LP Abdominal Pain Iren-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A YANG MENGALAMI GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ABDOMINAL PAIN DI RUANG PERAWATAN MAMMINASA BAJI RSUD LABUANG BAJI



DISUSUN OLEH : IRENE AGUSTIN LEFTEUW 7119221701



CI LAHAN



CI INSTITUSI



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK) FAMIKA MAKASSAR T.A 2021/2022



LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN A. PENGERTIAN Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis. Nyeri Abdomen Akut Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik. 1. Nyeri Viseral : Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan sayatan atau jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan member rasa nyeri yang tumpul disertai rasa sakit. Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri, digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan. Karena nyeri ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa menyebabkan bertambahnya rasa nyeri. 2. Nyeri somatik :



Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan menunjukkannya memakai jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau proses peradangan. Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal akan menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan dari pasien juga akan menambah rasa nyeri, baik itu berupa gerakan tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal inilah yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk. Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan. Nyeri Abdomen Kronis Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat behubungan dengan ekserbasi akut. B. ETIOLOGI Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa : a. ulkus yang mengalami perforasi b. irritable bowel syndrome c. apendisitis d. pankreasitis e. batu empedu. Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin bisa berakibat fatal.



C. PATOFISIOLOGI Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri



ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ), mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke labium atau skrotum. Jka proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.



PATHWAY



D. MANIFESTASI KLINIS 1. Nyeri abdomen 2. Mual, muntah 3. Tidak nafsu makan 4. Lidah dan mukosa bibir kering 5. Turgor kulit tidak elastis 6. Urine sedikit dan pekat 7. Lemah dan kelelahan E. KOMPLIKASI a. Perporasi gastrointestinal b. Obstruksi gastrointestinal F. PEMERIKSAAN PENUNJANG a.



Pemeriksaan fisik



b.



Pemeriksaan DL



c.



Amilase :Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik pankreatitis.



d.



β-HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat daripada dalam urine)



e.



Gas darah arteri :Asidosis metabolik(iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)



f.



Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih



g.



EKG:Infark miokard



h.



Rotgen thorak:Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia



i.



Rotgen



Abdomen



:Usus



menebal),Pankreatitis(pelebaran



iskemik(dilatasi,usus



yang



edema



dan



jejunum bagian atas ’sentimel),Kolangitis(udara



dalam cababg bilier),Kolitis akut(Kolon mengalami dilatasi,edema dan gambaran menghilang),obstruksi akut(Usus mengalami dilatasi,tanda ’string of pearl’) Batu Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal ) j. k.



Ultrasonografi CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya



luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis belum pasti,,pankreatitis,trauma hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma l.



IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal



G. PENATALAKSANAAN MEDIS a. Pemberian analgetik b. Pembedahan H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN a.



Kaji nyeri dengan tehnik PQRST



b.



Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi



c.



Berikan posisi yang nyaman pada klien



d.



Berikan HE tentang nyeri



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ABDOMINAL PAIN 1. Pengkajian -



Pasien mengeluh nyeri perut.



-



Nadi meningkat



-



Tekanan darah meningkat



-



RR meningkat



-



Pasien tampak meringis.



-



Pasien mengatakan nyeri ringan – sedang



-



Pasien mengatakan nyerinya bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi



-



Pasien hanya minum < 8 gelas sehari



-



Pasien muntah-muntah



-



Pasien tampak lemah.



-



Lidah dan mukosa bibir pasien kering.



-



Turgor kulit tidak elastis.



-



Urine sedikit dan pekat.



-



Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.



-



Pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan.



-



Berat badan pasien turun



-



Pasien tampak lemah dan kelelahan



-



Kekuatan otot 4444 4444



4444 4444



-



Pasien tidak bisa melakukan aktivitas.







Pemeriksaan fisik Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status generalis) untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistim kardiovaskuler dan sistim saraf yang merupakan sistim vital untuk kelangsungan kehidupan. Pemeriksaan keadaan lokal



(status lokalis abdomen) pada penderita dilaksapakan secara sistematis dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Tanda-tanda khusus pada akut abdomen tergantung pada penyebabnya seperti trauma, peradangan, perforasi atau obstruksi. 



Inspeksi Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah : -



Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah



-



abdomen. Penderita pucat, keringat dingin.



-



Bekas-bekas trauma pads dinding abdomen, memar, luka,prolaps omentum atau usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda-tanda khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik.



-



Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus (Darm-steifung).







Palpasi a) Akut abdomen memberikan rangsangan pads peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi. b) Palpasi akan menunjukkan 2 gejala : 1. Perasaan nyeri Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan bertambah pads waktu palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan pads penekanan dinding abdomen di daerah lain. 2. Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity) Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pads peritonitis diffusa yang karena rangsangan palpasi bertambah sehingga secara refleks terjadi kejang otot.







