LP & Askep Batu Uterus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. L DENGAN DIAGNOSA MEDIS BATU UTERUS PADA SISTEM PERKEMIHAN



DISUSUN OLEH :



Aprila 2018.C.10a.0958



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini di susun oleh : Nama



: Aprila



Nim



: 2018.C.10a.0958



Program Studi



: S-1 Keperawatan



Judul



:“Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa medis Batu Uteruspada Sistem Perkemihan”



Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.



Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :



Mengetahui,



Pembimbing Akademik



Ketua Prodi Sarjana Keperawatan



Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep



KATA PENGANTAR



Meida Sinta Ariani, S.Kep.,Ners



Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan Diagnosa Medis Batu Uterus”.Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK2). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.



Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.



2.



Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.



3.



Meida Sinta Ariani, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini



4.



Ibu Meida Sinta Ariani, S.kep.,Ners selaku koordinator praktik pra klinik keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.



5.



Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan



dan jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Palangka Raya, 7 Januari 2021 Penyusun



Aprila



DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii KATA PENGANTAR..........................................................................................iii DAFTAR ISI..........................................................................................................iv BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1 1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..1 1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2 1.3



Tujuan Penulisan.......................................................................................2



1.4



Manfaat Penulisan.....................................................................................3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4 2.1



Konsep Penyakit Batu Uterus....................................................................4



2.1.1



Definisi Batu Uterus...........................................................................4



2.1.2



Anatomi Fisiologi..............................................................................4



2.1.3



Etiologi Batu Uterus...........................................................................9



2.1.4



KlasifikasiBatu Uterus ....................................................................10



2.1.5



Patofisiologi (Pathways)..................................................................11



2.16



Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)............................................14



2.1.7



Komplikasi.......................................................................................15



2.1.8



Pemeriksaan Penunjang...................................................................16



2.1.9



Penatalaksanaan Medis....................................................................17



2.2



Manajemen Asuhan Keperawatan..........................................................24



2.2.1



Pengkajian Keperawatan..................................................................24



2.2.2



Diagnosa Keperawatan....................................................................30



2.2.3



Intervensi Keperawatan....................................................................31



2.2.4



Implementasi Keperawatan..............................................................33



2.2.5



Evaluasi Keperawatan......................................................................33



BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................34 3.1



Pengkajian...............................................................................................34



3.2



Diagnosa..................................................................................................35



3.3



Intervensi.................................................................................................36



3.4



Implementasi...........................................................................................38



3.5



Evaluasi...................................................................................................38



BAB 4PENUTUP..................................................................................................42 4.1



Kesimpulan..............................................................................................42



4.2



Saran........................................................................................................42



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44



BAB 1 PENDAHULUAN .1



Latar Belakang Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh



pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2008). Batu saluran kemih yang muncul dapat disebabkan oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik yang paling mempengaruhi adalah faktor gaya dan pola hidup masyarakat terutama mayarakat kota. Pola hidup masyarakat kota cenderung statis dan praktis. Pola hidup dikatakan statis karena masyarakat kota cenderung kurang aktivitas/gerak dan mobilitas dibantu dengan mesin seperti kendaraan bermotor dan eskalator. Pola hidup dikatakan praktis karena masyarakat kota memiliki tuntutan untuk bekerja efisien dalam kehidupan seharihari sehingga membutuhkan hal-hal yang praktis, termasuk didalamnya kepraktisan untuk mengakses makanan dan minuman cepat saji (fastfood). Pada orang yang dalam pekerjaannya kurang gerakan fisik, kurang olahraga, dan menderita stres lama sering mengalami batu saluran kemih (Muslim, 2007). Faktor pola minum yang memicu timbulnya batu saluran kemih antara lain kurang meminum air putih, banyak mengkonsumsi jus tomat, anggur, apel, vitamin C dan soft drink, sementara banyak mengkonsumsi teh, kopi, susu dan jus jeruk mengurangi kemungkinan terbentuknya batu saluan kemih. Makanan yang mempengaruhi kemungkinan terbentuknya batu saluran kemih antara lain terlau banyak protein hewan, lemak, kurang sayur, kurang buah, dan tingginya konsumsi fastfood/junkfood. Mengkonsumsi suplemen makanan dan obat-obatan tertentu juga dapat memicu terbentuknya batu saluran kemih. Sering menahan BAK dan kegemukan juga dapat menaikkan kemungkinan terkena batu saluran kemih (Muslim, 2007). 1.2



Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa medis Batu Uterus ?



