LP DCM Rika Wulandari 2104051 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR DILATED CARDIOMYOPATHY (DCM)



RIKA WULANDARI 2104051 Cl LAHAN



(



CL INSITUSI



)



(



YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR PRODI S1KEPERAWATAN 2020/2021



BAB I



)



PENDAHULUAN



1. Anatomi Fisiologi Sistem a. Pengertian Sistem Kardiovaskuler System kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh darah, mengandung 5,5 L darah laki-laki dengan berat 70 kg. Fungsi utama system kardiovaskuler adalah mendistribusi O2 dan nutrisi ke jaringan, mentransfer metabolit dan CO2 ke organ ekskresi dan paru, serta mentransport hormone dan komponen system imun. System kardiovaskuler juga berperan penting pada termoregulasi. Jantung adalah organ yang memompa darah melalui pembuluh darah menuju ke seluruh jaringan tubuh. Sistem kardiovaskular terdiri dari darah, jantung, dan pembuluh darah. Darah yang mencapai sel-sel tubuh dan melakukan pertukaran zat dengan sel-sel tersebut harus di pompa secara terus-menerus oleh jantung melalui pembuluh darah. Sisi kanan dari jantung, memompa darah melewati paru-paru, memungkinkan darah untuk melakukan pertukaran antara oksigen dan karbondioksida (Tortora, 2012). Ukuran jantung relatif kecil, pada umumnya memiliki ukuran yang sama, tetapi memiliki bentuk yang berbeda seperti kepalan tangan setiap orang. Dengan panjang 12cm, lebar 9cm, tebal 6cm, dan berat 250 gr pada wanita dewasa dan 300 gr pada pria dewasa (Tortora, 2012). 1. Sirkulasi koroner Walaupun jantung memompa darah keseluruh tubuh, jantung tidak menerima nutrisi dari darah yang dipompanya. Nutrisi tidak dapat menyebar cukup cepat dari darah yang ada dalam bilik jantung untuk memberi nutrisi semua lapisan sel yang membentuk dinding jantung. Untuk alasan ini, miokardium memiliki jaringan pembuluh darah sendiri, yaitu sirkulasi koroner (Tortora, 2012). 2. Histologi pembuluh darah Pembuluh darah yang lebih besar umumnya memiliki struktur 3 lapis. Lapisan dalam yang tipis disebut tunika intima, terdiri dari selapis (monolayer) sel endotel (endotelium) yang disokong oleh jaringan ikat. Sel-sel endotel yang melapisi lumen vascular dirapatkan oleh suatu tight junction, yang membatasi difusi molekul besar melewati endothelium. Sel-sel endotel memiliki peran krusial dalam mengendalikan permeabilitas vascular, vasokonstriksi, angiogenesis, dan regulasi hemostatis. Intima relatif lebih tebal pada arteri yang lebih besar, dan mengandung beberapa sel otot polos dalam arteri yang lebih besar, danmmengandung beberapa sel otot polos dalam arteri dan vena yang berukuran besar dan sedang (Aaronson, 2010). Lapisan tengah yang tebal, tunika media, dipisahkan dari tunika intima oleh suatu selubung



berfenestrasi (berperforasi), lamina elastika interna, yang sebagian besar tersusun atas elastin. Lapisan media ini mengandung sel otot polos yang terbenam dalam matriks ekstraselular yang terutama tersusun atas kolagen, elastin, dan proteoglikan. Sel-sel tersebut berbentuk seperti silinder yang memanjang dan irregular dengan ujung tumpul, dan memiliki panjang 15-100 m. Dalam sistem arterial, sel-sel ini tersusun secara sirkular atau dalam spiral bersusun rendah, sehingga lumen vaskular menyempit saat sel-sel berkontraksi. Masing-masing sel cukup panjang untuk melapisi sekeliling arteriol kecil beberapa kali (Aaronson, 2010). Sel-sel otot polos yang berdekatan membentuk gap junction. Ini merupakan area dari kontak selular



