LP Dan Askep Iufd Septya Florensa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY DENGAN DIAGNOSA MEDIS POSTPARTUM INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD) DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA



Di Susun Oleh :



SEPTYA FLORENSA (2017.C.09a.0910)



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN 2019/2020



LEMBAR PENGESAHAN Laporan ini disusun oleh: Nama



: Septya Florensa



NIM



: 2017.C.09a.0910



Program studi



: Sarjana Keperawatan



Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.



Dengan Diagnosa Medis Postpartum



Intra Uterine Fetal Death (IUFD) Di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Praktik Pra Klinik Keperawatan III Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.



Asuhan keperawatan ini telah disetujui oleh : Pembimbing Akademik



Ika Paskaria, S.Kep., Ners



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Asuhan Keperawatan di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Praklinik Keperawatan III (PPK III) pada Program Studi S-1 Keperawatan. Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya. 2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya. 3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini. 4. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima kasih. Palangka Raya, Juni 2020



Penulis



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN i KATA PENGANTAR



ii



DAFTAR ISI iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang



1



1.2 Rumusan Masalah2 1.3 Tujuan Penulis



2



1.3.1



Tujuan Umum



2



1.3.2



Tujuan Khusus



2



1.4 Manfaat Penulisan2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Post Partum



3



2.1.1



Definisi



3



2.1.2



Etiologi



3



2.1.3



Manifestasi Klinis 6



2.1.4



Patofisiologi



7



2.1.5



Komplikasi



10



2.1.6



Pemeriksaan Penunjang 11



2.1.7



Penatalaksanaan Medis



12



2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 2.2.1



Pengkajian Keperawatan 13



2.2.2



Diagnosa Keperawatan



2.2.3



Intervensi Keperawatan 17



2.2.4



Implementasi Keperawatan



2.2.5



Evaluasi Keperawatan



12



16 21



21



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN 3.1



3.2



Pengkajian



22



3.1.1 Identitas Klien



22



3.1.2 Identitas Suami



22



3.1.3 Status Kesehatan



22



Pemerikasaan Fisik.........................................................................................................24



3.2.1 Ibu............................................................................................................................24 3.2.2 Bayi..........................................................................................................................25 3.3



Pola Aktivitas Sehari-hari...............................................................................................25



3.4



Aspek Psikososial dan Spiritual......................................................................................25



3.5



Pemerikasaan Penunjang



3.6



Pengobatan......................................................................................................................27



26



3.7 Analisis Data...................................................................................................................28 3.8 Prioritas Masalah............................................................................................................29 3.9



Rencana Keperawatan....................................................................................................30



3.10 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan......................................................................32



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Post partum merupakan masa dimana organ-organ repsroduksi kembali normal atau kembali seperti keadaan tidak hamil dan membutuhkan waktu 6 minggu (Farrer,2011). Periode pada post partum di bagi menjadi 3 periode yaitu : puerpureum dini, intermedial puerperium dan remote pueperium (Mochtar,2010). ibu post partum banyak mengalami perubahan baik pada fisiologis maupun psikologis. Pada perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum ibu mengalami perubahan sistem repsroduksi dimana ibu mengalami proses pengerutan pada uterus setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Sedangkan pada perubahan adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan ke khawatiran pada ibu yang baru melahirkan. Dan hal ini akan berdampak kepada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif (kirana, 2015). Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram ( Kamus istilah kebidanan). Janin bisa juga mati di dalam kandungan, karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Kematian janin diindikasikan oleh adanya fakta setelah terjadi ekspulsi atau ekstraksi, janin tidak bernafas atau menunjukkan tanda-tanda lain dari kehidupan   seperti detak jantung, pulsasi umbilical cord, atau gerakan yang berarti dari otot-otot volunter. Detak jantung tidak termasuk kontraksi transien dari jantung, respirasi tidak termasuk pernafasan yang sangat cepat atau gasping. WHO dan American College of Obstetricians and Gynaecologists telah merekomendasikan bahwa statistik untuk IUFD termasuk di dalamnya hanya kematian janin intra uterine dimana berat janin 500 gr atau lebih, dengan usia kehamilan 22 minggu atau lebih. Tapi tidak semua negara menggunakan pengertian ini, masing-masing negara berhak menetapkan batasan dari pengertian IUFD. Penyebab dari kematian janin intra uterine yang tidak dapat diketahui



sekitar 25-60%, insiden meningkat seiring dengan peningkatan usia kehamilan. Pada beberapa kasus yang penyebabnya teridentifikasi dengan jelas, dapat dibedakan berdasarkan penyebab dari faktor janin, maternal dan patologi dari plasenta. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. dengan diagnosa medis postpartum Intra uterine fetal death (IUFD) di Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka raya ? 1.3 Tujuan 1.3.1