Perkusi Perkusi pads akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal. 1) Perasaan nyeri oleh ketokan pads jari. Ini disebut sebagai nyeri ketok. 2) Bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas pads ileus obstruksi rendah.







Auskultasi Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi perangsangan peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus paralitik.







Pemeriksaan rectal Toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma pads rektum atau keadaan ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor.



2. Diagnosa Keperawatan : 1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri



perut, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, RR meningkat, Pasien tampak meringis dan pasien mengatakan slaka nyeri ringan - sedang. 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi bedah



ditandai dengan pasien tampak lemah, lidah dan mukosa bibir pasien kering, turgor kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat, minum < 8 gelas. 3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah ditandai



dengan pasien lemah, tampak kelelahan. 4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual



muntah ditandai dengan Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan, pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan, dan berat badan pasien turun 3. Intervensi 1.



Nyeri akut berhubungan dengan post operasi Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan nyeri dapat berkurang atau terkontrol dengan kriteria hasil : -



Nyeri pasien dapat berkurang



-



Skala intensitas nyeri berkurang 2 -3



-



Pasien tampak tenang



-



TTV tampak normal ( dalam batas normal )



1.



Intervensi Jelaskan kepada klien tindakan yang



1. klien



Rasional mengetahui



dan



akan di lakukan.



dapat mengikuti tindakan yang akan di lakukan



2.



Manajemen lingkungan: lingkungan



2. lingkungan tenang akan



tenang, batasi pengunjung, dan



menurunkan stimulus nyeri



istirahatkan klien



eksternal dan pembatasan pengunjung membantu kondisi



akan meningkatkan



okisigen



(O2)



ruangan 3.



Ajarkan dan dorong pasien tehnik relaksasi napas dalam



4.



Bantu pasien untuk mendapatkan



3. Dengan tehnik relaksasi nyeri dapat mengurangi nyeri .



4. untuk menurunkan ketegangan



posisi yang nyaman, dan gunakan



atau spasme otot dan untuk



bantal untuk membebat atau



mendistribusikan



menyokong daerah yang sakit bila



tekanan pada bagian tubuh



kembali



diperlukan . 5.



Kolaborasi pemberian analgetik



5. Kolaborasi dengan pemberian analgetik sesuai indikasi dapat



6.



Observasi TTV



7.



Observasi skala nyeri



memblok



lintasan



nyeri,



sehingga



nyeri



dapat



berkurang. 6. Peningkatan nadi menunjukkan adanya nyeri. 7. Untuk mengetahui intervensi selanjutnya dan untuk melihat skala nyeri.



2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi bedah Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam di harapkan volume cairan tetap adekuat dengan kriteria hasil : 1. Tanda-tanda vital tetap stabil 2. Warna kulit dan suhu normal 3. Kadar elektrolit tetap dalam rentang normal 4. Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membran mukosa lembab Intervensi 1. Pantau dan catat tanda-tanda vital



Rasional 1. Takikardia, dispnea, atau



setiap 2 jam atau sesering mungkin



hipotensi



dapat



sesuai keperluan sampai stabil.



mengindikasikan



Kemudian pantau dan catat tanda-



kekurangan volume cairan



tanda vital setiap 4 jam.



atau



ketidakseimbangan



elektrolit. 2. Selimuti pasien hanya dengan kain



2. Untuk



mencegah



vasodilatasi, terkumpulnya



yang tipis. Hindari terlalu panas



darah di ektremitas, dan berkurangnya



volume



darah sirkulasi. 3. Ukur asupan dan haluaran setiap 1



3.



Haluaran



urine



yang



sampai 4 jam. Catat dan laporkan



rendah dan berat jenis



perubahan



urine



yang



signitifikan



yang



termasuk urine, feses, muntahan,



mengindikasikan



drainase luka.



hopovolemia.



4. Berikan cairan, darah atau produk darah, atau ekspander plasma



tinggi



4. Untuk mengganti cairan dan kehilangan darah serta mempermudah pergerakan



cairan ke dalam ruang intravaskular, pantau dan catat



keefektifan



dan



semua efek yang tidak diharapkan. 3.



Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah: Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien akan menunjukkan tingkat peningkatan aktivitas optimal dengan kriteria hasil : 1. Pasien menyatakan keinginannya untuk meningkatkan aktivitas 2. Pasien mengindentifikasi faktor-faktor terkontrol yang menyebabkan kelemahan 3. Tekanan darah, kecepatan nadi dan respirasi, tetap dalam batas yang ditetapkan selama aktivitas 4. Pasien menyatakan rasa puas dengan setiap tingkat aktivitas baru yang dapat dicapai



Intervensi 1. Diskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktifitas



Rasional 1. Untuk mengkomunikasikan kepada



pasien



bahwa



aktivitas



akan



meningkatkan kesejahteraan



fisik



dan



psikososial 2. Identifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan sangat berarti baginya 3. Dorong pasien untuk membantu



2. Untuk motivasinya



yang



membantu



yang



diyakini sangat penting oleh pasien



lebih



3. Partisipasi pasien dalam perencanaan



aktivitas



agar



aktif



merencanakan kemajuan aktivitas mencakup



mrningkatkan



dapat memperkuat



keyakinan pasien



4. Intruksikan dan bantu pasien untuk beraktivitas diselingi istirahat



4. Untuk



menurunkan



kebutuhan oksigen tubuh dan mencegah keletihan



5. Identifikasi dan minimalkan faktorfaktor



yang



dapat



menurunkan



toleransi latihan pasien 6. Pantau terhadap



dan



5. Untuk



membantu



meningkatkan



aktivitas



pasien



respons



fisiologis



peningkatan



aktivitas



(termasuk respirasi, denyut dan



6. Untuk meyakinkan bahwa frekuensinya kembali



iramma jantung, tekanan darah) 4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat tercukupi secara optimal dengan kriteria hasil : 1. Pasien makan secara mandiri tanpa di dorong 2. Berat badan pasien bertambah (kg) setiap minggu 3. Pasien dan anggota keluarga mengomunikasikan pemahaman kebutuhan diet khusus



Intervensi 1. Jelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.



Rasional 1. klien mengetahui dan dapat



mengikuti



tindakan yang akan di lakukan 2.



3.



Beri kesempatan pasien



2. untuk



membantu



mendiskusikan alasan untuk tidak



mengkaji



makan



gangguan makan



Tentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk mendapatkan



3. untuk



penyebab



meningkatkan



nafsu makan pasien



makan tersebut, tawarkan makanan yang merangsang indra penciuman, penglihatan dan taktil 4.



Observasi dan catat asupan pasien



4. untuk mengkaji zat gizi



yang di konsumsi dan suplemen



yang



diperlukan 5.



Timbang berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari. Beri penguatan penambahan berat badan dengan pujian atau penghargaan



5. Tindakan



ini



memberikan



data



akurat dan memberikan pengendalian pasien



pada tentang



makanan



yang



dimakan



dan



akan pujian



atau penghargaan yang di dapatkan 5. Implementasi Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). 1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme abdomen IMPLEMENTASI 1.



Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.



2.



Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan istirahatkan klien



3.



Mengajarkan dan dorong pasien tehnik relaksasi napas dalam



4.



Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman, dan gunakan bantal untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila diperlukan .



5.



Berkolaborasi pemberian analgetik



6.



Mengobservasi TTV



Mengobservasi skala nyeri Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah 7.



2.



IMPLEMENTASI



1. Memantau dan mencatat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat tandatanda vital setiap 4 jam. 2. Menyelimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Menghindari kain yang terlalu panas 3. Mengukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan perubahan yang signitifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka. 4. Memberikan cairan, darah atau produk darah, atau ekspander plasma



3.



Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri IMPLEMENTASI 1. Mendiskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktifitas 2. mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan sangat berarti baginya 3. Mendorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan aktivitas yang mencakup aktivitas yang diyakini sangat penting oleh pasien 4. Mengintruksikan dan membantu pasien untuk beraktivitas diselingi istirahat 5. Mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor yang dapat menurunkan toleransi latihan pasien 6. Memantau dan merespons fisiologis terhadap peningkatan aktivitas



4.



(termasuk respirasi, denyut dan iramma jantung, tekanan darah) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh IMPLEMENTASI



1.



Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.



2.



Memberi kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak makan



3.



menentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk mendapatkan



makan tersebut, tawarkan makanan yang merangsang indra penciuman, penglihatan dan taktil 4.



Mengobservasi dan catat asupan pasien



5.



Menimbang berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari. Beri penguatan penambahan berat badan dengan pujian atau penghargaan



6. Evaluasi 1. Nyeri pasien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan. 2. Volume cairan seimbang. 3. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali setelah dilakukan tindakan keperawatan 4. Tidak terjadi kekurangan nutrisi



Daftar pustaka www.scribd.com/doc/237668081/79204432-LP-Abdominal-Pain-doc www.scribd.com/doc/185999364/Abdominal-Pain Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain



in



Emergency



Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002. Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New York. Mcgrawhill companies. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg MedClin North Am 19:123-136, 2001. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.