yang



berdekatan



dimana



susunan



kanal



besar



yang



disebut



konekson



menghubungkan kedua membrane sel, memungkinkan otot polos membentuk sinsitium, dimana depolarisasi menyebar dari satu sel ke sel di sebelahnya (Aaronson, 2010).Lamina elastika eksterna memisahkan antara tunika media dari lapisan bagian luar, tunika adventisia. Lapisan ini mengandung jaringan kolagen yang yang menyokong fibroblast dan saraf. Pada arteri dan vena besar, adventitia mengandung vasa vasorum, yaitu pembuluh darah kecil yang juga menembus ke dalam bagian luar media dan menyuplai dinding vascular dengan oksigen dan nutrisi (Aaronson, 2010). Protein elastin didapatkan terutama dalam arteri. Molekul elastin tersusun menjadi jalinan serabut yang berbentuk kumparan acak. Molekul (seperti pegas) ini memungkinkan arteri melebar selama sistol dan kemudian kembali mengecil selama diastol agar menjaga darah tetap mengalir kedepan. Hal ini sangat penting untuk aorta dan arteri elastik besar lainnya, dimana media mengandung lapisan elastin berfenetrasi yang memisahkan sel-sel otot polos menjadi lapisan konsentrik multipel (Aaronson, 2010). Protein fibrosa kolagen terdapat dalam ketiga lapisan dinding vascular, dan berfungsi sebagai kerangka yang menahan sel otot polos tetap pada tempatnya. Pada tekanan internal yang tinggi, jalinan kolagen menjadi sangat kaku, dan membatasi pelebaran pembuluh darah. Hal ini sangat penting untuk vena, yang memiliki kandungan kolagen lebih banyak dari arteri (Aaronson, 2010). 3. Fisiologi jantung Semua jaringan tubuh selalu bergantung pada aliran darah yang disalurkan oleh kontraksi dan denyut jantung. Jantung mendorong darah melintasi pembuluh darah untuk disampaikan dalam jumlah yang cukup. Jantung berfungsi untuk menjalankan sistem sirkulasi dan transportasi dalam tubuh (Sherwood, 2014). Pada dasarnya sistem sirkulasi terdiri dari 3 komponen dasar yaitu (Sherwood, 2014) : a.



Jantung berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah untuk menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah mengalir ke jaringan.



b. Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan dan mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan kemudian mengembalikannya ke jantung. c.



Darah berfungsi sebagai medium transportasi tempat bahan- bahan yang akan disalurkan dilarutkan, diendapkan. Siklus jantung adalah urutan kejadian mekanik yang terjadi selama satu denyut jantung tunggal. Saat menuju akhir diastole (G) semua rongga jantung berelaksasi. Katup antara atrium dan ventrikel terbuka (katup AV: kanan, trikuspid ; kiri, mitral), karena tekanan atrium tetap sedikit lebih besar daripada tekanan ventrikel sampai ventrikel benar-benar mengembang. Katup aliran keluar pulmonal dan aorta (semilunar) menutup, saat arteri pulmonalis dan tekanan aorta lebih besar daripada tekanan ventrikel. Siklus dimulai ketika nodus sinoatrial menginisiasi denyut jantung (Sherwood, 2014).



d.



Sistol atrium (A) Kontraksi atrium melengkapi pengisian ventrikel. Saat istirahat, atrium member konstibusi kurang dari 20% volume ventrikel, namun proporsi ini meningkat sesuai denyut jantung, karena diastol memendek dan terdapat lebih sedikit waktu untuk pengisian ventrikel. Tidak terdapat katup antara vena dan atrium dan sejumlah darah mengalami regurgitasi ke dalam vena. Gelombang dari tekanan atrium dan vena merefleksiakan sistol atrium. Volume ventrikel setelah pengisian dikenal sebagai volume akhir diastolik, dan besarnya 120-140 ml.



e.



