Lokakarya Mini [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN LOKAKARYA MINI PUSKESMAS



PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KANDANGAN Jalan Malang No. 109 Kandangan



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga buku Panduan Lokakarya Mini dapat diselesaikan dengan baik. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, yang merupakan ujung tombak penyelenggara pelayanan keehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Untuk



medukung



keberhasilan



penyelenggaraan



Puskesmas



perlu dikelola melalui pencapaian manajemen Puskesmas secara optimal. Akan



tetapi



masing-masing



sesuai



daerah



dengan



dapat



semangat



menerapkan



desentralisasi



model



metode



manajemen yang dianggap paling sesuai. Namun prinsipnya manajemen terputus,



tersebut



artinya



dilaksanakan



merupakan



evaluasi



harus



dapat



hasil



suatu



siklus



kinerja/



digunakan



yang



tidak



kegiatan



yang



untuk



menyusun



perencanaan yang akan datang. Dan selanjutnya perencanaan yang dibuat dapat dipantau dan dinilai hasilnya. Buku Pedoman ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi Puskesmas dalam penyelenggaraan pelayanan dan kegiatannya. Akhir kata, kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, untuk itu saran dan masukan untuk penyempurnaan buku ini sangat diharapkan.



Kandangan, Januari 2016 Kepala Puskesmas Kandangan



2



dr. LINDA TJAHJONO Pembina Tk. I NIP. 196108051989012003



DAFTAR ISI Kata Pengnatar BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang



B.



Tujuan Pedoman



C.



Sasaran pedoman



D.



Ruang Lingkup Pelayanan



E.



Batasan Operasional BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia B. Distribusi Ketenagaan C. Jadual Kegiatan, termasuk Pengaturan Jaga (Rawat Inap) BAB III STANDAR FASILITAS A. Denah Ruang B. Standar Fasilitas BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN A. Lingkup kegiatan B. Metode C. Langkah kegiatan BAB V LOGISTIK BAB VI KESELAMATAN PASIEN BAB VII KESELAMATAN KERJA BAB VIII PENGENDALIAN MUTU BAB IX PENUTUP



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing manusia Indonesia. Untuk



mencapai



tujuan



pembangunan



kesehatan



tersebut



diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Sesuai dengan yang disebutkan di dalam Sistem Kesehatan Nasiaonal (SKN-2004) bahwa Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama. Adapun fungsi Puskesmas ada tiga, yaitu: sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan; pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga; serta sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas mengacu pada 4 azas



4



penyelenggaraan yaitu wilayah kerja, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan. Sejak diperkenalkannya konsep Puskesmas pada tahun 1968, berbagai hasil telah banyak dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan dan sementara itu angka harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat secara bermakna. Jika pada tahun 1995 angka kematian ibu dan angka kematian bayi masing-masing adalah 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995) serta 60/1.000 kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada tahun 1997 angka kematian ibu turun menjadi 334/100.000 kelahiran hidup (SDKI 1997), sedangkan angka kematian bayi pada tahun 2001 turun menjadi 51/1.000 kelahiran hidup (Susenas 2001). Sementara itu umur harapan hidup rata-rata meningkat dari 45 tahun pada tahun 1970 menjadi 65 tahun pada tahun 2000. Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling. Kecuali itu untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Sekalipun berbagai hasil telah banyak dicapai, namun dalan dalam pelaksanaannya Puskesmas masih menghadapi masalah, antara lain: 1. Visi, misi dan fungsi Puskesmas belum dirumuskan secara jelas, sehingga pelaksanaan program Puskesmas dan keterkaitannya dengan program pembangunan kesehatan secara keseluruhan belum optimal. 2. Beban kerja Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terlalu berat. Pertama, karena rujukan kesehatan ke dan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kurang berjalan. Kedua, karena Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang sebenarnya bertanggungjawab penuh terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh di wilayah Kabupaten/Kota lebih banyak melaksanakan tugas-tugas administratif. 3. Sistem



manajemen



diselenggarakan



Puskesmas



melalui



yakni



mekanisme



perencanaan perencanaan



(P1)



mikro



yang (micro



5



planning) yang kemudian menjadi perencanaan tingkat Puskesmas, penggerakkan pelaksanaan (P2) yang diselenggarakan melalui mekanisme lokakarya mini (mini workshop) serta pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3) yang diselenggarakan melalui mekanisme stratifikasi Puskesmas yang kemudian menjadi penilaian kinerja



Puskesmas,



dengan



berlakunya



prinsip



otonomi



perlu



disesuaikan. 4. Pengelolaan kegiatan Puskesmas, meskipun telah ditetapkan merupakan aparat daerah tetapi masih terlalu sentralistik. Puskesmas dan daerah tidak memiliki keleluasaan menetapkan kebijakan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, yang tentu saja dinilai tidak sesuai lagi dengan era desentralisasi. 5. Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat. Selama ini setiap Puskesmas dimanapun berada menyelenggarakan upaya kesehatan yang sama. 6. Keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat pertama, belum dikembangkan secara positif. Sampai saat ini, Puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif dan rasa memiliki serta belum mampu mendorong kontribusi sumber daya dari masyarakat dalam penyelenggaraan upaya Puskesmas. 7. Sistem pembiayaan Puskesmas belum mengantisipasi perkembangan masa depan, yakni sistem pembiayaan pra-upaya untuk pelayanan kesehatan perorangan. Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian yang bekerja secara sinergik



yang



meliputi



perncanaan,



penggerakan



pelaksanaan



serta



pengendalian, pengawasan dan penilaian. Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang dikenal dengan Lokakarya Mini.



6



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui bagaimana pelaksanaan Lokakarya Mini sebagai bagian dari manajemen Puskesmas di Puskesmas Kandangan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kapan dilaksanakannya Lokakarya Mini di Puskesmas Kandangan. b. Mengetahui apa saja yang dipersiapkan oleh petugas Puskesmas Kandangan dalam melakukan Lokakarya Mini. c. Mengetahui manfaat diadakannya Lokakarya



Mini



terhadap



pelaksanaan program-program di Puskesmas Kandangan. d. Mengevaluasi pelaksanaan Lokakarya Mini di Puskesmas Kandangan. e. Mengetahui hambatan dan masalah dalam pelaksanaan Lokakarya Mini di Puskesmas Kandangan. C. Sasaran Pedoman Pedoman ini digunakan oleh seluruh pegawai dan staf Puskesmas Kandangan sebagai acuan didakannya kegiatan Lokakarya Mini di Puskesmas Kandangan. D. Ruang Lingkup Pelayanan Keberhasilan pembangunan kesehatan memerlukan keterpaduan baik lintas program maupun lintas sektor. Penyelenggaraan program kesehatan memerlukan dukungan lintas sektor terkait. Oleh karenanya Puskesmas harus melakukan kerjasama dengan lintas sektor agar diperoleh dukungan dalam pelaksanaan berbagai kegiatannya. Salah satu bentuk upaya untuk penggalangan dan pemantauan berbagai kegiatan adalah melalui pertemuan, dalam hal ini adalah melalui Lokakarya Mini. Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok yaitu : 1. Lintas Program



7



Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan bertujuan untuk : a. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa. b. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). c. Meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK). d. Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang telah disusun, memecahkan masalah yang terjadi dan menyusun uapaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru. 2. Lintas Sektor Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan dilaksanakan untuk : a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. b. Mengkaji hasil kegiatan kerja sama, memecahkan masalah yang terjadi serta menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama. E. Batasan Operasional



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



8



A. Konsep Dasar Puskesmas 1. Pengertian Puskesmas Kabupaten/Kota



adalah



unit



pelaksana



yang



bertanggung



teknis jawab



Dinas



Kesehatan



menyelenggarakan



pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. a. Unit Pelaksana Teknis Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. b. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. c. Penanggung Jawab Penyelenggaraan Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas bertanggung jawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya. d. Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas,



dengan



memperhatikan



keutuhan



konsep



wilayah



(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2. Visi Puskesmas



9



Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni: a. b. c. d.



Lingkungan sehat Perilaku sehat Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu Derajat kesehatan penduduk kecamatan Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada



visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat. 3. Misi Puskesmas Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat. b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat. 10



c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat. d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara



dan



meningkatkan



kesehatan,



mencegah



dan



menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan Puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan. 4. Tujuan Puskesmas Tujuan



pembangunan



Puskesmas adalah



kesehatan



yang



diselenggarkan



oleh



mendukung tercapainya tujuan pembangunan



kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.



5. Fungsi Puskesmas a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan



11



setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. b. Pusat pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan



kesehatan



termasuk



pembiayaannya,



serta



ikut



menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan



tingkat



pertama



secara



menyeluruh,



terpadu



dan



berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi: 1) Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat



pribadi



(private



goods)



dengan



tujuan



utama



menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. 2) Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.



