LP Dan Konsep Askep Hipertermia Erna [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN HIPERTERMI Dosen Pembimbing : Tri Peni, S.Kep.Ns.M.Kes



ERNA DWI RAKHMAWATI 202003099



PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO



2020/2021 LEMBAR PENGESAHAN Laporan asuhan keperawatan ini diajukan oleh: Nama



: Erna Dwi Rakhmawati



NIM



: 202003099



Program Studi



: Profesi Ners



Judul Asuhan Keperawatan: Asuhan Keperawatan Hipertermia Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik kilinik keperawatan dasar.



Mojokerto, Desember 2020



Pembimbing Akademik



(



Pembimbing Akademik



.)



(



)



LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HIPERTERMI



A. Tinjauan Teori 1. Definisi Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015). Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang



sistem



tubuh.Selain



itu



demam



mungkin



berperan



dalam



meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016). Pada bayi dan anak anak, suhu tubuh normal mereka rata-rata berkisar antara 36,6-37,2 derajat Celcius. Remaja dan orang dewasa normalnya memiliki suhu mulai dari 36,1-37,2 derajat Celcius. Lansia diatas 65 tahun pada orang dewasa yang lebih tua, suhu tubuh rata-rata lebih rendah dari 36,2 derajat Celcius. Suhu tubuh normal bisa bervariasi setiap individu. 2. Etiologi



Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015). Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015). Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis, bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi, 2006). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam,



lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam. Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya a. Suhu lingkungan. b. Adanya infeksi. c. Pneumonia. d. Malaria. e. Otitis media. f.Imunisasi 3. Patofisiologi Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus kompleks antigen-antibodi) akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang memproduksi indogeneus pyrogen (Eps). Interleuikin 1 sebagai prototypical eR Eps menyebabkan endothelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan neurotransmitter, kemudian beraksi dengan neuron preoptik di hipotalamus anterior dengan memproduksi peningkatan “set-point”. Mekanisme tubuh secara fisiologis mengalami(Vasokinstriksi perifer, menggigil),dan perilaku ingn berpakaian yang tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat. Demam seringkali dikaitkan dengan adanya penggunaan pada “set-point” hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor (Suriadi, 2006). 4. Manifestasi Klinik Hipertermia adalah keadaan dimana seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37,5o C. Pola hipertermi: a. Terus-menerus Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24 jam. b. Intermiten Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan kembali normal paling sedikit sekali 24 jam.



c. Remiten Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.



5.



Pathway Masuknya kuman/penyakit Pengeluaran endotoksin Merangsang hipotalamus Proses inflamasi Respon tubuh



Hipertermia 6.



Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium 2. Pemeriksaan darah perifer lengkap 3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT 4. Pemeriksaan widal 5. Pemeriksan urin



7.



Penatalaksanaan Hipertermia 1. Farmakologis a. Obat-obatan



Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja yang lama. Pada anak-anak dianjurkan untuk pemberian parasetamol sebagai antipiretik. Selain pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan mengenai pemberian obat untuk mengatasi penyebab terjadinya demam. Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pemberian antibiotik hendaknya sesuai dengan tes sensitivitas kultur bakteri apabila memungkinkan. b. Memberikan cairan infus sesuai kebutuhan. 2. Non-farmakologis a. Memberikan air putih yang cukup. b. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada penderita. c. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti. B. Tumbuh Kembang 1. Definisi Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.(Soetjiningsih. 1998 )



Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel pada semua sistem organ tubuh.(Vivian nanny, 2010 : 48) Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut ukuran dan struktur biologis.(Mansur, 2009 : 25)  Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan.(Soetjiingsih, 2005 : 1) Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi system organ tubuh.(Vivian nanny, 2010 : 49) Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur dan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh. (DEPKES RI) 2. Prinsip Tumbuh Kembang a. Tumbuh kembang terus menerus dan komplek b. Tumbuh kembang merupakan proses yang teratur dan dapat diprediksi c. Tumbuh kembang berbeda dan terintegrasi d. Setiap aspek tumbuh kembang berbeda dalah setiap tahapnya dan dapat dimodifikasi e. Tahapan tumbang spesifik untuk setiap orang 3. Faktor – Faktor Tumbuh Kembang a.



Faktor internal



1.



Perbedaan ras/etnik atau bangsa Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak memiliki faktor hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya



2.



Keluarga Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.



3.



Umur



Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupannya. 4.



Jenis kelamin Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki – laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat



5.



Kelainan genetik Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang bepengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.



6.



Kelainan kromosom Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti ada sindrom downs dan sindrom turner.



b.



Faktor eksternal



1.



