LP & Askep DHF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENUGASAN PRAKTIK LABORATORIUM KLINIK KEPERAWATAN “ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)”



Oleh: PUTU RISKA PRAMUDITA DEWI 19.321.3049



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2020



A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk AedesAegypti sering mematikan disebabkan oleh virus, ditandai peningkatan permeabilitas kapiler, dan kelainan hemostasis (Nelson, 2000).dan Aedes Albocpictus (Depkes, 2017). DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes. Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (IKA- FKUI, 2005). Jadi kesimpulannya Dengue haemorrhagik fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh arbovirus dan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ditandai dengan adanya peningkatan permeabilitas kapiler, sakit kepala, nyeri tulang atau sendi, ruam dan leucopenia.



2. Epidemiologi Jumlah kasus DBD dilaporkan oleh WHO setiap tahunnya meningkat dari 0,41,3 juta pada dekade 1996-2005, pada tahun 2010 mencapai 2,2 juta dan 3,2 juta di tahun 2015. Berdasarkan pemodelan matematika, kejadian tahunan dunia diperkirakan sekitar 50.000.000 – 100.000.000 gejala kasus dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Asia, diikuti oleh Amerika Latin dan Afrika, dengan kemungkinan kasus terbanyak sekitar 25% yaitu infeksi virus dengue. Pada tahun 2013 virus dengue diperkirakan mencapai sekitar 3,2 juta kasus hebat dan 9000 kematian, mayoritas terjadi di Negaranegara berpenghasilan menengah bawah, dan untuk 1,1 juta ketidakmampuan mencapai usia hidup (DALY) di seluruh dunia. Penularan virus dengue dari primate non manusia terhadap manusia tampaknya langka. Penyebaran vektor berikutnya yaitu urbanisasi dan menurunnya upaya pengendalian vektor sudah berkontribusi sebagian terhadap peningkatan kejadian infeksi virus dengue. Virus dengue tidak hanya di lingkungan



perkotaan saja tetapi kini ditemukan dari daerah pedesaan juga. Selain itu faktor-faktor seperti pertumbuhan penduduk, globalisasi dan traveling, serta perubahan iklim dapat mempengaruhi peningkatan penularan virus dengue tersebut (WHO, 2016 dalam Tabalam 2017).



3. Etiologi Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2009).



4. Faktor Predisposisi Adapun faktor predisposisi yang mempengaruhi yaitu kepadatan dan mobilitas penduduk, kualitas perumahan, jarak antar rumah, pendidikan, pekerjaan, sikap hidup, golongan umur, suku bangsa, kerentanan terhadap penyakit, dan lainnya (Candra, 2010)



5. Patofisiologi Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,



sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virusantibodi) yang tinggi.



6. Klasifikasi Menurut Candra, 2010, DHF klasifikasikan berdasarkan beratnya derajat penyakit, secara klinis dibagi menjadi :  Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdaraahan sepontan  Derajat I : Derajat I dan disertai sepontan pada kulit atau ditempat lain.  Derajat III :Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekana darah rendah (hipotensi ), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini rajatan)  Derajat IV : Komplikasi mulas



7. Gejala Klinis Menurut WHO (2009, dalam Diana, 2016) dengue merupakan penyakit sistemik yang dinamis. Perubahan yang terjadi terdiri dari beberapaase. Setelah periode inkubasi, penyakit mulai berkembang menuju 3 fase yaitu febris, kritis dan penyembuhan. a. Fase Febris Pasien mengalami demam tinggi secara tiba-tiba. Fibrilasi akut ini bertahan 27 hari dan disertai sritma kulit, wajah yang memerah, sakit sekujur tubuh, arthralgia dan sakit kepala. Pada beberapa pasien juga ditemukan radang tenggorokan, infeksi faring dan konjungtiva, anorexia, pusing, dan muntah-muntah juga sering ditemui. Febris antara dengue dan non dengue pada awal fase febris sulit dibedakan. Oleh karena itu, monitoring dari tanda bahaya dan parameter klinik lainnya seangat krusial untuk menilau progresi ke fase kritis. Manifestasi hemoragik seperti patechie dan perdarahan membrane mukosa (hidung dan gusi) mungkin timbul. Perdarahan massif vagina dan gastrointestinal juga mungkin timbul dalam fase ini, hepatomegaly muncul setelah beberapa hari demam. Tanda abnormal dari pemeriksaan darah rutin adalah penurunan total sel darah putih. b. Fase Kritis



