LK KB AKDR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS STASE ASUHAN KEBIDANAN KB DAN PERIMENOPAUSE ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N DENGAN KB AKDR Dosen Pembimbing Pendidikan : DR. Noviyanti, SST.,M.Keb., MH.Kes Dosen Pembimbing Lapangan : Bdn Rinny Fitria Dewi, S.T



Disusun Oleh : Neng Hilda Apriyanti



: 2250351070



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERALACHMAD YANI 2022/20



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS STASE ASUHAN KEBIDANAN KB DAN PERIMENOPAUSE ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N DENGAN KB AKDR TAHUN AKADEMIK 2022/2023



Dosen Pembimbing Pendidikan : DR. Noviyanti, SST.,M.Keb., MH.Kes Dosen Pembimbing Lapangan: Bdn Rinny Fitria Dewi, S.T



Cimahi, April 2023



Pembimbing Akademik



(DR. Noviyanti, SST.,M.Keb., MH.Kes)



Pembimbing Lapangan



(Bdn. Rinny Fitria Dewi, S.T)



Mahasiswa



(Neng Hilda Apriyanti)



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus (LK) tentang Asuhan Kebidanan KB dan Perimenopause akdrpasca Plasenta. Laporan Pendahuluan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan Kasus (LK) ini. Untuk itu kami menyampaikanbanyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan LK ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki LP ini. Akhir kata penulis berharap semoga LK tentang Asuhan Kebidanan AKDR Pasca Plasenta.ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Cianjur, April 2023



Penulis



DAFTAR ISI



Cover



Lembar Pengesahan ............................................................................................... i



Kata Pengantar ...................................................................................................... ii



Daftar Isi .............................................................................................................. iii



BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1



BAB II TINJAUAN TEORI ...............................................................................6



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk masih merupakan masalah utama yang sedang di hadapi Negara berkembang termasuk Indonesia Jumlah penduduk yang besar tanpa diiringi kualitas sumber daya manusia yang baik mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan rakyat. Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga kecil berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2013). Intenational Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994, menempatkan setiap individu mempunyai hak dalam



1



mencapai tujuan reproduksinya (Tukiran dkk, 2010). Indonesia mempunyai kebijakan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk diantaranya melalui program KB, akan tetapi beberapa tahun terakhir program yang dilakukan melalui KB stagnan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan cara penurunan angka kelahiran dengan jalan Keluarga Berencana (KB). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu metode kontrasepsi yang cukup aman dan paling dianjurkan dalam Program Nasional Keluarga Berencana di Indonesia. Karena mempunyai efektifitas 97-99 % untuk mencegah kehamilan dan pemakaian jangka panjang. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi ASI, kelancaran ataupun kadar Air Susu Ibu (ASI) 1.2 Tujuan LK ini bertujuan untuk mengetahui dasar teori asuhan kebidanan KB tentang AKDR 1.3 Manfaat Diharapakan dapat menambah pengetahuan ilmu dasar kebidanan khususnya dibidang Kesehatan KB tentang AKDR/



2



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Pasca Plasenta Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak. Pemasangan dilakukan dalam 10 menit setelah plasenta lahir (pada persalinan normal). Pada persalinan caesar, dipasang pada waktu operasi caesar (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Alat kontrasepsi dalam rahim paska plasenta adalah insersi AKDR yang dilakukan dalam 10 menit setelah melahirkan plasenta. Waktu pemasangan yang ideal, dengan angka ekspulsi yang rendah yaitu 9,5%12,5% (Kemenkes, 2013). Kemenkes (2013) membagi waktu pemasangan AKDR yaitu : a. Alat



Kontrasepsi



Dalam



Rahim



segera



paskasalin



(immediate paskapartum) adalah insersi AKDR yang dilakukan setelah 10 menit hingga 48 jam paskasalin, pemasangan ini masih aman dengan angka ekspulsi 2537%. b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim paskasalin tertunda (late paskapartum) adalah pemasangan AKDR setelah 48 jam sampai 4 minggu paskasalin, pemasangan waktu ini risiko