Faktor pranatal :



a. Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin. b. Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital seperti club foot. c. Toksin Beberapa obat – obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis. d. Endokrin, radiasi Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hyperplasia adrenal. e. Radiasi Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan jantung.



f. Infeksi Infeksi pada trimester I dan II oleh TORCH (Toxoplasam, Rubella, Citomegalo virus, dan Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin : katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung congenital. g. Kelainan Imunologi Eritroblastosis fetals timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang menyebabkan kerusakan jaringan otak. h. Anoksia embrio Anoksia



embrio



disebabkan



oleh



jaringan



fungsi



plasenta



menyebabkan pertumbuhan terganggu i. Psikologis ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain. 2. Faktor persalinan Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan otak 3. Pasca natal a. Gizi b. Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat. c. Penyakit kronis / kelainan congenital d. Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. e. Lingkungan fisis dan kimia f. Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider) sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat



kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dll). g. Psikologis h. Hubungan anak dengan orang di sekitarnya, seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan



mengalami



hambatan



di



dalam



pertumbuhan



dan



perkembangannya. i. Endokrin j. Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. k. Sosio-ekonomi l. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak. m. Lingkungan pengasuhan n. Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. o. Perkembangan memerlukan rangsang / stimulasi khususnya dalam keluarga,



misalnya



penyediaan



alat



main,



sosialisasi



anak,



keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap anak. p. Obat – obatan q. Pemakaian



kortikosteroid



jangka



lama



akan



menghambat



pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormone pertumbuhan. 2. Ciri ciri tumbuh kembang a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan.Setiap pertumbuhan disertai perubahan fungsi. b. Pertumbuhan



dan



perkembangan



pada



tahap



awal



menentukan



perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu



tahap perkembangan sebelum ia belum melewati tahapan sebelumnya. c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak. d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya. e. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik. f. Perkembanagn mempunyai pola yang tetap. Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola sefalokaudal dan pola proksimodistal. 3. Aspek – Aspek Perkembangan Yang Dipantau a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya. b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan begian – bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengambil sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya. C. KONSEP DDST (DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST) 1) Pengertian DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ, fungsinya digunakan untuk menafsirkan personal, sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak mulai dari 1-6 tahun. (Soetjiningsih, 2005 : 71) 2) Keuntungan DDST



a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia. b. Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun. c. Monitor anak dengan resiko perkembangan. d. Menjaring anak terhadap adanya kelainan. e. Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan perkembangan atau benar-benar ada kelainan. 3) Alat yang digunakan. a. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik – manik, kubus warna merah, kuning, ungu, biru, permainan anak, botol kecil – kecil, bo;a tenis, bel kecil, kertas, dll. b. Lembar DDST. c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara melakukan tugas dan cara penilaiannya. 4) Prinsip pelaksanaan DDST. a. Bertahap dan berkelanjutan. b. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak. c. Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana. d. Suasana nyaman dan bervariasi. e. Perhatikan gerakan spontan anak. f.



Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.



g. Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test. h. Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja. i.



Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.



5) Sektor perkembangan / parameter yang digunakan. a. Personal, social (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mendiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. b. Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive). Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh



tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dll. c. Bahasa (language). Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara spontan. d. Perkembangan motorik kasar. Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. (Vivian nanny, 2010 : 55) 6) Prosedur DDST a. Lulus (pass) 1. Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik. 2. Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik. b. Gagal (failed) 1. Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik. 2.  Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik. c. Tidak ada kesempatan (no opportunity) Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan, seperti retardasi mental dan down syndrome. d. Menolak (refusal). Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena faktor sesaat seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll. 7) Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor) a. Normal a) Bila tidak ada keterlambatan (delay)       b) Paling banyak 1 caution c) Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya. b. Dicurigai (suspect) a) Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau



lebih delay b) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat (takut, lelah, sakit. Tidak nyaman, dll). c. Tidak teruji a) Bila ada skor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri garis umur b) Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-90% (warna hijau) yang ditembus garis umur c) Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu 8) Pelaksanaan DDST a. Menetapkan umur anak dengan patokan 30 hari = 1 bulan 31 12 bulan = 1 tahun 32  ≥15 hari = 1 bulan Perhitungan umur : Missal : tanggal test    : 2008 – 08 – 28              Tanggal lahir  : 2006 – 06 – 14                                      --------------------                                           02 – 02 – 14 Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan. b. Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu 2 tahun 2 bulan. c. Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri. d. R adalah Tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua. Nomor/angka a tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibalik formulir. e. Menyimpulkan hasil DDST Normal / abnormal / questionable / untestable D. ANTROPOMETRI Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran



tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik.. Berikut ukuran antropometri: 1. Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan (Supariasa, 2001). Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Maka BB merupakan ukuran antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo, dkk, 1989). Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat badan mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. 2. Tinggi Badan (TB) Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting,karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur bisa dikesampingkan. Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu



pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi badan merupakan ukuran tubuh yang menggambarkan pertumbuhan rangka. Dalam penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama halnya dengan berat badan (Supariasa, 2001) 3. IMT (Indeks Masa Tubuh) Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan Kategori IMT (kg/m2) Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49 Normal 18,50 – 24,99 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00 Menghitung IMT bayi usia 1-6 bulan: Rumusnya: BB lahir (gr) + (usia x 600 gr) Menghitung IMT bayi usia 7-12 bulan Rumusnya: BB lahir (gr) + (usia x 500 gr) Menghitung Anak usia 1-5 tahun Rumusnya: 2n + 8 4. Lingkar Lengan Atas (LiLA) Nilai normal adalah 23,5 cm LiLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm 5. Pengukuran lingkar perut Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus, yang akhir-akhir ini juga erat hubungannya



dengan



kejadian



sindroma



metabolik.



