LP CA Thyroid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PENDIDIKAN PROFESI DENGAN MASALAH KANKER TIROID DI RUANG EDELWIS RSD Dr SOEBANDI



Diajukan untuk memenuhi tugas Pendidikan Profesi Stase Keperawatan Bedah



oleh Lailatul Munawaroh, S.Kep NIM 192311101212



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2020



A. ANATOMI DAN FISIOLOGI Kelenjar tiroid berbentuk seperti perisai dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis dibawah kartilago kriko idea di leher, dan kadang - kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari isthmus di depan laring (Nicoletti et al., 2009). Kelenjar tiroid mempunyai panjang ± 5 cm, lebar 3 cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10 sampai 20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi (± 5 ml/ menit/gram tiroid). Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel dibatasi oleh epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah muda yang disebut koloid (Nicoletti et al., 2009).



Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan pelepasannya dalam sirkulasi. Zat koloid, triglobulin, merupakan tempat hormon tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon tiroid utama yang dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Tiroksin (T4) mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3) mengandung tiga atom yodium. T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan T3, tetapi apabila dibandingkan milligram per milligram, T3 merupakan hormon yang lebih aktif daripada T4. Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan



kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen. Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal (Nicoletti et al., 2009). B. KANKER TIROID 1. Pengertian CA tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan. Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan penyakit yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah, terutama pada kanker tiroid tipe papiler. Mortalitas paling rendah pada individu dengan usia dibawah 50 tahun dan meningkat tajam pada usia di atasnya, namun sebagian kecil ada pula yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal. Angka rekurensi tumor umum pada kanker tiroid tipe papiler, berkisar setinggi 30% jika terapi awal tidak komplit. Angka kematian akibat kanker tiroid 0,4% dari semua kematian akibat kanker atau berkisar 5 kematian per sejuta penduduk pertahun. Angka ketahanan hidup lima tahun relatif kanker tiroid adalah 96%.5 Tujuan utama tata laksana kanker tiroid adalah memperkecil resiko rekurensi dan metastasis jauh, sehingga bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penderita. Terapi utama dalam tata laksana kanker tiroid adalah operasi, sedangkan terapi adjuvan adalah ablasi tiroid dengan iodine radioaktif, supresi thyrotropin dan radiasi eksternal (Oktahermoniza, 2013). 2. Etiologi Terdapat tiga faktor yang dapat menimbulkan karsinoma tiroid : a. Kenaikan  sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi kanker. b. Penyinaran  (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama anakanak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum. c. Faktor genetik. Adanya riwayat keturunan dari keluaraga.



3. Faktor Resiko Faktor resiko yang menyebabkan karsinoma tiroid adalah sebagai berikut: a. Usia; terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia >45 tahun. b. Sex; wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria. c. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga; adanya keterlibatan genetic pada karsinoma ini. d. Ras; ras asia dan kulit putih pada umumnya mempunyai resiko tinggi. e. Pernah menderita penyakit pembesaran kelenjar tiroid. Terdapat 5% struma nodosa mengalami degenrasi maligna. f. Geografis tempat tinggal. Yang berasal dari daerah kaya iodium umumnya menderita karsinoma tiroid papilare sedangkan yang berasal dari daerah endemik goiter umumnya menderita karsinom tiroid folikulare. g. Radiasi pada leher dan kepala. Pengaruh radiasi pada kanak-kanak dapat menyebabkan malignansi tiroid 30-50% dan pada dewasa 20%. 4. Tanda dan Gejala Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid. (Jurnal, Oktahermoniza, 2013) a.



Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.



b.



Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.



c.



Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan selama pemeriksaan fisik.



d.



Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.



e.



Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.



f.



Adanya pembengkakan pada leher



g.



Kesulitan menelan



5. Klasifikasi Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi : a. Karsinoma Folikuler. Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang



kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan. b. Karsinoma Papilar. Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total. c.



Karsinoma Medular. Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 % dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.



d.



Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).



e.



Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti:  1) Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring). 2) Suara serak. 3) Disfagia Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kira-kira 1 tahun setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi. Stadium Cancer Thyroid : Stadium kanker ini tidak hanya berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi TNM adalah sebagai berikut:



Tipe dan stadium Papiler



45 tahun



      Stadium I



Setiap T, setiap N, M0



T1, N1, M0



      Stadium II



Setiap T, setiap N, M1



T2-4, N1, M0



      Stadium III



Setiap T, N0, M0,



      Stadium IV



Setiap T, setiap N, M0



Tipe dan stadium Folikuler



45 tahun



  Stadium I



Setiap T, setiap N, M0



T1, N0, M0



  Stadium II



Setiap T, setiap N, M1



T2-4, N0, M0



  Stadium III



-



Setiap T, N1, M0



  Stadium IV Meduler



-



Setiap T, setiap N, M0



  Stadium I



-



T1, N0, M0



  Stadium II



setiap T, setiap N, M0



T2-4, N0, M0



  Stadium III



-



Setiap T, N1, M0



  Stadium IV Tdk dapat



setiap T, setiap N, M1



Setiap T, setiap N, M1



-



-



  Stadium I



-



-



  Stadium II



-



-



  Stadium III



setiap T, setiap N, setiap M



setiap T, setiap N, setiap



dikalsifikasikn



  Stadium IV



M



Catatan : Tx : tumor tidak dapat ditentukan T0 : Tidak ada tumor T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm T3 : fikus intraglanduler multiple T4 : tumor primer terfiksasi 6. Patofisiologi CA tiroid dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi kanker, penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama anak-



anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum, serta karena faktor genetik. Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak didepan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk metabolisme tubuh. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa membesar dan bisa teraba pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma). Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, nervus recurrent, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Adenokarsinoma papiler biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita dengan ada sarang ganas dilobus homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis mula-mula ke kelenjar limfe regional, dan akhirnya terjadi metastasis hematogen. Umumnya adenokarsinoma follikuler bersifat unifokal, dengan metastasis juga ke kelenjar limfe leher, tetapi kurang sering dan kurang banyak, namun lebih sering metastasisnya secara hematogen. Adenokarsinoma meduller berasal dari sel C sehingga kadang mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Pada tahap dini terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional. Adenokarsinoma anaplastik yang jarang ditemukan, merupakan tumor yang tumbuh agresif, bertumbuh cepat dan mengakibatkan penyusupan kejaringan sekitarnya terutama trakea sehingga terjadi stenosis yang menyebabkan kesulitan bernafas. Tahap dini terjadi penyebaran hematogen. Dan penyembuhan jarang tercapai. Penyusupan karsinoma tiroid dapat



ditemukan di trakea, faring, esophagus, N.rekurens, pembuluh darah karotis, struktur lain dalam darah dan kulit. Sedangkan metastasis hematogen ditemukan terutama di paru, tulang, otak dan hati. 7. Pemeriksaan Penunjang Menurut ( Brunner & Suddarth. 2001) terdapat beberapa pemeriksaan penunjang, sebagai berikut: a. Pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler. b. Radiologis 1) Foto X-Ray Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus. 2) Ultrasound Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah. 3) Computerized Tomografi CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid 4) Scintisgrafi



Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat. c.



Biopsi Aspirasi Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.



8. Penatalaksanaan Menurut ( Brunner & Suddarth. 2001) terdapat beberapa penatalaksanaan pada kanker tiroid, sebagai berikut: a.



Terapi Terapi pilihan untuk karsinoma titoid adalah pembedahan untuk mengangkat tumor tersebut.tiroidektomi total atau hampir total di lakukan bila keadaan memungkinkan.Tindakan dikseksi leher yang lebih luas di lakukan jika metastase telah menyampai kelenjar lipe.jaringan paratiroid di upayakan untuk tidak terangkat guna mengurangi resiko hipokalsemia pasca operatif dan tetanus.sesudah pembedahan ,tindakan ablasi di laksanakan untuk menlenyapkan jaringan tiroid yang tersisa bila tumor tersebut bersifat radiosensitif.iodium radiatif juga meningkatkan peluang untuk menemukan metastatis tiroid di kemudian hari bila pemeriksaan pemindai seluruh tubuh (whole bodi scan) di lakukan.sesudah pembedahan ,hormon tiroid di berikan dengan dosis supresi untuk menurunkan kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid.jika jaringan tiroid yang tertinggal tidak cukup untuk menghasilkan hormon tiroid dengan jumlah memadai,maka preparat tiroksin di butuhkan secara permanen. Radiasi pada kelenjar tiroid atau jaringan leher dapat di lakukan beberapa jalur : pemberian peroral dan lewat pemberian eksternal terapi radiasi.pasien yang mendapat sumber sumber eksternal terapi radiasi menghadapi resiko untuk mengalami mukositis,kekeringan mulut,dispagia,kemerahan kulit,anoreksia,dan kelelahan kemoterapi jarang di gunakan dalam pengobatan kanger tiroid.



b.



