LP & Askep PDA (Kelompok 1) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PDA ( Persistent Ductus Arteriosus )



Disusun Oleh : Theodora wulanta



(1914201037)



Sumirta Tundu



(19142010060)



Anna Naranlele



(19142010084)



UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO 2021



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebeut menutup secara fungsional 10-15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2-3 minggu. Bila idak menutup di sebut Duktus Arteriosus Persisten ( Persistent Ductus Arteriosus : PDA ). Kegagalan penutupan Ductus anterior (arteri yang menghubungkan aorta & arteri pulmonalis) dalam minggu 1 kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembulu darah yang terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tekanan yang > rendah di arteri pulmonal a menyebabkan Left to Right Shunt. Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak di operasi, kebayangkan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui selesksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya, perlu mengetahui gejalagejala dini penyebab serta permasalahannya. Kita ketahui bahwa peran perawat yang paling utama adalah melakukan promosi dan pencegahan terjadinya gangguan pada system sirkulasi, sehingga dalam hal ini masyarakat perlu diberikan pendidikan kesehatan yang efektif guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. 1.2 Rumus Masalah a. Bagaimana anatomi dari PDA ( Patent Ductus Arterious )? b. Apa pengertian dari penyakit PDA ( Patent Ductus Arterious )? c. Apa saja etiologi dari penyakit PDA ( Patent Ductus Arterious ) ? d. Bagaimana pathofisiologi dari penyakit PDA ( Pantent Ductus Arterious )? e. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit PDA ( Pantent Ductus Arterious )? f. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk penyakit PDA ( Pantent Ductus Arterious )? g. Bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit PDA ( Pantent Ductus Arterious )?



h. Apa saja komplikasi akibat penyakiy PDA ( Pantent Ductus Arterious )? i. Bagaimana prognosis dari penyakit PDA ( Pantent Ductus Arterious )? j. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit PDA ( Pantent Ductus Arterious )? 1.3 Tujuan 1.3.1



Tujuan Umum Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan PDA ( Pantent Ductus Arterious ) pada anak.



1.3.2



Tujuan Khusus a. Menegtahui dan memahami anatomi PDA ( Pantent Ductus Arterious ). b. Mengetahui dan memahami definisi PDA ( Pantent Ductus Arterious ). c. Mengetahui dan memahami etiologi PDA ( Pantent Ductus Arterious ). d. Mengetahui dan memahami pathofisiologi PDA (Pantent Ductus Arterious ). e. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis PDA (Pantent Ductus Arterious). f. Menegtahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada PDA (Pantent Ductus Arterious). g. Menegtahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan PDA (Pantent Ductus Arterious). h. Menegtahui dan memahami komplikasi dari PDA (Pantent Ductus Arterious). i. Menegtahui dan memahami prognosis PDA (Pantent Ductus Arterious). j. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan PDA (Pantent Ductus Arterious).



BAB II TUJUAN TEORI 2.1



Anatomi



Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah pulmonal (arteri pulmonalis) ke aliran darah sistemik (aorta) dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini (shun) diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus aan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui vea umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistematik melalui duktus arteriosus, dan hanya sebagian yang diteruskan ke paru. Duktus arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10-15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum ada usia 2-3 minggu. (Buku ajar kardiologi FKUI,2001 ; 227) Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. 2.2



Definisi



Duktus arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10-15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum ada usia 2-3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persistent. (Buku Ajar Kardiologi FKUI,2001) Pantent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pada minggu pertama kehidupan, yang



menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliana, 2001;235) Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden,2002) Duktus Arteriosus Persisten (DAP) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Kelainan ini merupkan 7% dari seluruh penyaki jantung bawaan. Duktus Arteriosus Persisten sering dijumpai pada bayi prematur. Insiden bertambah dengan berkurangnya masa gestasi. (Mansjoer, Arif, dkk, 2000) PDA merupakan kelainan dimana terdapat kegagalan ductus arterious untuk menutup setelah lahir sehingga terdapat hubungan langsung antara aorta dengan erteri pulmunalis (Wayan,2013) Duktus Arteriosus Paten (PDA) adalah Duktus Arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh BJP. Duktus arteriosus patent sering dijumpai pada bayi premature, insidennya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa patent ductus arteriosus (PDA) atau duktus arteriosus paten (DAP) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2 bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sabagai ligamentum arteriosum. 2.3



