LP Ca Recti [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CA RECTI DI RUANG IGD RSUD BAGAS WARAS Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Stase Praktek Keperawatan Gerontik



Disusun oleh : SELESTIA RAHMAH



P07120520043



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA 2021



LAPORAN PENDAHULUAN CA RECTI . A. Pengertian Ca Recti Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolonrektal berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price and Wilson, 2017). B. Etiologi Penyebab nyata dari kanker rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker rekti dan kolon



atau



polip



pada



keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat (Brunner & Suddarth, 2018). Beberapa



faktor



risiko/faktor



predisposisi



terjadinya



kanker



rectum menurutSmeltzer, Burke, Hinkle, dan Cheever (2018) sebagai berikut: 1. Diet rendah serat Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, dalam Price & Wilson (2017) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya karbohidrat refined



mengakibatkan perubahan pada



flora



feses dan



perubahan degradasi garam empedu atau hasil pemecahan proteindan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Dietrendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensikarsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masatransisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenikdengan mukosa usus bertambah lama. 2. Lemak Kelebihan



lemak



diyakini



mengubah



flora



bakteri



steroidmenjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.



dan



mengubah



3. Polip diusus (colorectal polyps) Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dansering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker. 4. Inflamatory Bowel Disease Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnyacolitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memilikirisiko yang lebih besar. 5. Riwayat kanker pribadi Orang yang sudah pernah terkena kanker rectum dapat terkena kanker rectum untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker rectal. 6. Riwayat kanker rektal pada keluarga Jika mempunyai riwayat kanker rekti pada keluarga, maka kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena kanker pada usia muda 7. Faktor gaya hidup Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dansedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besarterkena kanker colorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi yang sering. 8. Usia di atas 50 Kanker rekti biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas. C. Klasifikasi Metode penahapan kanker yang digunakan adalah klasifikasi duke sebagai berikut: 1. Stadium 0 Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau rektum, disebut juga Carsinoma in situ 2. Stadium I



Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau ketiga (submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum tetapi belum menyebar keluar dari dinding kolon/rektum, disebut juga Dukes A Rectal Cancer 3. Stadium II Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari dinding usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar pada kelenjar getah bening, disebut juga Dukes B Rectal Cancer 4. Stadium III Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi belum pada organ tubuh lainnya, disebut juga Dukes C Rectal Cancer 5. Stadium IV Kanker telah menyebar pada organ tubuh lain seperti hati, liver dan paru disebut juga Dukes D Rectal Cancer Stadium diskripsi kanker



Stadium T1



Deskripsi Massa polypoid Intraluminal; tidak ada penebalan pada dinding



T2



rectum Penebalan dinding rectum >6 mm; tidak ada perluasan ke perirectal



T3a



Penebalan dinding rectum dan invasi ke otot dan organ yang



T3b



berdekatan Penebalan dinding rectum dan invasi ke pelvic atau dinding



T4



abdominal Metastasis jauh, biasanya ke liver atau adrena



D. Tanda dan Gejala Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah (Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2018): a.



Perubahan kebiasaan defekasi



b.



Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua



c.



Gejala anemi tanpa diketahui penyebabnya



d.



Anoreksia



e.



Penurunan berat badan tanpa alasan



f.



Keletihan



g.



Mual dan muntah-muntah



h.



Usus besar terasa tidak kososng seluruhnya setelah BAB



i.



Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)



j.



Perut sering terasa kembung atau keram perut



k.



Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya konstipasi), serta feses berdarah.



E. Patofisiologi Kanker kolon dan rectum terutama adenokarsinoma muncul dari lapisan epitel usus. Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh lainnya (paling sering menyebar ke hati). Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan pada struktur dan fungsi sel menjadi sel yang bersifat otonom dan maligna. Trasformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses selular yaitu inisiasi, promosi, dan progresi (Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2018), yaitu: a. Inisiasi (Carcinogen) Pada tahap ini terjadi perubahan dalam bahan genetik sel yang memicu sel menjadi ganas. Perubahan ini disebabkan oleh status karsinogen berupa bahan kimia, virus, radiasi atau sinar matahari yang berperan sebagai inisiator dan bereaksi dengan DNA yang menyebabkan DNA pecah dan mengalami hambatan perbaikan DNA. b. Promosi (Co-carcinogen) Pemajanan berulang terhadap agen menyebabkan ekspresi



