LP Close Fraktur Femur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN CLOSE FRAKTUR FEMUR STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II



Oleh :



SUNDARI 1814401110021



PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2020/2021



LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Nama



: Sundari



NPM



: 1814401110021



Ruangan/Rumah Sakit



: Orthopedi/RSUD Ulin Banjarmasin



Judul Laporan Pendahuluan : Laporan Pendahuluan Pneumothorax Judul Asuhan Keperawatan



: Asuhan Keperawatan Pada An. P.S dengan Close Fraktur Femur di RSUD Ulin Banjarmasin



Telah menyelesaikan semua laporan PKK Stase Keperawatan Medikal Bedah di ruangan tersebut. Banjarmasin, 13 Maret 2021 Mahasiswa



(Sundari) Mengesahkan Pembimbing Klinik



Pembimbing Akademik



Abdul Wahab, S.Kep.,Ns



Dessy Hadrianti, Ns.,M.Kep



NIP.



NIK.



LAPORAN PENDAHULUAN CLOSE FRAKTUR FEMUR 1. Anatomi & Fisiologis



Gambar Anatomi (Wijaya & Putri, 2013 )



Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya : a. Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.



b. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat. c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang concellous. d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek. e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut) (Wijaya & Putri, 2013 ). 2. Definisi Fraktur atau yang seringkali disebut dengan pataha tulang, adalah sebuah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Wijaya & Putri, 2013 ). Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2014). Fraktur tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh tanpa komplikasi Wahid (2013). Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpuan bahwa close fraktur femur merupakan hilangnya kekuatan otot yang disebabkan oleh trauma langsung pada paha. 3. Etiologi a. Peristiwa Trauma Tunggal Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan seperti : 1) pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral 2) penekukan



(trauma



angulasi



atau



langsung)



yang



dapat



menyebabkan fraktur melintang 3) penekukan dan penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi disertai fragmen kupukupu berbentuk segitiga yang terpisah, 4) kombinasi dari pemuntiran, penekukan, dan penekanan yang menyebabkan fraktur obliq pendek



5) penarikan dimana tendon atau ligament benar-benar menarik tulang sampai terpisah b. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik) Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya : pada penyakit paget) (Helmi, 2014). 4. Patofisiologi & Pathway Gambar Pathway ( Helmi 2014 )



Fraktur disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena adanya traumatik pada tulang. Tulang yang telah melemah oleh kondisi sebelumnya terjadi pada fraktur patologis (Helmi, 2014). Patah tulang tertutup atau terbuka akan mengenai



serabut syaraf yang akan menimbulkan rasa nyeri. Selain itu fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontunuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2010), tulang tidak mampu digerakkan sehingga mobilitas fisik terganggu. Intervensi medis dengan penatalaksanaan pembedahan menimbulkan luka insisi yang menjadi pintu masuknya orgganisme pathogen serta akan menimbulkan masalah resiko tinggi infeksi pasca bedah, nyeri akibat trauma jaringan lunak (Muttaqin, 2012). 5. Manifestasi Klinis a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit (Hadi Purwanto, 2016) 6. Pemeriksaan Penunjang a. X-ray : untuk menentukan luas / lokasi fraktur b. Scan tulang untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak c. Arteriogram, dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler d. Hitung darah lengkap, homokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan : peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan e. Kreatinin : trauma otot meningkat beban kratinin untuk klirens ginjal f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau cedera hati (Wijaya & Putri, 2013) 7. Penatalaksaan (Medis & Keperawatan) Penatalaksanaan menurut muttaqin (2012) : a. Penatalaksanaan konservatif 1) Proteksi adalah proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah. 2) Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai



eksterna



hanya



memberikan



imobilisasi.



Biasanya



menggunakan gips atau macam-macam bidai dari plastik atau metal. 3) Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi eksterna dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local. 4) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai tujuan umum, yaitu beberapa reduksi yang bertahap dan imobilisasi. b. Penatalaksanaan pembedahan Penatalaksanaan ini sangatlah penting diketaui oleh perawat, jika ada keputusan klien diindikasikan untuk menjalani pembedahan, perawat mulai berperan dalam asuhan keperawatan tersebut : 1) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal perkuatan atau K-Wire 2) Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang yaitu : 



Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atau reduksi terbuka dengan fiksasi internal. Orif akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan untuk memasukan paku, scrup atau pen kedalam tempat fraktur unruk mengfiksasi bagian tulang pada fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang tua.