Tujuan Umum Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. dengan diagnosa medis postpartum Intra uterine fetal death (IUFD) di ruang cempaka RSUD dr. Doris sylvanus palangka raya.



1.3.2



Tujuan Khusus Mahasiswa mengetahui dan mampu: 1. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.



dengan postpartum



IUFD. 2. Menyusun dan mentukan prioritas masalah keperawatan pada Ny. dengan postpartum IUFD. 3. Melakukan intervensi keperawatan pada Ny.



dengan postpartum



IUFD. 4. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny. dengan postpartum IUFD. 5. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. dengan postpartum IUFD. 1.4 Manfaat 1.4.1



Manfaat bagi mahasiswa Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang mengalami postpartum IUFD.



1.4.2 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga Pasien dan keluarga mengetahui wawasan dan perawatan yang tepat setelah post partum.



1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan kususnya perawat dalam hal penambah pengetahuan dan perkembangan tentang post partum.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit IUFD 2.1.1 Definisi IUFD (Intra Uterine Fetal Death) merupakan kematian janin yang terjadi tanpa sebab yang jelas, yang mengakibatkan kehamilan tidak sempurna (Uncomplicated Pregnancy). Kematian janin terjadi kira-kira pada 1% kehamilan dan dianggap sebagai kematian janin jika terjadi pada janin yang telah berusia 20 minggu atau lebih, dan bila terjadi pada usia di bawah usia 20 minggu disebut abortus. Sedangkan WHO menyebutkan bahwa yang dinamakan kematian janin adalah kematian yang terjadi bila usia janin 20 minggu dan berat janin waktu lahir diatas 1000 gram. Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram. ( Kamus istilah kebidanan). Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. KJDK / IUFD sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu / sesudah 20 minggu. 2.1.2 Anatomi Fisiologi 1. Alat Reproduksi Internal pada Wanita: 1)



Liang senggama (vagina) adalah liang atau saluran fibromuskuler elastis yang menghubungkan uterus dan vulva, terletak di



antara



saluran



kemih dan liang dubur. Di bagian ujung yang atasnya terletak mulut rahim. Ukuran panjang dinding 8cm dan dinding belakang 10cm bentuk dinding bagian dalamnya berlipat-lipat, disebut rugae sedangkan dinding tengahnya dan bagian yang lebih keras di sebut kolumne rugalum. Lipatan lipatan ini memungkinkan vagina pada persalinan melebar, sesuai fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir. Sedangkan fungsi penting dari vagina adalah saluran keluar untuk mengeluarkan darah haid dan secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama, jalan lahir waktu bersalin, dengan sekretnya yang asam. Vagina merupakan barier untuk menghalangi perjalanan infeksi secara asenderen.



2)



Rahim (uterus) adalah suatu struktur otot yang cukup kuat , bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum dan bagian dalamnya di lapisi oleh mukosa rahim. Uterus berbentuk seperti buah pear atau alpukat yang sedikit gepeng kearah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga atau dindingnya terdiri dari otot otot polos.



3)



Fundus uteri adalah bagian uteri proksimal, disini kedua tubafalopi masuk ke uterus.



4)



Korpusuteri



adalah bagian uterus terbesar pada kehamilan, bagian ini



mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. 5)



Servik uteri terdiri dari pars vaginalis servisis uteri dan pars supra vaginalis servisis uteri



6)



Dinding uterus terdiri dari : endometrium melapisi kavun uteri dan mempunyai arti penting setiap bulan berfungsi dalam siklus haid pada wanita dalam masa produksi, tempat janin tumbuh dan berkembang.