Etiologi



Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan. 1. Faktor prenatal a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella semasa trimester. b. Ibu alkoholisme dan merokok c. Umur ibu lebih dari 40 tahun d. Ibu menderita penyakit diabetes melitus (DM) yang memerlukan insulin



e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu f. Prematur 2. Faktor Genetik a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan. b. Ayah/ibu menderita penyakit jantung bawaan c. Kelainan kromosom seperti SindromDown d. Lahir dengan kelainan bawaan lain (Buku ajar keperawatan kardiovaskuler. Pusat kesehatan jantung dan pembuluh darah nasinal harapan kita. 2001 : 109) 2.4



Pathofisiologi



Patent Ductus Areteriosus (PDA) adalah tetap terbukannya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini menyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semaiin banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri. Usaha tambaham dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hhipertensi atrium kir yang progresif. Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan kapiler pulmoner, menyebabkan terajdinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia dan terjadi konstriksi arteriol paru yang progresif. Akan terajdi hipertensi pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan ini tidak dikoreksi melalui terapi medis atau bedah. Penutupan PDA terutama tergantung padabrespons kontriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan duktus adalah kerja prostaglandin, tahapan pulmoner dan sistemik, besarnya duktus dan keadaan si bayi (prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirau kiri ke kanan itu cenderung lebih besar. (Bets & Sowden,2002) 2.5



Manifestasi Klinis



Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4-6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) diantaranya :



1. Kadang-kadang terdapt tanda-tanda gagal jantung 2. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas). 3. Tekanan nadi besar ( water hammer pulses) / nadi menonjol dan meloncat – loncat, tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg). 4. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik. 5. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal. 6. Infeksi saluran nafas barulang, mudah lelah. 7. Apnea dan Tachypnea. 8. Nasal flaring dan Retraksi dada. 9. Hipoksemia 10. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah pru). (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden. 2002 ; 376). Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa : 1. Tidak mau menyusu 2. Berat badan tidak bertambah 3. Berkeringat 4. Kesulitan dalam bernafas 5. Denyut jantung yang cepat. Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang seringkali terjadi pada bayi prematur. Manifestasi klinis menurut kapita selekta kedokteran : 



DAP kecil, biasanya asimtomatik, dengan tekanan darah dan tekanan nadi dalam batas normal. Jantung tidak besar. Kadang teraba getaran bising di sela iga II kiri sternum. Terdapat bising kontinu (continous murmur, machinery murmur) yang khas untuk duktus arteriosus persisten di daerah subklavia kiri.







DAP sedang. Gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat. Pasien mengalami kesulitan makan. Sering menderita infeksi saluran nafas, namun biasanya berat badan masih dalam batas normal, frekuensi nafas sedikit lebih cepat dibanding dengan anak normal. Di jumpai pulsus seler dan tekanan nadi lebih dari 40mmDg.



Terdapat getaran bising di daerah sela iga I-II para sterna kiri dan bising kontinu di sela iga II-III garis para sterna kiri yang menjalar ke daerah sekitarnya. Juga sering ditemukan bising middiastolik dini. 



DAP Besar. Gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama kehidupan. Pasien sulit makan dan minum hingga beratt badannya tidak bertambah dengan memuaskan, tampak dispneu atau takikpneu dan banyak berkeringat nila minum. Pada pemeriksaan tidak teraba getaran bising sistolik dan pada auskultasi terdengar bising kontinu atau hanya bising sistolik. Bising middiastolik terdengar di apeks karena aliran darah berlebihan melalui katub nitral (stenosis mitral relatif). Bunyi jantung II tunggal dan keras. Gagal jantung mungkin terjadi dan biasanya di dahului infeksi saluran nafas bagian bawah.