3 2



perforasi dan ekspulsi meningkat, rentang waktu ini tidak dianjurkan untuk insersi AKDR. c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim interval – paskasalin lanjutan (ektended paskapartum) adalah insersi AKDR yang dilakuan setelah 4 minggu paskasalin, ini merupakan waktu yang aman, dengan angka ekspulsi 3-13%. Meskipun angka ekspulsi pada pemasangan AKDR segera paskasalin lebih tinggi dibandingkan teknik pemasangan masa interval, angka ekspulsi ini dapat 7 diminimalisasi bila pemasangan dilakukan dalam waktu 10 menit setelah melahirkan plasenta, AKDR ditempatkan cukup tinggi pada fundus uteri dan pemasangan dilakukan oleh tenaga terlatih khusus (Kemenkes, 2013). 2.2 Jenis alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) Jenis AKDR dibagi menjadi dua yakni AKDR hormonal dan non hormonal. AKDR



hormonal



dibedakan



menurut



bentuk



dan



tambahanobat atau metal. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi bentuk terbuka (open device) misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7, Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T. Bentuk tertutup (closed device) misalnya Ota ring, Antigon, Grafen Berg Ring. Menurut tambahan obat atau metal dibagi menjadi medicated intrauterine device (IUD), misalnya Cu-T-200, 220, 300, 380A; Cu-7, Nova-T, ML-Cu 250, 375, selain itu ada Copper-T, Copper-7, Multi Load, dan Lippes Load.



4



AKDR hormonal ada dua jenis yaitu Progestasert-T dan LNG-20 (Setyaningrum, 2016). Jenis AKDR Cu T-380A adalah jenis AKDR yang beredar di Indonesia. AKDR jenis ini memiliki bentuk yang kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu) (Setyaningrum, 2016). 2.3 Mekanisme kerja IUD Pacsa Plasenta Cara kerja AKDR pasca plasenta sama dengan AKDR lain yaitu mencegah sperma dan ovum bertemu dengan mempengaruhi kemampuan sperma agar tidak mampu fertilisasi, mempengaruhi implantasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, dan menghalangi implantasi embrio pada endometrium (Rusmini, dkk, 2017). AKDR mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Menurut Setyaningrum (2016) cara kerja dari AKDR yaitu menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii karena adanya ion tembaga yang dikeluarkan AKDR dengan cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa. AKDR memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus karena terjadinya pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastoksis mungkin dirusak oleh makrofag dan blastoksis 2.4 Efektivitas alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pasca plasenta



5



Efektivitas tinggi, 99,2 – 99,4% (0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama). Telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan perdarahan. Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko ekspulsi (Kementerian Kesehatan RI, 2014). 2.1 tabel angka ekspulsi pemasangan AKDR pasca plasenta



2.5 Keuntungan menggunakan akdr Keuntungan pemasangan AKDR pasca plasenta menurut Kementerian Kesehatan RI (2014) yaitu: 6



a. Dapat efektif segera setelah pemasangan b. Metode jangka panjang c. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual e. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil f. Tidak ada efek samping hormonal g. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI h. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi) i. Dapat digunakan sampai menopause (satu tahun atau lebih setelah haid terakhir) j. Tidak ada interaksi dengan obat-obat k. Mencegah kehamilan ektopik 2.6 Efek samping dan komplikasi pemasangan akdr pasca plasenta Efek samping dan komplikasi pemasangan AKDR pasca plasenta menurut Kementerian Kesehatan RI (2014) yaitu: a. Perubahan siklus haid (umumnya pada tiga bulan pertama dan akan berkurang setelah tiga bulan) b. Haid lebih lama dan banyak c. Perdarahan (spotting)antar menstruasi d. Saat haid lebih sakit



7



e. Merasakan sakit dan kejang selama tiga sampai lima hari setelah pemasangan f. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia g. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar) 2.7 Tekhnik pemasangan alat kontrasepis dalam Rahim (AKDR) pasca salin Alat kontrasepsi dalam rahim yang dipasang pascalepas plasenta sampai sejauh ini masih menggunakan AKDR biasa yang dipasang dengan dua cara yaitu (Rusmini, dkk., 2017): a. Cara pertama adalah dijepit dengan menggunakan dua jari dan dimasukkan ke dalam rongga uterus melalui serviks yang masih terbuka sehingga seluruh tangan bisa masuk. AKDR diletakkan tinggi menyentuh fundus uteri. b. Cara kedua dengan menggunakan klem cincin (ring forceps) dimana AKDR dipegang pada pertemuan antara kedua lengan horizontal dengan lengan vertikal dan diinsersikan jauh ke dalam fundus uteri 2.8 Faktor yang berhubungan dengan penggunaan AKDR pasca plasenta Menurut Kusumaningrum (2017), Kusumaningrum (2009) dan Adhyani, Budi dan Hari (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi antara lain tingkat pendidikan, status ekonomi,