7)



Saluran telur (Tubafalopi) : adalah saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri. Panjangnya 12 sampai 13cm, diameternya 3 sampai 8mm. Fungsi tuba sangat penting yaitu sebagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang di lepaskan saat ovulasi, tempat terjadi pembuhan.



2. Plasenta Plasenta berbentuk bundar dengan diameter 15-20 cm, tebal kira- kira 2,5 cm, berat rata-rata 500gr. Sebelum kelahiran plasenta secara normal terletak pada segmen atas uterus, di depan atas di belakang dinding uterus agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal itu dikarenakan permukaan bagian ataskorpus uteri lebih luas sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.Fungsi plasenta adalah sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritif), sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme (ekskresi), sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2 (respirasi), alat pembentuk hormon dan menyalurkan antibodi ke janin. 2.1.3 Etiologi Penyebab dari kematian janin intra uterin yang tidak dapat diketahui sekitar 25-60%, insiden meningkat seiring dengan peningkatan usia kehamilan. Pada



beberapa kasus yang penyebabnya teridentifikasi dengan jelas, dapat dibedakan berdasarkan penyebab dari faktor janin, maternal dan patologi dari plasenta. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian perinatal : 1. Faktor ibu (high risk mothers) : 1) Status sosial ekonomi yang rendah; 2) Tingkat pendidikan ibu rendah; 3) Umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurangg dari 20 tahun; 4) Paritas pertama dan paritas ke 5 dan lebih 5) Tinggi badan ibu dan berat badan ibu; 6) Kehamilan di luar perkawinan; 7) Kehamilan tanpa pengawasan antenatal; 8) Gangguan gizi dan anemia pada kehamilan; 9) Ibu dengan anamnesis kehamilan dan persalinan sebelumnya yang tidak baik, misalnya kehamilan dan persalinan berakhir dengan kematian janin, kematian bayi yang dini, atau kelahiran bayi berat badan lahir rendah; 10) Riwayat persalinan yang diakhiri dengan tindakan bedah atau yang berlangsung lama; 11) Riwayat kehamilan dan persalinan dengan komplikasi medik, seperti hipertensi dan diabetes; 12) Penyakit lupus eritematosus sistemik pada ibu; 13) Penyakit trombofilia herediter; 14) Riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu; 2. Faktor bayi ( high risk infants) : 1) Kelainan kromosom; 2) Gerakan sangat berlebihan; 3) Cacat bawaan ; 4) Hidrops nonimun; 5) Infeksi virus, bakteri, ataupun protozoa; 6) Trauma lahir; 7) Berat badan lahir (BBL) < 2500 gr; 8) BBL > 4000 gr;



9) Bayi yang dilahirkan dari kehamilan kurang dari 37 minggu dan lebih dari 24 minggu; 10) APGAR kurang dari 7; 11) Bayi yang lahir dengan infeksi intrapartum, trauma kelahiran, atau kelainan kongenital. 3. Faktor plasenta : 1) Solusio plasenta; 2) Infeksi plasenta dan selaput ketuban; 3) Infark plasenta; 4) Perdarahan janin ke ibu. 2.1.4 Klasifikasi Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu : 1) Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh 2) Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu 3) Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan > 28 minggu (late fetal death) 4) Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas. 2.1.5 Patofisiologi Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUFD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan



janin.



Sehingga



pertumbuhan



janin



terhambat



dan



dapat



mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR). Menurut dr Botefilia SpOG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan, antara lain: 1)



Hipertensi atau tekanan darah tinggi



2)



Preeklampsia dan eklampsia



3)



Perdarahan Waspada jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa



(plasenta yang menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Secara tidak langsung ini akan mempengaruhi jumlah HB janin akan turun dan dapat memicu kematian janin. 4)



Kelainan kongenital (bawaan) bayi Yang dapat mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni



akumulasi cairan dalam tubuh janin.Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada dapat menyebabkan hambatan nafas bayi.Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya. 5)



Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin Terutama pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak



A atau B, sedangkan ibu bergolongan darah O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam kandungan darah ibu dan janin akan saling mengalir melewati plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka Ibu akan membentuk zat antibodi. 6)



Janin yang hiperaktif Gerakan janin yang berlebihan, dan hanya pada satu arah saja, dapat



mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan



tali



pusat



tersebut



dapat



membentuk



tali



simpul



yang



mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak.Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul belum dapat terdeteksi.Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil. 7)