Tiroidektomi Tiroidektomi parsial atau total dapat di laksanakan sebagai terapi primer terhadap karsinoma tiroid,hipertiroidisme atau hipertiroidisme tipe dan luas operasi bergantung pada hasil diagnosis,tujuan pembedahan hasil pronogsis. Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post Operasi: 1. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut: a.)



Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh penderita atau penanggung jawab penderita



b.)



Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan cardiovasculer



c.)



Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada



d.)



Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan



e.)



Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan



f.)



Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.



2. Penatalaksanaan Intra Operasi Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi. 3. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar) a) Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil b) Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi c) Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan d) Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita e) Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum. c. Radioterapi Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama



untuk



metastase



tumor.



Radioterapi



adalah



penggunaan



radiasi



untuk



menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel kanker. Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut: 1. Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi. 2. Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar. 3. Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman. 4. Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif. Jenis radioterapi : a. Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional). Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker. b. Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)). Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid. d. Kemoterapi Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker. Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa, kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar.



Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah cirri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek samping. Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang menyebabkan anemia dan risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain bevariasi tergantung jenis obat. 1. Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat (kontra-obat emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan menghindari makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau yang sangat panas atau sangat dingin. 2. Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah, bisa terjadi karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat). Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk merendahkan risiko pendarahan. e. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler. Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu: 1. Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma. 2. Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal. 3. Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang dihasilkan hanya oleh sel tiroid. 4. Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total, kadar hormone tiroid diturunkan dengan menghentikan obat L-tiroksin,



sehingga TSH endogen terstimulasi hingga mencapai kadar diatas 25-30 mU/L. f. Terapi Supresi L-Tiroksin Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh total. Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian karena keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok risiko tinggi adalah 0,01 mU/L. 9. Komplikasi Menurut (Oktahermoniza, 2013) Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid sebai berikut: a. Perdarahan Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan drain pada pasien setelah operasi. b. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme udara. c. Trauma pada nervus laringeus rekurens Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring. d. Sepsis yang meluas ke mediastinum Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.



10. CLINICAL PATHWAY Kelenjar tiroid



Kekurangan yodium Pembesaran kelenjar tiroid



Sekresi tiroid Sekresi sel cerna Penurunan kalsium



Hipertiroid



Pertumbuhan tumor



Bersihan jalan nafas tidak efektif



Ansietas



Kesiapan peningkatan pengetahuan



tiroidektomi



Pre Op



Timbul pendarahan dan jaringan terbuka Stimulasi serabut saraf pada area



Nyeri akut



Post Op



pembedahan Terputusnya kontinuitas jaringan kulit area perlukaan



Tempat masuknya mikroorganisme



Resiko Infeksi



Pengangkatan kelenjar tiroid



System keseimbangan tubuh terganggu Risiko ketidakseimbangan elektrolit



Asuhan Keperawatan katarak



Pengkajian Umum 1. Pola kegiatan sehari - hari a)



Aktivitas atau istirahat Gejala          :   Aneroksia, gaduh dan gelisah, kesulitan menelan, insomnia, kelemahan berat, gangguan koordinasi Tanda           :   massa pada tiroid



b) Sirkulasi Gejala          : Palpitasi, Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik Tanda         :  peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, syok (krisis tirotoksikosis) c)



Eliminasi Gejala         : Urine dalam jumlah banyak, diare.



d) Integritas / Ego Gejala           : cemas, Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang   berhubungan dengan kondisi. Tanda           :  Ansietas peka rangsang e)



Makanan / Cairan Gejala        



:



Mual



dan



muntah,



suhu



meningkat



diatas



37,4ºC.Pembesaran tiroid, edema non-pitting       terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit. Tanda           :   pembesaran thyroid. f)



Neurosensori Gejala           : Pusing atau pening, kelemahan, gangguan status mental dan perilaku, seperti : bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam Tanda           : koma (tahap lanjut),



g)



