LP Abdominal Pregnancy [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP KEHAMILAN EKTOPIK A. Definisi Abdominal Pregnancy Abdominal Pregnancy adalah salah satu jenis kehamilan ektopik yang langka dan mengancam jiwa yang telah tertanamdalamrongga peritonium di luar rahim, tuba falopi dan ovarium. Kehamilan perut adalah satu-satunya jenis kehamilan ektopik yang dapat berlanjut melebihi usia kehamilan 20 minggu. Kehamilan perut biasanya salah didiagnosis sebagai kehamilan intrauterin selama perawatan antenatal. Kehamilan perut adalah satu-satunya kehamilan ektopik yang dapat berlanjut dan mencapai aterm. Kehamilan ektopik adalah jenis kehamilan dan didefinisikan inplantasi blastokista di luar lapisan endometrium. Implantasi ini dapat terjadi di dalam tuba (tubal pregnancy), di ovarium(ovarial pregnancy), di dalam perut (abdominal pregnancy), di dalam serviks (cervical pregnancy), di dalam bekas luka caesar, dll. Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama sekali. Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana sel telur setelah dibuahi (fertilisasi) berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik disebut juga ectopic gestation dan ecceyesis. Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri, tetapi biasanya menempel pada daerah didekatnya. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus tetapi jelas bersifat ektopik. 1 Kehamilan ektopik dapat terjadi di beberapa lokasi seperti yang terdapat pada gambar berikut:



1



B. Epidemiologi Frekuensi dari kehamilan ektopik dan kehamilan intrauteri dalam satu konsepsi yang spontan terjadi dalam 1 dalam 30.000 atau kurang. Angka kehamilan ektopik per 1000 diagnosis konsepsi, kehamilan atau kelahiran hidup telah dilaporkan berkisar antara 2,7 hingga 12,9. Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Diantara faktor-faktor yang terlibat adalah meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim, penyakit radang panggul, usia ibu yang lanjut, pembedahan pada tuba, dan pengobatan infertilitas dengan terapi induksi superovulasi.1



PHATWAY Pembuahan telur di ovum Perjalanan ke uterus, telur mengalami penghambatan (endosalfingitis, hipoplasia uteri, tumor, idiopatik, bekas radang pada tube, infeksi pelvis,dll) Berdinasi di abdominal Kehamilan ektopik 2



Kehamilan 36-40 mg Penurunan kadar progesteron dan estrogen



Ansietas



Krisis situasional



Kontraksi pada uterus



Tekanan hidrostatiair ketuban dan tekanan intrauterin naik



Serviks mendatar dan terbuka



Kontraksi kuat dan cepat



Kepala janin masuk rongga panggul



Pembukaan lengkap



Tekanan meningkat pada otot dasar panggul Nyeri perut bagian bawah, menyebar ke daerah panggul dan paha (kontraksi)



C. Faktor Risiko dan penyebab kehamilan ektopik 3



Nyeri persalinan



Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun kehamilan ektopik juga dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko.2 Faktor risiko kehamilan ektopik adalah sebagai berikut:2 1. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil masih menggunakan kontrasepsi spiral (3-4%). Pil yang hanya mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.2,10 2. Faktor abnormalitas dari zigot Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di saluran tuba. 3. Faktor tuba2 1) Faktor dalam lumen tuba: a. Endosalpingitis dapat menyebabkan lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu akibat perlekatan endosalping; b. Pada hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi secara baik; c. Pascaoperasi rekanalisasi tuba dan sterilisasi yang tak sempurna. 2) Faktor pada dinding tuba: a. Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba; b. Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu. 3) Faktor di luar dinding tuba a. Perlengketan peritubal dengan ditorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur; b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba. 4) Faktor ovum2 Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar. 5) Faktor lain Pemakaian IUD dimana proses peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.



4



Meskipun etiologi yang pasti dari kehamilan abdominal primer tidak diketahui, ada beberapa faktor resiko yang terindentifikasi. Ini termasuk kerusakan tuba, penyakit radang panggul, multi-paritas, fertilisasi in vitro.



