LP Cairan Dan Elektrolit Sdki [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANG MELATI RSUD MAJENANG



Disusun Oleh: RINI ARI RAMDHANI NIM: A32020203



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2020



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN



1. Pengertian Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006). Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasikan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan Dan elektrolit sangat diperlukan dalam ranga menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler, termasuk plasma darah dan cairan transeluler (Anonim 2010). Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah substansi yang menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negative dan diukur dengan kapasitasnnya untuk saling berikatan satu sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation adalah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na+ ), sedangkan kation intrasesuler adalah kalium (K+ ). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. (Abdul 2008). Cairan tubuh merupakan faktor penting dalam berbagai proses fisiologis dalam tubuh. Dapat dikatakan bahwa kemampuan untuk dapat bertahan hidup sangat tergantung dari cairan yang terdapat dalam tubuh. Oleh karena itu maka tubuh selalu



mempertahankan jumlah cairan tubuh dalam keadaan seimbang yang disebut homeostatis. 2. Etiologi Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit a. Usia Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anakanak  juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orangdewasa. Kehilangan   cairan dapat



terjadi



akibat



pengeluaran



cairan



yang



besar



dari



kulit



dan



pernapasan.   Pada lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh  masalah jantung atau gangguan ginjal. b. Aktivitas Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini  mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah  cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak   disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat. c. Iklim Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas   tidak   akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam   situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak disadari (insensible water loss/IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bersuhu tinggi atau didaerah deangan kelembaban yang rendah akan lebih sering mengalami   kehilangan  cairandan elektrolit.



Demikian pula  pada orang yang bekerja berat di  lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litersehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa  berada di lingkungan  panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam. d. Diet Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan    maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih  dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin. e. Stress Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormon antidiuritik yang dapat mengurangi produksi urin. f. Penyakit Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel   atau jaringan yang rusak (mis. luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita    diare  juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga  dapat   menyebabkan      ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan melakukan   penimbunan   cairan   dan   natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urin akan   dikeluarkan dalam jumlah



yang



cukup  untuk



menyeimbangkan



cairan



dan



elektrolit   serta   kadar   asam   dan   basa   dalam   tubuh. Apabila   asupan   cairan   banyak,  ginjal   akan



memfiltrasi



cairan



lebih



banyak dan menahan ADH sehingga produksi urin akan  meningkat. Sebaliknya,



dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan      produksi urin dengan



berbagi



cara.



Diantaranya



peningkatan



reapsorpsi



tubulus,



retensi  natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal   untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis. gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urin kurang dari  40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urin kurang dari  200 ml/ 24 jam). g. Tindakan Medis Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan  elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium. h. Pengobatan Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat   menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defisit   cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretik menyebabkan kehilangan natrium sehingga    kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh. i. Pembedahan Klien



yang



menjalani



pembedahan



beresiko  tinggi



mengalami



ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama periode operasi, sedangkan    beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban



cairan  akibat



asupan



cairan   berlebih



melalui



intravena



selama



pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia. j. Kondisi sakit Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh misalnya : 1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. 2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.



3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan



intake



cairan



karena



kehilangan



kemampuan



untuk



memenuhinya secara mandiri. 3. Batasan Karakteristik a. Hipervolemia 1) Gejala dan Tanda Mayor a) Ortopnea b) Dispnea c) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) d) Edema anasarka atau edema perifer e) Berat badan meningkat dalam waktu singkat f) Jugular Venous Pressure (JVP) dan cental Venous Pressure (CVP) meningkat g) Refleks hepatojugular positif 2) Gejala dan Tanda Minor a) Distensi vena jugularis b) Terdengar suara nafas tambahan c) Hepatomegali d) Kadar Hb/Ht e) Oliguria f) Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif) g) Kongesti paru b. Hipovolemia 1) Gejala dan Tanda Mayor a) Frekuensi nadi meningkat b) Nadi teraba lemah c) Tekanan nadi menyempit d) Turgor kulit menurun e) Membran mukosa kering f) Volume urin menurun g) Hematrokit meningkat