Sistol ventrikel Kontraksi ventrikel menyebabkan peningkatan tajam tekanan ventrikel dan katup AV menutup begitu tekanan ini melampaui tekanan atrium. Penutupan katup AV menyebabkan bunyi jantung pertama (S1). Depolarisasi ventrikel berkaitan dengan kompleks QRS dan EKG. Selama fase awal kontraksi ventrikel, tekanan ventrikel lebih kecil daripada tekanan arteri pulmonal dan aorta, sehingga katup aliran keluar tetap menutup. Ini merupakan kontraksi isovolumetrik (B), karena volume ventrikel tidak berubah. Tekanan yang meningkat menyebabkan katup AV menonjol ke dalam atrium, sehingga ,menyebabkan gelombang tekanan atrium yang kecil (gelombang c), yang diikuti oleh suatu penurunan (penurunan x) (Aaronson, 2010).



f.



Ejeksi Katup-katup aliran keluar terbuka saat tekanan dalam ventrikel melampaui tekanan pada arteri masing-masing.n perhatikan bahwa tekanan arteri pulmonal 15 mmHg diperkirakan lebih kecil daripada tekanan aorta 80 mmHg. Aliran kedalam arteri pada awalnya sangat cepat (fase ejeksi cepat c), namun saat kontraksi semakin menghilang, ejeksi menjadi berkurang (fase ejeksi menurun d). ejeksi cepat kadang-kadang terdengar sebagai murmur.



Kontraksi aktif menghilang selama paruh kedua ejeksi, dan otot berpolarisasi.ini berkaitan dengan gelombang T pada EKG. Tekanan ventrikel selama vase ejeksi menurun adalah sedikit lebih kecil daripada tekanan arteri, namun darah terus mengalir keluar ventrikel karena adannya momentum. Pada akhirnya aliran secara cepat berbalik sehingga menyebabkan penutupan katup aliran keluar dan suatu peningkatan kecil tekanan aorta, takik dikrotik. Penutupan katup semilunaris berkaitan dengan bunyi jantung kedua (S2) (Aaronson, 2010). Jumlah darah yang diejeksikan ventrikel dalam satu denyut disebut isi sekuncup yaitu 70ml. oleh sebab itu, sekitar 50ml darah tertinggal dalam ventrikel pada akhir sistol(volume akhir sistolik). Proporsi EDV yang diejeksikanadalah fraksin ejeksi. Selama dua pertiga akhir sistol, tekanan atrium meningkat akibat pengisian vena (gelombang v) (Aaronson, 2010). g.



Diastol-relaksasi dan pengisian kembali Setelah penutupan katup aliran keluar, ventrikel secara cepat berelaksasi. Namun demikian, tekanan ventrikel tetap lebih besar daripada tekanan atrium dan katup AV tetap menutup. Ini disebut relaksasi isovolumetrik (E). Saat tekanan ventrikel menurun dibawah tekanan atrium, maka katup AV terbuka dan tekanan atrium menurun (penurunan y) saat ventrikel terisi kembali (pengisian kembali ventrikel sangat cepat F). ini dibantu oleh recoil elastic dinding ventrikel, yang sebenarnya menyedot darah. Bunyi jantung ketiga (S3) dapat terdengar pada orang muda, atau saat EDP tinggi. Saat ventrikel benar-benar berelaksasi, pengisian kembali melambat. Ini berlanjut selama dua pertiga akhir diastole akibat aliran vena. Saat istirahat, diastole dua kali lebih panjang dari sistol, namun menurun secara proporsional selam altihan dan saat laju denyut jantung akan meningkat (Aaronson, 2010).



h.