Nyeri / Kenyamanan



Gejala             : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati. h) Pernapasan Gejala            : Merasa kekurangan oksigen, Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara Tanda            :  Sesak napas, suara serak. i)



Keamanan Gejala         :   Kulit kering , ulkus kulit Tanda          :   lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan otot pernapasan.



j)



Seksualitas Gejala         :  adanya riwayat monopouse dini Tanda         :  Hilangnya tanda – tanda seks sekunder



2. Diagnosa Keperawatan a)



Pre operasi 1) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d pertumbuhan tumor 2) Ansietas b/d perubahan status kesehatan. 3) Kesiapan peningkatan pengetahuan b/d kurang informasi tentang program untuk pengobatan untuk terapi



b)



Post operasi 1) Nyeri akut b/d terputusnya kontiniutas jaringan 2) Risiko infeksi b/d adanya luka operasi 3) Risiko ketidakseimbangan elektrolit



1) Intervensi Keperawatan No Diagnosa Tujuan 1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 5 tidak efektif (D.0001) menit, klien mempertahankan bersihan jalan nafas dengan Kriteria hasil Tujuan No Indikator Awal 1 2 3 4 5 1. Gelisah



Intervensi 1. Monitor tanda-tanda respiratori distres, sianosis, takipnea dan nafas yang berbunyi. 2. Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post op, kemudian tiap 4 jam. 3. Monitor frekuensi dan jumlah drainase serta kekuatan balutan.



2. Sianosis 3. Sulit bicara Keterangan: 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidak ada keluhan



4. Periksa sensasi klien karena keketatan disekeliling tempat insisi. 5. Pertahankan klien dalam posisi semi fowler dengan diberi kantung es (ice bag) untuk mengurangi bengkak. 6. Anjurkan klien untuk berbicara setiap 2 jam



2



Nyeri akut (D.0077)



tanpa merubah nada atau keparauan suara. Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 5 menit, Manajemen Nyeri diharapkan nyeri terkontrol dengan kriteria hasil: 1. Lakukan penkajian nyeri secara No



Indikator



1.



Keluhan nyeri



Awal



Tujuan 1 2 3 4 5



konprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,



frekuensi,



presipitasi.



kualitas



dan



faktor



2. 3. 4 5



Meringis Gelisah Kesulitan tidur Tanda vital dalam rentang normal 6 Gangguan tidur Keterangan: 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidak ada keluhan 3.



Risiko ketidakseimbangan elektrolit



Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan ketidakseimbangan elektrolit teratasi dengan kriteria hasil: Tujuan No Indikator Awal 1 2 3 4 5 1. Serum natrium 2. Serum kalium 3. Serum klorida 4. Serum kalsium Keterangan: 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidak ada keluhan



2. Observasi



reaksi



nonverbal



dari



ketidaknyamanan. 3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau. 5. Ajarkan teknik relaksasi 6. Berikan lingkungan yang nyaman



1. Observasi a. Identifkasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit b. Monitor kadar eletrolit serum c. Monitor mual, muntah dan diare d. Monitor kehilangan cairan, jika perlu e. Monitor tanda dan gejala hypokalemia (mis. Kelemahan otot, interval QT memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST, gelombang U, kelelahan, parestesia, penurunan refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas usus menurun, pusing, depresi pernapasan) f. Monitor tanda dan gejala hyperkalemia



g.



h.



i.



j.



k.



(mis. Peka rangsang, gelisah, mual, munta, takikardia mengarah ke bradikardia, fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul, blok jantung mengarah asistol) Monitor tanda dan gejala hipontremia (mis. Disorientasi, otot berkedut, sakit kepala, membrane mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi, penurunan kesadaran) Monitor tanda dan gejala hypernatremia (mis. Haus, demam, mual, muntah, gelisah, peka rangsang, membrane mukosa kering, takikardia, hipotensi, letargi, konfusi, kejang) Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis. Peka rangsang, tanda IChvostekI [spasme otot wajah], tanda Trousseau [spasme karpal], kram otot, interval QT memanjang) Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis. Nyeri tulang, haus, anoreksia, letargi, kelemahan otot, segmen QT memendek, gelombang T lebar, kompleks QRS lebar, interval PR memanjang) Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia (mis. Depresi pernapasan, apatis, tanda Chvostek, tanda Trousseau, konfusi,



disritmia) l. Monitor tanda dan gejala hipomagnesia (mis. Kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia, depresi SSP, letargi, koma, depresi) 2. Terapeutik m. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien n. Dokumentasikan hasil pemantauan 6. Edukasi a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu 4