2) Gejala dan Tanda Minor a) Merasa lemah b) Mengeluh haus c) Pengisian vena menurun d) Status mental berubah e) Suhu tubuh meningkat f) Konsentrasi urin meningkat g) Berat badan turun tiba-tiba c. Resiko Hipovolemia 1) Faktor Resiko a) Kehilangan cairan secara aktif b) Gangguan absobsi cairan c) Usia lanjut d) Kelebihan berat badan e) Status hipermetabolik f) Kegagalan mekanisme regulasi g) Evaporasi h) Kekurangan intake cairan i) Efek agen farmakologis 2) Kondisi Klinis terkait a) Penyakit Addison b) Trauma/ perdaharahan c) Luka bakar d) AIDS e) Penyakit Crohn f) Muntah g) Diare h) Kolitis Ulseratif



d. Resiko Ketidakseimbangan Cairan 1) Faktor resiko a) Prosedur pembedahan mayor b) Trauma/ perdarahan c) Luka bakar d) Aferesis e) Ascites f) Obstruksi intestinal g) Peradangan pankreas h) Penyakit ginjaldan kelenjar i) Disfungsi intestinal 2) Kondisi klinis terkait a) Prosedur pembedahan mayor b) Penyakit ginjal dan kelenjar c) Perdarahan d) Luka bakar 4. Fokus Pengkajian a. Riwayat Keperawatan Faktor yang menyebabkan adanya penurunan terhadap kebutuhan cairan harian, diantaranya: 1) Hipotermi. 2) Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi. 3) Oliguria atau anuria. 4) Hampir tidak ada aktivitas. 5) Retensi cairan misal gagal jantung. b. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan elektrolit serum Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat. 2) Pemeriksaan darah lengkap



Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit (Ht). Ht naik



: adanya dehidrasi berat dan gejala syok.



Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik. Hb naik



: adanya hemokonsentrasi



Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik. 3) pH dan berat jenis urine Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030



5. Patofiologi & Patways Keperawatan



Faktor Fisiologis



Faktor Perkembangan



a. Riwayat penyakit yang berhubungan b. Rasa dahaga c. Anti diuretic hormone d. Aldosteron e. Prostaglandin f. Glukokortikoid g. Organ pengeluaran (ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal)



a. b. c. d.



Bayi Anak-anak Remaja Dewasa muda dan pertengahan e. Lansia



Faktor Perilaku



a. Strees b. Aktifitas tubuh c. Gaya hidup d. Diet



Faktor Lingkungan



a. Temperatur lingkungan



Gangguan Pemenuhan Cairan Dan Elektrolit



HIPOVOLEMIA



HIPERVOLEMIA



6. Masalah keperawatan a. Hipovolemia b. Hipervolemia c. Resiko Hipovolemia d. Resiko ketidakseimbangan volume cairan



Resiko Hipovolemia



Resiko Ketidakseimbangan Volume Cairan



7. Intervensi Keperawatan



No. DX



1



Diagnosa Keperawatan



Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil



Rencana Tindakan



(SDKI)



( SLKI )



(SIKI )



Hipovolemia



Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. jam Status Cairan ( L.03028) Ekspektasi : Membaik



Kekuatan Nadi Turgor Kulit Output Urine Pengisian Vena



Ortopnea Dispnea Paroxymal nocturnal Dipsnea (PND) Edema Anasarka Edema Perifer Berat Badan Distensi vena jugularis