Nadi Nadi disebabkan oleh gelombang tekanan yang bergerak menuruni cabang vascular. Bentuk dari nadi arterial dimodifikasi oleh kompliansi dan ukuran arteri. Suatu arteri yang kaku, seperti pada usia yang menua atau aterosklerosis, menyebabkan nadi teraba lebih jelas. Nadi juga lebih tajam saat ukuran arteri berkurang. Pantulan yang mencerminkan arteri dari titik-titik dimana resistensi terhadap aliran meningkat, misalnya saat arteri bercabang, dan dapat menyebabkan peningkatan puncak selanjutnya. Nadi vena jugularis mencerminkan atrium kanan, dan berkaitan dengan gelombang a,c,v, dan penurunan x dan y (Aaronson, 2010) 2. Definisi Kardiomiopati dilatasi atau dilated cardiomyopathy (DCM) adalah gangguan miokard yang didefinisikan oleh dilatasi dan gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri, atau kedua ventrikel, tanpa adanya penyakit arteri koroner, kelainan katup, atau penyakit perikard. Terdapat sejumlah penyakit jantung dan sistemik yang berbeda terkait dengan



pelebaran ventrikel kiri dan gangguan kontraktilitas, tetapi pada kebanyakan pasien, tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi. 3. Klasifikasi a. Idiopatik b. Familial ( genetic) c. Inflamasi : infeksi ( terutama viral, non infeksi : penyakit jaringan ikat, kardiomiopati, dan sarkoidosis) d. Toksik : konsumsi alcohol kronis i. Agen kemoterapeutik e. Metabolic : hipotiroidisme, hipofosfatemia kronis f. Neuromuscular g. Distrofi muscular miotonik 4. Etiologi Berdasarkan etiologinya digolongkan menjadi 2 macam yaitu: 1. Tipe primer : terddiri dari penyakit otot yang tidak diketahui penyebabnya. a. Idiopatik b. Familial 2. Tipe sekunder : terdiri dari penyakit otot jantung dengan sebab yang diketahui atau berhubungan dengan penyakit yang mengenai sistem organ lain. a. Infektif - Miokarditis virus - Miokarditis bakteri - Miokarditis jamur - Miokarditis protozoa - Miokarditis metazoa b. Metabolik c. Penyakit familial d. Defisiensi - Elektrolit - Nutrisi e. Kelainan jaringan ikat - Lupus eritematosis sistemik - Poliartritis nodusa - Arthritis reumotoid - Skleroderma - Dermatomiositis f. Infiltrasi dan granuloma - Amiloidosis - Sarkoidosis - Keganasan - Hematolromatosis



g. Neuromuskular - Distrofi otot - Distrofi miotonik - Atksia friedrech - Penyakit refsom h. Reaksi toksik dan sensitifitas - Alkohol - Radiasi - Obat i. Penyakit jantung peripartum 5. Patofisiologi Kardiomiopati dilatasi atau kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang paling sering terjadi. Ditandai dengan adanya dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran ventrikel kiri, dan stasis darah dalam ventrikel.



Pathway Genetik



Penyakit arteri koronaria



Mutasi protein sarkomer Alel tidak aktif



Infeksi virus



Pasokan darah tidak memadai ke otot jantung



Peradangan otot jantung akut (miokarditis)



Memperlemah otot jantung



Hipoksia Hipoksemia miokard



Disfungsi otot jantung



Obat anti kanker (bahan kimia) Merusak miokardium secara akut



Memperkuat berkembangnya miokarditis (karena turunnya resistensi individu) atau mungkin menjadi predisposisi defisiensi nutrisi



Penurunan perfusi jaringan kardiopulmoner



Kerusakan protein sarkomer jantung



alkohol



Inflamasi (miokarditis)



Kerusakan jantung kronis



Difusi otot jaantung Kardiomiopati



Kardiomiopati kongestif



Kardiomiopati hipertrofik Gangguan ejeksi ventrikel kiri ↓ Statis darah dalam ventrikel dan di atrium ↓ Peningkatan preload dan afterload