Nilai



normal



pengukuran lingkar perut di Indonesia. Baik Obesitas sentral Laki-laki 90 > 90. Perempuan 80 > 80 E. KONSEP BERMAIN 1. Pengertian Konsep Bermain



Menurut kamus besar Indonesia (2008) dalam (fadlillah, 2017) disebutkan bahwa istilah bermain berasal dari kata dasar main yang berarti melakukan aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati. Daam konteks ini bermain harus dipahami sebagai upya menjadikan anak senang, nyaman ,ceria, dan bersemangat. Berkaitan dengan hal itu, (Hurlock, 1989) dalam (Fadlillah, 2017). Mengatagorikan bermain menjadi dua, yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif ialah kegiatan bermaian dimana kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenagan berlari atau membuat sesuatu dengan lilitan atau cat. Adapun bermain pasif, yaitu kegiatan bermain dimana kesenangan diproleh dari oprang lain. Artinya anak tidak melakukan kegiatan secara langsung, hanya sekedar menonton tv. Oleh karena itu bermain pasif juga disebut sebagai kegiatan hiburan Selain bermain ada pula istilah pemain dan permainan. Yang dimaksud permaian ialah orang-orang yang melakukan aktivitas



bermain. Adapun permainan ialah sesuatu yang digunakan dan dijadikan sebagai sarana aktivitas bermain. Artinya, kegiatan bermain mencakup siapa yang akan bermain dan alat apa yang digunaka dalam bermain. (Ismail, 2012) dalam (Fadlillah, 2017) berpendapat bahwa bermain dapat didefinisikan menjadi dua bagian. Pertama, bermain diartikan sebagai ‘play’, yaitu suatu aktivitas bersenang - senang tanpa mencari menang dan kalah. Kedua, bermain diartikan sebagai “ games”, yaitu suatu aktivitas bersennang – senang yang memerlukan menang dan kalah. Pada pemaparan pakar pendidikan anak menurut (Yuliani, 2009) dalam (Fadlillah, 2017) : 1) Menurut Piaget, bermain adalah suatu kegiatanyang dilakukan berulang – ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasanbagi diri seseorang. 2) Menurut Parten, bermain adalah suatu kegiatan sebagai rana bersosialisai dapat memberikan kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengepresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. 3) Menurut Buhler, dan Danzier , beramain merupakan kegiatan yang menimbulkan kenikmatan. 4) Menurut Docket dan Fleer , bermain merupakan kebutuhan bagi anak , karena melalui bermain anak kan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.



5) Menurut Mayesty, bermain adalah kegiatan yang anak – anak lakukan sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. 6) Dari beberapa pendapat tentang pengertian bermain, dapat dipahami bahwa bermain ialah suatu upaya untuk memperoleh kesengan dan kepuasan jiwa dari setiap aktvitas yang dilakakukan, baik menggunakan alat maupun tidak. Yang terpenting anak merasa gembira dengan permainan yang dilakukannya, serta tidak begitu memedulikan tentang hasil akhir yang akan didapatkan.Namun untuk anak usia dini bentuk dan alat permainan harus memilki nilsi-nilai edukati, dalam rangka sebagai sarana mengembangkan potensi anak-anak. 2. Tujuan Bermain a) Untuk ekspolari anak Dalam konteks ini, bermain merupakan salah satu wahana yang dapat dijadian tempat untuk bereksplorasi, sehingga rasa keingin tahuannya dapat terpenuhi sesuai yang diinginkan. b) Untuk eskperimen anak Bermain sebagai eksperimen anak memiliki makna bahwa melalui bermain anak dapat melakukan uji coba untuk mendapatkan informasi pengetahuan atau pengalaman yang baru. Hal ini dikarenakan rasa ingin tahu anak sangat tinggi, sehingga anak sering kali melampiaskan kedalam bentuk-bentuk permainan yang dimainkannya. c) Untuk imitation anak



Bermain merupakan suatu bentuk peniruan anak-anak terhadap permainan yang dimainkan. biasanya anak-anak cenderung meniru tokoh-tokoh kartun atau superhero yang jadi kesayangannya. d) Untuk adaptasi anak Bermain bersama teman sebayanya secara otomatis akan melatih anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dalam kondisi ini anak pasti berupaya untuk bisa beradaptasi dengan teman-temanya dalam rangka menciptakan suasana keakraban dan kegembiraan. 3.