Menurun



Cukup Menurun



Sedang



Cukup meningkat



1 1 1 1



2 2 2 2



3 3 3 3



4 4 4 4



Meningkat



Cukup Meningkat



Sedang



Cukup menurunt



1 1



2 2



3 3



4 4



1



2



3



4



1 1 1



2 2 2



3 3 3



4 4 4



1



2



3



4



x 24 Manajemen Hipovolemia :  Observasi - Periksa tanda dan gejala hipovolemik - Monitor intake dan output Meningkat cairan  Terapeutik 5 5 - Hitung kebutuhan cairan 5 - Beri posisi modified 5 Trendelenbrug Menurun - Beri asupan cairan  Edukasi 5 - Anjurkan memperbanyak 5 asupan cairan oral 5 - Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak 5  Kolaborasi 5 - Kolaborasi pemberian cairan 5 IV isotonis 5 - Kolaborasi pemberian cairan



Suara nafas tambahan Kongesti paru Perasaan Lemah Keluhan haus Konsentrasi urine



Frekuensi Nadi Tekanan darah Tekanan nadi Membran mukosa Jugular Venous Pressure (JVP) Kadar Hb Kadar Ht Cental Venous Pressure Refuks hepatojugular Hepatomegali Oliguria Intake cairan Status mental Suhu Tubuh



1



2



3



4



5



1 1



2 2



3 3



4 4



5 5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



Memburuk



Cukup Memburuk



Sedang



Cukup Membaik



Membaik



1 1 1



2 2 2



3 3 3



4 4 4



5 5 5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1 1



2 2



3 3



4 4



5 5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1 1 1 1 1



2 2 2 2 2



3 3 3 3 3



4 4 4 4 4



5 5 5 5 5



IV hipotonis - Kolaborasi pemberian cairan koloid - Kolaborasi pemberian produk darah



2



Hipervolemia



Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. jam Keseimbangan Cairan ( L.05020 ) Ekspetasi : Meningkat



Asupan Cairan Keluaran Cairan Kelembaban membran mukosa Asupan Makanan



Edema Dehidrasi Ascites Konfusi



Tekanan darah Denyut nadi radial Tekanan arteri rata-rata Membran mukosa Mata cekung Turgor Kulit Berat badan



x 24



Menurun



Cukup Menurun



Sedang



Cukup meningkat



Meningkat



1 1



2 2



3 3



4 4



5 5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



Meningkat



Cukup Meningkat



Sedang



Cukup menurunt



Menurun



1 1 1 1



2 2 2 2



3 3 3 3



4 4 4 4



5 5 5 5



Memburuk



Cukup Memburuk



Sedang



Cukup Membaik



Membaik



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1 1 1



2 2 2



3 3 3



4 4 4



5 5 5



Manajemen Hipervolemia :  Observasi - Periksa tanda dan gejala hipervolemia - Identifikasi penyebab hipervolemia - Monitor status hemodinamik - Monitor intake dan output cairan - Monitor tanda hemokonsentrasi - Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma - Monitor kecepatan infus secara ketat - Monitor efek samping diuretik  Terapeutik - Timbang BB setiap hari pada waktu yang sama - Batasi asupan cairan dan garam - Tinggikan kepala tempat 3040⁰  Edukasi - Ajarkan melapor jika haluaran urin 1 kg sehari - Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan - Ajarkan cara membatasi cairan  Kolaborasi - Kolaborasi pemberian diuretik - Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik - Kolaborasi pemberian continuous renal replacement theraphy (CRRT), jika perlu Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. x 24 Manajemen Hipovolemia : jam  Observasi Status Cairan ( L.03028 ) - Periksa tanda dan gejala Ekspetasi : Membaik hipovolemik Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat - Monitor intake dan output Menurun meningkat cairan Kekuatan nadi 1 2 3 4 5 Turgor Kulit 1 2 3 4 5  Terapeutik Output urine 1 2 3 4 5 - Hitung kebutuhan cairan Pengisian Vena 1 2 3 4 5 - Beri posisi modified Trendelenbrug Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Meningkat menurunt - Beri asupan cairan Ortopnea 1 2 3 4 5  Edukasi Dispnea 1 2 3 4 5 - Anjurkan memperbanyak Paroxysmal asupan cairan oral Nocturnal 1 2 3 4 5 Dyspnea (PND)



