LP Abses Perianal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I.



Konsep Dasar Medik A. Definisi Abses adalah kumpulan pus dalam jaringan, organ atau rongga tubuh. Abses ini memiliki sifat dan manifestasi dari inflamasi yaitu radang seperti tumor, kalor, dolor dan funtio laesa (Williams, 2013) Abses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak sekitar saluran anal yang membentuk kumpulan pus pada jaringan perianal (Hasan, 2016). B. Anatomi dan Fisiologi Anatomi usus bersar terdiri dari kolon, rektum, dan saluran anal. Secara embriologis, saluran anal atau kanalis berasal dari probekderm yang merupakan invaginasi ektoderm, sedangkan rekktum berasal dari endoderm, oleh karena perbedaan asal muasalnya, maka perdarahan, persarafan, serta aliran darah antara rektum dan anus berbeda. Saluran anal dan kulit luar disekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri. Sehingga apabila terjadi kelainan pada daerah ini seperti abses atau fustula, maka akan terasa nyeri sekali (Paulsen, 2013). Saluran anal memiliki ukuran ±3 cm dengan suhu ke ventrokranial yaitu ke arah umbilikus dan membentuk sudut ke dorsal saat rektum dalam keadaan istirahat. Batas atas saluran anal adalah garis anorektum, garis mukokutan, linea pektinata atau linea dentata. Daerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara klumna rektum. Infeksi yang terjadi pada daerah ini dapat menyebabkan abses anorektum yang dapat berujung pada pembentkan fistula. Cincin sfingter anus melingkari saluran anal yang terdiri atas serabut otot polos dan bekerja tanpa menuruti kehendak, dipersarafi oleh saraf parasimpatis (52-54) dan berguna dalam proses defekasi, sedangkan sfingter eksternal terdiri atas serabut otot lurik dan bekerja menurut kehendak, dipersarafi oleh parasimpatis dan saraf pudendal yang berasal dari pleksus lumbosakral (L4-L5) yang terdiri dari saraf motorik dan sensorik (Paulsen, 2013) Arteri yang memperdarahi saluran anal adalah cabang dari arteri iliaka interna dan arteri mesenterika inferior. Arteri iliaka interna akan bercabang menjadi dua bagian yaitu arteri hemoroidalis medialis dan arteri pudendal interna yang nantinya akan bercabang lagi menjadi arteri hemoroidalis inferior. Sementara itu, arteri hemoroidalis superior merupakan cabang



langsung dari arteri mesenterika inferior dan memperdarahi rektum dibagian proksimal vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan berjalan kearah kranial kedalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena linealis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut menentukan tekanan didalamnya. Pembesaran vena ini dapat terjadi hemoroid (Paulsen, 2013).



C. Etiologi Obstruksi pada kriptus analis merupakan hasil dari stasis sekresi kelenjar ketika terjadi infeksi, terbentuk supurasi dan pembentukan abses pada glandula analis (Elhassan, 2017). Abses perianal paling banyak terjadi pada jaringan criptoglandula, hal ini terjadi karena crypt glands yang berjumlah sekitar 8-10 kelenjar di linea dentata tertutupi oleh debris yang terbentuk akibat pertumbuhan bakteri tanpa henti lalu terjadi pembentukkan abses rongga (Smith, 2014) Organisme umum terlibat dalam pembentukkan abses termasuk escherichia coli, spesies entrococcus, dan spesies bacteroides, namun tidak ada bakteri spesifik yang telah diidentifikasi sebagai penyebab dari abses. Beberapa faktor dan kondisi juga berperan pada peningingkatan risiko abses perianal, yaitu: 1. Konstipasi kronik 2. Sistem imun menurun 3. Diabetes 4. Anal seks 5. Kehamilan 6. AIDS