Pentingnya Bermain Menurut (Diana, 2012) dalam (Fadlillah, 2017) bahwa : 1) Cara belajar anak yang paling efektif ialah melalui bermian atau permainan. 2) Dengan bermain



anak



dapat meningkatkan



penalaran



dan



memahami keberadaanya di lingkungan teman sebaya dan membentuk daya imajinasi. 3) Melalui bermain anak dapat mempelajari dan belajar banyak hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, kerja sama, disiplin, dan lainlainnya. 4) Bermain merupakan cara yang paling baik dan tepat untuk mengembangkan kemampuan anak uisa dini. 5) Menurut konsep eduintaiment, belajar tidak akan berhasil dalam arti yang



sesungguhanya



bila



dilakukan



dalam



keadaan



yang



menegangkan dan menakutkan, belajar hanya akan efektif bila suasana hati anak berada dalam kondisi yang menyenangkan. 4. Manfaat Bermain Menurut (Suyatno, 2005) dalam (Fadlillah, 2017). Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak pada hampir semua bidang perkembangan, baik perkembangan fisik- motorik, bahasa intelektual, moral, social, maupun emosioanal. Adapun manfaatnya sebagi berikut : 1) Bermain mengembangkan kemampuan motorik. Menurut Piaget melalui bermain anak belajar mengontrol gerakannya menjadi terkoordinasi. Selain itu dengan bermain memungkinkan anak bergerak secara bebas, sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. 2) Bermain mengembangkan kemampuan kognitif. Menurut Piaget bermain menyediakan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan objek. Dengan bermain seorang anak juga mempunyai kesempatan untuk menggunakan indranya, seperti menyentuh, mencium, melihat dan mendengar untuk mengetahui sifat-sifat objek. 3) Bermain mengembangkan kemampuan afektif. Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap seseorang. Kemampuan ini dapat dikembangkan dan dilatih melalui kegiatan bermain. Caranya yaitu dengan melaksanakan dan mengikuti aturan-aturan permainan yang telah dibuat bersama.



4) Bermain mengembangkan kemampuan bahasa. Pada saat bermain anak akan menggunakan bahasa, baik untuk berkomunikasi dengan temannya atau hanya sekedar menyatakan pikirannya. Menurut Vigosky dalam (Suyatno, 2005) dalam (Fadlillah, 2017) menyebutkan bahwa bermain dengan bercakapcakap menggambarkan anak sedang dalam tahap menggabungkan pikiran dan bahasa sebagai satu kesatuan. Jadi dengan bermain secara otomatis bahasa anak akan dapat berkembang dengan baik. 5) Bermain mengembangkan kemampuan sosial. Pada saat bermain anak secara langsung anak berinteraksi dengan anak yang lain. Interaksi tersebut mengajarkan anak bagaimana merespon, memberi dan menerima, menolak atau setuju ide dan perilaku anak yang lain. Sikap yang demikian itu sedikit demi sedikit akan mengurangi rasa egosentrisme pada anak dan mengembangkan kemampuan sosialnya. 5.



Prinsip – Prinsip Bermain Menurut (Yuliani, 2009) dalam (Fadlillah, 2017) prinsip – prinsip bermain dijelaskan melalui urain berikut : 1) Memiliki tujuan yang jelas. Dalam kegiatan bermain, setiap anak mempunyai tujuan yang berbeda-beda , terganntung apa yang diinginkan oleh anak yang bersangkutan. Namun secara umum anak bermain dalam rangka mendapatakan sebuah kepuasan. Karena bermain sendiri muncul dan dilandasi oleh motivasi intrinsic dari dalam diri anak. Dengan



bermain



ini



anak



dapat



secara



langsung



bereksporasi,



bereksperimen, dan berimajinasi, sehingga akan memunculkan kepuasan teersendiri bagi diri anak. 2) Dilakukan dengan bebas. Bermain harus dilakukan secara bebas, bebas ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi dan berkreatifitas sesuai apa yang diimajinasikannya. 3) Mementikan proses bukan hasil. Dalam aktifitas bermain yang menjadi titik tekannya ialah proses bermain anak, hal ini dikarenakan proses belajar anak dilakukan pada saat ia melakukan kegiatan bermain. 4) Memperhatikan keselamatan. Keselamatan menjadi prioritas utama dalam setiap permainan. Jangan sampai kegiatan bermain membahayakan bagi anak, apa lagi sampai membuat luka atau cedera dan trauma yang berkepanjangan. Keselamatan dalam bermain ini dapat dilihat dari bentuk permainannya maupun alat-alat yang akan digunakan dalam bermain. 5) Menyenangkan dan dapat dinikmati. Bermain



harus



memberikan



rasa



senang,



gembira



dan



membangkitkan semangat anak-anak. Manakala anak bermain tetapi tidak mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan sedikit pun berarti anak sejatinya tidak bermain, melainkan bekerja atau bermainnya dilakukan dengan keterpaksaan.