Oedema anasarka Edema perifer Berat badan Distensi vena jugularis Suara nafas tambahan Kongesti paru Perasaan lemah Keluhan haus Konsentrasi urine



Frekuensi nadi Tekanan darah Tekanan nadi Membran mukosa Jugular venous presure (JVP) Kadar Hb Kadar Ht Cetral Venous Presure (CVP) Refluks heptojugular Berat badan Hepatomegali Oliguria Intake Cairan Status mental



1



2



3



4



5



1 1



2 2



3 3



4 4



5 5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1 1 1



2 2 2



3 3 3



4 4 4



5 5 5



1



2



3



4



5



Memburuk



Cukup Memburuk



Sedang



Cukup Membaik



Membaik



1 1 1



2 2 2



3 3 3



4 4 4



5 5 5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1 1



2 2



3 3



4 4



5 5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1 1 1 1 1



2 2 2 2 2



3 3 3 3 3



4 4 4 4 4



5 5 5 5 5



- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak  Kolaborasi - Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis - Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis - Kolaborasi pemberian cairan koloid - Kolaborasi pemberian produk darah



Suhu Tubuh



Resiko ketidakseimbangan volume cairan



1



2



3



4



Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. jam Keseimbangan Cairan ( L.05020 ) Ekspetasi : Meningkat



Asupan Cairan Keluaran Cairan Kelembaban membran mukosa Asupan Makanan



Edema Dehidrasi Ascites Konfusi



Tekanan darah Denyut nadi radial Tekanan arteri rata-rata Membran mukosa Mata cekung Turgor Kulit



5



x 24



Menurun



Cukup Menurun



Sedang



Cukup meningkat



Meningkat



1 1



2 2



3 3



4 4



5 5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



Meningkat



Cukup Meningkat



Sedang



Cukup menurunt



Menurun



1 1 1 1



2 2 2 2



3 3 3 3



4 4 4 4



5 5 5 5



Memburuk



Cukup Memburuk



Sedang



Cukup Membaik



Membaik



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1 1



2 2



3 3



4 4



5 5



Manajeman Cairan :  Observasi - Monitor status hidrasi - Monitor berat badan harian - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium - Monitor status hemodinamik  Terapeutik - Catat intake – output dan hitungan balance cairan 24 jam - Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan - Berikan cairan intravena, jika perlu  Kolaborasi - Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu



Berat badan



1



2



3



4



5



Daftar Pustaka Alimut, Hidayat A. Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Sabmba Medika. Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC Nurarif,



Amin



Huda,



Hardhi



Kusuma.



2013.



Aplikasi



Asuhan



Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC. Yogyakarta : Media Action Publishing Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC Tarwoto & Wartonah.2010.Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi 4.Salemba Medika : Jakarta. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.



Jakarta :Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat



Nasional Indonesia Carpenito, Lynda Juall. (2015).Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC. Doenges, Moorhouse, Geissler. (2015). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Harnawatiaj.(2008).



Keseimbangan



Cairan



dan



Elektrolit.



http://wordpress.com. Diakses 15 Mei 2017. Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC. Faqih, Moh. Ubaidillah. (2009). Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia. http://www.scribd.com. Diakses 15 Mei 2017. Perry dan Potter. (2015). Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St. Louis



DAFTAR PUSTAKA Harnawatiaj.(2008).



Keseimbangan



Cairan



dan



Elektrolit.



http://wordpress.com. Diakses 15 Mei 2017 https://www.updateinfoo.com/2020/04/Makalah-Keseimbangan-CairanDan-Elektrolit-Dalam-Tubuh-Manusia.html



Anonim.(2010). Pedoman Penelitian Kualitatif . [Online]. Tersedia: http://waskitamandiribk.wordpress.com/2010/06/29/pedomanpenelitian-kualitatif-studi-kasus/. [27 Juli 2012]