D. Klasifikasi Kehamilan ektopik dapat diklasifikasikan menjadi:2 1. Kehamilan Pars Interstisialis Tuba2 Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstisialis tuba. Keadaan ini jarang terjadi dan hanya satu persen dari semua kehamilan tuba. Ruptur pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan keempat. Perdarahan yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera dioperasi akan menyebabkan kematian. Tindakan operasi yang dilakukan adalah laparatomi untuk membersihkan isi kavum abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta menutup sumber perdarahan dengan melakukan irisan baji (wegde resection) pada kornu uteri dimana tuba pars interstisialis berada. 2. Kehamilan ektopik ganda2 Sangat jarang kehamilan ektopik berlangsung bersamaan dengan kehamilan intrauterin. Keadaan ini disebut kehamilan ektopik ganda (combined ectopic pregnancy). Frekuensinya berkisar 1 di antara 15.000 – 40.000 persalinan.Di Indonesia sudah dilaporkan beberapa kasus. Pada umumnya diagnosis kehamilan dibuat pada waktu operasi kehamilan ektopik yang terganggu. Pada laparotomi ditemukan uterus yang membesar sesuai dengan tuanya kehamilan dan 2 korpora lutea. 3. Kehamilan Ovarial2 Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni: 1) Tuba pada sisi kehamilan harus normal; 2) Kantong janin harus berlokasi pada ovarium; 3) Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary proprium; 4) Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin. Diagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh jaringan ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan ovarial biasanya terjadi ruptur pada kehamilan muda dengan akibat 5



perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula mengalami kematian sebelumnya sehingga tidak terjadi ruptur, ditemukan benjolan dengan berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang mengandung darah, vili korialis dan mungkin juga selaput mudigah.



4. Kehamilan servikal2 Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal jarang melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan. Pengeluaran hasil konsepsi pervaginam dapat menyebabkan banyak perdarahan, sehingga untuk menghentikan perdarahan diperlukan histerektomi totalis. 5. kehamilan Abdominal kehamilan abdominal terbagi menjadi: primer (implantasi sesudah dibuahi, langsung pada peritoneum / kavum abdominal), Jika pembuahan daninplantasi sejak awal terjadi di dalam rongga peritonial disebut kehamilan abdominal primer. dan sekunder (embrio masih hidup dari tempat primer). Kehamilan dapat atterm dan fetus hidup, namun didapatkan cacat. Fetus mati, degenerasi dan maserasi, infiltrasi lemak jadi lithopedion / fetus papyraceus. Terapi kehamilan abdominal adalah: laparotomy, plasenta dibiarkan (teresobrsi). kehamilan terjadi setelah ruptur tuba atau abortus atau ruptur urteri dengan implantasi sekunder di atas peritonium disebut tipe sekunder. Jenis kehamilan perut sekunder pada awalnya berimplantasibaik di tuba, rahim atau ovarium tetapi kemudian bermigrasi keluar akibat rupturtuba atau uteri atau tuba aborsi, kemudian akan ditanamkan kedalam rongga peritonium. 6. Kehamilan ektopik lanjut Merupakan kehamilan ektopik dimana janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan implantasinya ke jaringan sekitar misalnya ligamentum latum, uterus, dasar panggul, usus dan sebagainya. Dalam keadaan demikian, anatomi sudah kabur. Kehamilan ektopik lanjut biasanya terjadi sekunder dari kehamilan tuba yang mengalami abortus atau ruptur dan janin dikeluarkan dari tuba dalam keadaan masih diselubungi oleh kantung ketuban dengan plasenta yang masih utuh yang akan terus tumbuh terus di tempat implantasinya yang baru.



6



E. Gejala dan Tanda Kehamilan Ektopik Ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan gejala pada usia kehamilan 6 – 10 minggu. Adapun gejala dan tanda yang dirasakan antara lain: amenorea / tidak haid, nyeri perut bagian bawah, perdarahan per vaginam irregular (biasanya dalam bentuk bercak – bercak darah), rasa sakit pada salah satu sisi panggul, tampak pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi ,eningkat, ibu hamil mengalami pingsan dan terkadang disertai nyeri bahu akibat iritasi diafragma dari hemoperitoneum.1 F. Pemeriksaan penunjang Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian besarnya sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau ruptur tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Alat bantu diagnostik yang dapat digunakan ialah ultrasonografi (USG), laparoskopi atau kuldoskopi.2 Anamnesis: haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, dan kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda.2 Nyeri abdominal terutama bagian bawah dan perdarahan pervaginam pada trimester pertama kehamilan merupakan tanda dan gejala klinis yang mengarah ke diagnosis kehamilan ektopik. Gejala-gejala nyeri abdominal dan perdarahan pervaginam tidak terlalu spesifik atau juga sensitif.2 Pemeriksaan umum: penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit menggembung dan nyeri tekan.2 Kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak dapat didiagnosis secara tepat semata-mata atas adanya gejala-gejala klinis dan pemeriksaan fisik.2 Pemeriksaan ginekologi: tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.2 Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.2 Perhitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukosit meningkat (leukositosis). Untuk membedakan kehamilan 7



ektopik dari infeksi pelvik dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang lebih dari 20.000 biasanya menunjukkan infeksi pelvik.2 Penting untuk mendiagnosis ada tidaknya kehamilan. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan pemeriksaan konsentrasi hormon β-hCG dalam urin atau serum. Hormon ini dapat dideteksi paling awal pada satu minggu sebelum tanggal menstruasi berikutnya. Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi ialah 5 IU/L, sedangkan pada urin ialah 20–50 IU/L.6 Tes kehamilan negatif tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan hCG menurun dan menyebabkan tes negatif.2 Tes kehamilan positif juga tidak dapat mengidentifikasi lokasi kantung gestasional. Meskipun demikian, wanita dengan kehamilan ektopik cenderung memiliki level βhCG yang rendah dibandingkan kehamilan intrauterin.2 Kuldosentesis: adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat darah dalam kavum Douglas. Cara ini sangat berguna untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Adapun teknik ini terlihat dalam gambar 10. Teknik kuldosentesis yaitu:2 1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi. 2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik 3. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan tenakulum, kemudian dilakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior ditampakkan 4. Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan. Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan-bekuan kecil. Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa:2 1. Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau kista ovarium yang pecah. 2. Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang appendiks yang pecah (nanah harus dikultur). 3. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk. Ultrasonografi: Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya kehamilan ektopik adalah mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara yang terbaik untuk mengkonfirmasi satu kehamilan intrauteri adalah dengan menggunakan ultrasonografi. Sensitivitas dan spesifisitas dari diagnosis kehamilan intrauteri dengan 8



menggunakan modalitas ini mencapai 100% pada kehamilan diatas 5,5 minggu. Royal College of Obstetricians & Gynaecologists akhir-akhir ini merekomendasikan bahwa ultrasonografi transvaginal merupakan alat diagnostik pilihan untuk pemeriksaan kehamilan ektopik. 2 Laparoskopi: hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mempersulit visualisasi alat kandungan tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi. G. Penatalaksanaan Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian beberapa hal perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu:2 1. 2. 3. 4.



Kondisi penderita saat itu; Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya; Lokasi kehamilan ektopik; Kondisi anatomik organ pelvis.



Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.2 1. Pembedahan Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik terutama pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba. Penatalaksanaan pembedahan sendiri dapat dibagi atas dua yaitu pembedahan konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif terutama ditujukan pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tubanya. Pendekatan dengan pembedahan konservatif ini mungkin dilakukan apabila diagnosis kehamilan ektopik cepat ditegakkan sehingga belum terjadi ruptur pada tuba. 2. Salpingotomi linier Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan pada kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari 75% kehamilan ektopik terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba. Prosedur ini dimulai dengan menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba. Satu insisi linier dibuat diatas segmen tuba yang meregang. Produk kehamilan dikeluarkan 9



dengan hati-hati dari dalam lumen. Setiap sisa trofoblas yang ada harus dibersihkan dengan melakukan irigasi pada lumen dengan menggunakan cairan ringer laktat yang hangat untuk mencegah kerusakan lebih jauh pada mukosa. Hemostasis yang komplit pada mukosa tuba harus dilakukan, karena kegagalan pada tindakan ini akan menyebabkan perdarahan post operasi yang akan membawa pada terjadinya adhesi intralumen. Batas mukosa kemudian ditutup dengan jahitan terputus, jahitan harus diperhatikan hanya dilakukan untuk mendekatkan lapisan serosa dan lapisan otot dan tidak ada tegangan yang berlebihan. 3. Reseksi segmental Reseksi segmental dan re-anastomosis end to end telah diajukan sebagai satu alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat bagian implantasi. Tujuan lainnya adalah dengan merestorasi arsitektur normal tuba. Hanya pasien dengan perdarahan yang sedikit dipertimbangkan untuk menjalani prosedur ini. Mesosalping yang berdekatan harus diinsisi dan dipisahkan dengan hati-hati untuk menghindari terbentuknya hematom pada ligamentum latum. Jahitan seromuskuler dilakukan dengan menggunakan mikroskop/loupe. 4. Salpingektomi Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami ruptur, karena perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera diatasi. Hemoperitonium yang luas akan menempatkan pasien pada keadaan krisis kardiopulmunonal yang serius. Insisi suprapubik Pfannenstiel dapat digunakan, dan tuba yang meregang diangkat. Mesosalping diklem berjejer dengan klem Kelly sedekat mungkin dengan tuba. Tuba kemudian dieksisi dengan memotong irisan kecil pada miometrium di daerah kornu uteri, hindari insisi yang terlalu dalam ke miometrium. Jahitan matras angka delapan dengan benang absorable 0 digunakan untuk menutup miometrium pada sisi reseksi baji. Mesosalping ditutup dengan jahitan terputus dengan menggunakan benang absorbable. Hemostasis yang komplit sangat penting untuk mencegah terjadinya hematom pada ligamentum latum.



Setelah diagnosis dibuat, pengobatan tergantung pada usia kehamilan, stabilitas hemodinamik dan tempat implantasi di dalam rongga peritonium. Pada trimester awal laparoskopi manajemen, embolisasi vaskular dan fetisidal adalah pilihan manajemen yang mungkin. Pada trimester akhir, laparotomi merupakan penanganan utama.



10



Pada tahun 1942, Studdiford memperkenalkan tiga kriteria diagnostik berikut untuk kehamilan perut primer,yaitu: 1. Tuba dan ovarium harus dalam kondisi normal tanpa bukti cedera baru atau jauh. 2. Tidak ada bukti fistula utero-peritonial harus ditemukan 3. Kehamilan harus bersentuhan secara eksklusif dengan permukaan peritonial dan cukup dini.



H. Komplikasi Kehamilan perut dikaitkan dengan komplikasi yang mengancam jiwa baik bagi ibu maupun janin. Ini dapat menyebabkan kematian janin dan ibu jika terjadi pendarahan intra peritoneal akibat ruptur pembuluh darah. Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan ektopik, yaitu: ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan massif, syok, DIC, dan kematian. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lan: perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anastesi.1



11



ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL (PERVAGINAM) Hari: Kamis A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS Nama : Erna Juita Klien



Tanggal: 18/11/22 Nama Suami



: Muhammad Rizal



Status Obstetri Usia



: G5P2A0 :40 th 10 bl 22 h



Usia



:-



Agama



: Islam



Suku



: Aceh



Pendidikan



: Diploma IV/ Strata I



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Guru



Pendidikan



:-



Alamat



: Dusun beuladeh



Alamat



: Gampong Lamnga



2. GAMBARAN KASUS: pasien kiriman SPOG dengan keluhan mules-mules sejak 5 jam, keluar lendir darah dirasakan, keluar air-air disangkal, gerak janin aktif, pasien mengaku hamil 9 bulan, HPHT 16/2/22, TTP 23/11/22 = 39 minggu 1 hari. Pasien AM ke SPOG 5x, kebidan tidak pernah. Keputihan (-). 3. RIWAYAT KEHAMILAN a. Usia kehamilan pertama: 24 th b. Parietas: c. Jumlah anak hidup: 2 d. Penyulit persalinan sebelumnya: plasenta lengket e. Riwayat persalinan: 4. PEMERIKSAAN FISIK Hari: kamis Tanggal: 18/11/22 a. Kesadaran: CM b. Vital Sign: TD: 110/80 mmhg HR: 71x/i RR: 18x/i 36,5 c. Antropometri: BB sebelum hamil: 50 BB saat hamil:70 TB: 160 Pelvijmetri: LILA:



12



T:



d.



e.



f.



g.



h.



i.



Kepala dan Leher Inspeksi: normal,anemis (-) Palpasi: normal Payudara Inspeksi: normal tidak terlihat adanya benjolan Palpasi: benjolan (-) Jantung Inspeksi: Palpasi: Perkusi: Auskultasi: Paru-paru Inspeksi: semetri (-) Palpasi: Perkusi: Auskultasi: vesikular (+), rhonci (-), whizing (-) Abdomen Inspeksi:membesar sesuai kehamilan Palpasi : TFU 32 cm,puki, djj 130x/I, HIS 2-3 x/10/30” LEOPOLD I: 3 jari di bawah px LEOPOLD II: bagian tahanan kiri LEOPOLD III: bagian terbawah kepala LEOPOLD IV: sudah masuk PAP Usia kandungan (dihitung dari HPHT): 39-40 minggu Kontraksi: teratur DJJ: 150 x/i Pengeluaran pervaginam: lendir-lendir darah, air-air disangkal Perdarahan pervaginam: Status janin: baik, bergerak aktif Ekstremitas: varises (-)



13



5. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR Kebutuhan Sebelum hamil Nutrisi Baik



Selama hamil Baik



Makan:



Baik



Baik



Minuman:



Baik



Baik



Eliminasi



Baik



Baik



BAK:



Normal



Meningkat



BAB:



Normal



Normal



Istirahat:



Cukup



Cukup



Aktifitas:



-



-



Personal Hygiene:



-



-



Pola seksual:



-



-



6. KALA PERSALINAN KALA I a. Mulai persalinan: 01.00 b. Tanda dan Gejala: mules-mules, keluar lendir darah dirasakan, gerakan janin aktif, adanya kontraksi, ada pembukaan jalan lahir. c. Pengkajian nyeri: 10 d. Kontraksi: vt 3 cm his 1x 10 menit selama 30 detik, vt 7-10 cm his 4x10,45” KALA II a. Waktu:04.30 b. Lama Kala:25 menit c. Tanda dan gejala upaya mengejan: pembukaan 10 cm, ibu merasa ingin BAB, kepala 5-6 cm di vulva, his 4x10,45”, penurunan kepala d. Keadaan psikososial: baik e. Terapi : terapi cairan RL 500 cc dengan 20 tpm f. Catatan kelahiran: bayi lahir segera menangis JK laki-laki, BB.330 gram, PB.49 cm g. APGAR score



14



0 Tidak ada Tidak ada Lemah Tidak ada Biru putih



1



2



100



Tandatanda Denyut



Tidak teratur Sedang Meringis



Baik Baik Menangis



Merah jambu, ujung biru



Merah jambu



1 mnt 2



5 mnt 2



10 mnt 2



Pernapasan 2



2



2



Tonus otot Peka rangsang Warna kulit



2 2



2 2



2 2



2



2



2



KALA III a. Tanda dan gejala: lahirnya bayi b. Plasenta lahir: dilakukan plasenta manual oleh dr ppos c. Vital Sign : TD:120/80 mmhg HR:71x/i RR:20x/i T: 36,7 d. Perdarahan: e. Jahitan episiotomi: f. Lama kala berlangsung: 30 menit g. Keadaan psikososial: baik h. Pemeriksaan laboratorium:i. Pengobatan (obat-obatan): oksitosin 10 ampul, lidocaine 2 ampul B. ANALISIS DATA No Hari/tgl/ Data fokus jam 1 Kamis/18DS; 11-ibu mengatakan perut 2022/01.00 mules,saat berkemih keluar lendir bercampur darah - -Ibu mengatakan nyeri - -ibu mengatakan perinium terasa tertekan - -ibu mengatakan mual - -ibu mengatakan sering timbul rasa berkemih DO: -keluar lendir darah 15



Problem Nyeri persalinan



Etiologi Dilatasi serviks dan pengeluaran janin



TTD



2.



Kamis/18112022/01.00



-pasien tampak teriak kesakitan -nyeri semakin sering dirasakan -his 4x10,45’ -Perut tampak tegang -skala nyeri 10 P: nyeri saat kontraksi Q: seperti dihimpit R: abdomen dan punggung bawah S: 10 T: Hilang timbun -uterus teraba membulat -ibu terlihat berposisi meringankan nyeri -fungsi berkemih berubah TTV TD: 168/88 mmhg HR: 71 x/i RR: 18x/i T: 36,5 DJJ:122X/i L1:3 jari dibawah px L2:puki L3:kepala L4:masuk PAP DS: -ibu mengatakan tidak sanggup melahirkan normal -ibu mengatakan ingin dilakukan tindakan operasi SC DO - Ibu tampak gelisah - Ibu tampak tegang - Ibu tampak sulit tidur - Muka tampak pucat



16



Ansietas



Ancaman terhadap kematian



-



Suara ibu bergetar Sering ingin berkemih



C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri persalinan ditandai dengan keluar lendir darah, pasien tampak teriak kesakitan, nyeri semakin sering dirasakan, his 4x10,45’, perut tampak tegang, skala nyeri 10, uterus teraba membulat, ibu terlihat berposisi meringankan nyeri, fungsi berkemih berubah, TD: 168/88 mmhg, HR: 71 x/I, RR: 18x/i , T: 36,5, DJJ:122X/I, L1:3 jari dibawah px, L2:puki, L3:kepala, L4:masuk PAP. 2. Ansietas ditandai dengan ibu tampak gelisah, ibu tampak tegang, ibu tampak sulit tidur, Muka tampak pucat, suara ibu bergetar, sering ingin berkemih



D. RENCANA KEPERAWATAN No Diagnosa Tujuan dan Keperawatan Kriteria Hasil 1. Nyeri persalinan Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri persalinan menurun, dengan kriteria hasil: 1. Keluhannyeri menurun 2. Meringis menurun 3. Gelisah menurun 4. Perinium terasa tertekan menurun 5. Pola napas membaik 6. Tekanan darah membaik



17



Intervensi Observasi; 1. Memantau ttv 2. Memantau kontraksi/HIS 3. Memantau DJJ 4. Memantau VT 5. Observasi kemajuan persalinan 6. Observasi penyebab nyeri Terapeutik 1. Majemen nyeri napas dalam 2. Pemasangan kateter Edukasi 1. Mengajarkan cara meneran 2. Mengajarkan teknik napas dalam 3. Edukasi manajemen nyeri dengan pijatan atau sentuhan Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberiaan oksitosin 2. Kolaborasi pemberian cairan infus RL 3. Kolaborasi pemberian obat anti



2.



Ansietas



nyeri (lidocaine HCL untuk prosedur heating) Setelah dilakukan Observasi tidakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda ansietas selama 1x24 jam Terapeutik tingkat ansietas 1. Ciptakan suasana terapeutik menurun, dengan untuk menumbuhkan kriteria hasil: kepercayaan 1. Perilaku anseitas 2. Temani pasien untuk menurun mengurangi kecemasan 2. Perilaku tegang Edukasi menurun 1. Anjurkan keluarga tetap 3. Konsentrasi bersama pasien membaik 2. Latih teknik relaksasi 4. Pola berkemih membaik



E. IMPLEMENTASI Tgl/jam Diagnosa Keperawatan Kamis/18- Nyeri 11persalinan 2022/03.00



Implementasi 1. Memantau ttv setiap 30 menit sekali 2. Memantau kontraksi/HIS setiap 30 menit sekali 3. Memantau DJJ setiap 30 menit sekali 4. Memantau VT setiap 4 jam sekali 5. mengobservasi kemajuan persalinan 6. mengobservasi penyebab nyeri 7. memberikan cairan infus RL 500 cc dengan 20 tpm



18



Respon Klien



TTD



Nyeri persalinan



1. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam 4. Mengedukasi manajemen nyeri dengan pijatan atau sentuhan



Kamis/18112022/03.45 Kamis/18112022/04.00 Kamis/18112022/04.35



Nyeri persalinan



Pemasangan kateter



Nyeri persalinan



Mengajarkan cara meneran dengan benar



Nyeri persalinan



Kamis/18112022/05.15 Kamis/18112022/30.00 Kamis/18112022/30.00



Nyeri persalinan



Kolaborasi pemberian oksitosin untuk membantu kontraksi melahirkan plasenta Kolaborasi pemberian lidocaine HCL saat heating Memonitor tanda-tanda ansietas



Kamis/18112022/03.30



Ansietas Ansietas



Terapeutik 1. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan 2. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan Edukasi 3. Anjurkan keluarga tetap bersama pasien 4. Melatih teknik relaksasi



19



F. EVALUASI SUMATIF Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Kamis/18- Nyeri persalinan 112022/06.00



Kamis/18- Ansietas 112022/06.00



Evaluasi S: pasien mengatakan setelah post persalinan nyeri di bagian jalan lahir O: k/u: baik Kesadaran ; CM TD;120/80 mmhg N; 78x/i R; 17x/m S; 36,5 Nyeri dibagian jalan lahir P: nyeri saat bergerak, nyeri akibat jahitan Q:seperti dihimpit, nyeri tekan R:nyeri di bagian abdomen menjalar ke punggung dan jalan lahir S: 7 T: nyeri muncul kadang-kadang A: Nyeri Akut P: intervensi dilanjutkan S: ibu mengatakan senang sudah melahirkan - O: Ibu tampak tenang - Ibu sudah mampu tidur - Muka tampak pucat(-) - Suara ibu bergetar(-) A: Masalah teratasi P: Tindakan keperawatan dihentikan.



20



TTD



DAFTAR PUSTAKA 1.



Nurhayati E. Modul 6 Penyakit Pada Kehamilan. 2020;(Nsa 417):0-23.



2.



Yhudo prabowo A, Dewi puspita sari R. BUKU AJAR (Pendarahan Pada Kehamilan Trimester 1). Published online 2018.



21