6. Karakteristik Bermain Anak 1) Bermain muncul dalam diri anak. Bermain dilakukan dengan kesukarelaan bukan paksaan. 2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat dan kegiatan dan kegiatan untuk dinimakti. Bermain pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang mengikat, karena anak usia dini memiliki cara bermainnya seniri. 3) Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya. Dalam bermain anak melakukan aktivitas nyata, misalnya pada saat anak bermain dengan air,anak melakukan aktivitas dengan air dan mengenal air dari bermainnya. 4) Bermain harus didominasi oleh pemain. Dalam bermain harus didominasi oleh pemain yaitu anak itu itu sendiri, tidak dinominasi oleh orang dewasa. Karena jika bermain didominasi oleh orang dewasa, maka anak tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya. 5) Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain. Anak sebagai pemain harus terjun langsung dalam bermain. Jika anak pasif dalam bermain ia tidak akan memperoleh pengalaman baru. 7.



Tahap-Tahap Perkembangan Bermain Menurut Mildred Parten sebagai mana dikutip oleh (Suyatno, 2005) (Yuliani, 2009) dan (Mulyasa, 2012) dalam (Fadlillah, 2017)



diantara tahapan perkembangan bermain anak dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Anoccupied play ( tidak menetap / peduli) Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik perhatiannya dan melakukan gerakan- gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol. 2) Solitary play (bermain sendiri) Bermain sendiri walapun disekitarnya ada orang lain. Misalnya : bayi toodler dia akan asik dengan permainnya sendiri tanpa menghiraukan orang – orang yang ada disekitarnya. 3) Onlooker play ( bermain denagn melihat temannya bermain). Anak memperhatikan dan melihat anak – anak lain bermain.anak ikut berbicara dengan anak – anak



lain itu dan mengajukan



pertanyaan – pertanyaan, tetapi ia tidak ikut terlibat dalam aktivitas permainan tersebut. 4) Parallel play (bermain secara pararel). Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya pada masingmasing anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi diantara mereka, mereka tidak tergantung



satu sama



lainnya. 5) Associative play ( bermain beramai – ramai). Bermain dalam kelompok dalam suatu aktifitas yang sama tetapi maish belum terorganisir tidak ada pembagian tugas, merka bermain sesuai dengan keinginan.



6) Kooperatif play (bermain kooperatif) Anak bermain secara bersama-sama, permainan sudah terorganisir dan terencana dan didalamnya sudah ada aturan main. Misalnya main kartu dan petak umpet



8.



Faktor Yang Mempengaruhi Bermain Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain anak menurut (Hurlock, 1989) 1) Kesehatan Semakin sehat anak maka semakin banyak energinya untuk bermain aktif sebaliknya pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotor / koognitif terganggu, sehingga ada saat anak-anak ambisius dalam permainannya dan ada saat-saat pada anak tidak memiliki keinginan berm4ain. 2) Perkembangan motorik Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermain anak tergantung pada perkembanga motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif. 3) Intelegensi Pada setiap usia anak yang pandai lebih aktif dibandingkan dengan yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan. 4) Jenis kelamin



Pada saat usia sekolah anak laki- laki enggan untuk bermain dan anak perempuan mereka membentuk komunitas sendiri dimana anak wanita bermain dengan anak wanita sedangkan anak laki – laki bermain dengan anak laki – laki. Tipe dari permainan dan alat yang digunakan juga berbeda. Misalnya : anak laki-laki suka main bola sedangkan anak perempuan suka bermain boneka. 5) Lingkungan Lokasi dimana anak berada juga mempengaruhi pola bermain anak. Dikota - kota besar anak jarang sekali bermain layang – layang mereka lebih senang bermain game. Karena tidak adanya lapangan, berbeda dengan didesa banyak tanah yang kosong. 9. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan 1.



1 BULAN



VISUAL : Lihat dengan jarak dekat Gantungkan benda yang terang dan menyolok AUDITORI : Bicara dengan bayi, menyanyi,musik,radio,detik jam TAKTIL : Memeluk,menggendong,memberi kesenangan KINETIK : Mengayun,naik kereta dorong 2.



2-3 BULAN



VISUAL : Buat ruangan menjadi tenang,gambar,cermin ditembok Bawa bayi ke ruangan lain Letakkan bayi agar dapat memandang disekitar AUDITORI : Bicara dengan bayi,beri mainan bunyi,ikut sertakan dalam pertemuan keluarga.



TAKTIL : Memandikan ,mengganti popok,menyisir rambut dengan lembut,gosok dengan lotion/bedak KINETIK : Jalan dengan kereta,gerakan berenang,bermain air 3.



