48



DAFTAR PUSTAKA Akbar, S. M. F., al Mahtab, M., Begum, F., Hossain, S. A. S., Sarker, S., Shrestha, A., Khan, M. S. I., Yoshida, O., & Hiasa, Y. (2021). Implications of birth-dose vaccination against hepatitis B virus in southeast Asia. In Vaccines (Vol. 9, Issue 4). MDPI. https://doi.org/10.3390/vaccines9040374 Amelia, P. K., & Nuraini, N. (2019). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Kestabilan Suhu Tubuh pada Bayi Baru Lahir di RS Muhammadiyah Gresik Kabupaten Gresik. https://doi.org/10.21070/mid.v5i2.2764 Awuku, Y. A., & Yeboah-Afihene, M. (2018). Hepatitis B At-Birth dose vaccine: An urgent call for implementation in Ghana. In Vaccines (Vol. 6, Issue 1). MDPI AG. https://doi.org/10.3390/vaccines6010015 Berhe, M., Medhaniye, A. A., Kahsay, G., Birhane, E., & Abay, M. (2017). Essential neonatal care utilization and associated factors among mothers in public health facilities of Aksum Town, North Ethiopia, 2016. PLoS ONE, 12(4). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0175902 Hu, A. qun, Cai, Q. ying, Zhang, M., Liu, H. yan, Wang, T. lei, Han, W. hui, Li, Q., Fan, W., Li, Y. jie, He, Y. ning, & Zheng, Y. jie. (2021). Overt and occult hepatitis B infection after neonatal vaccination: mother-to-infant transmission and HBV vaccine effectiveness. International Journal of Infectious Diseases, 104, 601–609. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2021.01.045 Hutagaol, H. S., Darwin, E., & Yantri, E. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. In Jurnal Kesehatan Andalas (Vol. 3, Issue 3). http://jurnal.fk.unand.ac.id Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. In: Kesehatan (Jakarta, Ed.). Khan, S. M., Kim, E. T., Singh, K., Amouzou, A., & Carvajal-Aguirre, L. (2018). Thermal care of newborns: Drying and bathing practices in Malawi and Bangladesh. Journal of Global Health, 8(1). https://doi.org/10.7189/jogh.08.010901 Marmi K, R. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Pustaka Pelajar. Marmi, S. S., & Rahardjo, K. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Pustaka Pelajar. Maryunani, A., & Nurhayati. (2008a). Asuhan Bayi Baru Lahir Normal (Asuhan  Neonatal). TIM. Maryunani, A., & Nurhayati. (2008b). Asuhan Bayi Baru Lahir Normal (Asuhan  Neonatal). TIM. Msukwa, G., Batumba, N., Drucker, M., Menezes, L., & Ranjit, R. (2014). Maternal and neonatal risk factors associated with vertical transmission of ophthalmia neonatorum in neonates receiving health care in Blantyre, Malawi. Middle East African Journal of Ophthalmology, 21(3), 240–243. https://doi.org/10.4103/0974-9233.134684 Ng, E., & Loewy, A. D. (2018). Guidelines for Vitamin K prophylaxis in newborns. Paediatrics and Child Health (Canada), 23(6), 394–397. https://doi.org/10.1093/pch/pxy082 49



Postnatal care of the mother and newborn 2013. (n.d.). Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kandungan (3rd ed.). PT Bima Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Priyadarshi, M., Balachander, B., Gupta, S., & Sankar, M. J. (2022). Timing of first bath in term healthy newborns: A systematic review. Journal of Global Health, 12. https://doi.org/10.7189/jogh.12.12004 Rudolph, A. M. D. (2013). Buku Ajar Pedatri Rudolph Volume 1 (Vol. 1). EGC. Safari, K., Saeed, A. A., Hasan, S. S., & Moghaddam-Banaem, L. (2018). The effect of mother and newborn early skin-to-skin contact on initiation of breastfeeding, newborn temperature and duration of third stage of labor. International Breastfeeding Journal, 13(1). https://doi.org/10.1186/s13006-018-0174-9 Saifuddin, A. B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan  Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo. Sankar, M. J., Chandrasekaran, A., Kumar, P., Thukral, A., Agarwal, R., & Paul, V. K. (2016). Vitamin K prophylaxis for prevention of Vitamin K deficiency bleeding: A systematic review. In Journal of Perinatology (Vol. 36, Issue S1, pp. S29–S34). Nature Publishing Group. https://doi.org/10.1038/jp.2016.30 Smith, E. R., Hurt, L., Chowdhury, R., Sinha, B., Fawzi, W., & Edmond, K. M. (2017). Delayed breastfeeding initiation and infant survival: A systematic review and metaanalysis. PLoS ONE, 12(7). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0180722 Smith-Norowitz, T. A., Ukaegbu, C., Kohlhoff, S., & Hammerschlag, M. R. (2021). Neonatal prophylaxis with antibiotic containing ointments does not reduce incidence of chlamydial conjunctivitis in newborns. BMC Infectious Diseases, 21(1). https://doi.org/10.1186/s12879-021-05974-3 Varney, H., Krabs, J., & Gegor, C. (2007). Buku Ajar Kebidanan (EGC, Ed.; Vol. 1). Yeo, C. L., Biswas, A., Ee, T. T. K., Chinnadurai, A., Baral, V. R., Chang, A. S. M., Ereno, I. L., Ho, K. Y. S., Poon, W. B., Shah, V. A., & Quek, B. H. (2017). Singapore neonatal resuscitation guidelines 2016. In Singapore Medical Journal (Vol. 58, Issue 7, pp. 391–403). Singapore Medical Association. https://doi.org/10.11622/smedj.2017066   Monteagudo, B., Labandeira, J., León-Muiños, E., Romarís, R., Ramírez-Santos, A., González-Vilas, D., Fernández-Prieto, R., & Toribio, J. (2011). Influencia de los factores neonatales y maternos en la prevalencia de vérnix caseosa [Influence of neonatal and maternal factors on the prevalence of vernix caseosa]. Actas dermosifiliograficas, 102(9), 726–729. https://doi.org/10.1016/j.ad.2011.01.006



50