Logbook - Ariandi Gunawan - Pertemuan 1 - Askep 1 DM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Logbook Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Askep I Diabetes Mellitus



Disusun Oleh: Ariandi Gunawan PO.62.20.1.19.402



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA 2022



Pertemuan I Kasus 1 Tn. J, 39 tahun, IMT 34 kg/m2 , tekanan darah 125/80 mmHg. Selama ini Tn. J tidak merasakan keluhan apa-apa. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan HDL 30 mg/dl, trigliserida 185 mg/dl, LDL 185 mg/dl; GDP = 111 mg/dl setelah diulang 1 minggu kemudian GDP menunjukkan 115 mg/dl. Aktivitas 1 Identifikasi kata kunci dan data tambahan pada kasus prediabetes secara mandiri! Kata Kunci: 1. Indeks Massa Tubuh (IMT) Adalah



angka yang



menjadi



penilaian



standar untuk menentukan apakah



berat badan Anda tergolong normal, kurang, berlebih, atau obesitas. IMT Tn. J : 34 kg/m2 (termasuk kategori obesitas)



2. Tekanan Darah Merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan



disebut



tekanan systole. Nomor



bawah



(80)



menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring. Tekanan darah tn. J 125/80 mmHg termasuk Pre-Hipertensi.



3. HDL adalah lipoprotein berdensitas tinggi. Lipoprotein terbentuk dari protein dan lemak. LOGBOOK ASKEP I DM HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena HDL membawa kolesterol 'jahat', lipoprotein berdensitas rendah (low density lipoprotein), trigiliserida, dan lemak yang berbahaya dan mengembalikannya ke dalam hati untuk diproses. HDL tn. J 30 mg/dl termasuk rendah.



4. LDL adalah Kadar kolesterol LDL yang baik dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dl, dan akan membahayakan kesehatan Anda bila kadarnya mencapai 160 mg/dl atau lebih. LDL tn. J 185 mg/dl termasuk Tinggi



5. Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang banyak ditemukan di dalam darah. Lemak dari makanan yang dikonsumsi akan dipecah dan diubah menjadi energi. Setiap lemak yang tidak digunakan tubuh, akan diubah menjadi trigliserida dan disimpan di sel lemak. Trigliserida tn. J 185 mg/dl termasuk kategori Sedang



6. GDP Berikut kisaran kadar gula darah normal pada tubuh: Sebelum makan: sekitar 70-130 mg/dL. Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/dL. Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya delapan jam: kurang dari 100 mg/dL. GDP tn.J = 111 mg/dl. Satu minggu kemudian pemeriksaan GDP 115 mg/dl. termasuk kategori sedang



Data Tambahan: 1. Tes hemoglobin A1c (HbA1c) adalah tes yang mengukur kadar glukosa darah rata-rata seseorang selama 2 sampai 3 bulan terakhir, dengan mengukur persentase gula darah yang melekat pada sel darah merah. HbA1c telah direkomendasikan oleh ADA sebagai pilihan untuk mendiagnosis diabetes (> 6,5%) dan juga untuk mendeteksi peningkatan risiko penyakit diabetes (5,7 – 6,4%). Nilai A1C antara 6 dan 6,5 persen dianggap pradiabetes. Sedangkan bila level 6,5 persen atau lebih tinggi pada dua tes berbeda menunjukkan diabetes. Kondisi tertentu dapat membuat tes A1C tidak akurat - seperti jika sedang hamil atau memiliki varian hemoglobin. 2. Tes toleransi glukosa oral (2 jam PP) Setelah sampel darah diambil untuk pemeriksaan tes gula darah puasa, pasien akan diminta meminum cairan gula, kemudian pengambilan sampel darah akan dilakukan lagi dua jam setelahnya. Kadar gula darah dapat dikatakan normal jika hasil tes menunjukkan kurang dari 140 mg/dL, dan baru dianggap memasuki kondisi prediabetes jika hasil tes berkisar antara 140 hingga 199 mg/dL. Sedangkan hasil tes yang menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih sudah menandakan pasien menderita diabetes tipe 2. 3. Obesitas, merupakan faktor resiko yang paling penting. Jaringan lemak lebih banyak yang dimilik terutama di dalam dan di antara otot dan kulit di sekitar perut