1.3



Tujuan Penulisan



1.3.1 Tujuan Umum



Tujuan penulisan ini adalah adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa medis Batu Uterus pada sistem perkemihan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mahasiswa mampu melengkapi asuhan keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa medis Batu Uterus pada sistem perkemihan. 1.3.2.2 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa medis Batu Uterus pada sistem perkemihan. 1.3.2.3 Mahasiswa mampu menganalisa kasus dan merumuskan masalah keperawatan pada asuhan keperawatan kepada Ny. L dengan diagnosa medis Batu Uterus pada sistem perkemihan. 1.3.2.4 Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang mencakup intervensi asuhan keperawatan kepada Ny. L dengan diagnosa medis Batu Uterus pada sistem perkemihan.. 1.3.2.5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi atau pelaksanan tindakan asuhan keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa medis Batu Uterus pada sistem perkemihan. 1..3.2.6 Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan kepada 1.3.2.7 Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan kepada Ny. L dengan diagnosa medis Batu Uterus pada sistem perkemihan. 1.4



Manfaat



1.4.1 Bagi Mahasiswa Diharapkan agar mahasiswa mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya. 1.4.2 Bagi Institusi 1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber bacaan tentang Penyakit Batu Uterus dan Asuhan Keperawatannya. 1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit



Memberikan



gambaran



pelaksanaan



Asuhan



Keperawatan



dan



Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan diagnosa medis Penyakit Batu Uterus melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif. 1.4.4 Bagi IPTEK Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan klien.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .1



Konsep Penyakit



.1.1 Pengertian Batu Uterus Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan.  Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002: 1460). Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027). Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal. 1595). .1.2 Anatomi Fisiologi Batu Uterus Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya proses filtrasi darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (Mader, 2004). Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra. Sistem saluran kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar berikut.



Gambar 2.1 Anatomi Makroskopis Saluran Kemih Manusia Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal dan berbentuk seperti kacang merah. Terletak pada posterior abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah daripada ginjal kiri karena ada hepar di sisi kanan. Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal. Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal, yang berbentuk seperti kerucut disebut piramid renal, dengan puncaknya disebut apeks atau papilla renal dan dasarnya menghadap korteks. Di antara piramid terdapat jaringan korteks, disebut kolum renal (Gray, 2008).



Gambar 2.2 Anatomi Ginjal manusia Ureter terdiri dari dua tuba yang masing-masing menyambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya sekitar 25-30 cm, dengan diameter ± 0,5 cm. Ureter berdasarkan lokasinya terbagi menjadi pars abdominal dan pars



pelvik. Ureter mempunyai membran mukosa yang dilapisi dengan sel epitel kuboid dan dinding muskular yang tebal. Urin dipompa ke arah distal ureter oleh gelombang peristaltik, yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit dan urin memasuki kandung kemih dalam bentuk pancaran (Gray, 2008).



Gambar 2.3 Anatomi Ureter Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot, dan merupakan tempat urin mengalir dari ureter. Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih tersebut terletak di dalam pelvis, ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih tersebut menekan dan timbul ke arah abdomen di atas pubis, peregangan inilah yang merangsang refleks miksi. Adapun dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), tunika muskularis, tunika sabmukosa, dan lapisan mukosa (Gray, 2008)



Gambar 2.4 Kandung kemih



.1.3 Etiologi Batu Uterus Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentuka batu yang normal (Sja’bani, 2006). Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit (Sja’bani, 2006). Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi (Muslim, 2007). Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batuyang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis Bunner dan sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih, yaitu: 2.3.1.1 Faktor Endogen Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria. 2.3.1.2 Faktor Eksogen Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum. Menurut Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan saluran kemih antara lain: 1. Infeksi Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran kemih. Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali. 2. Stasis dan Obstruksi Urine Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem perkemihan akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK). 3. Jenis Kelamin



Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3:1. 4. Ras Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia. 5. Keturunan Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu saluran kemih memiliki resiko untuk menderita batu saluran kemih dibanding dengan yang tidak memiliki anggota keluarga dengan batu saluran kemih. 6. Air Minum Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang didapat dari minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat. 7. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk. 8. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan panas sehingga pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak didukung oleh hidrasi yang adekuat akan meningkatkan resiko batu saluran kemih. 9. Makanan Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani, kalsium, natrium klorida, vitamin C, makanan tinggi garam akan meningkatkan resiko pembentukan batu karena mempengaruhi saturasi urine. .1.4 Klafikasi Batu Uterus .1.4.1 Teori Intimatriks Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu. .1.4.2 Teori Supersaturasi Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.



.1.4.3 Teori Presipitasi-Kristalisasi Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat. .1.4.4 Teori Berkurangnya Faktor Penghambat Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.