Gawat janin Bila air ketuban habis secara tidak langsung tali pusat terkompresi antara



badan janin dengan ibunya.Kondisi ini bisa mengakibatkan janin ‘tercekik’ karena suplai oksigen dari Moms ke janin terhenti.Gejalanya dapat diketahui melalui



cardiotopografi (CTG).Mula-mula detak jantung janin kencang, lama-kelamaan malah menurun hingga di bawah rata-rata. 8)



Kehamilan lewat waktu (postterm) Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta



akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban dapat berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga dapat dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Sehingga perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG. 9)



Infeksi saat hamil Saat hamil menjaga kondisi tubuh dengan baik guna menghindari berbagai



infeksi bakteri atau virus. Bahkan, demam tinggi pada ibu dapat mengakibatkan janin tidak tahan akan panas tubuh ibunya. 10)



Kelainan kromosom Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat



kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi.Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan.Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko.Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.



2.1.6



Manisfestasi Klinis



1.



DJJ tidak terdengar



2.



Uterus tidak membesar, fundus uteri turun



3.



Pergerakan anak tidak teraba lagi



4.



Palpasi anak tidak jelas



5.



Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari



6.



Tulang punggung janin sangat melengkung



7.



Hiperekstensi kepala tulang leher janin



8.



Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin



9.



Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan hypofibrinogenemia 25%.



2.1.7



Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan IUFD dapat



terjadi bila janin yang sudah meninggal tidak segera dilahirkan lebih dari 2 minggu. Akan tetapi, kasus janin yang meninggal dan tetap berada di rahim ibu lebih dari 2 minggu sangat jarang terjadi. Hal ini dikarenakan biasanya tubuh ibu sendiri akan melakukan penolakan bila janin mati, sehingga timbullah proses persalinan. Adapun komplikasi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: 1) Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), yaitu adanya perubahan pada proses pembekuan darah yang dapat menyebabkan perdarahan atau internal bleeding. 2) Infeksi 3) Koagulopati maternal dapat terjadi walaupun ini jarang terjadi sebelum 4-6 minggu setelah kematian janin. Oleh karena adanya komplikasi akibat IUFD, maka janin yang telah meninggal harus segera dilahirkan. Proses kelahiran harus segera dilkukan secara normal, karena bila melalui operasi akan terlalu merugikan ibu. Operasi hanya dilakukan jika ada halangan untuk melahirkan normal. Misalnya janin meninggal dalam posisi melintang atau karena ibu mengalami preeklampsia. 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang utama yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis kematian janin di dalam rahim adalah USG real-time.



1. Ultrasonografi Pemeriksaan USG real-time dapat memberikan visualisasi denyut jantung janin. Selain tidak adanya denyut jantung janin, penampakan yang dapat terlihat dari pemeriksaan USG di antaranya adalah kolapsnya tulang tengkorak janin, hydrops fetalis atau maserasi, dan terdapat gas di antara organ fetus. 2. Pemeriksaan Darah Lengkap 3. Radiologi 2.1.9 Penatalaksanaan Medis Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlopping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp. 1.



USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.



2.



Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya, yakinkan bahwa kemungkinan besar.



3.



Pilihan cara persalian dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspetatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum mengambil keputusan.



4.



Bila pilihan penanganan adalah ekspetatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.



5.



Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan aktif.



6.



Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu :



-



Jika servik matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.



-



Jika servik belum matang, lakukan pematangan servik dengan prostaglandin aatu kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena beresiko infeksi.



-



Persalinan dengan seksio sesaria merupakan alternatif terakhir.



-



Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang matangkann serviks dengan misoprostol.



-



Tempatkan misoprostol 25 mg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam.



-



 



Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mg misoprostol, naikkan



dosis menjadi 50 mg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mg setiap kali dan jangan melebihi dosis. -



Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis.



-



Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada koagulopati.



-



Berikan kesempatan kepada Ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.



-



Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.



2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian 1)



Anamnesis Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin



sangat berkurang.Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya.Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.