DAP Besar dengan hipertensi pulmonal. Pasien duktus arteriosus besar apabila tidak di obati akan berkembang menjadi hipertensi pulmonal akibat penyakit vaskuler pru, yakni suatu komplikasi yang di takuti. Komplikasi ini dapat terjadi pada usia kurang dari 1 thn namun jauh lebih sering terjadi pada tahun ke 2 atau ke 3. Komplikasi ini berkembang secara progesif, sehingga akhirnya ireversibel, dan pada tahap tersebut operasi koreksi tidak dapat di lakukan



2.6



Pemeriksaan Diagnostik



1. Analisis gas darah arteri a. Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru overcirculation. b. Ductus arteriosus besar dapat menyebabkan hypercarbia dan hypoxemia dari CHF dan ruang udara penyakit (atelektasis atau intra-alveolar cairan / pulmonary edema). c. Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten (terus-menerus sirkulasi janin); kanan ke



kiri



intracardiac



shunting



darah,



aliran



darah



paru



berkurang



dengan



dihasilkannyahypoxemia, sianosis, dan mungkin acidemia hadir. 2. Foto thorak: Atrium Vnetrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali). Gambaran vaskuler paru meningkat. 3. Ekokardiografi : Rasio atrium kiri terhdap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri) sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan) 4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.



5. Elektrokardiografi (EKG) : Bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri PDA yang lebih besar. 6. Kateterisasi jantung : Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atu doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan efek tambahan lainnya. 7. Magnetic Resonance Imaging (MRI) (Betz & Sowden. 2002 : 377) 2.7



Penatalaksanaan



1. Medis a. Penatalaksanaan konservatif : Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan: Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskuler. Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial. b. Pembedahan : pemotongan atau pengikatan duktus. c. Non pembedahan : penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung. (Betz & Sowden. 2002 : 377 – 378) 2. Keperawatan Pasien PDA baru dirawat di rumah sakit bila sedang mendapat infeksi saluran napas, karena biasanya sangat dipsnea dan sianosis sehingga pasien terlihat payah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya terjadinya gagal jantung, rasiko terjadinya infeksi saluran napas, kebutuhan nutrisi, gangguan rasa dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. a. Bahaya terjadinya gagal jantung Dengan adanya pirau kiri dari kiri ke kanan darah yang mengalir ke bilik kanan lebih banyak. Ini berarti beban arteri pulmonalis dan otot bilik kanan yang ototnya tidak setebal bilik kiri akan menjadi lebih berat dan akibatnya akan terjadi gagal jantung. Bagi memerlukan perawatan yang baik dan pengawasan medis yang teratus agar bila terjadi sesuatu lekas dapat diambil tindakan, karena itu bayi harus secara teratur kontrol di bagian kardiologi atay dokter yang menanganinya. b. Reiko Infeksi Saluran Pernapasan Pasien dengan pirau kiri ke kanan mudah mendapat infeksi saluran napas karena darah di dalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaran oksigen tidak adekuat. Dalam perawatan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Ruangan harus cukup ventilasi, tetapi boleh terlalu dingin



2) Baringkan dengan kepala yang lebih tinggi (semi fowler) 3) Jika banyak lendir baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberi ganjal di bawah bahunya (untuk memudahkan lendir keluar). 4) Sering isap lendirnya, bila terlihat banyak lendir di dalam mulut, bila akan memberi minum, atau bila akan mengubah sikap berbaringnya. 5) Ubah sikap berbaringnya setiap 2 jam. Lap dengan air hangat bagian yang tertekan dan diberi bedak. 6) Bila dipnea sekali diberikan oksigen 2-4 L per menit. Lebih baik periksa astrup dahulu untuk menentukan kebutuhan oksigen yang sebenarnya sesuai dengan kebutuhn. 7) Observasi tanda vital c. Kebutuhan nutrisi Karena bayi susah makan / minum susu maka masukan nutrisi tidak mencukupi kebutuhannya untuk pertumbuhan. Kecukupan makanan yang terbaik adalah ASI, jika tidak ada ASI diganti dengan susu formula yang cocok. Berikan makanan tambahan yang sesuai dengan umurnya misalnya buah, biskuit, bubur susu atau tim saring. Bayi yang sangat dipsnea susah mengisap dot atau menetek, amak perlu dipasangkan infus untuk memenuhi kalori dan dapat juga untuk memasukkan obat secara intravena atau untuk koreksi asidosis. Infus biasanya diberikan cairan 3:1, yaitu glukosa 5% dikombinasi dengan NaCL 0,9%. Perhatikan tetesan tidak boleh terlalu cepat karena menambah beban kerja jantung. d.



