LP + Askep Fraktur Dwinanda [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Sdr. R DENGAN FRAKTUR KLAVIKULA DI RUANG LANTAI 2 RS KAMAR MEDIKA Dosen Pembimbing Asuhan Keperawatan Medikal Bedah



DISUSUN OLEH DWI NANDA FITRI RAHAYU (202173055)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2022



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan asuhan keperawatan ini diajukan oleh: Nama



: DWI NANDA FITRI RAHAYU



NIM



: 202173055



Program Studi : PROFESI NERS Judul Asuhan Keperawatan : ‘’ LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Sdr. R DENGAN FRAKTUR KLAVIKULA DI RUANG LANTAI 2 RS KAMAR MEDIKA’’ Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan Medikal Bedah.



Mojokerto, Pembimbing ruangan,



2022



Pembimbing akademik,



(.............................................)



(......................................)



Mengetahui, Kepala Ruangan



(..................................................)



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Fraktur atau patah tulang adalah gangguan atau terputusnya kontinuitas dari struktur tulang (Black & Hawks, 2005). Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (De Jong, 2010). Fraktur clavicula adalah terputusnya hubungan tulang clavicula yang disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus atau tertarik keluar (outstretched hand) karena trauma berlanjut dari pergelangan tangan sampai clavicula ( Muttaqin, 2012). Jadi close fraktur clavicula adalah gangguan atau terputusnya hubungan tulang clavicula yang disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus atau tertarik keluar (outstretched hand) yang tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. B. KLASIFIKASI Secara umum fraktur clavicula menurut Armis (2002) diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu 1. Fraktur pada sepertiga tengah clavicula (insiden kejadian 75% - 80%). Pada daerah ini tulang lemah dan tipis serta umumnya terjadi pada pasien muda. 2. Fraktur atau patah tulang clavicula terjadi pada distal ( insiden kejadian 15%). 3. Fraktur clavicula pada sepertiga proksimal (5% pada kejadian ini berhubungan dengan cidera neurovaskuler). C. ETIOLOGI Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. (De Jong, 2010) 1. Trauma langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang, hal tersebut akan menyebabkan fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat comminuted dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan 2. Trauma tak langsung Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak langsung, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh. 3. Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang menimpa tulang lebih besar dari pada daya tahan tulang. 4. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.



5. Usia penderita.



6. Kelenturan tulang dan jenis tulang. D. PATOFISIOLOGI Patofisiologi fraktur clavicula menurut Helmi (2012) adalah tulang pertama yang mengalami proses pergerasan selama perkembangan embrio pada minggu ke lima dan enam. Tulang clavicula, tulang humerus bagian proksimal dan tulang scapula bersamasama membentuk bahu. Tulang clavicula ini membantu mengangkat bahu ke atas, keluar, dan kebelakang thorax. Pada bagian proximal tulang clavicula bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC). Pada bagian distal clavicula (AC), patah tulang pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan tulang clavicula adalah tulang yang terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang terletak dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang clavicula terjadi akibat tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur. E. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinik menurut Helmi (2012) adalah keluhan nyeri pada bahu depan, adanya riwayat trauma pada bahu atau jatuh dengan posisi tangan yang tidak optimal (outstretched hand). 1. Look yaitu pada fase awal cidera klien terlihat mengendong lengan pada dada untuk mencegah pergerakan. Suatu benjolan besar atau deformitas pada bahu depan terlihat dibawah kulit dan kadang-kadang fragmen yang tajam mengancam kulit 2. Feel didapatkan adanya nyeri tekan pada bahu depan



