LP Bronkitis KDP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI



Disusun Oleh : AYUK YUNIA NPM. 20.0604.0021



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2020



LAPORAN PENDAHULUAN A. Pengertian Bronkitis adalah peradangan pada saluran bronkial, yang menyebabkan pembengkakan yang berlebihan dan produksi lendir. Batuk, peningkatan pengeluaran dahak dan sesak napas adalah gejala utama bronkitis. Bronkitis dapat bersifat akut atau kronis. Bronkitis akut disebabkan oleh infeksi yang sama yang menyebabkan flu biasa atau influenza dan berlangsung sekitar beberapa minggu (Karunanayake et al, 2017 dalam La Ode Alifariki (2019). Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang memiliki tanda dan gejala batuk, dan biasanya akan mambaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus parainfluinza, Adenovirus, virus rubeola, dan paramyxovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia, Bordetella pertussis, atau Corynebacterium diphtheriae (Rahajoe, 2012). B. Etiologi Penyebab penyakit bronkitis sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur. Selain penyakit infeksi, bronkitis dapat pula disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti bahan fisik atau kimia serta faktor risiko lainnya yang mempermudah seseorang menderita bronkitis misalnya perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik (Selviana, 2015). C. Tanda dan gejala Menurut Nurarif & Hardhi (2013) bronchitis memiliki tanda dan gejala sebagai berikut: 1. Bronchitis akut -



Batuk



-



Terdengar ronki



-



Suara berat dan kasar



-



Wheezing



-



Menghilang dalam 10-14 hari



-



Demam



-



Produksi sputum



2. Bronchitis kronis -



Batuk parah pada pagi hari dan pada kondisi yang lembab



-



Sering mengalami flu atau pilek dibarengi dengan batuk



-



Gejala bronchitis aku 2-3 minggu



-



Demam tinggi



-



Sesak napas pada saluran yang tersumbat



-



Produksi dahak bertambah banyak



D. Patofisiologis Infeksi virus (rhinivirus, influenza, adenovirus, allergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi dan asap rokok



Saluran napas dalam



Gangguan pembersihan paru-paru



Radang bronkial



Radang / inflamasi pada bronkus



Akumulasi mukus



Peningkatan produksi mukus



hipertermi



Kontriksi berlebihan



Timbul reaksi balik



Edema/pembengkakan mukosa/sekret



Pengeluaran energi berlebihan



Hiperventilasi paru



atelektasis



Bersihan jalan napas tidak efektif



kelelahan



hipoxemia



Intoleran aktivitas



Peningkatan frekuensi napas



anoreksia Pola napas tifak efektif



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh E. Klasifikasi Bronkitis dibagi menjadi dua yaitu 1. Bronkitis akut Merupakan infeksi saluran pernapasan akut bawah. Ditandai dengan gejala yang mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada bronchitis jenis ini, inflamasi (peradangan bronkus biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, dan kondisinya diperparah oleh pemaparan terhadap iritan, seperti asap rokok, udara kotor, debu, asap kimiawi, dll. 2. Bronkitis kronis Ditandai dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik peradangan bronkus tetap berlanjut selama beberapa waktu dan terjadi obstruksi/hambatan pada aliran udara yang normal didalam bronkus. Bronkitis kronis disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,Respiratory



sincytial



virus,



virus



influenza,



virus



prainfluenza,



Adenovirus, dan Paramyxovirus. Menurut laporan penyebab lainnya dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung, seperti asam lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan setelah pejanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau



pejanan dalam jumlah besar seperti zat kimia (Ikawati, 2016 dalam Nurul janah, dkk 2020).



F. Komplikasi Komplikasi yang muncul bila bronchitis akut maupun kronis tidak ditangani (Julia Arianti, 2018) 1. Pleuritis dan efusi pleura 2. Otitis media atau sinusitis 3. Rentan terserang infeksi 4. Bila dahak tertahan atau ttidak keluar terjadi atelectasis/brokiektasis G. Pemeriksaan Penunjang Bronkitis 1. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan foto toraks anteror – posterior dilakukan untuk menilai derajat progersifitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun. 2. Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratotium menunjukan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitungan jenis darah). Sputum diperiksa secara maskrokopis untuk diagnosis banding dengan tuberkulosis paru (Maria Rajunita Nuga, 2019) H. Penatalaksanaan 1. Tindakan keperawatan -



Mengontrol batuk dan mengeluarkan lender, atur posisi, banyak minum, inhalasi, nebulizer.



2. Tindakan medis -



Berikan antibiotic bila ada kecurigaan infeksi bakteri.



3. Pencegahan -



Membatasi aktifitas



-



Berhenti/hindari rokok



-



Hidari kamar ber-ac



-



Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan



-



Menciptakan udara bersih



-



Minum banyak air (Nurarif & Hardhi, 2013)



I. Konsep Asuhan Keperawatan Pengkajian keperawatan 1. Anamnesis Menurut Arif Muttaqin, 2012 terdiri dari : 1) Identitas Berisi geografi klien yang mencakup nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan (terutama yang berhubungan dengan tempat kea), alamat dan tempat tinggal. Keaadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat tinggal, apakah klien tinggal sendiri atau dengan orang lain (berguna ketika perawat melakukan perencanaan pulang (discharge planning pada klien). 2) Keluhan utama Keluhan utama pada klien dengan PPOK yaitu sesak napas dan batuk dengan produksi sputum berlebih. 3) Riwayat penyakit sekarang Berisi tentang perjalanan penyakit yang dialami klien dari rumah sampai ke Rumah Sakit. 4) Riwayat kesehatan masa lalu Pada riwayat kesehatan masa lalu, menanyakan tentang riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berrapa kali keluhan itu terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, apa yang dilakukan ketika keluhan ini terjadi,apa yang dapat memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha untuk mengatasi keluhan, berhasil atau tidakkah usaha tersebut, dan pertanyaan lainnya. 5) Riwayat penyakit dahulu



Pada tahap ini menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami penyakit yang berat, apakah pernah mempunyai keluhan yan sama, adakah pengobatan yang pernah dijaani dan riwayat alergi obat karena obat yang dikonsumsi sebelumnya. Serta menanyakan tentang riwayat merokok (usia ketika mulai merokok, rata-rata jumlah yang dikonsumsi perhari, adakah usaha untuk berhenti merokok, usia berapa ketika berhenti merokok). 6) Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji riwayat merokok anggota keluarga, bertempat tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat, adanya riwayat alergi pada keluarga, danya riwayat asma pada anakanak. 7) Riwayat pekerjaan dan gaya hidup Mengkaji situasi tempat kerja dan lingkungannya, kebiasaan social, kebiasaan dalam pola hidup misalnya minum alcohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok seperti sudah lama, berapa batang perhari, jenis rokok yang dihisap. 8) Pengkajian pola system -



Pola manajemen kesehatan Mengkaji adanya peningkatan aktivitas fisik yang berlebih, terpapar dengan polusi udara, pada klien serta infeksi saluran pernapasan dan perlu juga mengkaji tentang obat-obatan yang biasa dikonsumsi klien.



-



Pola nutrisi metabolic Hal yang paling umum terjadi yaitu anoreksia, penurunan berat badan dan kelemahan fisik.



-



Pola eliminasi Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada kebiasaan BAB dan BAK klien.



-



Pola aktivitas sehari-hari Mengkaji aktivitas kien dalam sehari-hari mulai dari sebelum dan saat klien sakit.



-



Pola istirahat-tidur Mengkaji kebiasaan tidur klien dan masalah gangguan tidur.



-



Pola presepsi kognitf



Mengkaji adanya kelainan pada pola presepsi kognitif, stressor akan memungkinkan terjadinya dispnea. -



Pola konsepsi diri dan presepsi diri Mengkaji presepsi klien menganai penyakitnya.



-



Pola hubungan-peran Gejala PPOK sangat membatasi klien untuk menejelaskan perannya dalam kehidupan sehari-hari.



-



Pola reproduksi seksualitas Mengkaji adanya masalah seksualitas yang dialami klien.



-



Pola toleransi terhadap orang-orang Mengkaji adanya stress emosional dan penanggulangan terhadap stressor.



-



Pola keyakinan nilai Kedekatan serta keyakinan klien kepada Tuhan nya merupakan metode penanggulangan stress yang konstruktif.



2. Pemeriksaan fisik Sebelum dilakukan pemeriksaan fisik dengan inspeksi, palpasi, pekusi dan auskultasi, klien akan dilakukan pemeriksaan fisik umum seperti keadaan umum dan tanda-tanda vital terlebih dahulu. a) Keluhan umum Keadaan umum pada klien PPOK yaitu composmentis, TD 130/80 mmHg, RR 28 kali permenit, suhu 37°C, nadi 104 kali permenit. b) Kepala : mesosephal. c) Rambut : hitam tidak mudah rontok. d) Mata : konjungtiva sianosi ( karena hipoksia), sclera tidak ikterik. e) Hidung : pernapasan dengan cuping hidung. f) Telinga : bersih, tidak ada serumen, reflek suara baik. g) Mulut dan bibir : membrane mukosa sianosis, tidak ada stomatitis. h) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tidroid dan tidak ada pembengkakkan pada trakea.



i) Dada : retraksi otot bantu penapasan ( karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea atau obstruksi jalan napas), suara napas tidak normal (ronki, cracklesl rales, wheezing). j) Ekteremitas : tidak ada edema pada kedua ektremitas atas dan bawah. k) Pemeriksaan fisik focus : terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. -



Inspeksi Pada klien dengan PPOK, terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, serta pengunaan oto bantu napas. Pada saat inspeksi biasanya dapat terlihat adanya bentuk dada barrel chest akibat udaea yang terperangkap, penipisan masa otot, benapas dengan bibir yang dirapatkan, dan pernapasan abnormal yang tidak efektif. Pada ahap lanjt, dispnea terjadi pada saat beraktivitas pada saat kehidupan sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan sputum pulurent disertai dengan demam mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi pernapsan.



-



Palpasi Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan akan meningkat pada kondisi konsodilatasi. Selain iru, palsasi juga dilakukan untuk mengkaji temperature kulit, pengembangan dada, danya nyeri tekan, abnormalitas massa dan kelenjar, denyut nadi, sirkulasi perifer, dll.



-



Perkusi Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma mendatar atau menurun. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan.



-



Auskultasi Sering didapatkan adanya bunyi napas ronki dan wheezing sesuai tingkat keparahan obstruksi pada bronkhiolus. (Muttaqin, 2012)



3. Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan analisis gas darah (AGD) Yang dipilih adalah arteria radialis atau brakialis yang terletak di pergelangan tangan karena arteri ini lebih mudah dicari. Darah diambil sebanya 5 ml, lalu disimpan di atas es untuk kemudian dianalisis di laboratarium. Jika PaCO2



meningkat dipastikan terjadi hipoventilasi alveolar. Hipoventilasi menyebabkan asidosis respiratorik dan penurunan pH darah. Sebaliknya jika PaCO2 menurun, maka bias dipastikan terjadi hiperventilasi alveolar. Hiperventilasi menyebabkan alkaliosis respiratorik dan kenaikan pH darah. Perubahan kadar bikarbonat menggambarkan usaha ginjal untuk mengkkompensasi keadaan asidosis atau alkaliosis respiratorik. b) Pengukuran fungsi paru Dilakukan dengan pengukuran spiometry. Pada klien PPOK kapasitas inspirasi menurun, volume residu meningkat pada enfisema, bronchitis dan asma. Nilai FEVࢭ/FCV menurun yaitu 70% sehingga menjadi karakteristik PPOK. c) Pemeriksaan laboratarium Dilakukan dengan pengambilan darah vena, pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaab hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), dan eritrosit. pada klien PPOK hemoglobin dan hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder, jumlah darah, eosinofil dan total IgE meningkat, sedangkan SaO2 oksigen menurun. d) Pemeriksaan sputum Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran. Kuman pathogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumonia dan hemophylus influenza. e) Pemeriksaan radiologi thoraks foto Menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung, dan bendungan are paru. Pada enfisema paru didapatkan diafragma dengan letak yang lebih rendah dan mendatar, ruang udara retrosternal . (foto lateral), jantung tampak bergantung, memanjang dan menyempit. f) Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) Kelainan EKG yang paling awal terjadi adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal, terdapat deviasi aksis ke kanan, gelombang P tinggi pada hantaran II,III, 24 dan VF, Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 RASIO R/S kurang dari 1. (Muttaqin, 2012). 4. Diagnosis keperawatan Diagnosa keperawatan yang ditegakkan dalam masalah ini adalah bersihan jalan napas tidak efektif yaitu ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan



napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. Diagnosa keperawatan pada masalah kebutuhan Respirasi, dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2017) yaitu: a. Bersihan jalan napas tidak efektif Yaitu ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas tetap paten. b. Pola napas tidak efektif Yaitu inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. c. Gangguan ventilasi spontan Yaitu penurunan cadangan energy yang mengakibatkan individu tdaik mampu bernapas adekuat. d. Risiko aspirasi Yaitu beresiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal, sekrsi orofaring, benda cair atau padat ke dalam saluran trakeobronkial akibat disfungsi mekanisme protektif saluran napas. 5. Rencana keperawatan Menurut SIKI DPP PPNI, 2018 intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian krisis untuk mencapai luaran (outcome) yang di harapkan, sedangkan tindakan keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimpementasikan intervensi keperawatan. Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukkan jalan napas bersih dengan criteria hasil sebagai berikut : -



Tidak ada secret



-



klien mampu mengeluarkan secret



-



RR dalam batas normal.



-



Kepatenan jalan napas



-



tidak ada suara napas tambahan



-



Tidak ada otot bantu napas



-



TTV normal



-



Klien tampak nyaman



Intervensi : -



Monitor TTV (TD,Nadi,Suhu,RR)



-



Manajemen jalan napas



-



Monitor pola napas, bunyi napas tambahan dan sputum -pertahankan kepatenan jalan napas -posisikan semifowler atau fowler



Latih batuk efektif -



Identifikasi kemampuan batuk -monitor adanya retensi sputum -atur posisi fowler



-



Jelaskan tujuan batuk efektif



-



pasang perlak dan bengkok



-



anjurkan tarik napas melalui hidung elama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian dikeluarkan dari mulut dengan bibir mencucu selama 8 detik.



-



anjurkan mengulangi tarik napas dalam 3 kali dan anjurkan batuk dengan keras setelah tarik napas dalam yang ke-3.



Fisioterapi dada -



Identifikasi indikasi dilakukan fisioterapi dada (hipersekresi sputum)



-



Monitor jumlah dan karakteristik sputum



-



posisikan klien sesuai dengan area paru yang mengalami penumpukan sputum



-



lakukan perkusi dengan telapak tangan selama 3-5 menit



-



lakukan vibrasi dengan telapak tangan rata bersamaan dengan ekspirasi melalui mulut



-



jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada



-



anjurkan batuk segera setelah prosedur selesai.



-



ajarkan inspirasi perlahan dan dalam Pemberian obat inhalasi



-



periksa tanggal kadaluwarsa obat



-



monitor efek samping obat.



-



lakukan prinsip 6 benar



-



kocok inhaler 2-3 detik



-



Anjurkan bernapas lambat dan dalam selama penggunaan nebulizer



-



Anjurkan menahan napas selama 10 detik



-



Anjurkan ekspirasi lambat dengan bibir mengerucut.



Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas pasien teratur dengan kriteria hasil sebagai berikut: -



Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips);



-



Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal; dan



-



Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).



Intervensi Manajemen jalan nafas Observasi: -



Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas);



-



Monitor bunyi nafas tambahan (missal: gurgling, mengi, whezzing, ronkhi kering);



-



Monitor sputum (jumlah, warna, aroma).



Teraupetik -



Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal);



-



Posisikan Semi-Fowler atau Fowler;



-



Lakukan fisioterapi dada jika perlu;



-



Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik;



-



Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal;



-



Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill



-



Berikan oksigen jika perlu.



Edukasi: -



Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi;



-



Ajarkan teknik batuk efektif.



Kolaborasi: -



Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu. Pemantauan Respirasi



Observasi: -



Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas;



-



Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes,biot, ataksik);



-



Monitor kemampuan batuk efektif;



-



Monitor adanya produksi sputum;



-



Monitor adanya sumbatan jalan nafas;



-



Palpasi kesimetrisan ekspansi paru;



-



Auskultasi bunyi nafas



-



Monitor saturasi oksigen;



-



Monitor nilai AGD



-



Monitor X-ray toraks.



Teraupetik: -



Atur interval pemantauan respitrasi sesuai kondisi pasien;



-



Dokumentasi hasil pemantauan.



Edukasi: -



Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan



-



Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.



DAFTAR PUSTAKA



Arianti, Juliarti. 2018. Asuhan Keperawatan pada Klien Bronkitis Akut dengan Gangguan pertukaran gas. Jombang : Stikes Insan Cendekia Ikawati, Z. 2016. Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernapasan. Jakarta: Bursa Ilmu. La Ode Alifariki. 2019. Faktor Risiko Kejadian Bronkitis Di Puskesmas Mekar Kota Kendari (The Risk Factors For Bronchitis At Mekar Health Center In Kendari City). Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 8 No.1, Nopember 2019 Nuga, Maria Rajunita. 2019. Asuhan Keperawatan Pada An. A.Z Dengan Bronkitis Di Ruang Kenanga Rsud Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang. Kti Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang



Nurarif & Hardhi. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdsarkan diagnose medis dan Nanda Nic oc. Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction. Nurul janah, dkk 2020. Asuhan Keperawatan Pada Klien Bronkitis Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Ruang Teratai Di Rsud Bangil Pasuruan. STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Rahajoe Supriyanto, Nastiti. (2010). Bronkitis Akut dalam Buku Ajar Respirologi anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. Selviana dkk, 2015. Hubungan Antara Lingkungan Fisik Rumah Dan Status Merokok Dengan Kejadian Bronkitis Akut Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Duri Kabupaten Bengkayang.