4-6 BULAN



VISUAL : Bermain cermin,anak nonton TV Beri mainan dengan warna terang AUDITORI : Anak bicara,ulangi suara yang dibuat,panggil nama, Remas kertas didekat telinga,Pegang mainan bunyi. TAKTIL : Beri mainan lembut/kasar,mandi cemplung/cebur KINETIK : Bantu tengkurap,sokong waktu duduk 4.



6-9 BULAN



VISUAL : Mainan berwarna,bermain depan cermin,”ciluk ….ba”. Beri kertas untuk dirobek-robek. AUDITORI : Panggil nama “Mama …Papa,dapat menyebutkan bagian tubuh, Beri tahu yang anda lakukan,ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana. TAKTIL : Meraba bahan bermacam-macam tekstur,ukuran,main air mengalir, Berenang KINETIK : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk mengambilnya. 5.



9-12 BULAN



VISUAL : Perlihatkan gambar dalam buku. Ajak pergi ke berbagai tempat Bermain bola, Tunjukkan bangunan agak jauh. AUDITORI : Tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan,



Kenalkan dengan suara binatang TAKTIL : Beri makanan yang dapat dipegang Kenalkan dingin,panas dan hangat. KINETIK : Beri mainan 6.



Mainan yang dianjurkan untuk Bayi 6-12 bulan



• Blockies warna-warni jumlah,ukuran. • Buku dengan gambar menarik • Balon,cangkir dan sendok • Boneka bayi • Mainan yang dapat didorong dan ditarik 7.



TODLER ( 2-3 TAHUN )



• Mulai berjalan,memanjat,lari • Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya • Senang melempar,mendorong,mengambil sesuatu • Perhatiannya singkat • Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….” • Karakteristik bermain “Paralel Play” • Toddler selalu brtengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu • Senang musik/irama 8.



Mainan Untuk Toddler



• Mainan yang dapat ditarik dan didorong • Alat masak • Malam,lilin



• Boneka,Blockies,Telepon,gambar dalam buku,bola,dram yang dapat dipukul, krayon,kertas. 9.



PRE-SCHOOL



• Cross motor and fine motors • Dapat melompat,bermain dan bersepeda. • Sangat energik dan imaginative • Mulai terbentuk perkembangan moral • Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok • Karakteristik bermain • Assosiative play • Dramatic play • Skill play • Laki-laki aktif bermain di luar • Perempuan didalam rumah 10.



Mainan untuk Pre-school



• Peralatan rumah tangga • Sepeda roda Tiga • Papan tulis/kapur • Lilin,boneka,kertas • Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk 11.



USIA SEKOLAH 



Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin







Dapat belajar dengan aturan kelompok



12.







Belajar Independent,cooperative,bersaing,menerima orang lain.







Karakteristik “Cooperative Play”







Laki-laki : Mechanical







Perrempuan : Mother Role Mainan untuk Usia Sekolah 6-8 TAHUN



Kartu,boneka,robot,buku,alat olah raga,alat untuk melukis,mencatat,sepeda. 13.



8-12 TAHUN



Buku,mengumpulkan perangko,uang logam,pekerjaan tangan, kartu,olah raga bersama,sepeda,sepatu roda. F. IMUNISASI Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, shg bila kelak terpajan pada antigen yg serupa tdk terjadi penyakit Tujuan dilakukannya imunisasi : -



Mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu Bila terjadi penyakit tidak terlalu parah / berat Dapat mencegah gejala yg dapat menimbulkan cacat / kematian. 1.Kekebalan Aktif a. Kekebalan aktif alamiah b. Kekebalan aktif buatan 2. Kekebalan pasif a. Kekebalan pasif alamiah b. Kekebalan pasif buatan



1. Kekebalan Aktif Kekebalan /perlindungan yg dibuat oleh tubuh sendiri, akibat terpajan pd antigen. kekebalan aktif berlangsung lbh lama krn adanya memori imunologik. Kekebalan aktif dibedakan: a. Kekebalan aktif alamiah



di dptkn bila seseorang menderita penyakit. Mis. Penyakit campak b. Kekebalan aktif buatan di dpt bila seseorang mendapat vaksin / imunisasi. 2. Kekebalan pasif Kekebalan / perlindungan yg diperoleh dr luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Kekebalan pasif



tdk berlangsung lama, krn akan



dimetabolisme oleh tubuh. b. Kekebalan pasif alamiah Kekebalan pd janin yg diperoleh dari ibunya. Antibodi ini akan melindungi bayi dr pnykt sampai usia : 3 bln- 1 th b. Kekebalan pasif buatan Kekebalan yg diberikan dg cara menyuntikkan imunoglobulin / zat antibodi. Mis.Suntik ATS pd pasien yg terluka. Jenis Vaksin: Kekebalan / perlindungan yg diperoleh dr luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Kekebalan pasif tdk berlangsung lama, krn akan dimetabolisme oleh tubuh. a. Kekebalan pasif alamiah Kekebalan pd janin yg diperoleh dari ibunya. Antibodi ini akan melindungi bayi dr pnykt sampai usia : 3 bln- 1 th b. Kekebalan pasif buatan Kekebalan yg diberikan dg cara menyuntikkan imunoglobulin / zat antibodi. Mis.Suntik ATS pd pasien yg terluka. Imunisasi yang di wajibkan 1.