8



konseling, peran suami, umur, paritas, pekerjaan dan penerimaan informasi tentang KB. a. Tingkat pendidikan Semakin tinggi pendidikan suatu masyarakat, semakin tinggi pula



harapan



mereka



dalam



memperoleh



informasi



(Kusumaningrum, 2017). Berdasarkan penelitian Sudiarti (2013), ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar untuk menggunakan MKJP dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. b. Status ekonomi Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan perbulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga bahan pokok (Soekanto, 2005). Menurut penelitian Adhyani, Budi dan Hari (2011) ada hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa didalam pemilihan alat kontrasepsi sebaiknya memang harus dilihat dari kapasitas mereka untuk membeli kontrasepsi tersebut. Sehingga pemakaian kontrasepsi tidak dirasa memberatkan bagi si penggunanya. c. Konseling Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana. Konseling oleh petugas



9



kesehatan, membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi sesuai dengan pilihannya (Saifuddin, 2006). Menurut Widiastuti, dkk. (2016), peran petugas kesehatan kemungkinan berkaitan dengan frekuensi ANC yang cukup besar yaitu 72,6% responden memeriksakan kehamilan sebanyak empat sampai sembilan kali. Pemberian informasi dan konseling oleh petugas kesehatan tentang kontrasepsi AKDR pasca plasenta dilakukan saat pemeriksaan kehamilan atau dilaksanakan terpadu dalam P4K melalui amanat persalinan serta penyampaian informasi pada kelas ibu hamil dan diingatkan kembali pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan berikutnya. d. Peran/dukungan suami Peran keluarga menunjukkan beberapa perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, didefinisikan dan diharapkan secara normatif dan seseorang dalam 15 situasi sosial tertentu (Friedman, 1998). Menurut Bahiyatun (2009) peran suami dalam KB dan kesehatan reproduksi merupakan bagian dari pelaksanaan hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi. Dalam hal ini termasuk pemenuhan hak-hak pria untuk mendapat informasi dan akses terhadap pelayanan KB yang aman dan terjangkau, dapat diterima dan menjadi pilihan mereka, serta metode pengaturan kelahiran lainnya yang tidak



10



bertentangan dengan hukum, etika dan nilai sosial. Rendahnya partisipasi pria dalam KB dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari sisi pria itu sendiri (pengetahuan, sikap dan kebutuhan yang diinginkan),



lingkungan,



sosial



budaya,



masyarakat,



keluarga/istri, keterbatasan informasi aksebilitas terhadap pelayanan KB pria, keterbatasan jenis kontrasepsi pria. Penelitian Widiastuti, dkk. (2016) menyatakan responden yang tidak mendapat dukungan suami (16,7%) menerima AKDR, sedangkan responden yang mendapatkan dukungan suami (62,5%) menerima AKDR. e. Umur Wiknjosastro (2009) dalam Mujiastuti (2017) menyatakan faktor usia sangat berpengaruh pada aspek reproduksi manusia terutama dalam pengaturan jumlah anak yang dilahirkan yang akan berhubungan dengan pola kesehatan ibu. Pasangan Usia Subur (PUS) berusia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilan dengan menggunakan pil KB, suntik, susuk, kondom. Wanita berusia 20-30 tahun masuk dalam tahap menjarangkan kehamilan, yaitu walaupun sudah memiliki anak cukup tetapi masih ada keinginan untuk menambah anak lagi biasanya menggunakan IUD, implant dan suntikan. Wanita berusia di atas 35 tahun atau pada fase mengakhiri kesuburan, dianjurkan