.1.5 Patofisiologi Faktor Intrinsik



Faktor Idiopatik



Faktor ektstrinsik



Herediater Umur Jenis Kelamin



Dehidrasi Infeksi saluran kemih Obstruksi Saluran Kemih



Asupan Air Pekerjaan Diet



Definisien kadar magnesium, sifrat, prifosfor, mukoprotein dan peptide



Resiko Kristalisasi mineral



Peningkata konsistensi larutan Urine



Peningkatan Kristal



Pengendapan



Batu Saluran Kemih



Sumbatan Saluran Kemih



Sumbatan Saluran Kemih



Batu merusak dinding setempat



Farmakologi



Spasme batu saat turun dari ureter



Hematuria



Hamaturesis



Ketidakpatuhan Regiimen Teraputik



Hb Turun



Kencing Tidak Tuntas Kurang Pengetahuan



Nyeri Kronis Anemia



Insufisiensi O2



Intoleransi Aktivitas



Gangguan Eliminasi Urin



.1.6 Manifestasi Klinis Batu Uterus Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam (Brunner dan Suddarth, 2003). Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter. Pada laki-laki nyeri khas terasa menyebar di sekitar testis, sedangkan pada wanita nyeri terasa menyebar di bawah kandung kemih (Ganong (1992) dan Brunner dan Sudarth ) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. Menurut Fillingham dan Douglass (2000), ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan usus besar.



.1.7 Komplikasi Batu Uterus Komplikasi dapat timbul saat ukuran batu ginjal sangat besar hingga mengambat aliran urine. Kondisi ini dapat memicu terjadinya infeksi ginjal dan kerusakan ginjal permanen. Di sisi lain, pengobatan untuk batu ginjal sendiri, terutama batu ginjal yang berukuran besar, juga dapat menimbulkan komplikasi, yaitu: a)



Cedera pada ureter



b)



Perdarahan



c)



Infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh melalui darah atau bakteremia.



Jika penderita pernah mengalami batu ginjal, maka risiko kondisi kambuh sangat besar. Berikut adalah faktor pemicu kambuhnya batu ginjal: a)



Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan terlalu sedikit mengonsumsi makanan berserat



b)



Hanya memiliki satu ginjal yang masih berfungsi



c)



Pernah mengalami beberapa infeksi yang berhubungan dengan ginjal atau sistem saluran kemih.



d)



Memiliki riwayat keluarga berpenyakit batu ginjal



e)



Pernah menjalani operasi pada sistem pencernaan



f)



Rutin mengonsumsi suplemen yang mengandung kalsium.



g)



Mengonsumsi obat-obatan aspirin, antasida, diuretik, obat antikejang, dan obat-obatan untuk HIV.



.1.8 Pemeriksaan Penunjang Batu Uterus .1.8.1 Urinalisa .1.8.2 Pemeriksaan Laboratorium .1.8.3 Foto KUB (Kidney Ureter Bladder) .1.8.4 USG Ginjal .1.8.5 Endoskopi ginjal .1.9 Penatalaksanaan Medis Batu Uterus Tujuan



dasar



penatalaksanaan



adalah



untuk



menghilangkan



batu,



menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu (Sja’bani, 2006). Cara yang biasanya



digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih adalah terapi konservatif, medikamentosa, pemecahan batu, dan operasi terbuka. a.



Terapi konservatif



Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm. Batu ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan (Fillingham dan Douglass, 2000). Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat pilihan terapi konservatif berupa (American Urological Association, 2005): 1.



Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari



2.



α - blocker



3.



NSAID Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu



syarat lain untuk terapi konservatif adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan konservatif bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi (American Urological Association, 2005). b.



Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL ) ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih. Badlani



(2002) menyebutkan prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin di luar tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, selanjutnya keluar bersama kencing tanpa menimbulkan sakit. c.



Ureterorenoskopic (URS) Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara



dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga diperlukan alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas.



Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut. d.



Percutaneous Nefro Litotripsy (PCNL) PCNL yang berkembang sejak dekade 1980 secara teoritis dapat digunakan



sebagai terapi semua batu ureter. Namun, URS dan ESWL menjadi pilihan pertama sebelum melakukan PCNL. Meskipun demikian untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat memiliki peluang untuk dipecahkan dengan PCNL (Al-Kohlany, 2005).