informasi



abnormal. Pada tahap ini suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Tahap promosi merupakan hasil interaksi antara faktor kedua dengan sel yang terinisiasi pada tahap sebelumnya. Faktor kedua sebagai agen penyebabnya disebut complete carcinogen karena melengkapi tahap inisiasi dengan tahap promosi. Agen promosi bekerja dengan mengubah informasi genetik dalam sel, meningkatkan sintesis DNA, meningkatkan salinan pasangan gen dan merubah pola komunikasi antarsel. c. Progresi (Complete Carcinogen ) Pada tahapan ini merupakan tahap akhir dari terbentuknya sel kanker atau karsinogenesis. Sel-sel yang mengalami perubahan bentuk selama inisiasi dan promosi kini melakukan perilaku maligna. Sel-sel ini sekarang menampakkan suatu kecenderungan untuk menginvasi jaringan yang berdekatan (bermetastasis).



Pathway



F. Pemeriksaan penunjang 1. Fecal occult blood test, pemeriksaan darah samar feses di bawah mikroskop 2. Colok dubur (rectal toucher) ditemukan darah dan lendir, tonus sfingter ani keras/lembek, mukosa kasar, kaku biasanya dapat digeser, ampula rectum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba atau tidak. 3. Barium enema, pemeriksaan serial sinar x pada saluran cerna bagian bawah, sebelumnya pasien diberikan cairan barium ke dalam rektum 4. Endoskopi



(protoskopi,



sigmoidoscopy



atau



colonoscopy),



dengan



menggunakan teropong, melihat gambaran rektum dan sigmoid adanya polip atau daerah abnormal lainnya dalam layar monitor. 5. Biopsi, tindakan pengambilan sel atau jaringan abnormal dan dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi matastase dan menilai reseklabilitas. 6. CEA (carcinoembryogenic antigen), ditemukannya glikoprotein di membran



sel pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. CEA digunakan sebagai prediktor pada prognsis postoperative dan untuk deteksi kekambuhan mengikuti pemotongan pembedahan. 7. Digital rectal examination (DRE), dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining awal. Pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum, tumor akan teraba keras dan menggaung. 8. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat meninggi, indikasi telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya meliputi serum protein, kalsium, dan kreatinin. 9. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada tidaknya dan lokasi tumor. 10. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI), atau pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah mengenai organ lain melalui perluasan langsung atau dari metastase tumor. 11. Whole-body PET Scan Imaging. Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik yang paling akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal rekuren (yang timbul kembali). 12. Pemeriksaan DNA Tinja.



G. Penatalaksanaan 1. Pembedahan Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan pembedahan. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2018): a. Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan pembuluh darah, dan nodus limfatik) b. Reseksi



abdominoperineal



dengan



kolostomi



sigmoid



permanen



(pengangkatan tumor dan prosi sigmoid dan semua rectum serta sfingkter anal) c. Kolostomi sementara diikuti reanastomosis reseksi segmental dan anastomisis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi) d. Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi) 2. Kemoterapi



Kemoterapi bertujuan untuk menurunkan metastasis dan mengontrol manifestasi. Terapi standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan. 5-FU merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki respon. 3. Radioterapi Pada Ca stadium II dan III lanjut, radiasi dapat mengecilkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan. Radioterapi dapat menjadi terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat melalui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu.



KONSEP ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 



DATA DEMOGRAFI



Mencakup identitas pasien dan penanggung jawab, mulai dari: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, dan lain-lain. 



RIWAYAT KESEHATAN -



Keluhan Utama : Klien Dengan Kanker Rektum biasanya mengeluh Nyeri Perut Di kuadram Bawah.



-



Riwayat



Kesehatan



Sekarang:



DS:Klien



biasanya



mengeluh



Konstipasi,anemia dan pendarahan rektal. -



Riwayat Kesehatan Dahulu: Klien dengan Kanker Rektum biasanya pola nutrisi yaitu rendah serat.



-



Riwayat Kesehatan Keluarga: klien dengan kanker rectum biasanya tidak dari keturunan







POLA AKTIVITAS SEHARI HARI -



Aktivitas/istirahat



-



Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.