12



Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan



gizi,



peningkatan



kesehatan



keluarga,



keluarga



berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. B. Gambaran Umum Puskesmas Kandangan 1. Sejarah Singkat Puskesmas Tayu II Kepadatan penduduk dengan kurang lebih 61.857 jiwa yang tersebar dalam 31 pedesaan di Kecamatan Tayu, dengan sarana pelayanan 1 (satu) unit pelayanan kesehatan Puskesmas Tayu I yang terletak di tengah-tengah perkotaan. Puskesmas ini dinilai belum dapat memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal dengan banyaknya penduduk yang terletak jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan. Di tahun 1985 pemerintah setempat berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pelayanan kesehatan, dengan mendirikan penambahan sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang belum tersentuh pelayanan kesehatan secara optimal, Dengan mengacu UndangUndang Dasar 1945 pada amandemen kedua dan keempat yang berbunyi, “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (pasal 28H, ayat 1) dan negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (pasal 34, ayat 3)”, maka didirikanlah sarana pelayanan bagi masyarakat yang jauh dari sentuhan pelayanan kesehatan dengan nama “Puskesmas Tayu II”. Puskesmas Tayu II pada awalnya dikepalai oleh dr. Supriyadi, M.Kes. sampai dengan Februari 2007, kemudian digantikan oleh dr. Sutopo pada Maret 2007 sampai Maret 2009, kemudian digantikan oleh H. Munadi, S.KM pada April 2009 sampai saat ini. Puskesmas Tayu II



13



saat ini memiliki tenaga kesehatan dan karyawan yang berjumlah 32 orang. 2. Landasan Hukum a. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara No. 100 Tahun 1992 Tambahan Lembaran Negara No. 3495) b. Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara No. 126 Tahun 2004 Tambahan Lembaran Negara No. 4437) c. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Penimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaga Negara No. 126 Tahun 2004 Tambahan Lembaran Negara No. 4438) d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah e. Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 6 Tahun 2000 tentang pembentukan Organisasi Dinas-dinas Daerah Kabupaten Pati f. Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 1 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pati g. Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 1 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pati h. Keputusan Bupati Pati No. 85 Tahun 2001 tentang Uraian Tugas Dinas-dinas Daerah Kabupaten Pati i. Rencana Strategi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Pati Tahun 2002-2006 3. Visi dan Misi Puskesmas Tayu II Puskesmas Tayu II mempunyai Visi dan Misi sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan. a.Visi Puskesmas Tayu II Terwujudnya Kecamatan Tayu Sehat. b.



Misi Puskesmas Tayu II



14



1) Menggerakkan pembangunan Kecamatan Tayu yang berwawasan kesehatan. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu agar pembangunan tersebut mendorong lingkungan dan perilaku masyarakat agar semakin sehat. 2) Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat. Puskesmas selalu berupaya agar keluarga dan masyarakat makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan untuk hidup sehat. 3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Puskesmas harus selalu berupaya untuk menjaga agar cakupan dan kualitas pelayanannya tidak menurun, bahkan kalau bisa selalu ditingkatkan agar semakin besar cakupannya dan semakin bagus kualitas karyawannya. 4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas selalu berupaya ar derajat kesehatan, keluarga dan masyarakat tetap terpelihara bahkan semakin meningkat seiring dengan derap pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.



4. Struktur Organisasi Puskesmas Tayu II



15



Gambar 1. Struktur Organisasi Puskesmas Tayu II Keterangan Garis : : garis komando : garis koordinasi 5. Tujuan dan Sasaran Puskesmas Tayu II Puskesmas Tayu II mempunyai tujuan dan sasaran yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas sehari-harinya sebagai berikut : a.



Tujuan Puskesmas Tayu II Tujuan Puskesmas Tayu II adalah: 1) Meningkatkan manjemen upaya kesehatan bagi institusi kesehatan yang didukung oleh sumber daya kesehatan agar terselenggara pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.



16



2) Meningkatkan, memelihara pelayanan kesehatan melalui upaya promotif,



preventif,



kuratif,



rehabilitatif



agar



masyarakat



terlindungi kesehatannya. 3) Mengembangkan para digma sehat bagi seluruh staholders dan masyarakat agar terwujud kawasan lingkungan yang berkualitas. 4) Menciptakan keberdayaan staholders berperilaku



hidup



bersih



dan



sehat



dan masyarakat agar serta



meningkatkan



kemandirian UKBM. b.



Sasaran Puskesmas Tayu II Sasaran pembangunan kesehatan di wilayah Puskesmas Tayu II adalah :



1)



Cakupan kunjungan ibu hamil K4 96 %.



2)



Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani harus diketahui sedini mungkin disemua desa di wilayah Puskesmas Tayu II.



3)



Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 100 %.



4)



Cakupan pelayanan Nifas 87,5 %.



5)



Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani 100 %.



6)



Cakupan pelayanan anak balita 91 %.



7)



Desa UCI 100 %.



8)



Balita gizi buruk diwilayah Puskesmas Tayu II mendapat perawatan 100 %.



9)



Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100 %.



10)



Cakupan peserta KB aktif diwilayah Puskesmas Tayu II 82 %.



11)



Penemuan pasien baru TB BTA (+) 100 %.



12)



Penemuan dan penanganan penderita diare diwilayah Puskesmas Tayu II 100%.



13)



Desa tersedia PKD/Polindes dengan sumber daya manusia kesehatan yang berkompeten yang didukung obat dan alat kesehatan yang memadai 100 %.



17



14)



Penduduk terlayani dalam mencari pengobatan dan pertolongan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya.



15)



Kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga menimbulkan dampak kesehatan masyarakat yang lebih luas.



16)



Cakupan Desa Siaga aktif 100 %.



17)



Keluarga sadar gizi 90 %.



18)



Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.



19)



Terwujudnya tatanan institusi sehat pada seluruh institusi.



20)



Terciptanya kondisi lingkungan rumah tangga dan industri yang sehat 100 %.



21)



Balita yang dating dan ditimbang (D/S) diwilayah Puskesmas Tayu II 80 %.



22)



Cakupan pelayanan kesehatan prausia lanjut dan usia lanjut 70%.



23)



Cakupan bayi yang mendapat ASI Ekslusif 80 %.



6. Profil Puskesmas Tayu II a. Nama Lembaga b. Kepala Puskesmas 1) Nama 2) Pendidikan 3) Jurusan c. Alamat 1) Jalan 2) Kabupaten 3) Propinsi 4) Kode Pos 5) Telepon d. No. Kode Puskesmas e. Luas Tanah f. Luas Bangunan 1) Gedung Puskesmas 2) Perumahan Dokter 3) Perumahan Bidan 4) Perumahan Perawat 5) Puskesmas Pembantu



: Puskesmas Tayu II : H. Munadi, SKM : S1 : Kesehatan Masyarakat : Jl. Tayu-Jepara KM 3 : Pati : Jawa Tengah : 59155 : (0295) 5557174 : 1602 : 2200 m2 : 15 m x 8 m : 10 m x 7 m :9mx6m :9mx6m : 12 x 13 m



7. Letak dan Batas Wilayah



18



Puskesmas Tayu II terletak di Kecamatan Tayu terlaetak di bagian utara Kabupaten Pati dan berjarak 30 km dari kota Pati dengan batas wilayah : a.



Sebelah Utara



: Puskesmas Dukuhseti



b.



Sebelah Selatan



: Puskesmas Gunungwungkal



c.



Sebelah Barat



: Puskesmas Cluwak



d.



Sebelah Timur



: Puskesmas Tayu I



8. Data Desa Secara administratif wilayah Puskesmas Tayu II terdiri dari 8 desa, yaitu: a.



Desa Pundenrejo



b.



Desa Bulungan



c.



Desa Kedungbang



d.



Desa Purwokerto



e.



Desa Bendokaton Kidul



f.



Desa Luwang



g.



Desa Dororejo



h.



Desa Kalikalong



9.



Data Penduduk Data penduduk di Puskesmas Tayu II terdiri dari beberapa data yaitu jumlah penduduk, jumlah KK dan KK miskin dan data sasaran. a.Jumlah Penduduk No



Nama Desa



Laki-laki



Perempuan



Jumlah



1.



Pundenrejo



1832



1822



3654



2.



Bulungan



1748



1836



3584



3.



Kedungbang



870



865



1735



19



4.



Purwokerto



1836



1872



3708



5.



Bendokaton Kidul



674



724



1398



6.



Luwang



1023



1061



2084



7.



Dororejo



1093



1096



2189



8.



Kalikalong



1697



1810



3507



10.773



11.086



21.859



Jumlah



Tabel 1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tayu II b.



Jumlah KK dan KK miskin No



Nama Desa



Jumlah KK



Jumlah KK



Persentase



Miskin



(%)



1.



Pundenrejo



1135



879



42



2.



Bulungan



1218



451



37



3.



Kedungbang



538



337



63



4.



Purwokerto



1246



585



46



5.



Bendokaton Kidul



1613



308



19



6.



Luwang



655



333



50



7.



Dororejo



692



198



29



8.