Penurunan suhu tubuh setelah demam hingga suhu tubuh menjadi 37,5-38’ C atau bahkan kurang dapat terjadi 3-7 hari dan peningkatan hematokrit. Leukopenia progresif yang diikuti penurunan jumlah platelet biasa terjadi setelah kebocoran plasma. Pada kondisi ini pasien yang permeabilitas kapilernya tidak meningkat, kondisinya membaik. Sebaliknya pada pasien yang permeabilitas kapilernya meningkat, terjadi kehilangan banyak volume plasma. Derajat kebocoran plasma pun berbeda-beda. Efusi pleura dan aites dpat terjadi. Derajat tingginya hematocrit menggambarkan kebocoran plasma. Syok dapat terjadi ketika banyak kehilangan volume cairan plasma. Kemudian kondisi tersebut dilanjutkan dengan tanda suhu tubuh yang abnormal. Apabila syok terjadi cukup banyak dapat menyebabkan kerusakan organ, asidosis metabolic dan Disseminated intravascular coagulation (DIC). c. Fase Penyembuhan Apabila pasien bertahan setalah 24-48 jam fase kritis, reabsorpsi gradual cairan ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam kemudian. Kondisi ini akan membaik, nafsu makan meningkat, gejala gastrointestinal mereda, hemodinamik makin stabil dan diuresis membaik. Namun pada fase ini dapat terjadi pruritus, bradikardi dan perubahan pada EKG. Distress pernafasan yang diakibatkan oleh efusi pleura masif dan asites dapat muncul bila pasien diberikan cairan berlebihan dihubungkan dengan edema pulmoner dan gagal jantung kongestif.



8. Pemeriksaan Fisik Fokus pemeriksaan fisik pasien DHF, meliputi inspeksi, palpasi, auskultrasi, dan perkusi, dari ujung rambut sampai ujung kaki berdasarkan tingkatan (grade) DHF : a. keadaan fisik adalah sebagai berikut : -



Grade I: Kesadaran kompasmenthis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.



-



Grade II: Kesadaran kompasmenthis, keadaan umum lemah, ada perdarahan sepontan,petikie, perdarahan gusi, dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur



-



Grade III: Kesadaran apatis, samnollen, keadaan umum lemah,nadi lemah, kecil dan tidak teratur



-



Grade IV: Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstermitas dingin, berkeringat dan kulit tampak biru



b. Sistem Integumen -



Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun dan muncul keringat dingin dan lembab.



-



kuku sianosis / tidak



-



kepala dan leher. Kepela terasa nyeri, muka tanpak kemerahan karena demam, mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) padsa grade II,III dan IV. Pada mulut didapatkan mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan telinga



-



Dada, bentuk simentris dan kadang-kadang terasa sesak, pada foto torax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi plaura ). Rares (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV



-



Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesran hati ( hepatomegali ) dan esites.



-



Ekstremitas, akral dingin, serta terjadi nyeri otoy, sendi serta tulang (Alvian, 2017).



9. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang 1) Darah a. Trombosit menurun. b. HB meningkat lebih 20 %. c. HT meningkat lebih 20 %. d. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3. e. Protein darah rendah. f. Ureum PH bisa meningkat. g. NA dan CL rendah 2) Serology : HI (hemaglutination inhibition test) a. Rontgen thorax : Efusi pleura. b. Uji test tourniket (+) Tes torniket dilakukan dengan menggembungkan manset tekanan darah pada lengan atas sampai titik tengah antara tekanan sistolik dan diasolik selama 5 menit. Tes dianggap positif bila ada petekie 20 atau lebih per 2,5 cm (1 inchi).



Tes mungkin negatif atau positif ringan selama fase syok berat. Ini biasanya menjadi positif kuat, bila tes dilakukan setelah pemulihan dari syok (Tamtam, 2015). 10. Prognosis Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan α (0,05) Yang dimana p >α (0,05) berarti uji normalitas data berdistribusi normal maka dari itu dilakukan uji Paired T test, dengan hasil p=0,0001 dengan tingkat kemaknaan p