BCG (Bacilus Calmete Guerin) b. digunakan untuk Mencegah penyakit TBC c. Vaksin berbentuk bubuk d. Cara pemakaian di dengan melarutkan 4 cc cairan pelarut (NaCL 0,9%) e. Vaksin yg sudah larut harus habis sebelum 3 jam f. Vaksin ini di berikan pd usia 0-2 bln dengan dosis pemberian Bayi= 0,05ml dan untuk anak 0,10 ml g. Diberikan secara Intra Cutan di lengan kanan atas (insertio Musculus deltoideus) h. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dr 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. 1. HEPATITIS B a. Mencegah Hep.B b. Usia: Mulai umur 0 bulan.



c. d. e. f. g.



Dosis: 0,5 cc/ pemberian Selang pemberian: 3 kali dg jarak suntika 1 bln dan 5 bulan Pemberian secara Intramuskular ( IM ) Pada neonatus di berikan di anterolateral paha Pada anak besar dan dewasa di regio deltoid



2. DPT (DIFTERIA, PERTUSIS, TETANUS) a. Mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus. b. Susunan vaksin pertusis terbuat dari kuman bordetella pertusis yg telah dimatikan, dikemas dg vaksin difteri dan tetanus. c. Vaksin DTaP (DTP dg komponen acelluler pertussis) dan DTwP (DTP dg komponen whole cell pertusis) d. Di berikan usia : 2 – 11 bulan e. Selang pemberian: 3 X, jarak waktu penyuntikan min 4 mgg f. Dosis 0,5 cc  IM 3. Vaksin Polio a. b. c. d. e.



Mencegah poliomelitis Usia: 0 – 11 bulan Dosis: 2 tetes Cara: meneteskan ke dalam mulut Terdapat 2 jenis vaksin yg beredar : 1) Vaksin yg mengandung virus polio yg dimatikan (vaksin salk) diberikan dengan suntikan 2) Vaksin yg mengandung virus polio yg masih hidup, yg telah dilemahkan (virus sabin), diberikan dengan cara di teteskan per oral 4. CAMPAK a. Pengebalan terhadap campak b. Usia : 9 bulan c. Penyimpanan vaksin suhu 6 º C d. Dosis: 0,5 cc  Subcutan dalam, dideltoid kiri e. Ulangan campak saat masuk SD –>BIAS Imunisasi yang di anjurkan 1. VAKSIN MMR Vaksin ini masih di impor, dosis pemberian 0,5 ml secara sub cutan Imunisasi MMR diberikan 1X stlh anak berumur 15 bulan 2. VAKSIN TIFUS/ TIFOID Ada 2 jenis vaksin tifoid: a. Vaksin oral (vivotif) : Diberikan pada usia ≥ 6 th, kemasan terdiri 3 kapsul b. Vaksin suntikan (TyphimVi) : Diberikan sekali pada anak usia 6 th dan diulang 3 tahun. 3. HAEMOPHILUS INFLUENZA tipe B (Hib)



Diberikan setelah bayi usia 2 bln . Penyakit ini berbahaya dan paling sering menyerang anak usia 6-12 bulan. Radang selaput otak Hib sering mengakibatkan cacat saraf/ kematian 4. VAKSIN HEPATITIS A Diberikan usia > 2 tahun, diberikan 2 X dg selang waktu 6-12 bulan stlh suntikan pertama 5. VAKSIN CACAR AIR (VARICELLA) Merupakan penyakit yg sangat menular, tetapi ringan. Diberikan usia 10 th, dosis 0,5 cc, secara subcutan



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian



Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebebutuhan serta masalahnya. Pengkajian meliputi: a. Pengumpulan Data 1) Data Subyektif Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat diukur dengan menggunakan standar yang diakui. 2) Data Obyektif Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur dengan menggunakan standar yang diakui. 3) Analisa Data a) Data primer Data yang diperoleh dari pasien itu sendiri melalui percakapan dengan pasien. b) Data sekunder Data yang diperoleh dari orang lain yang mengetahui keadaan pasien melalui komunikasi dengan orang yang dikenal, dokter/perawat. b. Anamnese 1) Keluhan utama Keluahan yang di alami oleh klien. Biasanya klien hipertermi sering mengalami dehidrasi. 2) Riwayat penyakit sekarang Berisi tentang kronologis saat timbulnya kenaikan suhu misalnya kapan terjadinya, penyebab terjadinya , dan upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi nya. 3) Riwayat penyakit dahulu Pengkajian mengenai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit yang dialami saat ini. 4) Riwayat psikososial dan spiritual a) Riwayat Psikososial



