LP Batu Buli Resum [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ririn
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN BATU BULI DIRUANG EDELWAYS RSUD RAA SOEWONDO PATI



Disusun Oleh : ANISA 72020040061



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN 2020



A. Pengertian Batu buli buli atau vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.( Smeltzer and Bare, 2015). Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2017) Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2016 ). B. Etiologi Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah : 1. Faktor Endogen Faktor



genetik,



familial,



pada



hypersistinuria,



hyperkalsiuria



dan



hiperoksalouria. 2. Faktor Eksogen Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum. 3. Faktor lainnya. Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli (Syaifuddin,2010). Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu proses pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine. Dan beberapa medikasi yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien



mencakup penggunaan obat-obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi. Menurut Smeltzer (2010) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium). C. Tanda & Gejala Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2005). a. Dapat tanpa keluhan b. Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing) c. Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan ke ujung penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita). d. Terdapat hematuri pada akhir kencing e. Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing walaupun VU belum penuh). f.



Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna. Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung. Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut adalah: a. Hematuri. b. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih. c. Demam. d. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal. e. Mual. f.



Muntah.



g. Nyeri abdomen. h. Disuria. i.



Menggigil



D. Pathofisiologi Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik parsial maupun total. Obstruksi total dapat berakibat menjadi hidronefrosis.Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti pus, darah, tumor dan urat. Komposisi mineral dari batu bervariasi, kira-kira 3/2 bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam,urine dan custine. Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat intake cairan yang rendah dan juga peningkatan bahan organic akibat ISK atau urine statis, menjadikan sarang untuk pembentukan batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan lapisan urine yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat. Teori menurut Nursalam( 2016) antara lain : a. Teori matriks Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adnay substansia organic sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan memepermudah kristalisasi dan agregasi substansu pembentukan batu. b. Teori supersaturasi Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urine seperti sistin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu. c. Teori berkurangnya factor penghambat Berkurangnya factor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing. E. Pathoflow



F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan: a. Urinalisa 1) Warna kuning, coklat atau gelap. 2) pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat. 3) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.



4) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses pembentukan batu saluran kemih. 5) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi hiperekskresi. b. Darah 1) Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis. 2) Lekosit terjadi karena infeksi. 3) Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal. 4) Kalsium, fosfat dan asam urat. c. Radiologis 1) Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak. 2) Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang memadai. 3) PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih 4) Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing. d. Foto KUB Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu. e. Endoskopi ginjal Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil. f.



EKG Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.



g. Foto Rontgen Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal. h. IVP ( intra venous pylografi ) Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih. i.



Vesikolitektomi ( sectio alta ) Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.



j.



Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal. Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.



k.



Pielogram retrograd



1. USG (Ultra Sono Grafi) Untuk



mengetahui



sejauh



mana



terjadi



kerusakan



pada



jaringan



ginjal.Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien. G. Penatalaksanaan Medis Menurut Soeparman ( 2008) pengobatan dapat dilakukan dengan : a. Mengatasi Simtom Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter. b. Pengambilan Batu 1) Batu dapat keluar sendiri Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi 6 mm. 2) Vesikolithotomi : Suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu dari buli-buli dengan membuka buli-buli dari arterior. Ruang Lingkup : Semua penderita yang datang dengan keluhan nyeri pada akhir miksi, hematuria dan miksi yang tiba-tiba berhenti serta dalam pemeriksaan penunjang (foto polos abdomen, pyelografi intravena dan ultrasonografi) diketahui penyebabnya adalah batu buli-buli. Dalam kaitan penegakan diagnosis dan pengobatan, diperlukan beberapa disiplin ilmu yang terkait antara lain; Patologi Klinik dan Radiologi Indikasi Operasi : Batu buli-buli yang berukuran lebih dari 2,5 cm pada orang dewasa dan semua ukuran pada anak-anak. Pemeriksaan penunjang : Darah lengkap, tes faal ginjal, sediment urin, kultur urin dan tes kepekaan antibiotika, kadar kalsium, fosfat, dan asam urat dalam serum serta ekskresi kalsium, fosfat dan asam urat dalam urin 24 jam, foto polos abdomen, pyelografi intravena, USG. Komplikasi Operasi : Komplikasi adalah perdarahan, infeksi luka operasi, fistel.



Perawatan Pasca Bedah : Pelepasan catheter minimal 6 hari Setelah hari operasi,pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut produksi < 20cc/24 jam Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca operasi. 3)



Pengangkatan Batu a. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu. Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan. b. Metode endourologi pengangkatan batu Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu. c. Ureteroskopi Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.



4)



Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat) a. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat) b. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru. c. Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium. d. Pemberian obat Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan metabolik yang ada.



H. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian Dan Pemeriksaan Fisik a. Anamnesa 1) Identitas Klien Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku, warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah. 2) Data Medik Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat pengkajian. 3) Keluhan Utama 4) Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes setelah berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, sering berkemih pada malam hari, penurunan kekuatan, dan ukuran pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih sama sekali, nyeri saat berkemih, hematuria, nyeri pinggang, peningkatan suhu tubuh disertai menggigil, penurunan fungsi seksual, keluhan gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual,muntah dan konstipasi. b. Pemeriksaan Fisik 1. Status Kesehatan Umum Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan tanda-tanda vital. 2. Kepala Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah terdapat masa bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan rambut klien. 3. Muka Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat paralysis otot muka dan otot rahang. 4. Mata Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata, kelopak mata, kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan, apakah daya penglihatan klien masih baik. 5. Telinga Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret, serumen dan benda asing, membran timpani utuh atau tidak, apakah klien masih dapat mendengar dengan baik.



6. Hidung Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi diviasi, apakah terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah daya penciuman masih baik. 7. Mulut Faring Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh, mukosa mulut apakah terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah apakah masih baik, pada tonsil dan palatum masih utuh atau tidak. 8. Leher Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe terjadi pembesaran atau tidak. 9. Dada Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung. 10. Abdomen Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat, peristaltic usus meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba, apakah terdapat nyeri pada abdomen. 11. Inguinal /Genetalia/ anus Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran prostat dan konsistensinya. 12. Ekstermintas Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak, nyeri sendi atau edema, bagaimana kekuatan otot dan refleknya. Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan. Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok. Pemeriksan fisik khusus urologi 1) Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran ginjal 2) Supra simfisis



: nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh



3) Genitalia eksterna



: teraba batu di uretra



4) Colok dubur



: teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)



2. Dignosa Keperawatan



3. Intervensi Keperawatan



4. Penggunaan Referensi Brunner and Suddarth’s . 2017. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi kedelapan). Jakarta : EGC. Nurafif, Amin Huda.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc Jilid 2.Yogyakarta : Mediaction Publishing Nursalam. 2016. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem perkemihan. Salemba Medika: Jakarta. Price, Sylvia. (2016). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne. C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. EGC: Jakarta. http://cresilda19.blogspot.com/ di akses pada tanggal 10 April 2015 http://meladianmaulidah.blogspot.com di akses pada tanggal 10 April 2015