D. Manifestasi Pasien dengan abses perianal umumnya mengeluh ketidaknyamanan perianal dan rasa nyeri yang diperparah oleh gerakan dan meningkatnya tekanan perineum seperti saat duduk atau buang air besar. Gejala lain dapat ditemukan seperti: 1. Berdarah atau bernanah 2. Konstipasi 3. Benjolan pada daerah anus 4. Menurunnya nafsu makan 5. Rasa gatal pada daerah anus 6. Fatigue 7. Demam dan menggigil E. Patofisiologi Abses perianal merupakan gangguan anorektal yang muncul dan didominasi akibat dari obstruksi kriptus analis. Anatomi normal menunjukkan terdapat kurang lebih kriptus analis pada linea dentata. Kriptus analis berfungsi untuk melumasi kanalis analis. Obstruksi pada kriptus analis merupakan hasil dari stasis sekresi kelenjar lalu ketika terjadi infeksi, terbentuk supurasi dan pembentukkan abses. Abses biasanya terbentuk diruang intershincteric dan dapat menyebar disepanjang ruang. Setelah infeksi mendapat akses ke ruang intershinteric, memiliki akses mudah keruang perirektal yang berdekatan. Perpanjangan infeksi dapat melibatkan ruang intershinteric, ruang iskionektalis, ruang supralevator.



F. Pathway Abses perianal



Infeksi disekitar saluran anal yang membentuk pus Obstruksi pada kriptus analis Stasis sekresi kelenjar



infeksi



Terbentuk supurasi dan abses



Diruang Intershinteric       



Nyeri Berdarah/bernanah Benjolan pada daerah anus Gasa gatal pada daerah anus Demam dan menggigil Menurunnya nafsu makan Konstipasi



Gg. Rasa Nyaman : Nyeri Akut Hipertermia Konstipasi



G. Komplikasi Jika tidak diobati, abses perianal dapat mengakibatkan komplikasi serius sperti ganggren perineum dan sepsis. Sejumlah besar abses perianal akan terulang dalam waktu satu atau dua tahun, terutama jika ada faktor prediposisi dan sebagian akan menimbulkan fistula anorektal. H. Penatalaksanaan medis Kebanyakan akses perianal dapat drainase dengan anastesi lokal diklinik atau unit gawat darurat. Pada kasus abses yang besar maupun pada lokasinya yang sulit mungkin memerlukan drainase didalam ruang operasi dan dilakukan terapi lanjutan jika ditemukan fistula in ano. Insisi dilakukan sampai kebagian subkutan pada bagian yang paling menonjol dari abses Setelah dilakukan insisi dan drainase ,dicari terlebih dahulu perjalanan fistula menggunakan probe, dicari external opening hingga internal opening,dapat menggunakan infeksi methylen blue atau hidrogen peroksida



untuk menentukan apakah muara internal opening berada di saluran anal. Goodsell rule dapat membantu menentukan perkirakan internal opening, Jika eksternal opening berada di anterior dari transverse line anal verge berarti traktus tistula ke anal lurus. Tetapi jika eksternal opening berada diposterior tranrverse line,maka traktus fistula ke anal berbentuk melengkung. Terapi pembedahan setelah drainese sebagai berikut: 1. Fistulotomi Fistul di insisi dari lubang asalnya sampai kelubang kulit, dibiarkan terbuka, sembuh per sekundam lntentionem. Diajurkan sedapat mungkin dilakukan fistulomi. 2. Fistulektomi Jaringan granulasi harus eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan fistula, terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka 3. Seton Benang atau karet diikatkan melalui saluran fistula. terdapa dua macam seton, cutting seton dimana benang seton ditarik secara gradual untuk memotong otot sfingter secara bertahap, dan loose seton, dimana benang akan ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan. 4. Advancement flap Menutup lubang denngan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu besar dan masih dalam tahap peneletian 5. Fibrin glue Menyuntikkan perekat khusus( anal fistula plug/AFP) kedalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan di serap oleh tubuh. Penggunaan fibrin yang merangsang jaringan tampak menarik karena sederhana, tidak sakit dan aman, namun keberhasilan jangka pangjangnya tidak tinggi hanya16% 6. Radio surgical approaches 7. Lutraoperative anal retrators I. Pemeriksaan Penunjang Fiskulografi berguna pada keadaan kompleks, dilakukan dengan injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan anteropsterior, lateral dan gambaran x-ray oblik untuk melihat jalur fistula. Pemerisaan lain



yang bisa dilakukan adalah EUA (examination under anasthesia), CT-Scan, USG endoanal, MRI dan sfingter anal.



II.



Konsep Dasar Keperawatan A. Pangkaian 1. Identitas pasien dan penanggung jawab Identitas pasien diisi mencakup nama, umur jenis kelamin,status pernikahan, agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, tanggal masuk RS, alamat 2. Riwayat kesehatan Mengkaji keluhan utama apa yang menyebabkan pasien dirawat. Apakah penyebab dan pencetus timbulnya penyakit, bagian tubuh yang mana yang sakit, kebiasan saat sakit karena minta pertolongan, apakah diobati sendiri atau menggunakan fasilitas kesehatan. Apakah ada alergi, apakah ada kebiasaan merokok, minum, alkohol, minum kopi atau minum obat-obatan. 3. Riwayat penyakit Penyakit apa yang pernah diderita oleh pasien, riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien yang menyebabkan pasien dirawat. Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain yang bersifat genetik maupun tidak. B. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas akibat adanya bisul pada daerah anus 2. Tand-tanda vikal Observasi tekanan darah, nadi, suhu dan pernafisan 3. Pemeriksaan kepala dan leher a. Kepala dan rambut Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan warna rambut serta pemeriksaan tentang luka b. Mata Meliputi kesimetrisan, konjungjiva, refleks pupil terhadap cahaya dan gangguan penglihatan



c. Hidung Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret. d. Mulut Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering e. Telinga Catat betuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan danserumen. Pada penderita yang bed rest dengan posisi miring maka kemungkinan akan terjadi ulkus di daerah daun telinga. f. Leher Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, tidak adanya pembesaran vena jugularis dan kelenjar limfe g. Pemeriksaan dada dan thorax Inspeksi bentuk dan ekspansi paru,auskultasi irama pernapasan, vokal premitus,adanya suara tambahan, dan bunyi jantung tambahan h. Abdomen Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena immobilisasi, ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen hipersonor jika distensi abdomen atau tegang i. Urogenital Inspeksi adanya kelainan pada perineum. Biasanya klien dengan fistula ani yang baru dioperasi terpasang kateter untuk BAK. j. Muskuloskletal Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bedrest dan waktu lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot. C. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Akut b/d agen cedera biologis 2. Hipertermia b/d penyakit (abses perianal) 3. Konstipasi b/d abses rektal (perianal)



E. Implementasi Keperawatan Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien F. Evaluasi Evaluasi keperawatan dilakukan dengan cara bekerja sama dengan klien untuk mengembangkan tujuan dan kriteria hasil individu, tergantung pada status klien saat ini.



DAFTAR PUSTAKA Elhassan, Y.H, Et All. 2017. The Prevalence, Risk Factors And Out Come Of Surgical Treatment Of Acute Perianal Abscess From A Single Saudi Hospital. Bioscinces Biotecnology Research 2017 Vol (14) Hasan, R.M. 2016. A Study Assessing Postoperative Corrugate Rubber Drain Of Perianal Abccess Annals Of Medicine And Surgey 11. 2016. P. 42-46 M. Bulechek, G. 2016). Edisi Enam Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore: Elseiver Global Rights. Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 20152017 Edisi 10. Editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru, Jakarta: EGC Paulsen F & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum Dan Organ Dalam Vol.2 Penerjemah : Brahm U. Jakarta : EGC Smith Et All. 2014. Internal Dressing For Healing Perianal Abscess Cavities. Cocrane Database Of Systemetic Reviews 2014, Issue 7. Sue



Moorhead,



D.



2016.



Edisi



Enam



Nursing



Outcomes



Classifications (NOC). Singapore: Elseiver Global Rights Williams NS, Et All. Bailey & Love’s Short Practice Of Surgey-26 Th Ed. Danves :CRC Press. 2013. P. 50-61