POLA ELIMINASI : -



Eliminasi



-



Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan di rumah. Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat



dilakukan



pemeriksaan fisik dengan observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces. Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.







POLA MAKAN DAN MINUM -



Makanan/cairan Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun. Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema







KEBERSIHAN DIRI/ PERSONAL HYGIENE -



Meliputi pemeliharaan badan, pemeliharaan gigi dan mulut, dan pemeliharaan kuku







DATA PSIKOSIAL -



Interaksi sosial



Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau bantuan) -



Masalah tentang fungsi/ tanggungjawab peran penyuluhan/pembelajaran.



Gejala: Riwayat kanker pada keluarga. Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik. -



Riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan.







DATA SPIRITUAL -



meliputi ketaatan beribadah, keyakinan terhadap sehat/ sakit , keyakinan terhadap penyembuhan







PEMERIKSAAN FISIK -



Keadaan



umum



Composmentis/ koma, dll -



TTV ( Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan Suhu)



-



Inspeksi Dan Palpasi



1. Mukosa Mulut Normalnya warna merah muda, simetris,lembab , tanpa lesi. 2. Observasi Kebersihan Gigi Warna, kebersihan. Patah, nyeri, gigi yang tidak teratur, perdarahan atau radang gusi. 3. Inspeksi Tenggorokan



Gunakan spatel lidah, pen light untuk melihat tonsil, warna dan adanya pembesaran (catat jika ada bau khas). Tes rasa untuk mengetahui nervus VII dan IX dengan gula, garam atau lemon. 4. Pemeriksaan Abdomen -



Palpasi



: Untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat



-



Auskultasi



: Bising usus



-



Inspeksi



: Specimen terhadap karakter dan adanya darah



5. Pernapasan Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok). Pemajanan asbes. B. Diagnosis Keperawatan 1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen infiltrasi tumor 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient 3. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi akibat tumor 4. Kurang



pengetahuan



mengenai



penyakit



dan



prosedur



pembedahan



berhubungan dengan kurang paparan informasi 5. Risiko infeksi. 6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan (kolostomi) dan adanya stoma 7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional



C. Intervensi No.



Diagnosa Keperawatan



Tujuan



dan



Kriteria



Intervensi



Hasil NOC 1.



NIC



Nyeri kronis berhubungan



Setelah diberikan asuhan keperawatan selama…..x



Pain management



dengan agen cedera biologis



24 jam diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol,



1. Lakukan pengkajian yang komprehensif terhadap nyeri,



dengan kriteria hasil:



meliputi lokasi, karasteristik, onset/durasi, frekuensi,



NOC



kualitas, intensitas nyeri, serta faktor-faktor yang dapat memicu nyeri.



Pain level :



2. Observasi tanda-tanda non verbal atau isyarat dari



a. Klien tidak melaporkan adanya nyeri b. Klien tidak



menunjukkan



ekspresi



wajah



3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik dalam mengkaji



terhadap nyeri



pengalaman nyeri dan menyampaikan penerimaan



c. TD, Nadi dan RR dalam batas normal



terhadap respon klien terhadap nyeri.



Pain Control



4. Kaji tanda-tanda vital klien



a.



Klien melaporkan nyeri terkontrol



b.



Klien



dapat



ketidaknyamanan.



mengontrol



nyerinya



5. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menyebabkan dengan



menggunakan teknik manajemen nyeri non farmakologis.



ketidaknyamanan, seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. 6. Ajarkan



prinsip-prinsip



manajemen



nyeri



non



farmakologi, (mis: teknik terapi musik, distraksi, guided imagery, masase dll). 2.