Kalikalong



1328



560



42



8425



3251



38 %



JUMLAH



Tabel 2. Jumlah KK dan KK Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Tayu II c.Data Sasaran No



Nama Desa



Jumlah



Jumlah



Jumlah



Jumlah



Jumlah



Jumlah



Jumlah



Sekola



Ponpes



TTU



IMRT



Bayi



Bumil



Anak



h



Sekolah



20



SD/MI 1.



Pundenrejo



3



-



18



7



58



64



367



2.



Bulungan



3



-



15



2



62



62



403



3.



Kedungbang



1



-



11



-



29



29



183



4.



Purwokerto



5



3



17



23



62



62



354



1



-



6



4



25



25



177



5.



Bendokaton Kidul



6.



Luwang



7



1



6



1



42



42



337



7.



Dororejo



1



-



6



8



43



43



124



8.



Kalikalong



4



-



11



4



62



62



353



25



4



90



49



383



389



2298



Jumlah



Tabel 3. Jumlah Sasaran Kerja Puskesmas Tayu II



10.



Derajat Kesehatan Masyarakat di Wilayah Puskesmas Tayu II



a. Angka Kematian Bayi (nfant Mortality Rate) Angka kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi umur < 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada waktu tertentu. Angka Kematian Bayi (IMR) tidak hanya disebabkan oleh faktor teknis yang saling berkaitan antara lain, pelayanan kesehatan, imunisasi, perbaikan gizi keluarga, perbaikan kesehatan lingkungan, dan peran serta masyarakat, tetapi dimungkinkan juga disebabkan oleh kurang baiknya sistem pelacakan dan pencatatan yang ada. Angka kematian bayi di wilayah Puskesmas Tayu II pada tahun 2009 adalah 9 bayi.



21



b. Angka kematian Maternal (Maternal Mortality Rate) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian Ibu karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan per 100.000 kelahiran hidup dalam wilayah tertentu. AKI dapat digunakan untuk mengukur besarnya resiko yang dihadapi selama hamil, bersalin dan masa nifas. Tingginya resiko itu, berkaitan dengan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, khususnya bagi ibu dan anak, tingginya angka kematian ibu merupakan indikator keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan yang kurang, termasuk pelayanan antenatal dan obstetrik. Angka kematian ibu nifas di wilayah Puskesmas Tayu II pada tahun 2009 adalah 3 di Desa Dororejo 2 orang dan Desa Bendokaton Kidul 1 orang. 11.



Potensi Pembangunan Kesehatan a. Ketenagaan Puskesmas Tayu II Sebagai organisasi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat luas di bidang kesehatan, Puskesmas Tayu II yang terdiri Puskesmas Induk di desa Pundenrejo, Puskesmas Pembantu di desa Luwang dan Puskesmas Keliling di 5 (lima) desa yaitu Desa Dororejo, Desa Kalikalong, Desa Purwokerto, Desa Kedungbang dan Bendokaton Kidul. Puskesmas Tayu II memiliki 25 orang sumber daya manusia yang terdiri dari: No



Jenis Tenaga



Jumlah



Persen (%)



1.



Sarjana (S - 1)



4 orang



16,0



2.



D III



12 orang



48,0



3.



D-I Kebidanan



1 orang



4,0



4.



SPK / SMF / SPRG



3 orang



12,0



5.



SMA / SMEA



3 orang



12,0



6.



SMP



2 orang



8,0



22



Jumlah



25 orang



100 %



Tabel 4. Jenis dan Jumlah Ttenaga Puskesmas Tayu II Secara profsional mempunyai relevansi terhadap bidang yang ditangani dengan Tugas Pokok, Tugas Integrasi dan Tugas Tambahan. Fungsi Puskesmas yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan, sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan dan sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab terhadap status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dengan memberikan pelayanan



kesehatan



yang



dibutuhkan



masyarakat



dengan



mengoptimalkan kerjasama lintas sektor serta pemberdayaan potensi masyarakat. Program upaya kesehatan Puskesmas terdiri dari : 1) Upaya Kesehatan Wajib yang terdiri dari 6 jenis upaya yaitu : a)



Upaya Promosi Kesehatan



b)



Upaya Kesehatan Lingkungan



c)



Upaya KIA dan KB



d)



Upaya Kesehatan Gizi



e)



Upaya Pemberantasan Penyakit Menular



f)



Upaya Pengobatan Dasar 2) Upaya Kesehatan Pengembangan Rencana



pelaksanaan



kegiatan



upaya



Kesehatan



pengembangan yang disusun sesuai dengan alokasi yang disetujui dari pemberi dana (Pemerintah atau sumber lain). b. Peran Serta Masyarakat di Wilayah Puskesmas Tayu II Jumlah Kader



Jumlah



Jumlah



posyandu dan



Kader,



Kader



Da`i



esling



diare



198



8



8



Jumlah



Jumlah



Lansia



Battra



4



18



Jumlah Dokter Kecil 170



23



Tabel 5. Peran Masyarakat di Wilayah Puskesmas Tayu II c. Sarana dan Prasarana Kesehatan



NO



NAMA



DESA



1.



Pudenrejo



2



Bulungan



3



Kdungbang



4



Purwokerto



DATA SARANA PELAYANAN KESEHATAN SARANA DOKTER JMLH DOK DOK PELAYAN SPESIALI BIDAN POSY TER GIGI AN S



BIDES



Dyah Hardini Khoirunnisa Putri Ayuni Irra Prama Dewi Aizzatul



Bendokaton



Mualamah Hernawanti



Kidul



A



6



Luwang



Sri Rezeki



7



Dororejo



8



Kalikalong



5



Ana



Mei



Munaszhar Nurlailatul Fitriyah



Polindes



6



1



5



Polindes



4



-



1



PKD



4



-



1



PKD



6



-



1



PKD



3



-



1



Pustu



5



-



1



PKD



4



-



1



PKD



6



-



2



38



1



JUMLAH



-



-



13



Tabel 6. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Puskesmas Tayu II 12. Data Sumber Daya Manuasia Puskesmas Tayu II N O 1.



2.



NAMA



H. Munadi, SKM



Dr. Siti Afrohah



NIP / NRPTT 19610424 198603 1 012



PENDIDIKA N TERAKHIR Sarjana Kesehatan



19740814



Masyarakat Sarjana



200604 2 019



Kedokteran



JABATAN Kepala Puskesmas Dokter Umum



KET



PNS



PNS



24



3.



Dr. Zidny



19860503



Sarjana



Dokter



Afrokhul



201101 1 005 19650420



kedokteran



Umum



SPK



Perawat



4.



Nurbaiti Wahyuni



5.



Muhajir, SH



6.



Kabul Sutrisno



7. 8.



9.



Bambang Supriyanto Sukini



Siti Indiyatun



10.



Kaspiah



11.



Hamidah



12.



Harni



13



Nur Khamid



14



Ery Puji Lestari



15



Sri Rezeki



16. 17. 18.



Siti Nuraeny Diana Dewi Ana Mei Munaszahar Ikie Yhesi Hutagaluh



198511 2 003 19620607 198703 1 010 19650125 198703 1 008 19670822 198812 1 001 19690312 1981903 2 007 19650117 199303 2 003 19640328 199201 2 001 19691102 199003 2 005 19740822 200604 2 014 19570825 198503 1011 19731105 200604 2 007 19790430 200801 2 007 19771014 200801 2 012



S-1 SMA



PNS PNS



Kepala



Tata



Usaha Staf



Tata



Usaha



PNS PNS



SPK



Perawat



PNS



AKBID



Bidan



PNS



Sanitarian



PNS



AKPER



Perawat



PNS



SPK



Perawat



PNS



AKPER



Perawat



PNS



Sarjana Kesehatan Masyarakat



SMP



Staf



Tata



Usaha



PNS



AKBID



Bidan



PNS



AKBID



Bidan



PNS



SMA



Staf



Tata



Usaha



PNS



11.4.047.10732



AKBID



Bidan Desa



PTT



11.4.048.5118



AKBID



Bidan Desa



PTT



25



19.



Nurlailatul Fitriyah



11.4.048.16507



AKBID



Bidan Desa



PTT



20.



Dyah Hardini



11.4.023.408



AKBID



Bidan Desa



PTT



21.



Irra Prama Dewi



11.4.023.410



AKBID



Bidan Desa



PTT



11.4.048.5123



AKBID



Bidan Desa



PTT



11.4.048.5134



AKBID



Bidan Desa



PTT



Ayuni Aizzatul Mualamah



24.



Kastari



-



SMP



25.



Ngatno



-



SMP



26.



Wahyu Sejati



-



SMA



27.



Bawono



-



SMA



28.



Ngatmiyaningsih



-



Sopir Puskesmas Penjaga



Sarjana Keperawatan



Kontrak Kontrak



Malam Staf



Tata Wiyata



Usaha Staf



Bakti Tata Wiyata



Usaha



Bakti Wiyata



Perawat



Bakti



Tabel 7. Daftar Sumber Daya Manusia Puskesmas Tayu II 13. Denah Lokasi Puskesmas Tayu II



U Pusk Tayu I



Jalan Tayu – Pati



Ds. Kesambi



Pusk Tayu II



Ds .Bulungan



23.