Gangguan rasa aman dan nyaman 1) Baringkan semifowler untuk menghindari isi rongga perut mendesak paru. 2) Baringkan oksigen sesuai dengan keadaan sianosisnya (rumus 1-2 L/menit) 3) Ubah posisi tidur setiap 2-3 jam, lap tubuhnya supaya kering, kemudian dibedaki, hati-hati debu bedak terhirup uang menyebabkan pasien batuk. 4) Selimuti pasien agar tidak kedinginan tetapi tidak boleh mengganggu pernapasan 5) Hati-hati jika menghisap lendir, jangan memacuh mundurnya katerer. 6) Jika bekas infus terjadi hematoma, oleskan jel thrombophob atau kompres dengan alkohol. 7) Jika orang tua tidak menunggui harus diperhatikan, ajak bicara walaupun pasien seorang bayi. 8) Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit Orang tua pasien perlu diberitahu bahwa pengobatan anaknya hanya dengan jalan operasi. Selama operasi belum dilakukan anak akan selalu menderita infeksi saluran



pernapasan berulang, sedangkan untuk operasi diperlukan kesehatan tubuh yang baik karenanya anak perlu perawatan yang cermat. 1) Anak harus mendapatkan makanan yang cukup bergizi. Susu boleh diberikan lebih banyak karena biasanya nafsu makannya kurang. 2) Hindarkan kontak dengan orang / anak yang sedang sakit misalnya batuk, pilek. 3) Hindarkan bayi/anak kontak dengan banyak orang untuk mencegah infeksi (bila tidak perlu sekali tidak usah dibawah ke luar rumah) 4) Agar secara teratur dibawa kontrol di bagian kardiologi. Bila mendapat obat harus diberikan denga benar. 5) Usahakan agar lingkungan rumah bersih. Rumah cukup ventilasi sinar matahari, tetapi kamar tidur jangan dingin. Bila menggunakan AC, pasien harus diselimuti tetapi tidak membebani pernapasannya. Jangan mandi terlalu pagi atau terlalu sore dan harus mengggunakan air hangat.(Ngastiyah. 2005 : 95-98) 2.8



Komplikasi



Sebuah dictus artriosus paten kacil mungkin tidak menimbulkan komplikasi. Namun cacat yang lebih besar yang tidak diobati dapat berakibat buruk, antara lain : 1. Tekan darah tinggi dan paru-paru (hipertensi pulmonal). Bila terlalu banyak darah terus beredar malalui jantug arteri utama melalui patent ductus arteriosus, dapat menyebabkan hipertensi pulmonal. Pulmonary hypertension can cause permanent lung



damage.



permanen.sebuah



Hipertensi



perlu



ductus



arteriosus



dapat paten



menyebabkan yang



kerusakan



besar



dapat



paru-paru



menyebabkan



eisenmenger’s syndrome, suatu jenis ireversibel hipertensi paru. 2. Gagal jantung. Sebuah paten ductus arteriosus pada akhirnya dapat menyebabkan otot jantung melemah, menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu kondisi kronis di mana jantung tidak dapat memompa secara efektif. 3. Infeksi jantung (endokarditis). Orang-orang dengan masalah jantung struktural, seperti patent ductus arteriosus, berada pada risiko tinggi infeksi endokarditis dari pada populasi umum. Endokarditis infeksi adalah suatu peradangan pada lapisan dalam ajntung yang disebabkan oleh infeksi bakteri. 4. Detak jantung tidak teratur (aritmia). Pembesaran hati karena ductus arteriosus paten meningkatkan resiko aritmia. Ini biadanya terjadi peningkatan risiko hanya dengan ductusmartetiosus paten yang besar. 5. Gagal ginjal 6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal



7. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur) 8. Enterokolitis nekrosis 9. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner) 10. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit 11. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin) 12. CHF 13. Gagal tumbuh (Betz & Sowden, 2001 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236) 2.9



Prognosis



Jika PDA relatif kecil, gejala yang ditimbulkan pada jantung kemungkinan dapat berkembang. Pasien dengan PDA yang cukup besar, masalah yang ditimbulkan pada jantung dapat diminimalisir dengan tindakan bedah. Tindakan dengan menggunakan pengobatan dapat diandalkan dalam beberapa situasi, dengan sedikit efek samping. Pengobatan yang dilakukan sesegera mungkin, akan menunjukkan hasil yang lebih baik. Pembedahan dapat membawa beberapa resiko yang signifikan pada jantung, pembedahan dapat menghilangkan beberapa masalah yang ditimbulkan oleh PDA, tapi ini juga dapat menimbulkan masalah baru. Keuntungan dan resiko lebih baik dikaji lebih mendalam sebelum dilakukan sebuah pembedahan.



BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 3.1



Pengkajian



Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data. Pengkajian keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001, hal. 17-18) 1. Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi : a. Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien. b. Keluhan utama Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas. c. Riwayat penyakit sekarang Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress, dispne, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia. d. Riwayat penyakit dahulu Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella. e. Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom. f. Riwayat psikososial Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon kelurga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress. 2. Pengkajian Keperawatan 1) Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut. Gangguan tidur.



Tanda : takikardi, gangguan pada TD. Dispnea 2) Sirkulasi gejala : riwayat kondisi pencetus, contoh demam rematik, hipertensi, kondisi kongenital (kerusakan atrial-septal). Riwayat murmur jantung, palpitasi. Batuk dengan/ tanpa produksi sputum Tanda : sistolik TD menurun. Tekanan nadi : penyempitan (SA); luas(IA). Nadi karotid : lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan pulsasi arteri terlihat (IA). Nadi apikasi : PMI kauat dan terletak di bawah kanan dan kiri (IM); secara lateral kuat dan



perpindahan tempat (IA). Murmur : murmur sitolik



terdengar baik pada aspek (MR). Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran le leher (SA). 3) Integritas Ego Gejala : tanda kecemasan, contoh gelisah,pucar, berkeringat, fokus menyempit, gemetar. 4) Makanan / cairan Gejala : disfagia (IM kronis). Perubahan bb. Penggunaan deuretik tanda : edema umum. Hipatomegali dan ascites. Hangat, kemerahan dan kulit lembab. Pernafasan payah dan bising dengan terdengar krekles dan mengi. 5) Neurosensori Gejala : pusing / pingsan karena aktivitas yang berlebihan 6) Nyeri / kenyamanan Gejala : nyeri dada, angina. Nyeri dada nion angina / tidak khas 7) Pernapasan Gejala : Dispnea. Bentuk menetap Tanda : takipnea. Bunyi napas mengih. Seputum banyak dan bercak darah (edema pulmunal). 8) Keamanan Gejala : proses infeksi, kemoterapi radiasi. Adanya perawatan gigi Tanda : perawatan gigi / mulut 3. Gangguan tumbuh kembang anak Pada bayi PDA ini bisa dikenali dari sejumlah gejala, misalnya lekas letih, sering panas dan batuk, ada gangguan atau sering berhenti saat menyesu ibunya untuk bernapas. Gejala khas lainnya adalah biru pada ujung kuku-kuku dan lidah. Dengan gejala tersebut dapat mengganggu tumbuh kembang anak sesuai dengan tahapan mestinya.



3.2



Pemeriksaan Fisik



Pemeriksaan ini menggunakan pemeriksaan persistem dari B1-B6 a. Pernafasan B1 (Breath) Nafas cpat, sesak nafas, bunyi tambahan (marchinery murmur), adanya otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi. b. Kardiovaskuler B2 (Blood) Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis. c. Persyarafan B3 (Brain) Otot muka tegang, gelisa, menangis, penurunan kesadaran. d. Perkemihan B4 (Bladder) Produksi urin menurun (oliguria). e. Pencernaan B5 (Bowel) Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis. f. Muskuloskeletal / integument B6 (Bone) Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan 3.3



Diagnosa Keperawatan a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal d. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplay oksigen dan zat nutrisi ke jaringan e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan f. Kelelahan pada saaat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori g. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan h. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.