3. Move karena ketidakmampuan mengangkat bahu ke atas, keluar dan kebelakang thoraks. F. PENATALAKSANAAN Menurut Helmi (2012) penatalaksanaan klien dengan fraktur 1/3 tengah, intervensi reduksi dilakukan. Intervensi dengan pemasangan gendongan bahu dengan tidak menganjurkan klien melakukan abduksi lengan dapat dilakukan hingga nyeri mereda (biasanya 2-3 minggu). Sesudah itu harus dilakukan latihan bahu secara aktif, hal ini penting terutama pada pasien. Fraktur 1/3 bagian yang mengalami pergeseran hebat misal pada pemeriksaan yang ligamen korakoklavicularnya robek biasanya tidak dapat direduksi secara tertutup. Bila dibiarkan tanpa terapi, fraktur tersebut akan menyebabkan deformitas dan dalam beberapa fraktur akan menimbulkan rasa tidak enak dan kelemahan pada bahu. Oleh karena itu terapi operasi diindikasikan melalui insisi supra clavicular, fragmen reposisi dan dipertahankan dengan fiksasi interna dan kemudian kembali ke batang clavicular. G. KOMPLIKASI Komplikasi pada fraktur clavicula menurut De Jong (2010) dapat berupa 1.



Komplikasi awal a. Kerusakan arteri



b. Sindrom kompartemen c. Fat Embolism Syndrome d. Infeksi e. Syok 2. Komplikasi lanjut ( De Jong, 2010) a. Mal union b. Non union H. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang menurut De Jong (2010) yaitu 1. Laboratorium Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui, Hemoglobin, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju endap darah (LED) meningkat 2. Radiologi X Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. 3. Venogram (anterogram) mengambarkan arus vaskularisasi 4. CT Scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks 5. Rontgen yaitu untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur 6. Scan tulang atau MRI yaitu memperlihatkan fraktur dan menidentifikasi kerusakan jaringan lunak



I. WOC



Beban Mekanik Berlebih



Trauma Fisik



Proses Penyakit Calsium Tulang Berkurang Tulang Rapuh



FRAKTUR



Fraktur Terbuka



Faktur Tetutup



Kerusakan Pada Tulang



Mobilitas Kurang Optimal Syaraf Deformitas MK : Gangguan



Periosteoum Terlepas Dari Tulang



Perdarahan Hematom Inflamasi MK : Nyeri Akut



perdarahan di sekitar fraktur



Kerusakan Kulit (Luka



Hematom Penekanan



Terbuka) MK : Nyeri MK : Resiko Gangguan Intergritas



Akut



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN TEORI A. PENGKAJIAN 1. Anamnesa a. Identitas : Terdiri nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, alamat, pendidikan, tanggal MRS dan diagnosa medis. b. Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan Utama Berdasarkan PQRST, penyebab dari kekurangan cairan, seberapa parah gangguan kekurangan cairan yang terjadi seberapa jauh gangguan kekurangan cairan yang terjadi, kapan gangguan kekurangan cairan mulai di rasakan pasien. c. Riwayat Penyakit Dahulu Meliputi riwayat penyakit menular, penyakit keturunan dan alergi obat-obatan atau makanan. 2. Pola-pola Fungsi Kesehatan a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat · Kebiasaan · Status Ekonomi b. Pola Nutrisi dan Metabolisme · Pemenuhan Nutrisi · Cairan · Keadaan yang mengganggu nutrisi · Status gizi c. Pola Eliminasi · Defekasi Frekuensi, feases konsentrasi, warna, bau. · Urine / Miksi. Frekuensi, konsentrasi urine,warna, bau. d. Pola tidur dan istirahat. · Lamanya tidur. · Suasana lingkungan. e. Pola aktifitas sehari-hari. f. Pola hubungan dan peran. · Interaksi dengan orang lain. · Interaksi dengan keluarga. g. Pola persepsi dan konsep diri. h. Pola sensoris kognitif. i. Pola reproduksi seksual . j. Pola penanggulangan stress. k. Pola tata nilai dan kepercayaan. 3. Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum - Keadaan penyakit : Ringan, sedang, berat, akut, kronik. - Kesadaran : Apakah kompesmetis, apatis, soporus, prekoma, koma. - Suara bicara : Apakah Jelas, serak, aphasia. - Pernapasan : Apakah Meningkat/Menurun. - Suhu tubuh : Apakah Meningkat/Menurun. - Nadi : Apakah Meningkat/Menurun, kuat, lemah. - Tekanan darah : Apakah Meningkat/Menurun. b. B1-B6 B1 (Breathing) : Napas pendek B2 (Blood) : Hipotensi, bradikardi, B3 (Brain) : Pusing saat melakukan perubahan posisi, nyeri tekan otot, hiperestesi tepat diatas daerah trauma dan mengalami deformitas pada daerah trauma.



c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.