menyebabkan sel menjadi lebih tahan terhadap insulin. Beberapa studi jangka panjang menunjukkan bahwa obesitas merupakan prediktor yang kuat untuk timbulnya DM tipe 2. 4. Riwayat penyakit keluarga , sangat penting untuk mengetahui apakah pernah ada dikeluarga ada penderita penyakit yang sama. 5. Ras (Genetik) , berhubungan dengan resiko terjadinya DM, sampai saat ini belum bisa diidentifikasikan secara pasti. Adanya perbedaan yang nyata kejadian DM antara grup etnik yang berbeda meskipun hidup di lingkungan yang sama menunjukkan adanya kontribusi gen yang bermakna terjadinya DM. Meskipun tidak jelas sebabnya, orang-orang dari ras tertentu termasuk Afrika-Amerika, Hispanik, Indian Amerika, Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik lebih mungkin untuk menjad prediabetes. 6. Usia, prevalensi DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Dalam dekade terakhir ini, usia terjadinya DM semakin muda. Resiko pradiabetes meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 45 tahun. Ini mungkin karena orang cenderung kurang berolahraga, kehilangan massa otot dan menambah berat badan dengan bertambahnya usia mereka. Namun, orang tua bukanlah satu-satunya beresiko prediabetes dan diabetes tipe 2. Insiden gangguan ini juga meningkat di kelompok usia yang lebih muda. 7. Pemeriksaan tanda tanda vital lengkap, seperti tekanan darah, respirasi rate, suhu tubuh , nadi, dan heart rate.



Aktivitas 2 Identifikasi masalah keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri berdasarkan data subjektif dan data objektif pada kasus! Data Subjektif : -



Tn. J mengatakan tidak merasakan keluhan apa apa.



-



Riwayat penyakit keluarga dan Ras (Genetik)



Data Objektif : -



TD: 125/80 mmHg



-



HDL 30 mg/dl,



-



trigliserida 185 mg/dl,



-



LDL 185 mg/dl;



-



GDP = 111 mg/dl. ( minggu pertama )



-



GDP 115 mg/dl. ( minggu kedua )



-



Tes toleransi glukosa oral (2 jam PP)



-



Tes hemoglobin A1c (HbA1c)



-



Pemeriksaan tanda tanda vital lengkap, seperti tekanan darah, respirasi rate, suhu tubuh , nadi, dan heart rate.



Masalah Keperawatan dari DS dan DO diatas adalah: 1. Risiko peningkatan kadar gula darah 2. Obesitas 3. Defisit pengetahuan



Aktivitas 3 Identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dan faktor risiko dengan masalah pada kasus prediabetes secara mandiri dengan menggunakan pohon masalah! Faktor resiko prediabetes pada kasus Tn. J : Faktor yang dapat dimodifikasi: 1. Hipertensi 2. Kolesterol Tinggi 3. Obesitas 4. Aktivitas Fisik 5. Nutrisi Faktor yang tidak dapat dimodifikasi: 1. Usia 2. Riwayat Penyakit Keluarga



Aktivitas 4 Susunlah diagnosis keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri! (berdasarkan SDKI) 1. Mengetahui dan memahami apa itu prediabates



Menurut definisi dari the American Diabetes Association and US Department of



Health and Human Services, prediabetes adalah suatu tahapan dimana kadar glukosa diatas normal tetapi masih di bawah kadar glukosa darah untuk diagnosis diabetes. 2. Mengetahui kategori/ klasifikasi perdiabetes



American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan prediabetes sebagai GPT yaitu kadar glukosa puasa 100 mg/dl (5,6 mmol/L) – 125 mg/dl (7,0 mmol/L) atau bila kadar glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa 75 gram 140-199 mg/dl (7,8 – 11 mmol/L) yang sering disebut dengan TGT.