3.4



Intervensi dan implementasi



3.5



Evaluasi



Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989). Evaluasi yang diharapkan pada penyakit PDA pada anak adalah : 1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung 2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru 3. Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adukuat 4. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan 5. Anak akn mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan 6. Anak tidak akan menunjukkkan tanda-tanda infeksi 7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan. 3.6



Discharge Planning 1. Kontrol sesuai waktu yang ditentukan 2. Jelaskan kebutuhan aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit 3. Mengajarkan keterampilan yang diperlukan di rumah, yaitu : a. Teknik pemberian obat b. Teknik pemberian makanan c. Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.



BAB IV PENUTUP 4.1



Kesimpulan



Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Ductus Arteriosus Patent (DAP) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2 buloan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum arteriosum. 4.2



Saran



1. bagi ibu dan keluarga penderita a. setelah mengetahui PDA, ibu dan keluarga penderita diharapkan bisa memberikan perawatan yang optimal bagi anaknya, senantiasa menjaga kesehatan anak, serta senantiasa optimis bahwa penyakit anaknya dapat disembuhkan. b. bagi ibu yang sedang hamil, diharap memeriksa kehamilannnya secara rutin mengingat bahwa penyakit PDA dapat disebabkan oleh infeksi virus rubella ketika prenatal. 2. bagi tenaga kesehatan Tenaga kesehatan yang merawat penderita PDA diharap bisa memberikan perawatan terbaik untuk mengobati dan merawat penderita. 3. bagi masyarakat Masyarakat diharap mampuh memberikan dukungan secara psikologis untuk membantu proses pemnyembuhan penderita PDA serta mensuport keluarga penderita. 4. bagi mahasiswa Diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan kepada penderita PDA dengan baik untuk mengurangi komplikasi yang lebih buruk.



DAFTAR PUSTAKA Anonym. 2013. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Penyakit Jantung Bawaan Patent Ductus Arteriosus (PDA). http://askepkesehatan08.wordpress.com/2013/07/16/asuhankeperawatan-pada-pasien-dengan-penyakit-jantung-bawaan-patent-ductus-arteriosus-pda/. Diakses kamis 12 juli 2014 pukul 10.43 Anonym. Penyakit jantung bawaan. http://www.penyakitjantung.net/penyakit-jantungbawaan. Diakses rabu 11 juni 2014 pukul 21.22 Anonym. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus PDA. http://kumpulanmaterikeperawatan. Blogspot.com/2010/04/asuhan keperawatan-anakdengan-kasus-4015.html . diakses Rabu 11 juni 2014 pukul 21.53 anonym. Asuhan Keperawatan Patent Ductus Arteriosus. http://ilirdha.wordpress.com/category/asuhan-keperawatan-petent-ductus-arteriosus-pda.html. Diakses rabu 11 juni 2014 pukul 12.20 Anonym. 2009. Konsep Dasar Patent Arteriosus. http://mvzpry.blogspot.com/2009/05/konsep-dasar-patent-arteriosus.html . Diakses rabu 11 juni 2014 pukul 12.45 Anonym. 2014. Patent Ductus Arterious (PDA) http://putrakeitha.blogspot.com/2014/04/patent-ductus-areteriosus-pda-html . Diakses rabu 11 juni 2014 pukul 13.10 Kasron.2012.Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta : MuhaMedika Muttaqin Arif.2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.jakarta: Salemba Medika Menjoer Arif,dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI Putri.2010. Askep Petent Ductus Arterios (PDA). http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/askep-patent-ductus-arterios-pda.html . Diakses rabu 11 juni 2014 pukul 12.18 Rubenstein David,dkk.2005.Lecture Notes Kedokteran Klinis.Jakarta: Erlangga Sudarta I wayan.2013.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Cardiovaskuler. Yogyakarta: Gosyen Publishing Terry, 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan PDA. http://terrylay.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-klien-dengan-pda-html . Diakses rabu 11 juni 2014 pukul 21.17