LP Asma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A



Definisi Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012) Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006) - Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi. - Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi. - Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop -



Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.



Berdasarkan jenisnya, asma dapat dibagi menjadi 2 yaitu (Nurarif, 2013) : a



Asma bronkhiale Penderita asma bronkhial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak dan bisa datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma bronkhial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan, pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.



b



Asma Kardial Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak nafas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.



B Etiologi Rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: -



Faktor ekstrinsik (alergik) : Reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.



-



Faktor intrinsik (non-alergik) : Tidak berhubungan dengan alergen, seperti perubahan iklim, infeksi traktus respiratorius, kegiatan fisik, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.



-



Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik



C Patofisiologi Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular (Soemantri, 2007). Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi. Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru. Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.



D



Manifestasi Klinik Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada. Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi : 1



Asma tingkat I Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.



2



Asma tingkat II Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.



3



Asma tingkat III Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.



4



Asma tingkat IV Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi. Pada serangan asma ini dapat dilihat gejala-gejala yang makin banyak antara lain :



5



-



Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus



-



Sianosis



-



Silent Chest



-



Gangguan kesadaran



-



Tampak lelah



-



Hiperinflasi thoraks dan takhikardi



Asma tingkat V



Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal.Pathway



Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada penderita asma (anonim, 2005) 1



Pemeriksaan sputum Pada pemeriksaan sputum ditemukan : -



Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.



-



Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus



-



Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus



-



Terdapatnya neutrofil eosinofil pada sputum yang umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang-kadang terdapat mukus plug.



2



Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma



-



Gas analisa darah Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk



-



Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi



-



Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi



-



Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.



-



Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.



3



Foto rontgen Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:



4



-



Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah



-



Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) maka gambaran radiolosan akan semakin bertambah.



-



Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.



Pemeriksaan faal paru -



Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.



-



Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.



5



Scaning paru Dengan scaning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma ternyata tidak menyeluruh, pada paru-paru sedangkan pada pemeriksaan xenon 133 melalui pembuluh darah dapat dilihat redistribusi radioaktif tidak menyeluruh pada kedua paru.



E Diagnosa Keperawatan 1



Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.



2



Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbondioksida.



3



Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan dan deformita dinding dada.



4



Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.



5



Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.



6



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh



7



Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.



8



Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif .



F Penatalaksanaan Pada penderita asma bronchiale dapat ditinjau dari berbagai pendekatan seperti : 1



Mencegah ikatan alergen IGE Menghindari alergen, tampaknya sederhana tetapi sukar untuk dilakukan.



2



Mencegah pelepasan mediator Premedikasi dengan natrium kromolin dapat mencegah spasme bronkus yang dicetuskan oleh alergen natrium kromolin mekanisme konjungtiva diduga mencegah penglepasan mediator dari mastosif obat tersebut tidak adapat mengatasi spasme bronkus yang telah terjadi, oleh karena itu hanya dipakai sebagai obat profilaktif pada terapi pemeliharaan.



3



Melebarkan saluran nafas dengan bronkodilator Kortikosteroid tidak termasuk obat golongan bronkodilator tetapi secara tidak langsung, dapat melebarkan saluran nafas.



4



Mengurangi respons dengan jalan meredam inflamasi saluran nafas. Implikasi terapi proses inflamasi diatas adalah meredam inflamasi yang ada baik dengan natrium kromolin, atau secara lebih paten dengan kartikosteroid baik secara oral, parenteral atau inhalasi



G



Daftar Pustaka



Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty : Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Anonim.2005.Asma: Informasi lengkap untuk penderita dan keluarga. Jakarta : Gramedia GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management and Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org Soemantri, Iman.2007. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta : Salemba Medika Nurarif, Amin H. & Kusuma, Hardhi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta: MediAction Publishing