11



menggunakan



Kontrasepsi



Mantap,



IUD,



susuk/AKBK



(Wiknjosastro, 2009). f. Paritas Mujiastuti (2017) menyatakan bahwa responden multipara jumlahnya lebih banyak dibanding dengan responden primipara yang menggunakan kontrasepsi IUD post plasenta. Hal ini menunjukkan bahwa pasangan dengan jumlah anak hidup lebih banyak terdapat kecenderungan menggunakan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi sementara pada pasangan dengan jumlah anak hidup masih sedikit terdapat kecenderungan untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan efektifitas rendah, dan apabila terjadi kehamilan tidak akan terjadi kehamilan dengan resiko tinggi. g. Pekerjaan Pekerjaan berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk mencukupi semua kebutuhan salah satunya kemampuan untuk menggunakan alat kontrasepsi (Mujiastuti, 2017). h. Penerimaan informasi tentang KB Informasi yang disampaikan dengan baik akan membantu meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi efek samping dan mengurangi tingkat putus pakai pada pemakaian alat kontrasepsi. Informasi KB yang berkualitas dapat memberi kontribusi pada peningkatan pemahaman akseptor dalam



12



pengetahuan pengendalian kelahiran anak serta akan membantu meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi efek samping dan mengurangi tingkat putus pakai pada pemakaian alat kontrasepsi, namun bukan hanya informasi saja yang dibutuhkan tetapi aspek pendidikan harus mendapat perhatian, baik dalam menyampaikan informasi (komunikator), maupun pada yang menerima informasi (komunikan) (Herawati, 2014). 17 Penelitian Adhyani, Budi dan Hari (2011) menyatakan dari 60 responden, 27 (45%) responden tidak pernah mendapat informasi KB sebelumnya dan 33 (55%) responden berpendapat bahwa sudah pernah mendapat informasi KB sebelumnya. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh penerimaan informasi KB dengan pemilihan kontrasepsi didapat nilai p sebesar 0,011 (p < 0,05) 2.9 Indikasi atau persayratan menggunakan IUD 1. Usia reproduktif dan keadaan multipara 2. Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka Panjang 3. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi 4. Tiak menyusui bayinya 5. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi 6. Resiko rendah dari IMS 7. Tidak menghendaki metode hormonal 8. Tidak menyukai untuk mengingat-ngingat minum pil setiap hari.



13



Sedangkan persyaratan untuk penggunaan IUD pasca plasenta adalah sebagai berikut : 1. Tidak mengalami ketuban pecah dini 2. Tidak infeksi postpartum 3. Tidak perdarahan post partum



14



15



BAB III TINJAUAN KASUS



FORMAT PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PERIODE MASA ANTARA (KB) Nama pengkaji



: Neng Hilda Apriyanti



Tanggal Pengkajian



: 04 April 2023



Jam Pengkajian



: 10.00 wib



Tempat



: Pkm



I.



DATA SUBYEKTIF A. Identitas / Biodata Nama : Ny. N



Nama Suami



: Tn.A



Umur



Umur



: 31 thn



Suku/Kebangsaan : Sunda



Suku/Kebangsaan



: Sunda



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Pendidikan



: SLTA



Pendidikan



: SLTA



Pekerjaan



: IRT



Pekerjaan



: Wiraswasta



Alamat rumah



: Cianjur



Alamat Rumah



: Cianjur



Telp



:081xxx



: 29 thn



Telp



No Jaminan Kesehatan : -



B. Status Kesehatan 1. Datang pada tanggal : 27 April 2023 2. Alasan Kunjungan ini :



Pukul : 10.00 WIB



:



a.



Pertama Tujuan :



Menunda Kehamilan Mengatur Jarak Kelahiran Membatasi jumlah anak



b.



Rutin Jenis KB : ......................................................... Jadual kunjungan ulang (Kontrasepsi suntik) : ............................................................................................... (Jika Rutin dan kunjungan pada bidan yang sama, riwayat reproduksi dan



menstruasi tidak perlu ditanyakan kembali)



c.



Ada keluhan



3. Keluhan – keluhan : tidak ada keluhan Rasa Lelah ………………………………………………………. Mual dan muntah yang lama ……………………………………. Nyeri perut ……………………………………………………… Panas, menggigil ……………………………………………….. Sakit kepala berat/ terus menerus ……………………………… Penglihatan kabur ……………………………………………… Rasa nyeri/ panas waktu BAK ………………………………… Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya …………………. Pengeluaran cairan pervaginam ……………………………….. Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai ………………………….. Oedem …………………………………………………………….



16



Anemia ............................................................................................ Infeksi sistem genital,PMS atau infeksi panggul ............................ Kanker Serviks ................................................................................ Perdarahan saat berhubungan .........................................................