Pada klien yang mengalami hipertermi akan terjadi gangguan dalam



berinteraksi dengan orang lain.



b) Aspek Spiritual Klien akan mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah karena klien harus menjalani ibadah, namun ada klien yang cenderung lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan begitu sebaliknya



menyalahkan



Tuhan



akan



penyakit



karena



mengalami



yang



dideritanya. 5) Pola kebiasaan sehari-hari a) Pola aktivitas Pola



aktivitas



menurun



kelelahan



disebabkan oleh hipertermi. b) Pola istirahat Pola istirahat terganggu diakibatkan hipertermi. c) Pola kebersihan diri Kebersihan diri kurang karena pasien cenderung memikirkan penyakit yang dideritanya daripada kebersihan diri. d) Pola nutrisi Pola nutrisi terganggu karena hipertermi. c. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum a) Menggigil. b) Kulit pecah. c) Pengeluaran keringat berebihan. d) Tampak lemah. e) Bibir kering. f) Tingkat kesadaran compos mentis sampai terjadi shock. 2) Tanda-tanda vital a) Tensi



: Dibawah/diatas normal (dibawah 120/80 mmHg



dan diatas 130/90 mmHg). b) Nadi



: Dibawah/diatas normal (dibawah 60 x/menit dan



diatas 100 x/menit).



c) Respirasi : Dibawah/diatas normal (dibawah 16 x/menit dan diatas 20 x/menit). d) Suhu



: > 370 C



Perlu dikaji untuk menilai apakah reaksi fisiologis terhadap penyakit klien menglami kehilangan penurunan berat badan atau asupan nutrisi yang tidak adekuat ataupun reaksi psikologis. 3) Pemeriksaan sistem chepalocaudal a) Pemeriksaan Kepala Bibir



: mukosa bibir kering, tidak ada cyanosis.



Lidah



: tampak kotor dan berwarna putih.



b) Pemeriksaan Ekstremitas Telapak tangan dan kaki berwarna kekuningan/tampak pucat. Terjadi kelemahan dan nyeri pada otot. c) Pemeriksaan Intugmen Kulit tampak kemerahan, terjadi kelembapan kulit atau kekeringan kulit. Akral hangat hingga panas. Turgor baik dan terkadang >3 detik. d. Diagnosa Keperawatan 1) Hipertermi b.d Proses Penyakit (PPNI, 2016) e. Perencanaaan Keperawatan Lurana Utama : Termoregulasi (PPNI, 2018b) Tujuan dan Kriteria Hasil : Termoregulasi Membaik (L.14134) a. Menggigil menurun b. Kulit merah menurun c. Kejang menurun d. Akrisianosis menurun e. Konsumsi oksigen menurun f. Piloereksi menurun g. Vasokonstriksi perifer menurun h. Kutis memorata menurun



i. Pucat menurun j. Takikardi menurun k. Takipnea menurun l. Bradikardi menurun m. Dasar kuku sianotik menurun n. Hipoksia menurun o. Suhu tubuh membaik p. suhu kulit membaik q. Kadar glokosa darah membaik r. Pengisian kapiler membaik s. Ventilasi membaik t. Tekanan darah membaik Intervensi : Intervensi Utama : Manajemen Hipertermia (1.15506) (PPNI, 2018a) A. Observasi



1. Identifikasi penyebab hipertermia (misalnya dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)



2. Monitor suhu tubuh 3. Monitor kadar elektrolit 4. Monitor haluaran urine 5. Monitor komplikasi akibat hipertermi B. Terapeutik 5. Sediakan lingkungan yang dingin 6. Longgarkan atau lepaskan pakaian



7. Basahi dan kipasi permukaan tubuh 8. Berikan cairan oral 9. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)



10. Lakukan pendinginan eksternal (misalnya selimut hipertermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen , aksila)



11. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin



12. Berikan oksigen jika perlu C. Edukasi



1. Anjurkan Tirah Baring D. Kolaborasi



1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu



DAFTAR PUSTAKA



Fadlillah, M. (2017). Buku Ajar Bermain & Permainan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Ranu, d. (2005). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: EGC Diana, M. (2012). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Kencana. Fadlillah, M. (2017). Buku Ajar BERMAIN & PERMAINAN ANAK USIA DINI. KENCANA. Hurlock, E. B. (1989). Perkembangan Anak Jilid 1. Airlangga. Ismail, A. (2012). Education Games. Pro-umedia. Mulyasa. (2012). Manajemen PAUD. Roskarya. PPNI, tim pokja S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DEWAN PENGURUS PUSAT. PPNI, tim pokja S. D. (2018a). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DEWAN PENGURUS PUSAT. PPNI, tim pokja S. D. (2018b). Standart Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. DEWAN PENGURUS PUSAT. Suyatno, S. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional. Yuliani, nuriani sujiono. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Index.