Open Reduction Terbuka dengan fiksasi eksternal. Tindakan ini merupakan pilihan sebagian bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal dapat menggunakan konselosascrew atau dengan metilmetaklirat (akrilik gigi) atau fiksasi eksterna dengan jenisjenis lain seperti gips



Penatalaksanaan keperawatan menurut (Smeltzer, 2015) adalah sebagai berikut: Penatalaksanaan fraktur tertutup 



Informasikan pasien mengenai metode pengontrolan edema dan nyeri yang tepat (mis, meninggikan ekstremitas setinggi jantung, menggunakan analgesik sesuai resep)







Ajarkan latihan latihan untuk mempertahankan kesehatan otot yang tidak terganggu dan memperkuat otot yang diperlukan untuk



berpindah tempat dan untuk menggunakan alat bantu (mis, tongkat, alat bantu berjalan atau walker) 



Ajarkan pasien tentang cara menggunakan alat bantu dengan aman.







Alat bantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka sesuai kebutuhan dan mencari bantuan personal jika diperlukan







Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai perawatan dir, informasi, medikasi, pemantauan kemungkinan komplikasi, dan perlunya supervisi layanan kesehatan yang berkelanjutan.



8. Komplikasi a. komplikasi awal 1) kerusakan arteri Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi, CET (capillary, refill time) menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma melebar, dan dinding pada ekstermitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. 2) syndrome kompartemen syndrome kompartemen merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang , saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari luar seperti gips atau pembebatan yang terlalu kuat. 3) Fat embolis syndrome Adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena selsel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning msuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Hal tersebut ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, takipnea, dan demam. 4) Avaskuler nekrosis Terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s ischemia. 5) Infeksi System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma arthopedi infeksi dimulai dari kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga Karenna penggunaan bahan lain pembedahan seperti pin an plate



6) Syok Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas



kapiler



yang



bisa menyebabkan



menurunya



oksigenasi. b. Komplikasi dalam waktu lama 1) Delayed Union Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke tulang menurun. Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan untuk angggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah) 2) Non union Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 69 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang keluar 3) Mal union Penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan remobilisasi yang baik (M. Clevo Rendy, 2012). 9. Tinjauan Teoritis a. Pengkajian 1) Anamnesis Identitas klien, meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), dan diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah rasa nyeri yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap mengenai rasa nyeri klien, perawat dapat menggunakan PQRST. Provoking Incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah trauma pada bagian paha. Quality of pain : klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk, tumpul atau tersayat. Region, radiation, relief : nyeri terjadi dibagian paha yang mengalami patah tulang. Nyeri dapat redah dengan imobilisasi atau istrahat.



Severity (scale) of pain : secara subjektif, nyeri yang dirasakan klien antara 2-4 pada rentang skala pengukuran 0-4. Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari. 2) Riwayat penyakit sekarang. Kaji kronologi terjadinya trauma, yang menyebabkan patah tulang paha, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah berobat kedukun patah. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain. 3) Riwayat penyakit dahulu. Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung. 4) Riwayat penyakit keluarga. Penyakit keluarga yang berhubngan dengan patah tulang paha adalah factor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis. 5) Riwayat psikososialspirtual. Kaji respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran keluarga dalam keluarga dan masyarakat, serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan seharihari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. 6) Pemeriksaan Fisik Primery survey 



Airway: Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau obstruksi,







Breathing: memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas teratur, tidak ada dyspnea, tidak ada napas cuping hidung,dan suara napas vesikuler,







Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan darah dibawah normal bila terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan, sianosis, kaji jumlah perdarahan dan lokasi, capillary refill >2 detik apabila ada perdarahan.







Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor



apabila



adanya



diskontinuitas



saraf



yang



berdampak pada medulla spinalis. 



Exposure/Environment: fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi pada wajah dan tangan, memar pada abdomen, perut semakin menegang.