4. Riwayat menstruasi : a. Haid pertama : Umur 14 Tahun b. Siklus



: 28 Hari



c. Banyaknya



: 3 kali ganti pembalut



d. Dismenorrhoe



: tidak



e. Teratur/tidak



: teratur



f. Lamanya



: 7 hari



g. Sifat darah



: cair



h. Keputihan



: tidak ada



5. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : No



Tgl/



Tempat



Jenis



Tahun



pertolong



persalinan



Persalinan 1



2015



2



2023



an PMB PMB



Usia



Penolong



Kehamilan



Penyulit



Nifas



P/persalina n



Anak J K



TB/BB



Umur



Spontan



9 bulan



Bidan



Tidak ada



Normal



L



50/3000



8 tahun



Spontan



9 bulan



Bidan



Tidak ada



Normal



P



50/3200



50 hari



6. Riwayat Penyakit : a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita : Jantung



: tidak ada



17



Ginjal



: tidak ada



Asma/TBC



: tidak ada



Hepatitis



: tidak ada



D.M



: tidak ada



Hipertensi



: tidak ada



Epilepsi



: tidak ada



Lain – lain



: tidak ada



b. Riwayat penyakit keluarga. Jantung



: tidak ada



Hipertensi



: tidak ada



D. M.



: tidak ada



c. Riwayat Sosial. Perkawinan : ▪



Status perkawinan : sah Kawin : 1Kali







Kawin 1 : Umur : 20 Tahun, dengan suami umur : 23 tahun Lamanya : 9 tahun Tahun, Anak : 2 Orang



7. Data Sosial Pengetahuan tentang : a. Metode kontrasepsi : ya, ibu mengetahui b. Pengetahuan yang lain : -



II.



DATA OBYEKTIF



Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum Kesadaran



: CM



Tanda- tanda vital



:



18



T/D : 110/70 mmhg



N : 82x/m



Tinggi Badan



: 155 Cm.



Berat badan



: 56 Kg



R : 21x/m



T : 36,7C



Ada



Tidak ada



2. Kepala Muka



: Oedem :



Mata



: Konjungtiva : tidak pucat



Sklera mata : tidak ikterik



3. Leher JVP



: tidak ada peningkatan



Kelenjar getah bening



: tidak ada pembesaran



Kelenjar tiroid



: tidak ada pembengkakan



Lainnya



: tidak ada



4. Dada dan Payudara. a. Dada Jantung : normal, duplup b. Payudara. Bentuk



: normal, simetris



Rasa Nyeri



: tidak ada



Benjolan



: tidak ada



Lainnya



: tidak ada



5. Pemeriksaan Abdomen a. Hepar, Terdapat pembengkakan : tidak ada b. Supra Pubik, terdapat benjolan : tidak ada



19



c. Daerah perut : Nyeri : tidak ada Benjolan : tidak ada d. Kandung kemih , penuh/tidak : penuh e. Uterus : Pembesaran : tidak ada pembesaran Letak : normal Tumor : tidak teraba f.



Lainnya : tidak ada.



6. Ekstremitas Bawah Varises : tidak ada Lainnya : tidak ada



7. Genetalia dan Panggul (dilakukan hanya pada akseptor KB AKDR) a. Vulva / Vagina Oedem



: tidak ada



Keadaan



: normal



Pengeluaran pervaginam : tidak ada Varises di daerah labia minora : tidak terdapat varises b. Kelenjar Skene dan Bartholini Pembengkakan



: tidak ada pembengkakan



Rasa nyeri



: tidak ada rasa nyeri



c. Serviks : Pengeluaran : lender bening dan flek coklat Inflamasi/lesi/luka merah : tidak ada



20



Tanda Chadwick : tidak ada Polip : tidak ada Nyeri Fornik posterior : tidak ada d. Kelainan lain



: tidak ada



8. Anus Tumor pada cavum douglasi : tidak ada Nyeri pada permukaan posterior antara uterus dan rectum : tidak ada (indikasi endometriosis) Lainnya : tidak ada



Data Penunjang a. Laboratorium. (Tidak Dilakukan)



III.



ANALISA



1.



Diagnosa 2.



Masalah



IV.



: P2A0 akseptor kb iud :



PENATALAKSANAAN (JAM)



10.00 1. Melakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu dan suami setuju dengan tindakan yang dilakukan. 2. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan 3. Melakukan pemasangan KB IUD (Copper T Cu 380 A) sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku 4. Mempersiapkan alat-alat dan bahan habis pakai untuk pemasangan IUD (Copper T Cu 380 A).



21



5. Memastikan ibu telah mengosongkan kandung kemih dan melakukan pencucian vagina. Ibu telah melakukan pencucian vagina dan kandung kemih dalam keadaan kosong. 6. Mempersilahkan ibu untuk naik ke tempat tidur Ginekologi dan mengatur posisi tidur ibu dengan posisi lithotomy. 7. Menggunakan sarung tangan untuk melakukan pemeriksaan genitalia eksterna untuk melihat adanya ulkus, pembengkakan kelenjar bartolin dan kelenjar skene. Pemeriksaan telah dilakukan dan tidak ditemukan kelainan. 8. Melakukan pemeriksaan panggul untuk menentukan besar, posisi, konsistensi dan mobilitas uterus, adanya nyeri goyang serviks dan tumor pada adneksa atau kavum douglas. Pemeriksaan telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah. 9. Memasukkan lengan IUD dalam kemasan steril 10. Memasukkan spekulum dan mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik sebanyak 2 kali atau lebih. 11. Memasang tenakulum untuk menjepit serviks secara hati-hati pada posisi vertikal jam 10 atau jam 2, jepit dengan pelan hanya pada satu tempat untuk mengurangi rasa sakit. Serviks telah dijepit dengan tenakulum dengan posisi vertikal jam 10. 12. Memasukkan sonde uterus sekali masuk untuk mengurangi risiko infeksi dan untuk mengukur posisi uterus serta panjang uterus ( tidak menyentuh vagina) Uterus telah diukur dengan menggunakan sonde uterus, panjangnya 6 cm. 13. Memasukkan IUD ke kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam posisi horizontal, menarik tenakulum sehingga kavum uteri, kanalis serviks dan vagina berada dalam satu garis lurus, kemudian mendorong tabung inserter sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri. Mengeluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis, pada waktu benang tampak tersembul keluar dari lubang kanalis servikalis sepanjang 3-4 cm , potong benang tersebut dengan menggunakan gunting untuk mengurangi risiko IUD tercabut keluar. Kemudian, Tarik tabung pendorong dengan hati-hati. Melepas tenakulum, bila ada perdarahan banyak dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan kasa sampai perdarahan berhenti. Copper T Cu 380 A telah terpasang dengan baik. 14. Merendam alat-alat pemasangan IUD dengan cara merendam di larutan chlorin 0,9%. 15. Mencuci tangan 16. Meminta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan IUD.



21



17. Memberikan Konseling Pasca Pemasangan - Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi tablet penambah darah 1 tablet setiap kali haid - Haid : terjadi perubahan siklus haid (umumnya bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid akan lebih lama dan banyak, saat haid terasa lebih sakit. - Mengajarkan ibu cara mengontrol benang. Memasukkan jari tengah atau jari telunujk ke dalam vagina, dan mencari benang apakah masih ada/tidak. 18. Menganjurkan ibu untuk Kontrol 1-2 minggu atau bila ada keluhan ibu mengerti untuk jadwal kontrol berikutnya. 19. Mendokumentasikan hasil tindakan kedalam kartu kunjungan) dan mencatat di dalam Register Hasil Pelayanan KB di Faskes KB 20. Pendokumentasian telah dilakukan.



22



FORMAT PENDOKUMENTASIAN



ASUHAN KEBIDANAN KB (KUNJUNGAN LANJUTAN )



NO



Nama Pasien



: Ny.N Umur : 29 Tahun



Jenis Kelamin



: Perempuan



TANGGAL / JAM



11 April 2023



CATATAN BIDAN



TT / PARAF



Subjektif : ibu dating kontril pasca pemasangan kb iud, ibu mengatakan keluar flek coklat serta kadang mengalami kram didaerahperut



09.00 WIB



Objektif : K/U : baik Kesadaran : CM TD : 110/70 mmhg N : 81x.m R : 23x/m S : 36,8C Pemeriksaan Obstetri : Tampak Merah muda, benang IUD tampak di depan mulut rahim



Analisa: Ny. N P2A0 akseptor KB IUD 7 hari



jam



(P) Penatalaksanaan



10.00 1. Memberitahu kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan ttv dalam batas normal. Ibu mengerti 2. Mempersilahkan ibu untuk melakukan pembilasan vagina dan sekaligus menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih



3. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan kontrol IUD 4. Mempersilahkan ibu untuk naik kemeja ginekologi dan mengatur posisi ibu pada posisi litotomi



23



Nama / Paraf Pemeriksa



5. Melakukan pemeriksaan IUD dengan cara bidan memakai sarung tangan steril lalu melakukan VT (Vagina Touche) kemudian spekulum dan melakukan inspekulo. -



IUD masih terpasang dengan baik dan benang terlihat di depan porsio kira-kira 3 cm. Tidak dijumpai tanda-tanda peradangan pada porsio



6. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan 7. Membersihkan alat-alat pemasangan IUD dan merapikan alat serta bhp. 8. Mempersilahkan ibu untuk turun dan menggunakan pakaian kembali 9. Melakukan konseling memberitahu kepada ibu keluhan keluhan yang dirasakan merupakan efek samping dari pasca pemasangan kb iud, perdarahan atau flek yang ibu rasakan umumnya merupakan hal yang normal akibat peradangan di organ reproduksi yang dipicu oleh pemasangan IUD yang dianggap benda asing. Pada kondisi yang normal, perdarahan akan berkurang dan akan berhenti setelah 3 bulan pemakaian IUD. Ibu mengerti dan menjadi lebih tenang. 10. Memberi ibu obat tablet tambah darah serta obat anti nyeri (Asamefenamat atau parasetamol). 11. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang jika terdapat keluhan-keluhan lainnya 12. Melakukan pendokumentasian



24



BAB IV PEMBAHASAN



Dalam laporan ini penulis membuat asuhan kebidanan asuhan keidanan pada Ny.N dengan akseptor IUD. Sebelum melakukan tindakan, untuk memudahkan pemasangan penulis melakukan pengkajian yang terdiri dari data objektif dan subjektif. Hal ini dilakukan untuk mencari, apakah terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Setelah dilakukan pengkajian secara lengkap, penulis melakukan identifikasi masalah atau diagnose, kemudian kebutuhan segera dan dilanjutkan pengembangan rencana atau intervensi, dan implementasi. Secara teori dan praktek dalam pemasangan IUD tidak terdapat kesenjangan. Di dalam pelaksanaan intervensi dan implementasi banyak penjelasan atau KIE yang harus diterima oleh klien serta pertanyaan yang harus diungkapkan klien. Setelah pelaksanaan intervensi dan implementasi selesai, barulah penulis mengadakan evaluasi, yang berisi tentang hasil dari tindakan yang dilakukan. Dalam melakukan evaluasi pada kasus ini, harus benar-benar dilakukan dengan teliti. Karena dalam kasus ini jika IUD tidak terpasang dengan rapid an aman maka akan menyebabkan potensial terjadi infeksi. Dan jika pemasangan kurang tepat, IUD tersebut memiliki potensial besar terjadi ekspulsi. Setelah dilakukan pemasangan IID pada Ny. N didapatkan keluhan-keluhan yang terjadi diantaranya keluar flek dan rasa kram pada perut, keluhan ini merupakan hal yang normal yang terjadi pada akseptor post pemasangan IUD diaman keluar flek



25



dan rasa keram yang dirasakan merupakan efek samping yang akibat peradangan di organ reproduksi yang dipicu oleh pemasangan IUD yang dianggap benda asing.



26



BAB V KESIMPULAN



Kontrasepsi IUD adalah benda atau alat yang dimasukkan kedalam uterus dengan tujuan mencegah terjadinya kehamilan yang terbuat dari plastik lentur, sebagian besar memiliki lilitan tembaga yang dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang. Mekanisme AKDR dimasukkan ke dalam uterus. AKDR menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah implantasi telur dalam uterus. Efektivitas Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas dapat bertahan lama, hingga 10 tahun. Berdasarkan hasil pembahasan tentang Asuhan Kebidanan Pada Ny.N klien ingin memasang IUD karena jangka waktu pemakaiannya lama yaitu 10 tahun, aman digunakan untuk wanita yang sudah berusia lebih dari 35 tahun dan masih bisa menyusui. Dari asuhan yang diberikan, tidak ditemukan kesenjangan, baik pada pengkajian sampai dengan evaluasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa asuhan terhadap tindakan pemasangan IUD dianggap telah tepat dan benar



27



DAFTAR PUSTAKA



Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta Imelda, 2018. Nifas, Kontrasepsi Terkini dan Keluarga Berencana. Jakarta :Gosyen Pu