Khoirunnisa Putri



Jalan Tayu – Jepara km.03



Ds. Kiringan



22.



26



Gambar 2. Denah Lokasi Puskesmas Tayu II 14. Peran Puskesmas Tayu II dalam Masyarakat Puskesmas Tayu II merupakan sarana kesehatan yang terjangkau tempatnya. Puskesmas Tayu II keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena dalam lingkup masyarakat sekitar berada dibawah kelas menengah kebawah sehingga masyarakat sangat senang dan sangat membutuhkan keberadaan Puskesmas Tayu II dengan memberikan pelayana kesehatan secara gratis. Puskesmas Tayu II juga memberikan penyuluhan kepada masyaraka yang mempunyai masalah keluarga, narkoba, kesehatan lingkungan, dan pembinaan kader posyandu setiap satu bulan sekali, sehingga bukan dari Pusksmas Tayu II saja yang memberikan pembinaan atau pengertian kepada masyarakat tetapi ibu-ibu kader posyandu juga memberikan pembinaan kepada masyarakat. a. Sistem Kerja Internal Pengolahan Data Pasien Pukesmas Tayu II merupakan salah satu bagian laporan yang dilaporkan secara rutin dan terperinci setiap bulannya yang sesuai dengan sub yang ada. Sistem pengolahan data pasien yang ada di Puskesmas Tayu II masih menggunakan cara yang sederhana dan manual dimana petugas yang dari pendaftaran pasien mengambil berkas-berkas pasien yang banyak dicari satu-persatu setelah itu diserahkan ke poli peyalanan untuk dilakukan pemeriksaan didalam poli pelayanan petugasnya juga melakukan



pencatatan



setelah



dilakukan



pemeriksaan



dengan



pencatatannua juga dilakukan secara manual setelah itu pasien menerima resep dari dokter dan diserahkan kepada petugas apotek petugas apotek juga mempunyai tugas untuk mencatat obat apa saja yang dipakai setiap harinya. Setelah itu semua pencatatan dari loket,



27



poli pelayanan sampai apotek semua itu direkap dan diserahkan kepada petugas entry data untuk dilakukan pengolahan data.



Untuk gambar skema sistem kerja internal pengolahan data pasien dapat digambarkan sebagai berikut



Pasien datangmencatat berobat danSetelah Petugas mencari mengisi data pasien data pasien di family danfolder membuat lemar oba



Pasien memberikan Petugasresep poli Diserahkanke mencatat ke petugas poli pasien apotek pelayanan sakit apa untuk dan dilakukan diberi obatpemeriksaan apa dan pasien



Petugas apotek mencatat obat apa yang diberikan kepada Pasien pasien menerima setiap obat harinya



Gambar 3. Skema Pengolahan Data Pasien Masuk Untuk pengolahan data pasien yang dilaporkan setiap bulannya dimulai dari penerimaan data mulai dari data dari loket, poli pelayanan dan data dari apotek dan kalau ada yang periksa ke pelayanan kesehatan ibu dan anak dan dari pelayanan kesehatan desa (PKD) .



28



Petugas entry merekap data semua dan mengerjakannya setelah jadi data tersebut terdiri dari data pasien dari semua pos-pos pelayanan, 10 besar penyakit, rekap jumlah kunjungan dan membuat surat tanda setoran (STS) setelah semua selesai dimintakan tanda tangan kepada kepala Puskesmas. Laporan tersebut dibuat minimal rangkap tiga dengan permintaan dari Dinas Kesehatan satu, Badan Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah (JAKMESDA) dan Badan Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dan satu arsip oleh bagian tata usaha.



C. Lokakarya Mini(2) 1. Definisi Lokakarya Mini adalah suatu bentuk forum pertemuan yang merupakan penerapan dari manajemen penggerakan pelaksanaan di Puskesmas. 2. Tujuan a.



Umum Meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggalangan kerja sama tim baik lintas program maupun lintas sektor serta terlaksananya kegiatan



b.



Puskesmas sesuai dengan perencanaan. Khusus 1) Tergalangnya kerjasama tim baik lintas program maupun lintas sektor. 2) Terpantaunya



hasil



kegiatan



Puskesmas



sesuai



dengan



perencanaan. 3) Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatn Puskesmas. 4) Teridentifikasinya penyebab



masalah



serta



diupayakannya



pemecahan masalah. 5) Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya. 3. Ruang Lingkup 29



Keberhasilan pembangunan kesehatan memerlukan keterpaduan baik lintas program maupun lintas sektor. Penyelenggaraan program kesehatan memerlukan dukungan lintas sektor terkait. Oleh karenanya, Puskesmas harus melakukan kerjasama dengan lintas sektor agar diperoleh dukungan dalam pelaksanaan berbagai kegiatannya. Salah satu bentuk upaya penggalangan dan pemantauan berbagai kegiatan ini adalah melalui pertemuan, dalam hal ini adalah melalui Lokakarya Mini. Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok, a.



yaitu: Lintas Program Memantau perencanaan



dan



pelaksanaan



kegiatan



memecahkan



masalah



Puskesmas yang



berdasarkan



dihadapai



seta



tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kerjsama antar petugas intern Puskesmas, termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa 2) Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan, yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). 3) Meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK). 4) Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang te;ah disusun, memecahkan b.



masalah



yang



terjadi



dan



menyusun



upaya



pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru. Lintas Sektor Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan dari sektor-sktor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan dilaksanakan untuk: 1) Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. 2) Mengkaji hasil kegiatan kerja sama, memecahkan masalah yang terjadi serta menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama.



30



D. Pelaksanaan Lokakarya Mini(3) 1. a.



Lokakarya Mini Bulanan Gambaran Umum Proses manajemen perencanaan tidak dapat terlaksanan dengan baik apabila tidak dilanjutkan dengan pemantauan dan perencanaan ulang. Tindak lanjut bertujuan untuk menilai sampai seberapa jauh pencapaian dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksananya pada bulan yang lalau, sekaligus pemantauan rencana kegiatan Puskesmas, sehingga dapat dibuat perencanaan ulang yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Di samping itu, kita ketahui bersama bahwa keberhasilan pelaksanaan kegiatan Puskesmas memerlukan pengorganisasian dan keterpaduan baik lintas program maupun lintas sektor. Pengorganisasian dan keterpaduan lintas program, artinya keterpaduan internal Puskesmas bertujuan agar seluruh petugas mempunyai rasa memiliki dan meningkatkan motivasi dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas. Tindak lanjut perencanaan adalah mengadakan pengorganisasian intern Puskesmas dan pemantauan dilaksanakan melalui Lokakarya Mini Bulanan.



b.



Tujuan 1) Tujuan Umum Terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya. 2) Tujuan Khusus a) Diketahuinya hasil kegiatan Puskesmas bulan lalu b) Disampaikannya hasil rapat dari Kabupaten/Kota, Kecamatan dan berbagai kebijakan serta program.



31



c) Diketahuinya hambatan/masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu. d) Dirumuskannya cara pemecahan masalah. e) Disusunnya rencana kerja bulan baru. c.



Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap, yaitu: 1) Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama Lokakarya mini bulanan yang pertama merupakan lokakarya penggalangan



tim



yang



diselenggarakan



dalam



rangka



pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas (RPK). Pengorganisasian



dilaksanakan



sebagai



penentuan



penanggung jawab dan pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh petugas Puskesmas



dengan



mempertimbangkan



kemampuan



yang



dimilikinya. Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama adalah sebagai berikut: a) Masukan i. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab staf, dan kewenangan ii.



Puskesmas. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru



iii.



berkaitan dengan Puskesmas. Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action/POA) Puskesmas.



b) Proses i. Inventarisasi ii. iii.



kegiatan



Puskesmas



termasuk



kegiatan



lapangan/daerah binaan. Analisis beban kerja tiap petugas. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan.



32



iv.



Penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action/POA) Puskesmas tahunana berdasarkan Rencana Pelaksanaan



Kegiatan Puskesmas (RPK). c) Keluaran i. Rencana kegiatan (Plan of Action/POA) Puskesmas ii.



tahunan. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai



iii.



dengan POA. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.



2) Lokakarya Mini Bulanan Rutin Lokakarya mini bulanan Puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari lokakarya mini bulanan yang pertama. Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA Puskesmas, yang dilakukan setiap bulan secara teratur. Penanggung jawab penyelenggaraan lokakarya mini bulanan adalah Kepala Puskesmas, yang dalam pelaksanaannya dibantu staf Puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti biasanya. Fokus utama lokakarya mini bulanan rutin adalah ditekankan kepada masalah pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan antara hal-hal yang direncanakan, pelaksanaannya serta hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan berdayaguna. Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin Puskesmas adalah sebagai berikut: a) Masukan i. Laporan hasil kegiatan bulan lalu ii. Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota iii. Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan iv. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru b) Proses i. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan ii.



mempergunakan PWS Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan



33



iii. Merumuskan alternatif pemecahan masalah c) Keluaran i. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan ii. Rencana kerja bulan yang baru d.



Penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan Setelah dipahami tujuan dari Lokakarya dan tahapan kegiatan tersebut di atas, dapat diketahui materi yang akan diberikan/dibahas, maka



selanjutnya



untuk



dapat



menyelenggarakannya



perlu



diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Pengarah: Kepala Puskesmas 2) Peserta Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa. 3) Waktu Waktu pelaksanaan lokakarya mini bulanan disesuaikan dengan kondisi dan situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau hari Sabtu minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat. Demikian halnya dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh Puskesmas, misalnya diselenggarakan pada jam 10.00 – 15.00. Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa lokakarya mini bulanan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat tercapai tujuan. 4) Acara Pada dasarnya susunan acara lokakrya mini bulanan bersifat dinamis, dapat disusun sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu, dan kondisi Puskesmas setempat. Sebagai contoh susunan acara lokakarya mini adalah sebagai berikut: a) Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama disebut juga Lokakarya Penggalangan Tim i. Pembukaan ii. Dinamika kelompok iii. Pengenalan program baru iv. POA Puskesmas v. Analisa beban kerja petugas



34



vi. Pembagian tugas dan desa binaan vii. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru b) Lokarya Mini Bulanan Rutin i. Pembukaan ii. Dinamika kelompok; menumbuhkan motivasi iii. Pengenalan program baru iv. Inventarisasi kegiatan bulan lau v. Analisa pemecahan masalah vi. Penyusunan kegiatan bulan yang akan datang vii. Pembagian tugas bulan yang akan datang viii. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru



5) Tempat Diupayakan agar lokakarya mini dapat diselenggarakan di Puskesmas, apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang lokasinya berdekatan dengan Puskesmas. Ruang yang dipakai hendaknya cukup untuk menampung semua peserta. 6) Persiapan Sebelum pertemuan diadakan, perlu persiapan yang meliputi: a) Pemberitahuan hari, tanggal dan jam. b) Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf “U”. c) Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik. d) Rencana Kerja Harian bulan lalu. e) Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu dibandingkan dengan target bulanan per Desa, antara lain menggunakan PWS. f) Buku catatan/notulen Rapat Dinas Keshatan dan Rapat Lintas Sektor/Kecamatan g) Materi pelajaran dan alat peraga yang digunakan. h) Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya. 2. Lokakarya Mini Tribulanan a.



Gambaran Umum Setelah melaksanakan penggalangan/peningkatan kerjasama lintas sektoral, sebagai tindak lanjut semangat kerja sama dalam Tim yang telah ditimbulkan dalam lingkungan sektor-sektor yang bersangkutan, maka hal ini perlu dipelihara dengan baik. Di samping



35



itu, keberhasilan pembangunan kesehatan sangat memerlukan dukungan lintas sektor. Di mana kegiatan masing-masing sektor perlu dikoordinasikan sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Untuk itu, perlu dilakukan pemantauan pelakasanaan kerjasmaa lintas sektoral dengan lokakarya mini yang diselenggarakan setiap tribulan disebut dengan lokakarya mini yang diselenggarakan setiap tribulan disebut dengan lokakarya mini tribulanan. b.



Tujuan 1) Umum Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam rangka mengkasji hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral dan tersusunnya rencana kerja tribulan berikutnya. 2) Khusus a) Dibahasnya dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan hambatan yang dihadapi. b) Dirumuskannya mekanisme/rencana kerja lintas sektoral yang baru untuk tribulan yang akan datang.



c.



Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektoral Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap yaitu: 1) Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama Lokakarya mini tribulan yang pertama merupakan lokakarya penggalangan



tim



yang



diselenggarakan



adalam



rangka



pengorganisasian. Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat terlaksannya rencana kegiatan sektoral yang terkait dengan kesehatan. Pengorganisasian



dilaksanakan



sebagai



penentuan



penanggung jawab dan pelaksanan setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja kecamatan dilakukan pembagian habis kepada seluruh sektor terkait , dengan mempertimbangkan kewenangan dan bidang yang dimilikinya.



36



Pelaksanaan lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut: a) Masukan i. Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok ii. Informasi tentang program lintas sektor iii. Informasi tentang program kesehatan iv. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru b) Proses i. Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor ii. Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor iii. Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor c) Keluaran i. Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program, kesehatan ii. Rencana kegiatan masing-masing sektor 2) Lokakarya Mini Tribulan Rutin Sebagaimana lokakarya bulanan Puskesmas,



maka



lokakarya tribulanan lintas sektoral merupakan tindak lanjut dari lokakarya Penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara tetap. Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas dibantu sektor terkait di kecamatan. Lokakarya tribulanan lintas sektoral dilaksankan sebagai berikut: a) Masukan i. Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan ii.



dukungan sektor terkait Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor



dalam melaksanakan program kesehatan iii. Pemberian informasi baru b) Proses i. Analisis hambatan dan maslah pelaksanaan program ii.



kesehatan Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-



iii. iv.



masing sektor Merumuskan cara penyelesaian masalah Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan



tribulan baru c) Keluaran 37



i. ii. d.



Rencana kerja tribulan yang baru Kesepakatan bersama



Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektoral 1) Persiapan Sebelum lokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan



yang meliputi: a) Pendekatan kepada Camat i. Memimpin lokakarya dengan menjelaskan acaranya. ii. Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan laporan kegiatan dan pembinaan. iii. Mempersiapkan tempat penyelenggaraan lokakarya. b) Puskesmas melaksanakan: i. Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk yang mudah dipahami oleh sektor-sektor lainnya, antara lain dalam bentuk PWS. ii. Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas sektor. iii. Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat-surat yang berhubungan dengan peran serta masyarakat yang berkaitan dengan sektor kesehatan. iv. Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen lokakarya. v. Pembuatan surat-surat undangan lokakarya untuk ditanda tangani camat. 2) Peserta Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dipimpin oleh Camat, adapun peserta lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut: a) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota b) Tim Penggerak PKK Kecamatan c) Puskesmas di wilayah Kecamatan d) Staf Kecamatan, antara lain: Sekretaris Camat, unit lain yang terkait e) Lintas sektor di kecamatan, antara lain: Pertanian, Agama, Pendidikan, BKKBN, Sosial f) Lembaga/organisasi kemasyarakatan, antara lain: TP PKK Kecamatan,



BPP/BPKM/Konsil



Kesehatan



Kecamatan



(apabila sudah terbentuk) 3) Waktu Lokakarya mini tribulanan lintas sektor yang pertama diselenggarakan pada bulan pertama tahun anggaran berjalan. Sedangkan untuk selanjutnya dilaksanakan setiap tribulan. Adapun 38



waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat. Hal yang perlu dijadikan pertimbangan adalah diupayakan agar seluruh peserta dapat menghandiri lokakarya. Lokakarya ini diselenggarakan dalma waktu ±4 jam. Secara umum, jadwal acara



i. ii. iii. iv. v. vi. vii. viii. i. ii. iii. iv. v. vi. vii. viii. ix. x.



lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut: a) Lokakarya Mini Tribulanan yang Pertama Pembukaan Dinamika kelompok Kegiatan sektor Inventarisasi peran bantu sektor Analisa hambatan dan masalah Pembagian peran dan tanggung jawab sektor Perumusan rencana kerja Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan b) Lokakarya Mini Tribulanan Rutin Pembukaan Dinamika kelompok, menumbuhkan motivasi Kegiatan sektor terkait Maslaah dan hambatan masing-masing sektor Analisis masalah dan hambatan Upaya pemecahan masalah Rencana kerja tribulan mendatang Kesepakatan pembinaan Kesepakatan bersama Penutupan 4) Tempat Tempat penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan lintas sektor adalah di Kecamatan atau tempat lain yang dianggap sesuai.



39



BAB III PERMASALAHAN A. Pengamatan Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Tayu II Kami mengamati salah satu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Tayu II pada tanggal 7 Desember 2011. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Pengarah : Kepala Puskesmas Peserta : Seluruh petugas puskesmas Tanggal : 7 Desember 2011 Waktu : Pukul 10.00-13.00 WIB Tempat : Puskesmas Tayu II Acara : a. Pembukaan oleh Kepala Puskesmas Tayu II b. Penyampaian informasi dari pihak eksternal Puskesmas (Dinas c. d. e. f. g. h. i. j.