Secondary survey



Fokus Asesment 



Kepala: Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga, dan mulut. Temuan yang dianggap kritis: Pupil tidak simetris, midriasis tidak ada respon terhadap cahaya ? Patah tulang tengkorak (depresi/non depresi, terbuka/tertutup)? Robekan/laserasi pada kulit kepala? Darah, muntahan atau kotoran di dalam mulut? Cairan serebro spinal di telinga atau di hidung? Battle sign dan racoon eyes?







Leher: lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot leher bagian belakang. Temuan yang dianggap kritis: Distensi vena jugularis, deviasi trakea atau tugging, emfisema kulit







Dada: Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otototot asesoris, pergerakan dada, suara paru. Temuan yang dianggap kritis: Luka terbuka, sucking chest wound, Flail chest dengan gerakan dada para doksikal, suara paru hilang atau melemah, gerakan dada sangat lemah dengan pola napas yang tidak adekuat (disertai dengan penggunaaan otot-otot asesoris).







Abdomen: Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang, lakukan auskultasi dan palpasi dan perkusi pada abdomen. Temuan yang dianggap kritis ditekuannya penurunan bising usus, nyeri tekan pada abdomen bunyi dullness.







Pelvis: Daerah pubik, Stabilitas pelvis, Krepitasi dan nyeri tekan. Temuan yang dianggap kritis: Pelvis yang lunak, nyeri tekan dan tidak stabil serta pembengkakan di daerah pubik







Extremitas: ditemukan fraktur terbuka di femur dextra dan luka laserasi pada tangan. Anggota gerak atas dan bawah, denyut nadi, fungsi motorik, fungsi sensorik.Temuan yang dianggap kritis: Nyeri, melemah atau menghilangnya denyut nadi, menurun atau menghilangnya fungsi sensorik dan motorik.







Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi,



pernafasan dan tekanan darah. 



Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian GCS (Glasgow Coma Scale): terjadi penurunan kesadaran pada pasien.



b. Diagnosa Keperawatan Masalah keperawatan utama pada fraktur femur, baik fraktur terbuka maupun tertutup adalah sebagai berikut : 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, spasme otot, gerakan



fragmen



tulang,



edema,



cedera



jaringan



lunak,pemasangan traksi. 2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi). 3) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma,imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive (pemasangan traksi). 4) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, status ekonomi, dan perubahan fungsi peran. c. Intervensi Keperawatan No



Diagnosa



NOC



NIC



Rasional



Keperawatan 1.



Nyeri



akut Setelah



berhubungan



dilakukan 1) Kaji nyeri dengan 1) Nyeri



tindakan keperawatan



skala 0-4



dengan



agen diharapkan



injuri



fisik, berkurang, hilang, atau



imobilisasi



spasme



otot, teratasi.



paha



nyeri 2) Atur Dengan



gerakan fragmen kriteria hasil : tulang, cedera



edema, 1) klien jaringan



lunak,pemasangan traksi.



merupakan



berkurang



atau dapat diatasi, 2) mengidentifikasi aktifitas



respons



pada



subjektif dapat



3) Bantu klien dalam



melaporkan



nyeri



posisi



yang



mengidentifikasi



menggunakan



factor pencetus



skala



4) Jelaskan dan bantu klien terkait dengan



melaporkan



tindakan



nyeri biasanya



pereda



diatas



mengurangi nyeri.



nonfarmakologi



cedera



3) Klien tidak gelisah. 5) Ajarkan atau teratasi.



0-1



nyeri.



Klien



nyeri



nyeri



dikaji



dengan



meningkatkan atau



Skala



yang



tingkat



relaksasi 2) Imobilisasi



nafas dalam



yang



adekuat



6) Ajarkan



metode



dapat



distraksi



selama



mengurangi



nyeri akut



pergerakan



7) Berikan posisi yang nyaman,



misalnya



waktu tidur 8) Tingkatkan



fragmen tulang yang



menjadi



unsur



utama



penyebab nyeri



pengetahuan



pada



tentang sebab-sebab



paha



nyeri



daerah



dan 3) Nyeri



hubungkan dengan



dipengaruhi



beberapa nyeri yang



oleh



akan berlangsung



kecemasan,



9) Kolaborasi dengan



ketegangan,



dokter



suhu,



distensi



kandung kemih, dan



berbaring



lama. 4) Pendekatan dengan menggunakan teknik relaksasi dan nonfarmakologi lainnya efektif dalam mengurangi nyeri 5) Teknik ini akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan pada