B4 (Bleader) : Inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut dan peristaltic hilang B5 ( Bowel) : Mengalami distensi perut dan peristaltik usus hilang B6 (Bone) : Kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinal, hilangnya sensasi dan hilangnya tonus otot dan hilangnya reflek. Kepala Ada tidaknya ubun-ubun terlihat cekung, sakit kepala, kepala pusing/pening. Muka Apakah simetris,raut muka terlihat layu dan lemas. Mata Apakah konjungtifa pucat,simestris. Telinga Apakah simestris. Hidung Apakah simestris, polip. Mulut + Gigi Apakah simestris, mukosa binir kering atau basah,apakah ada caries gigi. Leher Apakah ada pembesaran limfe,vena jugluralis. Thoraks Apakah simestris. Paru Apakah ada nyeri, whizzing,rhongki,timpani. Abdomen Apakah abdomen terlihat membucit, datar atau menonjol. Adakah nyeri tekan,bisung usus atau menunjukkkan obstruksi.



4. Pemeriksaan Penunjang a. X.Ray b. Foto Ronsen c. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans d. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. e. CCT kalau banyak kerusakan otot. f. Laaboratorium (darah lengkap) B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (tarauma) 2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang 3. Resiko ketidak seimbangan cairan b.d trauma/pendarahan C. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (tarauma)  Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam di harapkan nyeri berkurang.  Kriteria hasil : Nyeri berkurang  Intervensi : a. Observasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Identifikasi skala nyeri Identifikasi respon nyeri non verbal Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan Monitor efek samping penggunaan analgetik



b. Terapeutik



1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) 2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 3. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri c. Edukasi 1. 2. 3. 4. 5.



Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



d. Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang  Tujuan : Setelah di kalukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam di harapkan mobilitas fisik membaik.  Kriteria hasil : Gerakan terbatas menurun, nyeri menurun, kelemahan fisik menurun  Intervensi : a. Dukungan Ambulasi 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya. 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi. 3. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi. 4. Anjurkan melakukan ambulasi dini. 5. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi). b. Edukasi Teknik Ambulasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi. 2. Sediakan materi, media dan alat bantu jalan (mis.tongkat, walker, kruk) 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan. 4. Jelaskan prosedur dan tujuan ambulasi tanpa alat bantu. 5. Anjurkan menggunakan alas kaki yang memudahkan berjalan dan mencegah cedera. 6. Ajarkan duduk di tempat tidur, di sisi tempat tidur (menjuntai), atau di kursi, sesuai toleransi. 7. Ajarkan berdiri dan ambulasi dalam jarak tertentu. 3. Resiko ketidak seimbangan cairan b.d trauma/pendarahan - Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24 jam di harapkan kebutuhan cairan terpenuhi. - Kriteria hasil : kebutuhan cairan terpenuhi - Intervensi : a. Obesevasi 1. Monitor status hidrasi 2. Monitor berat badan harian 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 5. Monitor status hemodianamik b. Terapeutik 1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24jam 2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan



3. Beikan cairan intravensa jika perlu c. Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian diuretic jika perlu



ASUHAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO IDENTITAS PASIEN a. Nama b. Tanggal lahir c. Status Perkawinan d. Pendidikan e. Pekerjaan f. Agama g. Alamat h. MRS Tanggal i. Dx Masuk j. Ruang k. Pengkajian tanggal l. Pukul



: Sdr. R : : Belum Kawin : SMA : Pelajar : Islam : Raung Raya, Wates : : Fraktur Klafikula : Lantai 2 :21/01/2022 :17.00



IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB a. b. c. d.