Kesehatan Kabupaten Pati) oleh Kepala Puskesmas Pemyampaian evaluasi pelayanan kesehatan oleh Kepala Puskesmas Penyampaian laporan kegiatan oleh pemegang program Penyampaian masalah pelaksanaan kegiatan oleh pemegang program Pembahasan masalah kekosongan bidan desa oleh Kepala Puskesmas Pembahasan ketentuan Jampersal oleh Kepala Puskesmas Laporan keuangan dana BOK oleh pengurus Lain-lain Penutup



B. Hasil Wawancara dengan Komponen yang Berperang Penting dalam Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Tayu II 1. Hasil Wawancara dengan Kepala Puskesmas Tayu II Menurut Kepala Puskesmas, lokakarya mini atau Lokmin adalah pertemuan yang bertujuan mengevaluasi kegiatan dan program yang telah



40



dijalankan bulan lalu dan merencanakan program dan kegiatan yang akan dilakukan mendatang. Lokmin idealnya dilakukan tiap awal bulan, namun terkadang pelaksanaan Lokmin di Puskesmas Tayu II tidak di awal bulan. Hal tersebut dilakukan karena Kepala Puskesmas menunggu apakah terdapat informasi dari rapat pimpinan atau dari Dinas Kesehatan yang akan disampaikan saat Lokmin. Pelaksanaan Lokmin direncanakan dan diatur tiap bulannya oleh Kepala Bagian Tata Usaha (Kasubbag TU). Sedangkan Kepala Puskesmas hanya menyiapkan materi dan informasi penting yang akan dibicarakan saat Lokmin. Di Puskesmas Tayu II, perencanaan dan penjadwalan bersifat fleksibel dan dilakukan bersama-sama oleh Kepala Puskesmas dan Kasubbag TU. Input Lokmin adalah evaluasi dan masalah dari program-program yang telah dijalankan sedangkan outputnya adalah pemecahan dari masalah-masalah tersebut. Pada saat Lokmin, Kepala Puskesmas bertugas sebagai pengarah, pembina, dan penentu kebijakan. Kepala Puskesmas akan bertanya mengenai permasalahan setiap program. Jika ada, maka masalah tersebut akan dimusyawarahkan dan dicari solusinya. Dari solusi-solusi yang didapat saat Lokmin, keputusan terakhir ada pada Kepala Puskesmas yang akan menentukan solusi mana yang akan digunakan. Hal tersebut yang disebut penetuan kebijakan. Kepala Puskesmas juga bertugas sebagai pengarah dan pembina. saat Lokmin. Selain program dan kegiatan, juga dibahas hal lain seperti: kedisiplinan, kinerja, dan ketaatan pegawai puskesmas. Dalam Lokmin, Kepala Puskesmas mengarahkan dan mebina pegawai agar lebih disiplin dan meningkatkan kinerjanya Menurut Kepala Puskesmas, pelaksanaan Lokmin Puskesmas Tayu II telah berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari: acara berlangsung tertib tiap bulan, antusiasme peserta, serta aspirasi peserta yang dinilai bagus dalam pemecahan masalah. Indikator keberhasilan



41



Lokmin dapat dilihat dari keberhasilan solusi yang telah dihasilkan dan keberhasilan tersebut dinilai pada Lokmin selanjutnya. Masalah dan hambatan yang sering terjadi saat Lokmin adalah peserta dan pemegang program sering kurang aktif dalam Lokmin. Hal tersebut bisa disebabkan karena pemegang program belum siap, belum melakukan evaluasi pribadi mengenai pelaksanaan programnya, atau pemegang program kurang paham terhadap program yang menjadi tanggung jawabnya. Hal tersebut diantisipasi oleh Kepala Puskesmas dengan mengumumkan dan memerintahkan para pemegang program agar menyiapkan laporan kegiatannya dan masalah yang dihadapinya selama menjalankan program sebelum diadakan Lokmin. Pengumuman biasanya dilakukan saat apel atau rapat. Menurut Kepala Puskesmas, program-program yang telah dilakukan di Puskesmas Tayu II semua sudah berjalan dengan baik sesuai dengan aturan dan dilaporkan dalam laporan kegiatan rutin. Setiap ada masalah juga selalu dicari pemecahannya bersama-sama saat Lokmin ataupun di luar Lokmin. Pemecahan masalah yang diberikan saat Lokmin biasanya bersifat arahan umum. Pemecahan yang spesifik dan detil itu sulit dilakukan karena banyaknya program yang dilakukan, serta satu orang dapat mengampu beberapa program. Jika dibahas semua secara mendetil akan sangat sulit. Selain itu yang dibahas di Lokmin bukan hanya program, namun juga informasi dari dinas, penyampaian tentang kedisiplinan, pelayanan, pembinaan, dan kinerja. Detil pemecahan masalah dilakukan oleh individu masing-masing pengampu dengan berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas dan petugas lain Selain Lokmin interprogram, ada juga Lokmin intersektor. Lokmin intersektor seharusnya diadakan tiap tiga bulan sekali dengan mengundang sektor lain seperti dari kecamatan, DKK, kades, dan sektor lain. Namun, di Puskesmas Tayu II, tidak dilakukan Lokmin intersektor. Hal tersebut karena masalah biaya. Puskesmas belum mempunyai



42



anggaran untuk menyiapkan acara Lokmin intersektor selama ini. Oleh karena itu, apabila ada materi-materi yang perlu dibicarakan intersektor, biasanya diselipkan pada program kegiatan lain yang mengundang intersektor seperti pelatihan kader desa. 2. Hasil Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubbag TU) Puskesmas Tayu II Peran Kasubbag TU dalam Lokmin adalah membantu Kepala Puskesmas dalam perencanaan, evaluasi, pemecahan masalah saat Lokmin. Kasubbag TU juga berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas merencanakan kegiatan Lokmin tiap bulannya. Menurut narasumber, Lokmin yang sudah dijalankan selama ini telah berjalan dengan baik karena sudah adanya koordinasi dan persiapan dari para peserta Lokmin dan pemegang program, komunikasi yang berjalan lancar, dan musyawarah yang berlangsung “hidup” karena tiap peserta Lokmin berpatisipasi aktif dalam memberikan saran dan aspirasinya. Lokmin di Puskesmas Tayu II dianggap telah berhasil karena telah memberikan solusi secara efektif pada banyak masalah di puskesmas Tayu II. Menurut narasumber, masalah yang dibicarakan di Lokmin tidaklah semua masalah, namun yang dibicarakan hanya yang penting saja berdasarkan skala prioritas. Hal tersebut untuk menghemat waktu dan tenaga. Lokmin tersebut dianggap berhasil apabila solusi yang dihasilkan dapat



memecahkan



masalah



dari



program



tersebut.



Parameter



keberhasilannya berdasarkan pencapaian target pada bulan berikutnya. Namun ada masalah yang belum dapat dipecahkan dalam Lokmin sampai saat ini yaitu banyaknya program dan kurangnya personil sehingga efektivitas dan efisiensi program kurang maksimal. Hal tersebut membutuhkan koordinasi intersektor terutama dengan Dinas Kesehatan. Lokmin intersektor menurut narasumber, sudah sering dilakukan di Puskesmas Tayu II namun hanya bersifat insidental atau tidak rutin.



43



Hal-hal lain yang sering menjadi masalah dalam Lokmin adalah belum siapnya laporan kegiatan dari pemegang program. Namun hal tersebut tidak terlalu mengganggu dan bisa diatasi Saran untuk Lokmin selanjutnya adalah agar para peserta Lokmin lebih mempersiapkan materi dan program yang diampunya sebelum Lokmin diadakan. 3. Hasil Wawancara dengan Pemegang Program a. Pemegang Program UKS dan Puskesmas Keliling Program-program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) terbagi dalam trias lingkungan



program yaitu pendidikan kesehatan, pembinaan sehat,



dan



pelayanan



kesehatan.



Contoh-contoh



programnya adalah Penjaringan Kesehatan, imunisasi anak sekolah, penyuluhan, pelatihan dan lomba dokter kecil, lomba UKS, dan banyak lainnya Laporan kegiatan program-program tersebut akan dibahas saat Lokmin. Oleh karena itu, sebelum Lokmin, disiapkan laporan kegiatan dan masalah setiap program. Menurut narasumber, masalah yang sering dihadapi saat menjalankan program UKS di Puskesmas Tayu II adalah tidak adanya koordinasi antara petugas UKS sekolah dan petugas UKS puskesmas. Selain itu UKS adalah program yang seharusnya diurus oleh intersektor seperti dinas kesehatan, dinas pendidikan, kementerian dalam negeri, dan kementerian agama. Namun selama ini dianggap kalau UKS adalah urusan puskesmas saja, sehingga jarang ada kerja sama intersektor. Bahkan, Pak Camat tidak terlalu mengurusi UKS, setiap ada pertemuan tidak pernah hadir langsung namun hanya diwakilkan. Masalah tersebut sudah dikemukakan saat Lokmin interprogram, namun sejauh ini belum ada tindak lanjutnya. Seharusnya masalah



44



tersebut diajukan pada Lokmin intersektor, namun selama ini di puskesmas Tayu II, belum pernah dilakukan Lokmin intersektor. Menurut narasumber, Lokmin yang selama ini dilakukan sudah berjalan dengan baik dan para pemegang program sudah melaporkan kegiatannya. Lokmin juga memberikan manfaat untuk program UKS sendiri.



dari Lokmin tersebut, bisa didapatkan informasi tentang



program baru, arahan untuk menjalankan program, menganggarkan dana, dan sebagainya. b. Pemegang Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Pemegang program KIA membawahi para bidan termasuk bidan desa yang mengampu desa-desa di wilayah kerja Tayu II. Program yang dilaksanakan KIA antara lain: Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Pada tahun 2011 yang lalu, program-program KIA telah berjalan lancar, dan telah memenuhi target yang telah ditentukan. Tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan program karena keaktifan dari kader dan masyarakat setempat. Mengenai lokakarya mini di Puskesmas Tayu II, sebelum pertemuan beliau mempersiapkan laporan kegiatan, dan follow up-nya, kegiatan apa saja yang masih belum mencapai target sehingga saat Lokmin dapat dibahas. Monitoring dan evaluasi program bulanan juga dibahas dalam Lokmin. Menurut beliau, Lokmin sangat bermanfaat bagi pelaksanaan program di Puskesmas Tayu II karena dalam pertemuan tersebut dilakukan evaluasi, pemantauan plaksanaan program, program mana saja yang belum terlaksana atau belum mencapai sasaran sehingga harus ditingkatkan. Pelaksanaan lokakarya mini di Puskesmas Tayu II menurut beliau sudah baik. Namun, partisipasi dari peserta dirasa masih kurang, sebagai contoh bidan desa enggan mengungkapkan keluhan-keluhan



45



atau masalah yang terjadi di desa, padahal sudah diberikan kesempatan oleh ketua Lokmin. Durasi Lokmin sudah cukup, Kepala Puskesmas sebagai ketua Lokmin sudah cukup baik karena sudah mempersiapkan bahan rapat dengan seksama dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan aspirasinya. Sebagai masukan, narasumber menyampaikan hendaknya pada saat



Lokmin



selanjutnya,



tiap



bidan



desa



ditanya



apa



keluhan/hambatan yang mereka hadapi, telepon genggam sebaiknya dimatikan saat jalannya Lokmin agar tidak mengganggu konsentrasi peserta. c. Pemegang Program Imunisasi Meskipun baru mengampu pemegang program imunisasi, program imunisasi selama ini dikatakan sudah berjalan baik. Cakupan imunisasi balita, BIAS, dan ibu hamil sudah baik. Hal ini terkait dengan baiknya koordinasi dengan bidan desa. Tidak ada hambatan yang berarti dalam kinerja program imunisasi selain ketersediaan vaksin. Ketersediaan vaksin sering menyebabkan tertundanya imunisasi pada balita, contohnya vaksin BCG dan Hepatitis B Uniject yang sering tidak tersedia. Mengenai lokakarya mini di Puskesmas Tayu II, sebelum pertemuan beliau mempersiapkan laporan kegiatan, dan follow up-nya, kegiatan apa saja yang masih belum mencapai target sehingga saat Lokmin dapat dibahas. Pelaporan tersebut dikumpulkan dari bidan desa. Menurut beliau, Lokmin sangat bermanfaat bagi pelaksanaan program di Puskesmas Tayu II karena bisa mengevaluasi program yang kurang baik dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan lokakarya mini di Puskesmas Tayu II menurut beliau sudah baik. Namun partisipasi peserta terkadang kurang. Sehingga ada permasalahan yang terkadang belum terbahas.



46



d. Program Gizi dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Pemegang program gizi berkaitan erat dengan program KIA dalam hal pemantauan status gizi balita. Sedangkan program Pustu berkaitan dengan pelayanan di masyarakat sekitar. Selama ini, program yang diampu dinilai sudah berjalan baik. Pelaporan program gizi dalam Lokmin berkaitan dengan laporan bidan-bidan desa, serta kebijakan-kebijakan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati sebagai penentu tagret program gizi. Hambatan yang sering muncul adalah keterlambatan pengumpulan laporan dari bidan desa. Sedangkan program Pustu, keberhasilan program didasarkan pada jumlah pasien yang berobat. Karena jumlah pasien selama ini sedikit, maka pemegang program lebih giat mensosialisasikan kepada warga di sekitar Pustu bahwa mereka dapat berobat ke Pustu secara rutin. Hambatan yang dirasakan adalah dukungan sarana dan prasarana yang sangat minimal, misalnya tidak adanya sumber listrik, tidak ada sumber air, serta obat-obatan yang kurang. Selama ini, pelaksanaan Lokmin sudah baik, dimana Lokmin mampu memfasilitasi pemaparan program yang diampu, serta mengetahui permasalahannya. 4. Hasil Wawancara dengan Bidan Desa Selain melakukan wawancara dengan para pemegang program, kami juga mewawancarai seorang bidan desa sebagai perwakilan. Dari wawancara didapatkan hasil sebagai berikut. Lokakarya mini merupakan suatu pertemuan rutin bulanan yang diselenggarakan puskesmas berisi pemaparan tentang laporan kegiatan, evaluasi dan perencanaan untuk program pada bulan selanjutnya. Sebelum mengikuti Lokmin, yang dipersiapkan oleh bidan yaitu laporan kegiatan 47



bulanan dan hasil pencapaian bulanan, berapa persen dari target yang telah tercapai. Namun, selama ini para bidan desa belum pernah membaca panduan penyelenggaraan Lokmin dari Dinas Kesehatan, informasi hanya didapat secara lisan dari pengarahan kepala Puskesmas. Selama ini, menurutnya, program yang dilaksanakan di desa binaannya selalu memenuhi target karena kader posyandu desa tersebut aktif. Selama ini juga tidak ada masalah yang berarti dalam pelaksanaan program di desa. Dalam lokakarya mini yang telah dilakukan selama ini, umumnya dirinya dan bidan desa yang lain cenderung pasif, hanya menyampaiakan laporan jika ditanya oleh kepala puskesmas. Tidak ada inisiatif dari bidan untuk menyampaikan informasi maupun masalah yang didapati di desa. Menurut narasumber, Lokmin yang sudah berjalan selama ini sudah baik, baik mengenai jalannya acara maupun dari partisipasi peserta. Dalam Lokmin, telah dibahas mengenai evaluasi program-program yang sudah dilaksanakan dan perencanaan program selanjutnya. Peran kepala Puskesmas sebagai moderator juga dikatakan sudah baik. Hanya durasi Lokmin dirasa terlalu lama terutama jika terdapat perselisihan pendapat dalam forum tersebut. Tidak ada saran untuk pelaksanaan lokakarya mini selanjutnya. C. Analisis Masalah 1. Lokakarya Mini Bulanan a.



Pengetahuan tentang Lokakarya Mini Bulanan Dari hasil wawancara, dapat diketahui bahwa seluruh narasumber secara umum telah mengetahui pengertian, maksud, dan tujuan diadakannya lokakarya mini bulanan. Seluruh narasumber menyatakan bahwa tujuan utama lokakarya mini bulanan yaitu untuk menilai sampai seberapa jauh pencapaian dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksananya pada bulan yang lalu, sekaligus pemantauan rencana kegiatan Puskesmas, sehingga dapat dibuat



48



perencanaan ulang yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Namun, pengetahuan mengenai teknis pelaksanaan secara detil, para narasumber belum mengetahui dengan baik. Hal ini kemungkinan dikarenakan kurangnya sosialisasi mengenai teknis yang benar dan sesuai degan Buku Panduan Lokakarya Mini Puskesmas yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan. b.



Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan 1) Masukan Dari hasil pengamatan pelaksanaan lokakarya mini bulanan pada tanggal 7 Desember, berikut ini analisis kesesuaian teknis dengan panduan yang ada. a) Laporan hasil kegiatan bulan lalu Pada pelaksanaan loka karya mini, laporan kegiatan bulan lalu sudah disampaikan oleh sebagian pemegang program. Penyampaian laporan tidak dilakukan secara detil, namun lebih difokuskan pada masalah yang ada. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh pemegang program sudah menyiapkan laporan bulanan untuk disampaikan saat Lokmin. Namun beberapa program mengaku bahwa kurang ada kesempatan untuk menyampaikan laporan kegiatan bulanan beserta masalah yang dihadapi. Sedangkan Kepala Puskesmas menyatakan bahwa kurang tersampaikannya permasalahan dalam Lokmin disebabkan karena peserta kurang aktif. Hal yang



bertolak



belakang



ini



menunjukkan



kurangnya



komunikasi yang efektif antara Kepala Puskesmas sebagai pemimpin dan pengarah Lokmin dengan peserta. Salah satu bentuk kurangnya komunikasi dalam Lokmin ini dapat diketahui dari bentuk pertanyaan tertutup yang diajukan pada peserta rapat, seperti “Apakah ada masalah untuk pemegang program dan bidan desa?”, bukan pertanyaan terbuka,



49



misalnya “Bagaimana pencapaian pelaksanaan porgram bulan lalu?”. b) Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota dan Kecamatan Informasi mengenai hasil rapat di luar Puskesmas sudah diberikan kepada peserta oleh Kepala Puskesmas. Namun, Kepala



Puskesmas



mengaku



bahwa



hal



ini



sering



menyebabkan keterlambatan diadakannya Lokmin setiap bulannya. c) Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru Informasi mengenai kebijakan, program, dan konsep baru sudah diberikan pada Lokmin, misalnya kebijakan baru mengenai Jampersal. 2) Proses a) Analisis hambatan dan masalah Analisis hambatan dan masalah program kegiatan sudah dilakukan pada saat Lokmin. Namun, analisis tidak dilakukan secara mendetil dan komprehensif. Hal tersebut dikarenakan banyaknya program yang harus dievaluasi tidak sebanding dengan keterbatasan waktu yang tersedia selama Lokmin. Analisis masalah ini cenderung dilakukan satu arah dari pimpinan Lokmin. b) Merumuskan alternatif pemecahan masalah Lokmin cenderung tidak memunculkan



rumusan



pemecahan masalah yang konkrit. Arahan pemecahan masalah cenderung satu arah dan hanya secara garis besar. Pemecahan masalah secara detil diserahkan pada pemegang program berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas dan petugas lain. 3) Keluaran a) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan Pada akhir Lokmin, dinilai kurang terjadi kesepakatan dalam



melaksanakan



kegiatan.



Hal



ini



kemungkinan



disebabkan minimalnya jumlah sumber daya manusia sehingga satu orang memegang banyak program. Kesepakatan yang kurang ini juga kemungkinan disebabkan kurang dinamika



50



dalam Lokmin, sehingga tidak semua peserta menyampaikan aspirasi. b) Rencana kerja bulan yang baru Rencana kerja bulan baru yang dihasilkan dalam Lokmin dinilai tidak konkrit. Lokmin tidak menghasilkan matriks yang jelas mengenai rencana kerja bulan baru yang mengacu pada analisis yang telah dibahas sebelumnya. c. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan Penyelenggaraan Lokmin bulanan secara umum sudah sesuai dengan panduan yang ada, yaitu dalam hal: pengarah dan peserta. Kekurangan penyelenggaraan terdapat pada waktu Lokmin, dimana sering terhambat dikarenakan alasan menunggu hasil rapat eksternal Puskesmas yang harus disampaikan saat Lokmin. Sedangkan mengenai acara, susunan acara tidak dipaparkan secara jelas. Hal ini sangat berpengaruh pada efektivitas waktu yang digunakan dan terkait dengan sedikitnya output lokmim yang tercapai. d. Persiapan Loka Karya Mini Bulanan Persiapan yang sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan diantaranya: 1) Pemberitahuan hari, tanggal dan jam. 2) Rencana Kerja Harian bulan lalu. 3) Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu dibandingkan dengan target bulanan per Desa, antara lain menggunakan PWS. 4) Buku catatan/notulen Rapat Dinas Keshatan dan Rapat Lintas Sektor/Kecamatan 5) Materi pelajaran dan alat peraga yang digunakan. 6) Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya. Sedangkan persiapan yang belum dilakukan adalah: 1) Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf “U”. 2) Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik. 2. Lokakarya Mini Tribulanan



51



Lokmin lintas sektor yang seharusnya dilakukan tibulanan tidak dilaksanakan di Puskesmas Tayu II. Hal ini terkait keterbatasan dana yang tersedia. Namun demikian, materi yang seharusnya dibahas dalam Lokmin tribulanan dialihkan pada pertemuan-pertemuan lintas sektor baik dengan kepala desa maupun perangkat kecamatan. Adapun follow up hasil koordinasi lintas sektor sulit kami ketahui dengan baik. Salah satu narasumber mengaku koordinasi lintas sektor kurang, dan menjadi hambatan dalam pelaksanaan program yang dilakukan.



BAB IV PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI Dari pemaparan dan analisis masalah yang telah dijelaskan, maka intervensi yang perlu diberikan adalah memberi penyuluhan mengenai lokakarya mini.



52



1. Tujuan: a. Meningkatkan pengetahuan semua karyawan Puskesmas mengenai lokakarya mini dan perang masing-masing b. Meningkatkan



pengetahuan



semua



karwayan



Puskesmas, terutama



pemegang program dan bidan desa mengenai perlunya mempersiapkan laporan bulan secara detil saat lokakarya mini 2. Sasaran: Semua karyawan Puskesmas Tayu II



3. Strategi pelaksanaan: a.



Memberikan informasi mengenai lokakarya mini



b.



Memberikan informasi mengenai persiapan yang perlu dilakukan sebelum lokakarya mini



c.



Memberikan informasi mengenai capaian-capaian yang harus diperoleh dalam lokakarya mini



4. Pengembangan alternatif kegiatan: a. Memberi contoh susunan acara dan matriks pencatatan hasil lokakarya mini agar Lokmin berjalan lebih efektif dan tepat sasaran b. Menyusun dan mensosialisasikan buku panduan lokakarya mini yang mudah dipahami



BAB V PELAKSANAAN Tempat dan Tanggal Implementasi Ruang Pertemuan Puskesmas Pemaparan dan diskusi mengenai panduan



53



Tayu II tanggal 8 Februari lokakarya mini. 2011



a. b. c. d. e.



Pengertian lokakarya mini Jenis lokakarya mini Persiapan lokakarya mini Pelaksanaan lokakarya mini Hal penting yang dibahas dalam lokakarya mini (laporan bulanan, analisis masalah, pemecahan masalah, kesepakatan kegiatan



bulan berikutnya) f. Pentingnya dinamika pimpinan dan peserta dalam lokakarya mini g. Pembagian booklet panduan lokakarya mini kepada para pemegang program Tabel 8. Pelaksanaan Intervensi



BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Tanggal 8 Maret 2012



Monitoring  



Evaluasi



Persiapan laporan bulanan 



Para



sebelum Lokmin



mempersiapkan



Persiapan



pelaksanaan



pemegang



program laporan



bulanan dan masalah dalam



54



Lokmin



pelaksanaan program ataupun







Susunan acara Lokmin



kurangnya







Pelaksanaan



pelaksanaan program



analisis perumusan



pelaporan, dan 



masalah,



Dinamika



Pelaksanaan penyediaan



sarana



dan



prasarana



dalam



pelaksanaan Lokmin



Lokmin



terencana dengan baik, dalam



pemecahan



masalah saat Lokmin 



cakupan







Susunan acara ditetapkan dan menjadi



panduan



sehingga



Lokmin berjalan efektif 



Setiap



pemegang



diberi



program



kesempatan



memaparkan laporan bulanan dan



menekankan



pada



masalah yang ada. 



Terdapat rumusan pemecahan masalah setiap program dan dibuat dalam matriks







Dinamika



selama



Lokmin



bagus, dengan aktifnya semua peserta.



Tabel 9. Monitoring dan Evaluasi



BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1.



Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan



55



berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga, serta sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan



2.



program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen 3.



yang baik. Lokakarya mini adalah suatu bentuk forum pertemuan yang merupakan



4.



penerapan dari manajemen penggerakan pelaksanaan di Puskesmas. Tujuan Lokmin adalah terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya. Masalah dalam pelaksanaan Lokmin bulanan di Puskesmas Tayu II



5.



adalah: pengetahuan detil mengenai panduan Lokmin yang kurang, analisis dan pemecahan masalah yang tidak terarah dan terinci, kurangnya kesepakatan pelaksanaan kegiatan selanjutnya, waktu pelaksanaan yang sering tertunda, persiapan berupa susunan acara tidak terencana dengan baik, format peserta tidak dalam bentuk “U”, fasilitas pendukung yang 6.



tidak tersedia. Koordinasi lintas sektoral dilakukan pada acara-acara pertemuan intersektoral yang lain karena Lokmin tribulanan belum terlaksana di Puskesmas Tayu II.



B. Saran 1. Saran untuk Peserta a. Setiap peserta diharapkan lebih konsentrasi dalam mengikuti pelaksanaan Lokmin mengingat pentingya untuk kelancaran program bulanan Puskesmas. b. Setiap pemegang program diharapkan lebih aktif dalam menyampaikan hasil kegiatan dan hambatan yang dihadapi.



56



c. Memberikan umpan balik tentang program yang disampaikan dalam Lokmin. d. Setiap pemegang program membuat matriks evaluasi program yang dibahas dalam Lokmin. e.



Mempelajari kembali panduan lokakarya mini yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan.



2. Saran untuk Pengarah (Kepala Puskesmas) a. Menumbuhkan motivasi kerja kepada semua pemegang program dan staf Puskesmas. b. Menciptakan suasana kondusif dalam pelaksanaan Lokmin agar tumbuh semangat dan keaktifan peserta dalam hal meningkatkan kinerja untuk kegiatan mendatang. c. Membuat susunan acara pelaksanaan Lokmin dengan alokasi waktu yang jelas sehingga lebih efektif. d. Meningkatkan fungsi organisasi sebagai pimpinan Lokmin dalam menggali dan mengarahkan analisis masalah dan pemecahannya secara detil dan tepat sasaran. e. Mengarahkan jalannya Lokmin sehingga tercapai kesepakatan yang jelas antara semua peserta Lokmin mengenai pelaksanaan program berikutnya dan rencana bulan baru. f. Mempelajari kembali dan mensosialisasikan panduan lokakarya mini sesuai pedoman yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2011. Perencanaan Tingkat Puskesmas. Pati: Puskesmas Tayu II. 2. Soeparmanto, Sri. 2006. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI.



57