2.2.1



Manajemen Asuhan Keperawatan



2.2.2



Pengkajian



2.2.2.1 Umur/usia perlu ditanyakan karena adanya hubungan dengan proses penyembuhan luka atau regenerasi sel. Sedangkan ras dan suku bangsa perlu dikaji karena kulit yang tampak normal pada ras dan kebangsaan tertentu kadang tampak abnormal pada klien dengan ras dan kebangsaan lain (Smeltzer & Brenda, 2011). Pekerjaan dan hobi klien juga ditanyakan untuk mengetahui apakah klien banyak duduk atau sedikit beraktivitas sehingga terjadi penekanan pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen berkurang, sel- sel tidak mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil sisa metabolisme tertumpuk. Akhirnya sel-sel mati, kulit pecah dan terjadilah lubang yang dangkal dan luka pada permukaan. .2.1.2 Keluhan utama Klien mengatakan nyeri P : nyeri kolik abdomend kiri, Q : terasa seperti terbakar , R : di bagian abdomend kiri S : skala nyeri 8 , T : berlangsung sekitar 10 menit . .2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang Tanyakan ke pasien apakah pasien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya tanyakan gejala muncul, tidak nafsu makan dan apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau mengilangkan keluhankeluhan tersebut. .2.1.4 Riwayat Kesehatan dahulu Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit abses gigi atau penyakit penyakit sebelumnya seperti infeksi .2.1.5 Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan apakah keluarganya salah satu anggotanya keluarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lainya didalam keluarganya. .2.1.6 Riwayat psikososial Meliputi



perasaan



pasien



terhadap



penyakitya,



bagaimana



cara



mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.



.2.1.7 Pola fungsi Kesehatan Pengorganisasian data berdasarkan pola fungsi Kesehatan menurut a.



Persepsi terhadap Kesehatan Adanya Tindakan pelaksanaan Kesehatan di RS akan menimbulkan perubahan terhadap pemeliharaan Kesehatan



b.



Pola aktivitas dan Latihan Pola aktivitas perlu dikaji pada klien dengan penyakit krista ovarium mengalami keletihan, dan kelemahan dalam melakukan aktivitas.



.2.1.8



Pemeriksaan Fisik Status kesehatan umum : Tingkat kesadaran pasien,bagaimana penampilan pasien secara umum,ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, B1 (Breathing) : Peningkatan frekuensi napas,napas pendek dan dangkal B2 (Blood)



: Takikardi,pucat,hipotensi (tanda syok)



B3 (Brain)



: kesadaran Compomentis,peradangan pada peritonitis



B4



(Bleeder)



:



Retensio



urine



akibat



tekanan



distensi



abdomen,anuria/oliguria,jika syok hipovolemik. B5 ( Bowel )



: Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah



atau tidak ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus B6 ( Bone)



: Kelelahan pada otot,membrane mukosa



.2.2 Diagnosa Keperawatan .2.2.1 Nyeri Kronik berhubungan dengan penekanan saraf (D.0078 hal 174) 2.2.2.2 Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan penurunan kemampuan manyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih (D.0040 hal 96) 2.2.2.3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi (D.0111 Hal. 246)



Intervensi keperawatan



Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Nyeri Kronik berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen nyeri penekanan saraf keperawatan selama 1x7 jam diharapkan SIKI (I.08238 Hal.201) nyeri dapat teratasi Observasi KH : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Keluhan nyeri menurun durrasi, frekuensi, kualitas, 2. Pasien meringis menurun insensitas nyeri 3. Rasa gelisah pasien menurun 2. Identifikasi sekala nyeri 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri Terapeutik 4. Berikaan teknik nonfarmakologis untuk mengirangi rasa nyeri ( mis. TENS, hipnosis,akupresur, trapi musik, biofeedback, trapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) 5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan ) 6. Pasilitasi istirahat dan tidur 7. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri



Edukasi 8. Jelasksan penyebab, periode,dan pemicu nyeri 9. Jelaskan strategi meredakan nyeri 10. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 11. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 12. Ajarkan tekniknonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 13. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu Gangguan Eliminasi Urin berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen eliminasi urine dengan penurunan kemampuan manyadari keperawatan selama 1x7 jam diharapkan SIKI (I.04152 hal. 175) tanda-tanda gangguan kandung kemih ganggun eliminasi urine dapat teratasi Observasi KH : 1. Identifikasi tanda dan gejala infeksi 1. Frekuensi BAK membaik saluran kemih 2. Desakan berkemih menurun 2. Monitor eliminasi urine (mis, 3. Disteni kandung kemih menurun frekuensi, konsistensi, aroma, volume dan warna) Terapeutik 1. Catat waktu-waktu dan haluaran kemih 2. Batasi asupan cairan, jika perlu 3. Ambil sampel urine tengan (midstream) atau kultur Edukasi



1. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine 2. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih 3. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemih 4. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur Kolaborasi 1. Kolaborasi pemebrian obat supositoria uretra, jika perlu Defisit pengetahuan berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Edukasi kesehatan kurang terpaparnya informasi selama 1x7 jam diharapkan dapat SIKI ( I.12383 Hal.65 ) mengetahui tentang penyakit yang dialami Observasi KH : 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat kemampuan menerima informasi 2. Perilaku sesuai dengan Terapeutik pengetahuan meningkat 2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 4. Berikan kesempatan bertanya Edukasi 5. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat



Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2015). 2.2.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 2016 ).



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN Nama Mahasiswa



:Aprila



NIM



: 2018.C.10a.0958



Ruang Praktek



:-



Tanggal Praktek



: 7-14 Januari Desember 2021



Tanggal & Jam Pengkajian



: 7 Januari 2021 pukul :08:00 WIB



3.1



PENGKAJIAN KEPERAWATAN



3.1.1 Identitas Pasien Nama



: Ny. L



Umur



: 35 Tahun



TTL



: Palangka Raya, 22 September 1985



Jenis Kelamin



: Perempuan



Agama



: Kristen



Suku/Bangsa



: Dayak, Indonesia



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Jl. Manjuhan V



Tgl MRS



: 10 Desember 2020



Diagnosa Medis



: Batu Uterus



3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan 3.1.2.1 Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada bagian abdomen sebelah kanan bawah terasa seperti terbakar dengan skala nyeri 6 nyeri datang ketika sedang buang air kecil nyeri dirasakan selama ±5 menit. 3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang : Pada tanggal 3 Januari 2021 Ny. L mengeluh Nyeri pada saat berkemih atau buang air kecil klien mengatakan pada saat buang air kecil terasa panas dan bercampur dengan darah, klien juga mengeluh di bagian abdomend kirinya yang terasa sakit sampai menjalar ke selangkangannya. Pada tanggal 5 Januari 2021 klien datang ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan tetapi tidak kunjung



sembuh. Pada tanggal 7 Januari 2021. Klien datang ke Rsud Doris Sylvanus Palangka Raya dengan keluhan yang sama. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan patologis pada klien, Dari hasil pemeriksaan vital sign TD : 120/90 mmHg, N : 84x/menit, S : 36,5°C, RR : 24x/menit. Pasien di IGD diberikan terapi infus dan diberi injeksi Katerolac, Ranitidin, dan Ceftriaxone. 3.1.2.3 Riwayat Kesehatan lalu Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti yang sekarang ini sebelumnya. 3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit sepertinya. GENOGRAM KELUARGA



Keterangan : : Hubungan keluarga : Tinggal serumah : Laki-laki : Perempuan : pasien



Pemeriksaan fisik 3.1.3.1 Keadaan Umum



Kesadaran klien compos menthis, klien tampak meringis kesakitan, klien tampak berbaring terlentang, pasien tampak gelisah, tampak terpasang infus RL 20 tetes per menit pada tangan kiri klien. 3.1.3.2 Status Mental Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah sedih, bentuk badan klien gemuk, cara berbaring terlentang klien dalam keadaan sadar dan sedih mampu berbicara dengan kurang jelas, penampilan klien kurang rapi. Klien dalam keadaan sadar sehingga dapat dilakukan pengkajian tentang orientasi waktu(Klien dapat membedakan waktu pagi,siang,malam) , orientasi orang (Klien dapat membedakan perawat dan keluarga), orientasi tempat (Klien mengetahui sekarang di RS), mekanisme pertahanan klien adaftif Keluhan lain tidak ada. 3.1.3.3 Tanda-tanda vital Suhu/T



: 36,5 0C  Axilla



Nadi/HR



: 84x/menit



Pernapasan/RR



: 24x/menit



Tekanan Darah/BP



: 120/90mm Hg



3.1.3.4 Pernapasan (Breathing) Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, tidak batuk , tidak adanya sputum, sianosis tidak ada, nyeri dada tidak ada, sesak napas ada , tipe pernafasan perut dan dada , irama pernafasan tidak teratur, tidak ada bunyi napas tambahan. Keluhan lain : tidak ada Masalah keperawatan: 3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding) Klien tidak merasa pusing, tidak ada nyeri dada, klien tidak merasa sakit kepala dan tidak ada pembekakan pada ekstrimitas. Klien tidak mengalami clubing finger ataupun kram pada kaki dan tidak terlihat pucat, capillary refill