Nama Status Perkawinan Pekerjaan Alamat Hubungan dengan klien



: Ny. T : Kawin : Karyawan Swasta : Raung Raya, Wates : Ibu



RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG 1. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) : a. Saat Masuk Rumah Sakit : Nyeri pada bagian bahu sebelah kanan post jatuh kll b. Saat Pengkajian : Pada saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada bagian bahu kanan post operasi, rasanya seperti di tusuk-tusuk, pusing, lemas, 2. Riwayat Penyakit Sekarang → Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal hingga di bawa ke RS secara lengkap Pasien datang ke UGD RS. Kamar Medika diantar oleh warga karena kecelakaan sepeda motor, pasien mengatakan nyeri berat pada bagian bahu sebelah kanan. (PQRST untuk pasien dengan keluhan nyeri) : a. P = Provoking atau Paliatif Nyeri pada daerah post OP b. Q = Quality Seperti tertusuk-tusuk c. R = Regio Bahu sebelah kanan (klafikula) d. S = Severity 6 e. T = Time Hilang Timbul



Menurut Skala Intensitas Numerik



1



2



3



4



5



6



7



8



9



Menurut Wong Baker



Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research No



Intensitas



Diskripsi



Nyeri



1



Tidak Nyeri



2



 Nyeri Ringan



3



 Nyeri Sedang



 Pasien mengatakan tidak nyeri  Pasien mengatakan sedikit nyeri atau ringan  Pasien nampak gelisah  Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan / sedang  Pasien nampak gelisah  Pasien mampu sedikit berpartisipasi dlm keperawatan √ Pasien mengatakan nyeri tidak dapat ditahan / berat



4



Nyeri Berat



√ Pasien sangat gelisah √



Fungsi



mobilitas



dan



perilaku pasien √ Berubah



5



 Pasien mengataan nyeri tidak tertahankan / sangat  Nyeri Sangat berat Berat  Perubahan ADL yang mencolok ( Ketergantungan ), putus



10



asa RIWAYAT PENYAKIT DAHULU 1. Pernah dirawat : ya √ tidak 2. Riwayat penyakit kronik dan menular Riwayat kontrol :-



kapan :- diagnosa :ya √ tidak



jenis -



Riwayat penggunaan obat : 3. Riwayat alergi : 4. Riwayat operasi



:



ya



√ tidak jenis ya √ tidak kapan -



RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Ya Jenis penyakit √



Tidak



OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan Tanda tanda vital S : 36,8 C



N : 90 x/menit



BB :60kg



TB : 169cm



Kesadaran







TD : 110/70 mmHg



Compos Mentis



Apatis



Somnolen



Sopor Koma



Masalah Keperawatan :2. Keadaan Umum Lemah 3. Sistem Pernafasan Inspeksi a. Keluhan :



sesak



nyeri waktu nafas



Batuk :



produktif



Sekret :-



Konsistensi :-



Warna :-



kering



darah



Bau :-



b. Irama nafas c. Pola d. Bentuk dada e. Bentuk thorax



√ teratur



tidak teratur



Dispnoe



Kusmaul



√ Simetris √



Normal chest Funnel chest



Cheyne Stokes Asimetris Pigeon chest Barrel chest



RR :24 x/menit



f. Retraksi Intercosta



ya







g. Retraksi Suprasternal



ya







h. Pernafsn cuping hidung



ya







i. Alat bantu napas



ya Jenis-







tidak tidak tidak tidak



Flow-lpm



Palpasi Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba (sama), lebih bergetar pada sisiPerkusi Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness ) Auskultasi Suara nafas : Area Vesikuler







Bersih



Halus



Kasar



Area Brochial







Bersih



Halus



Kasar



Bersih



Halus



Kasar



Area Bronkovesikuler √ Suara tambahan : Crakles



Rochi



Wheezing



Pleural Friction rub



Lain-lain : Masalah Keperawatan :Sistem Kardio vaskuler Inspeksi Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran................. cm Palpasi Pulsasi pada dinding thorax teraba ( Lemah / Kuat / Tidak teraba ) Perkusi Batas – batas jantung normal adalah : Batas atas :..................................(N = ICS II) Batas bawah



:..................................(N = ICS V)



Batas Kiri :..................................(N = ICS V Mid clavikula Sinistra) Batas Kanan



:..................................(N = ICS IV Mid sternalis Dextra)



Auskultasi BJ I terdengar ( tunggal), Keras), (reguler) BJ II terdengar ( tunggal), Keras), (reguler) Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm ( + / - ), Murmur ( + / - ) Keluhan lain terkait dengan jantung : a. Keluhan nyeri dada b. Irama jantung S1/S2 tunggal



ya







√ reguler



tidak ireguler



√ ya



tidak



c. CRT :