o2



jaringan



terpenuhi



dan



nyeri berkurang 6) Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri



ke halhal yang menyenangkan 7) Istrahat merelaksasi semua jaringan sehingga



akan



meningkatkan kenyamanan 8) Dengan pengkajian yang



optimal,



perawat



akan



mendapatkan data



yang



objektif



untuk



mencega kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat 9) Kolaborasi dengan



dokter



membantu mempercepat penyembuhan klien 2.



Hambatan



Setelah



mobilitas



dilakukan 1) Kaji mobilitas yang 1) Mengetahui



fisik tindakan keperawatan



ada dan observasi



tingkat



adanya peningkatan



kemampuan



dengan kerusakan mampu melaksanakan



kerusakan.



klien



rangka



aktivitas fisik sesuai



secara teratur fungsi



melakukan



neuromuscular,



dengan



motorik.



aktivitas.



berhubungan



nyeri,



diharapkan



klien



terapi kemampuannya.



2) Atur



restriktif



Dengan kriteria hasil :



imobilisasi



(imobilisasi).



1) klien



paha



serta



dapat



ikut



dalam 3) Ajarkan



Kaji



dalam



posisi 2) Imobilisasi pada



yang



adekuat



dapat klien



mengurangi



program latihan 2) tidak



melakukan



mengalami



gerak



aktif



kontraktur sendi



ekstermitas



kekuatan



tidak sakit



3)



otot



bertambah,



latihan pada



pergerakan fragmen tulang



yang 3) Gerakan



aktif



memberikan



dan 4) Bantu



klien



melakukan



tindakan



ROM



dan



otot,



meningkatkan



perawatan



diri



memperbaiki



mobilitas.



sesuai toleransi.



fungsi jantung



5) Kolaborasi dengan



dan pernapasan.



ahli



dan



tonus,



klien menunjukkan untuk



latihan



massa,



kekuatan serta



fisioterapi 4) Untuk



untuk latihan fisik



mempertahanka



klien



n



fleksibilitas



sendi



sesuai



kemampuan. 5) Kemampuan mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi 3.



Resiko



infeksi Setelah



dilakukan 1) Kaji



berhubungan



tindakan



dengan



klien



trauma,imunitas



infeksi



tubuh



diharapkan



tidak



terjadi Dengan



kriteria hasil :



prosedur invasive 1) klien



pantau 1) Mendeteksi



luka operasi setiap



secara



hari.



gejala-gejala



selama 2) Lakukan perawatan



primer perawatan.



menurun,



dan



mengenal



(pemasangan



factor-faktor



traksi).



resiko, 2) mengenal tindakan



dini



inflamasi yang



luka secara steril.



mungkin timbul



3) Pantau atau batasi



sekunder akibat



kunjungan. 4) Bantu



adanya



perawatan



diri



luka



pascaoperasi.



dan 2) Teknik



keterbatasan



perawatan luka



pencegahan/mengu



aktivitas



sesuai



secara



rangi factor resiko



toleransi.



Bantu



dapat



infeksi,



program latihan.



steril



mengurangi kontaminasi



3) menunjukan/



5) Berikan



mendemonstrasika n



antibiotik



sesuai indikasi



teknik-teknik



kuman 3) Mengurangi resiko



kontak



untuk



infeksi



dari



meningkatkan



orang lain.



lingkungan



yang



aman.



4) Menunjukan kemampuan secara



umum,



kekuatan otot, 5) Satu



atau



beberapa agens diberikan yang bergantung pada



sifat



pathogen



dan



infeksi terjadi



DAFTAR PUSTAKA



yang



Abd.wahid. (2013). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: CV Sangung Seto. M.Clevo Rendy, Margareth TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam Edisi 1, Nuha Medika : Yogyakarta. Muttaqin, Arif.2011.Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi pada Praktik Klinik Keperawatan.EGC:Jakarta. NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC. Noor Helmi, Z. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. Purwanto, Hadi. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta : Kemenkes Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC Smeltzer, S.C, (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika