LP Body Movement (Elis) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Dosen: Wa Ode Rahmadania, S.Kep.,Ns.,M.Kep



LAPORAN PENDAHULUAN “BODY MOVEMENT”



OLEH: NAMA



: ELIS PATMAYANTI



NIM



: P201801002



KELAS



: L1 KEPERAWATAN



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Manusia dapat bergerak berpindah tempat sesuai keinginannya. Gerak bebas tersebut terjadi sebagia hasil kerja sama antara dua sistem organ, yaitu kerangka atau rangka dan otot. Rangka yang tersusun atas tulang-tulang dapat bergerak karena di gerakkan otot. Jadi sebenarnya rangka tidak mempunyai kemampuan untuk menggerakkan dirinya. Oleh sebab itu, rangka disebut alat gerak pasif. Otot mempunyai kemampuan untuk berkontraksi atau memendek dan berlelaksasi atau mengendur. Jika otot memendek akan dihasilkan tenaga dan terjadilah gerakan organ-organ yang dilekati atau pun organ disekitarnya kearah tertentu. Bila otot mengendur maka organ-organ akan bergerak kearah yang berlawanan. Berdasarkan ini maka otot disebut alat gerak aktif. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian body mekanika ? 2. Bagaimana prinsip mekanika tubuh ? 3. Bagaimana pergerakan dasar dalam body mekanik ? 4. Apa faktor-faktor yang memengaruhi body mekanik ? 5. Bagaimana dampak body mekanik yang buruk ? 6. Bagaimana pengaturan posisi body mekanika ? C. Tujuan 1.



Untuk mengetahui Pengertian Body Mekanika



2.



Untuk mengetahui Prinsip Mekanika Tubuh



3.



Untuk mengetahui Pergerakan Dasar Dalam Body Mekanik



4.



Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Body Mekanik



5.



Untuk mengetahui Dampak Body Mekanik Yang Buruk



6.



Untuk mengetahui pengaturan posisi Body Mekanika ?



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Body Mekanika Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,



terkoordinasi,



serta



aman



dalam



menggerakan



dan



mempertahankan



keseimbangan selama aktivitas. Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat meningkatkan fungsi tubuh terhadap susunan muskuloskeletal, mengurangi tenaga yang dikeluarkan, dan mengurangi kelelahan. Kebutuhan bergerak sangat dibutuhkan karena pergerakan dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia dan melindungi diri dari kecelakaan seperti jatuh. Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu : 1.



Body Aligement (Postur Tubuh) Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.



2.



Balance (Keseimbangan) Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.



3.



Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir) Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.



B. Prinsip Mekanika Tubuh Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh adalah sebagai berikut. 1. Gravitasi Gravitasi merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi yaitu sebagai berikut. a) Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh b) Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat gravitasi c) Dasar tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang atau menahan tubuh



2. Keseimbangan Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapaai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan 3. Berat Dalam menggunakan mekanika tubh yang sangat diperhatikan adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan memengaruhi mekanika tubuh C. Pergerakan Dasar Dalam Body Mekanik Mekanika tubuh



dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas



manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, diantaranya sebagai berikut. 1. Gerakan (ambulating) Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keeimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat 2 fase, yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama 2. Menahan (squatting) Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok, dan tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan dasar tummpuan yang tepat untuk mencegah kealinan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan. 3. Menarik (pulling) Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Terdapat beberappa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik bendaa, diantaranya ketinggian, letak benda (sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik), posisi kaki dan tubuh dalam menarik (seperti condong kedepan dari panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku



diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelakan kaki ditekuk, lalu lakukan penarikan. 4. Mengangkat (lifting) Mengangkat merupakan cara pergerakaan daya tarik. Gunakan otot-otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang 5. Memutar (pivoting) Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh. D. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Body Mekanik 1.



Status kesehatan. Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan lain lainnya.



2.



Nutrisi Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.



3.



Emosi. Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.



4.



Situasi dan Kebiasaan. Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat bendabenda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.



5.



Gaya Hidup Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga



dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh. 6.



Pengetahuan. Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.



E. Dampak Body Mekanik Yang Buruk Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah sebagai berikut: 1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal. 2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang



salah dalam



berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata. F. Pengaturan Posisi Body Mekanik 1.



Posisi fowler Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.  Tujuan 1) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi. 2) Meningkatkan rasa nyaman 3) Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi d ada dan ventilasi paru 4) Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap  Indikasi 1) Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan 2) Pada pasien yang mengalami imobilisasi



 Peralatan 1) Tempat tidur 2) Bantal kecil 3) Gulungan handuk 4) Bantalam kecil 5) Sarung tangan (bila diperlukan)  Prosedur kerja 1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2) Dudukkan pasien 3) Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semi fowler (30-45’) dan untuk fowler (90’) 4) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk 2.



Posisi Sim Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisis ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberi obat per anus ( supositoria).  Tujuan 1) Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi 2) Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang 3) Memasukkan obat supositoria 4) Mencegah dekubitus  Indikasi 1) Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal 2) Pasien yang tidak sadarkan diri 3) Pasien paralisis 4) Pasien yang akan dienema 5) Untuk tidur pada wanita hamil  Kontraindikasi Klien dengan kelainan sendi pada lutu dan panggul  Prosedur kerja 1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2) Pasien dalam keadaaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.



3) Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tidur. 4) Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada. 5) Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur. 3.



Posisi trendelenburg Pada posisi ini pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebiih rendah dari bagian kaki. Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredarahan darah ke otak.  Tujuan 1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut. 2) Pasien shock. 3) pasien hipotensi.  Indikasi 1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut. 2) Pasien shock. 3) pasien hipotensi.  Kontraindikasi Pada klien yang mempunya potensi peningkatan tekanan kranial  Prosedur kerja 1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2) Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut. 3) Berikan balok penonpang pada bagia kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki.



4.



Posisi Dorsal Recumbent Pada posisi ini pasien berbaring telentan gdengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia serta pada proses persalinan.  Tujuan Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang



 Indikasi 1) Pasien yang pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus 2) Pasien dengan ketegangan punggung belakang  Kontraindikasi Dilakukan pada klien artritis karena terbatas untuk menekuk lutut dang panggul  Prosedur kerja 1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka 3) Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur, dan renggangkan kedua kaki 4) Pasang selimut 5.



Posisi Lithotomi Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukakn untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan pemasangan alat kontrasepsi.  Tujuan Memudahkan prose persalinan, opersi ambeyen, pemasangan IUD Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia dan memasang alat kontrasepsi.  Indikasi 1) Pada pemeriksaan genekologis 2) Untuk   menegakkan   diagnosa   atau   memberikan   pengobatan   terhadap penyakit pada uretra, rektum, vagina dan kandung kemih.  Kontraindikasi Pada klien dengan atritis berat Prsedur  Prosedur kerja 1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2) Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua pahanya dan tarik ke arah perut 3) Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha 4) Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi 5) Pasang selimut



6.



Posisi Genu pectrocal Posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.  Tujuan Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.  Indikasi 1) Pasien hemorrhoid 2) Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.  Prosedur kerja 1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2) Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada kasur tempat tidur 3) Pasang selimut pada pasien.



7.



Posisi terlentang (supinasi) Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.  Tujuan : 1) Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal. 2) Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.  Indikasi 1) Pasien dengan tidakan post anestesi atau pebedahan tertentu 2) Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma  Kontraindikasi 1) Pada klien dengan sesak nafas 2) Pada klien dengan fraktur lumbal  Prosedur kerja 1) Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan  transmisi mikroorganisme. 2) Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan  klien untuk posisi yang tepat.



3) Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical. 4) Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal. 5) Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan  yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit. 6) Topang



telapak



kaki



klien



dengan



menggunakan



footboard.



Mempertahankan telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop. 7) Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu. 8) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan 9) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan 8.



Posisi Orthopneu Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.  Tujuan 1) Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal 2) Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi  Indikasi Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur telentang  Prosedur kerja 1) Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme. 2) Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan. 3) Naikkan kepala bed 90 4) Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.



5) Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit. 6) Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah. 7) Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada pinggul. 8) Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi. 9) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan 10) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan 9.



Posisi Pronasi (telungkup) Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesamping.  Tujuan 1) Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut. 2) Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut. 3) Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau 4) tenggorokan.  Indikasi 1) pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan 2) Pasien dengan pemeroksaan daerah bokong atau punggung  Kontraindikasi Pada pasie dengan masalah daerah servikal, atau lumbal tulang belakang  Prosedur kerja  Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.  Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk  posisi yang tepat.  Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat



tidur yang datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.  Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.  Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur.  Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.  Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.  Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.  Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan 10. Posisi lateral Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.  Tujuan 1) Mempertahankan body aligement 2) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi 3) Meningkankan rasa nyaman 4) Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.



 Indikasi 1) Pasien yang ingin beristirahat 2) Pasien yang ingin tidur 3) Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama 4) Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.  Prosedur kerja 1) Cuci



tangan



dengan



menggunakan



sarung



tangan



bila



diperlukan.Menurunkan transmisi mikroorganisme. 2) Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi. 3) Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat 4) Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher. 5) Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu. 6) Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu serta penekanan pada dada. 7) Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah. 8) Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi. Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang belakang. 9) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan 10) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,



terkoordinasi,



serta



aman



dalam



menggerakan



dan



mempertahankan



keseimbangan selama aktivitas. B. Saran Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan laporan pendahuluan ini. Oleh karena itu, saya sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan pendahuluan ini.



DAFTAR PUSTAKA



Afriyanti,



Lussy.



2012.



Bab



1



Pendahuluan.



Diakses



http://ginichiby.blogspot.com/2012/11/bab-i-pendahuluan-a.html.



dari



:



diakses



pada



Diakses



dari:



tanggal 8 November 2014. Aris,



Dede.



2014.



Body



Mekanik



dan



Posisi.



http://dedearis.blogspot.com/2014/04/task-4-makalah-body-mekanik-posisi.html. diakses pada tanggal 7 November 2014. Subijakto. 2011. Body Mekanik. Diakses dari : http://subijakto25.blog.com/2011/06/08/kerjaotot. diakses pada tanggal 7 November 2014.