2)



Inspeksi Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama



pada ibu yang kurus. 3)



Palpasi Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan



janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin. 4)



Auskultasi Baik memakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone tidak



terdengar-terdengar DJJ. 5)



Reaksi kehamilan Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam



kandungan. 6)



Rontgen Foto Abdomen 1) Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin 2) Tanda Nojosk, adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin. 3) Tanda Gerhard, adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin 4) Tanda Spalding, overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin 5) Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak 6) Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.



2.2.2 Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan IUFD, yaitu: 1)



Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus



2)



Ansietas berhubungan dengan adanya faktor-faktor resiko khusus, ancaman konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial dan tujuan hidup.



3)



Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan nyeri abdomen.



4)



Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan kehamilan.



2.2.3 Intervensi Keperawatan Diagnosa 1 : Nyeri akut, berhubungan dengan adanya kontraksi uterus Tujuan : Nyeri berkurang/hilang. Intervensi : 1) Observasi tanda – tanda vital R/ Mengetahui keadaan umum klien 2)



Observasi skala nyeri, lokasi, frekuensi, R/ Mengetahui tingkat nyeri yang di alami klien



3)



Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi R/ Mengurangi nyeri pada klien



4)



Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik R/ untuk menghilangkan nyeri



Diagnosa 2



: Ansietas, berhubungan dengan adanya faktor-faktor resiko khusus, ancaman konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari



tentang nilai-nilai esensial dan tujuan hidup Tujuan : Kecemasan berkurang/hilang. Intervensi : 1) Observasi tanda – tanda vital R/ Untuk mengetahui keadaan umum klien 2)



Kaji tingkat ansietas bklien R/ Untuk mengetahui sejauh mana tingkat ansietas klien



3)



Dengarkan masalah klien R/ Meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi



4)



Jelaskan prosedur kuretase R/ Pengetahuan dapat membantuan menurunkan tingkat ansietas



5)



Evaluasi/ validasi tentang informasi yang di berikan R/ Mengetahui sejauh mna informasi dapat di terima



Diagnosa 3



: Intoleransi aktivitas, berhubungan dengan kelemahan dan nyeri



abdomen. Tujuan : Toleransi dalam aktivitas Intervensi : 1) Observasi tanda-tanda vital R/ Untuk mengetahui keadaan umum klien 2)



Observasi faktor penyebab kelelahan R/ untuk menjadi data dasar dalam menentukan intervensi



3)



Observasi pola tidur R/ istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolik berkenaan untuk menambah energi ibu.



4)



Bantu klien untuk miring kiri dan miring kanan R/ untuk memenuhi kebutuhan aktivitas klien dan mengurangi tekanan pada satu sisi.



5)



Berikan pendidikan pada klien dan keluarga tentang pentingnya kebutuhan aktivtas R/ untuk meningkatkan pengetahuan dan membuat klien dan juga keluarga kooperatif.



Diagnosa 4



: Defisit pengetahuan, berhubungan dengan kurangnya informasi



kognitif yang berkaitan dengan kehamilan. Tujuan : Defisit pengetahuan dapat teratasi Intervensi : 1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya. R/ Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien dan Sebagai data awal untuk memilih intervensi selan-jutnya. 2)



Berikan pendidikan ke-sehatan tentang penyakit. R/ Untuk menambah infor-masi tentang penyakit kepada klien.



3)



Sediakan informasi yang ditinggalkan (leaflet). R/ Informasi yang diting-galkan berguna sebagai bahan baca klien.



2.2.4 Implementasi Keperawatan Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan klien.



2.2.5 Evaluasi Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan ntuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Adapun cara membandingkannya, yaitu:



S (Subjective)



: adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien



O (Objective)



setelah tindakan diberikan. : adalah informasi yag didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah



tindakan dilakukan. A (Assesment) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian atau P (Planning)



tidak teratasi. : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.



DAFTAR PUSTAKA Carpenito, 2010. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Doenges, E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. Hani, Ummi; Jiarti K; Marjati; dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika.



Nurarif, Amin Huda, dkk. 2016. Aplikasi Nanda NicNoc; Asuhan Keperawatan Berdasarkan Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta: MediAction. Nurarif, Amin Huda, dkk. 2016. Aplikasi Nanda NicNoc; Asuhan Keperawatan Berdasarkan Medis Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta: MediAction. Price, Dkk. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawtan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI. Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.