Resiko infeksi (D.0142)



Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil: Tujuan No Indikator Awal 1 2 3 4 5 1. Kebersihan tangan 2. demam 3. bengkak 4. nyeri Keterangan: 7. Keluhan ekstrim 8. Keluhan berat



1. monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik 2. cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien 3. jelaskan tanda dan gejala infeksi 4. pertahankan teknik aseptic pada pasien 5. ajarkan meningkatkan asupan nutrisi 6. ajarkan mencuci tangan yang baik dan



5



Ansietas (D.0080)



9. Keluhan sedang 10. Keluhan ringan 11. Tidak ada keluhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, ansietas pada pasien dapat teratasi, dengan kriteria hasil: No .



Indikator



1.



Perilaku gelisah



2.



Perilaku tegang



3.



Tremor



4



TTV



Awal



Ket : 1: tidak pernah menunjukkan, 2: jarang menunjukkan, 3: kadang-kadang menunjukkan, 4: sedang menunjukkan, 5: secara konsisten menunjukkan.



Tujuan 1 2 3 4 5



benar 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor) 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan 3. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami 4. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien 5. Jelaskan sesuai



semua yang



mungkin



akan



prosedur



akan



termasuk



dirasakan



alami



klien



yang selama



prosedur 6. Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis 7. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan 8. dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan ketakutan



6



Kesiapan peningkatan pengetahuan (D.0113)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, pengetahuan pada pasien dapat teratasi, dengan kriteria hasil: No . 1. 2. 3. 4



Indikator Perilaku sesuai anjuran Verbalisasi minat dalam belajar Kemampuan menggambarkan Perilaku sesuai dengan pengetahuan



Ket : 1: menurun, 2: cukup menurun, 3: sedang, 4: cukup meningkat,



Awal



Tujuan 1 2 3 4 5



9. dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai 10. instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi 11. kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan



pasien



tentang



proses



penyakit yang spesifik 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi ,  dengan cara yang tepat 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat 4. Gambarkan proses penyakit , dengan cara yang tepat 5. Identifikasi



kemungkinan



dengan cara yang tepat



penyebab,



5: meningkat.



6. Sediakan informasi pada pasien tentang  kondisi, dengan cara yang tepat.



2.



Discharge Planning a.



Kaji kemampuan klien untuk meninggalkan RS



b.



Kolaborasikan



dengan



terapis, dokter, ahli gizi, atau petugas kesehatan lain tentang kebelanjutan perawatan klien di rumah c.



Identifikasi bahwa pelayanan kesehatan tingkat pertama (puskesmas atau petugas kesehatan di rumah klien) mengetahui keadaan klien



d.



Identifikasi



pendidikan



kesehatan apa yang dibutuhkan oleh klien yaitu hindari penyebab peningkatan TIK, kontrol tekanan darah dengan diet hipertensi dan gaya hidup sehat e.



Komunikasikan dengan klien tentang perencanaan pulang



f.



Dokumentasikan perencanaan pulang



g.



Anjurkan melakukan pengontrolan kesehatan secara rutin



klien



untuk



DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta: EGC Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6, Volume I, EGC, Jakarta. Mubarak, W.I. Chayatin, Nurul dan Susanto, Joko. (2015). Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salema Medika Nicoletti, A., Bal, M., Marco, G. De, Baldazzi, L., Agretti, P., Ballarini, E., Cassio, A. (2009). Thyrotropin-Stimulating Hormone Receptor Gene. Clinical



Endocrinology,



94(November),



4187–4194.



https://doi.org/10.1210/jc.2009- 0618 Oktahermoniza, Harahap WA, Tofrizal, Rasyid R (2013). Analisis Ketahanan Hidup Lima Tahun Kanker Tiroid yang Dikelola di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Padang: Jurnal Kesehatan Andalas 2(3). PPNI, T. P. S. D. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia. PPNI.2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.Jakarta PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.DPP PPNI.Jakarta Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC Wibowo, D dan Paryana, W. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu. .