3. Mengetahui penyebab terjadinya prediabetes



Penyebab pasti pradiabetes tidak diketahui, meskipun para peneliti telah menemukan beberapa gen yang terkait dengan resistensi insulin. Kelebihan lemak terutama lemak perut dan tidak beraktivitas juga tampaknya menjadi faktor penting dalam perkembangan pradiabetes. Yang jelas adalah bahwa orang yang memiliki pradiabetes, tubuhnya tidak bisa megelolah gula (glukosa) dengan baik lagi. Hal ini menyebabkan gula dalam aliran darah lebih banyak dari pada gula yang melakukan fungsi yang normal yaitu memicu sel yang membentuk otot-otot dan jaringan lain. Sebagian besar glukosa dalam tubuh berasal dari makanan yang kita makan, khususnya makanan yang mengandung karbohidrat. Setiap makanan yang mengandung karbohidrat dapat mempengaruhi kadar gula darah, tidak hanya makanan manis. 4. Mengetahi faktor resiko yang dapat menyebabkan prediabetes



Faktor resiko terjadinya prediabetes sama dengan faktor resiko terjadinya DM tipe 2. Faktor resiko tersebut dapat dibagi menjadi faktor resiko yang dapat dirubah ( obesitas, aktivitas fisik, nutrisi) dan yang tidak dapat dirubah ( genetik, usia, diabetes gestasional). Faktor yang dapat dirubah yang penting adalah obesitas ( terutama perut) dan kurangnya aktivitas fisik.2 a. Faktor genetik yang berhubungan dengan resiko terjadinya DM, sampai saat ini belum bias diidentifikasikan secara pasti. Adanya perbedaan yang nyata kejadian DM antara grup etnik yang berbeda meskipun hidup di lingkungan yang sama menunjukkan adanya kontribusi gen yang bermakna terjadinya DM.



Meskipun tidak jelas sebabnya, orang-orang dari ras tertentu termasuk AfrikaAmerika, Hispanik, Indian Amerika, Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik lebih mungkin untuk menjad prediabetes. b. Usia prevalensi DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Dalam dekade terakhir ini, usia terjadinya DM semakin muda. Resiko pradiabetes meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 45 tahun. Ini mungkin karena orang cenderung kurang berolahraga, kehilangan massa otot dan menambah berat badan dengan bertambahnya usia mereka. Namun, orang tua bukanlah satusatunya beresiko prediabetes dan diabetes tipe 2. Insiden gangguan ini juga meningkat di kelompok usia yang lebih muda. c. Diabetes gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. d. Obesitas merupakan faktor resiko yang paling penting. Jaringan lemak lebih banyak yang dimiliki terutama di dalam dan di antara otot dan kulit di sekitar perut menyebabkan sel menjadi lebih tahan terhadap insulin. Beberapa studi jangka panjang menunjukkan bahwa obesitas merupakan prediktor yang kuat untuk timbulnya DM tipe 2. Lebih lanjut, intevensi yang bertujuan mengurangi obesitas juga mengurangi insidensi DM tipe 2. Beberapa studi jangka panjang juga menunjukkan bahwa lingkar pinggang atau rasio pinggang pinggul yang menunjukkan keadaan lemak visceral ( abdominal), merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan indeks masa tubuh, sebagai faktor resiko prediabetes. Data tersebut memastikan bahwa distribusi lemak lebih penting dibanding dengan jumlah total lemak obesitas. e. Aktivitas Fisik berkurangnya intensitas aktivitas fisik memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan obesitas. Berbagai studi menunjukan bahwa kurangnya aktifitas fisik merupakan prediktor bebas terjadinya DM Tipe 2 pada pria maupun wanita. Semakin sedikit beraktivitas, semakin besar resiko pradiabetes. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, dengan beraktivitas maka glukosa digunakan sebagai energi dan membuat sel-sel lebih sensitif terhadap insulin. f. Nutrisi , kalori total yang tinggi, diit rendah serat, beban glikemik yang tinggi dan rasio poly unsaturated fatty acid ( PUFA) dibanding lemak jenuh yang rendah, merupakan faktor resiko terjadinya DM.



5. Mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada prediabates



Seringkali, pradiabetes tidak memiliki tanda-tanda atau gejala. Adanya suatu area kulit yang gelap, suatu kondisi yang disebuta canthosis nigricans, adalah salah satu dari beberapa tanda-tanda yang menunjukkan risiko untuk diabetes. Daerah umum yang mungkin akan terkena meliputi leher, ketiak, siku, lutut, dan buku-buku jari. Gejala klasik diabetes tipe 2 yang harus dipantau meliputi: Peningkatan rasa haus, sering buang air kecil, kelelahan dan penglihatan kabur 6. Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk



menegakan diagnosis perdiabates Sebuah komite internasional yang terdiri dari para ahli dari American Diabetes Association, the European Association for the Study of Diabetes dan the International



Diabetes



Federation



merekomendasikan



bahwa



test



untuk



menegakkan diagnosis pradiabetes meliputi: a. Hemoglobin A1C atau hemoglobin glikosilasi. A1C adalah tes yang mengukur kadar glukosa darah rata-rata seseorang selama 2 sampai 3 bulan terakhir b. Tes gula darah puasa. Contoh darah akan diambil setelah berpuasa selama sedikitnya delapan jam atau semalam. Dengan tes ini, gula darah tingkat yang lebih rendah dari 100 mg / dL - 5,6 mmol / L adalah normal. Sebuah tingkat gula darah 100-125 mg / dL (5,6-6,9 mmol / L) dianggap pradiabetes. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai glukosa puasa terganggu (GPT). Apabila kadar gula darah 126 mg / dL (7.0 mmol / L) atau lebih tinggi dapat mengindikasikan diabetes mellitus c. Uji FPG adalah tes pilihan untuk mendiagnosis diabetes karena kenyamanan dan biaya rendah. d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Tingkat gula darah kurang dari 140 mg / dL (7,8 mmol / L) adalah normal. Tingkat gula darah 140-199 mg / dL (7,8-11,0 mmol / L) dianggap pradiabetes. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai toleransi glukosa terganggu (TGT). Apabila nilai gula darah 200 mg / dL (11,1 mmol / L) atau lebih tinggi dapat mengindikasikan diabetes mellitus. e. Gestational diabetes juga didiagnosis berdasarkan pada nilai-nilai glukosa plasma diukur selama OGTT. 7. Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan untuk prediabatas



Diperlukan langkah pencegahan yang segera untuk menurunkan jumlah penderita



prediabetes, DMT2 dan PKV yang terkait diabetes. Langkah-langkah pencegahan meliputi: a. Intervensi gaya hidup Gaya hidup merupakan pendekatan pengelolaan fundamental yang dapat mencegah atau menunda berkembangnya prediabetes menjadi diabetes, serta menurunkan resiko penyakit mikrovaskular dan makrovaskular. Intervensi gaya hidup memperbaiki semua faktor resiko diabetes dan komponen sindrom metabolik, obesitas, hipertensi, dislipidemia dan hiperglikemia. b. Intervensi Farmakologis Intervensi farmakologis untuk pencegahan DM biasanya direkomendasikan sebagai intervensi sekunder yang diberikan setelah atau bersama-sama dengan intervensi modifikasi gaya hidup. Aktivitas 5 Identifikasi hal-hal yang harus dipelajari pada kasus prediabetes secara mandiri! 1. Resiko peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan pre-diabetes 2. Obesitas berhubungan dengan intake makanan yang lebih 3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang



penyakit DM