Ketidakseimbangan nutrisi



Setelah diberikan asuhan keperawatan … x 24 jam



7. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai indikasi. Nutrition Therapy:



kurang dari kebutuhan tubuh



diharpkan pemenuhan nutrisi adekuat, dengan



berhubungan



kriteria hasil:



dengan



ketidakmampuan mengabsorpsi NOC nutrient



Nutrition Status a. Masukan nutrisi adekuat b. Masukan makanan dalam batas normal c. Berat badan meningkat atau tetap



1. Kaji status nutrisi klien 2. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung kebutuhan kalori harian. 3. Tentukan jenis makanan yang cocok dengan tetap mempertimbangkan aspek agama dan budaya klien.. 4. Anjurkan untuk menggunakan suplemen nutrisi sesuai indikasi. 5. Jaga kebersihan mulut, ajarkan oral higiene pada



Nausea and vomiting severity a. Klien mengatakan tidak ada mual



klien/keluarga. 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah



b. Klien mengatakan tidak muntah



kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk



c. Tidak ada peningkatan sekresi saliva



memenuhi kebutuhan nutrisi.



Appetite (nafsu makan) a. Keinginan klien untuk makan meningkat



Weight management: 1. Timbang berat badan klien secara teratur.



b. Intake makanan adekuat (porsi makan yang 2. Diskusikan dengan keluarga klien hal-hal yang disediakan habis)



menyebabkan penurunan berat badan. 3. Pantau konsumsi kalori harian. 4. Pantau hasil laboratorium, seperti kadar serum albumin, dan elektrolit. 5. Tentukan makanan kesukaan, rasa, dan temperatur



makanan.. 6. Anjurkan penggunaan suplemen penambah nafsu makan. Nausea management: 1. Dorong klien untuk mempelajari strategi untuk memanajemen mual 2. Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, factor frekuensi, presipitasi yang menyebabkan mual. 3. Kaji riwayat diet meliputi makanan yang tidak disukai, disukai, dan budaya makan. 4. Kontrol lingkungan sekitar yang menyebabkan mual. 5. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi mual (relaksasi, guide imagery, distraksi). 6. Dukung istirahat dan tidur yang adekuat untuk meringankan nausea. 7. Ajarkan untuk melakukan oral hygine untuk mendukung kenyaman dan mengurangi rasa mual. 8. Anjurkan untuk makan sedikit demi sedikit. 9. Pantau masukan nutrisi sesuai kebutuhan kalori. 3. Konstipasi berhubungan



Setelah diberikan askep selama …. X 24 jam



Bowel Management



dengan obstruksi akibat tumor



diharapkan eliminasi fekal klien normal, dengan



1.



kriteria hasil : NOC



jumlah 2.



pasien



3.



Kolaborasi pemberian obat suposituria sesuai indikasi



4.



Anjurkan pasien untuk tidak menahan-nahan keinginan untuk BAB



b. Feses klien lembek dan berbentuk c. Tidak ada kesulitan defekasi



5.



8



Ansietas berhubungan dengan krisis situasional



diharapakan klien ansietas dapat teratasi tujuan dan criteria hasil



6. Anjurkan klien untuk tidak mengejan NIC Anxiety Reduction 1.



NOC Anxiety Control 1. Tidur nyenyak 2. Tidak ada manifestasi perilaku 3. Mencari informasi untuk mengurangi cemas 4. Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi cemas 5. Berinteraksi sosial



Anjurkan pasien untuk meningkatkan hidrasi, terutama air hangat merangsang proses defekasi.



d. Tidak ada darah dalam feses e. Tidak ada nyeri saat BAB Setelah diberikan asuhan keperawatan .. x24 jam



Ajarkan pasien untuk mengonsumsi makanan yang mengandung serat seperi pepaya



Bowel elimination: a. Frekuensi BAB kembali sesuai kebiasaan



Catat waktu terakhir pasien BAB, konsistensi, warna,



Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang mungkin dialami



2.



Berikan objek yang dapat memberikan rasa nyaman



3.



Berbicara dengan pelan dan tenang



4.



Membina hubungan saling percaya



5.



Dengarkan penuh perhatian



6.



Ciptakan suasana saling percaya



7.



Dorong perasaannya



klien



dan



keluarga mengungkapkan



8.



Berikan aktivitas mengurangi ketegangan



9.



Anjurkan menggunakan teknik relaksasi



10. Berikan lingkungan yang tenang 11. Batasi pengunjung



DAFTAR RUJUKAN Brunner & Suddarth. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Vol. 2. Jakarta:EGC Mansjoer, A. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nurarif, Amin., dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediAction. Price & Wilson. 2017. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta:EGC. Tim Pokja SDKI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.