Kardiomiopati restriktif



Curah jantung ↓



Gagal jantung kongesif



Penurunan suplai oksigen ke jaringan







Aktual/risiko ketidakefektifan perfusi perifer







Intoleran aktivitas







Prognosis kondisi penyakit







Adanya program terapi



Peningkatan beban volume atrium kiri ↓ Kongesti paru ↓ Edema paru ↓



Sesak nafas







Ansietas











Hambatan pertukaran gas



Ketidakefektifa n manajemen kesehatan







Ketidakefektifa n pola nafass



6. Manifestasi Klinis a. b. c. d. e. f. g. h.



Sesak nafas Lemah Orthopnea Dyspnea paroksimal nocturnal Edema prifer Palpitasi Nyeri dada ( yang tidak khas bisa timbul) Angina pectoris ( jika penyakit coroner menyertsinya)



7. Pemeriksaan Penunjang a. Rontgen b. EKG : menunjukkan kelainan ST-T c. Ekokardiogram : berkesan dilatasi dan disfungsi ventrikel kiri d. Radionuklir : menunjukkan dilatasi dan disfungsi ventrikel kiri ( RVG =: ventrikulogram radionuklid ; TI = thaliun 201) e. Kateterisasi jantung : curah jantung menurun f. Angiografi : berkesan ventrikel kiri hipokinetik difus serta dilatasi, sering disertai dengan regurgitasi mitral g. Biopsy Endomiokard transvenus 8. Penataklasanaan 1. Tirah baring ( terutama untuk penyebab yang tidak diketahui) 2. Menghindari aktivitas jasmani yang berat 3. Medikamentosa : - Anti koagulan untuk embolisasi sistemik - Kardiotonika seperti : amrinaon dan milrinon untuk menambah perbaikan klinik - Kartikosteroid untuk antiinflamasi - Antiaritmia untuk aritmia yang serius atau simtomatis 4. Transpalansi jantung, harus dipertimbangkan dan dilakukan bila tidak ada kontra indikasi terhadap prosedur tersebu



8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Keluhan utama ( chief complaint) alasan dating b. Keluhan dan keterangan tambahan (present lines) c. Riwayat penyakit dahulu d. Riwayat keluarga e. Riwayat sosio ekonomi 2. Pemeriksaan fisik a. KU : usia, kesadaran dan keadaan emosi kenyamanan, distress, sikap dan tingkah laku klien b. Tanda- tanda vital a) Pernafasan : Frekuensi : bradipnea, takipnea Keteraturan : regular irregular Amlitudo b) Nadi Frekuensi, regularitas, amplitude : besarnya isi sekuncup, bentuk/ contour, isi (volume), perabaan arteria keadaan dinding arteri, pada tingkat lanjut tekanan nadi kecil c) Tekanan darah Nilai normal bergantung : umur dan jenis kelamin Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg Diastolik : 80-90 mmHg d) Suhu badan Metabolisme menurun, suhu menurun 3. Pemeriksaan Head to toe a. Kepala b. Mata : konjungtiva ; anemia c. Sclera,icterus d. Mulut : tanda infeksi e. Kuping f. Muka; ekspresi, anemia g. Leher; KGB, tekanan vena jugularis externa meningkat h. Dada; deformitas, gerakan dada i. Pememriksaan perut : ascites, perabaanhati dan limpa j. Ekstremitas k. Lengan lengan: reflex, warnandan tekstur kulit, edema, clubbing l. Bandingkan arteri radialis kiri dan kanan m. Lengan- lengan : reflex, warna dan tekstur kulit, edema, clubbing n. Bandingkan arteri radialis kiri dan kanan



4. Pememriksaan khusus jantung a) Inspeksi - Mid sternal line - Mid elavikular line - Anterior aksilar line - Para sternal line b) Palpasi jantung - Pulsasi ventrikel kiri - Pulsasi ventrikel kanan - Getar jantung - Didaptkan adanya berbagai tingkat pembesaran jantung c) Auskultasi - Biasanya terdengar bunyi jantung ketiga dan keempat juga dapat timbul bising diastolik 7.



DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis keperawatan pada kardiomiopati menurut SDKI (2018) sebagai berikut :



8.



1.



Pola nafas tidak efektif



2.



Gangguan pertukaran gas



3.



Risiko perfusi perifer tidak efektif



4.



Intoleran aktivitas



5.



Ansietas



6.



Manajemen kesehatan tidak efektif



PERENCANAAN KEPERAWATAN : 1. Masalah : (0005) pola nafas tidak efektif Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 diharapkan pola napas (L.01004) cukup meningkat Kriteria hasil : a) Tekanan ekspirasi cukup meningkat b) Tekanan ipirasi cukup meningkat c) Dispnea cukup menurun d) Ortopnea cukup menurun e) Pernafasan cuping hidung cukup menurun f) Frekuensi napas cukup membaik g) Kedalaman napas cukup membaik



jam,



h) Ekskursi dada cukup membaik Intervensi Keperawatan Manajemen jalan napas ( I.01011) Obsevasi : -



-



Rasional - Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan



Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman, usaha napas)



ronkhi



Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)



- Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi : -



Kolaborasi pemberian brankodilator, ekpektoran, mukolitik, jika perlu.



menunjukkan secret,



ketidakmampuan membersihkan



untuk jalan



napas



menimbulkan penggunaan otot



Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Edukasi : Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi



mengi



akumulasi



-



-



atelectasis,



bantu



pernapasan



dan



peningkatan kerja napas -



Mengetahui



ada



tidaknya



suara napas tambahan yang menghalangi jalan napas -



Untuk



mengetahui



seberapa



parah kondisi pasien -



Untuk mengganti cairan tubuh



-



Batuk



efektif



dapat



mengelurakan dahak -



Pemberian obat bronkodilator untuk melebarkan jalan napas, ekspektoran merangsang sputum,



obat



untuk



pengeluaran



mukolitik



membuat



hancur formasi -



sputum atau tidak lagi bersifat kental



2. Masalah : (D.0003) Gangguan Pertukaran Gas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pertukaran gas (L.01003) meningkat dengan



Kriteria Hasil: a. Dispnea cukup menurun b. Bunyi napas tambahan cukup menurun c. Pusing cukup menurun d. Gelisah cukup menurun e. Nopas cuping hidung cukup menurun f. Pola napas cukup membaik g. Takikardia cukup membaik h. Sianosis cukup membbaik Intervensi Keperawatan Pemantauan respirasi (I.01014) Observasi : -



Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas



-



Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-strokes, biot, atasksik)



-



Monitor kemampuan batuk efektif



-



Monitor sputum



adanya



produksi



-



Monitor adanya jalan napas



sumbatan



-



Palpasi kesimetrisan ekspansi paru



-



Auskultasi bunyi napas



-



Monitor saturasi oksigen



-



Monitor nilai AGD



Rasional -



Untuk mengetahui frekuensi pernapasan sudah normal atau tidak



-



Untuk mengetahui sejauh mana penurunan bunyi napas indikasi atlekasi, ronki indikasi, akumulasi sekret atau ketidak mampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapsan meningkat



-



Untuk mengetahui sejauh mana batuk efektif dapat membantu mengeluarkan dahak bila da



-



Untuk mengetahui sejauh mana klien memahami produksi sputum



-



Untuk menunjang proses sumbatan jalan napas



- Monitor hasil x-ray toraks Edukasi : Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Informasikan hasil pemantauan, jika perlu 3. Masalah: (D.0015) Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif



Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama …x… jam, diharapkan perfusi perifer (L02011) meningkat dengan Kriteria hasil: a.



Denyut nadi perifer cukup meningkat



b. Edema perifer cukup menurun c.



Nyeri ekstremitas cukup menurun



d. Kelemahan otot cukup menurun e.



Kram otot cukup menurun



f.



Nekrosis cukup menurun



g. Pengisian kapiler cukup membaik h. Akral cukup membaik i.



Tekanan arteri rata-rata cukup membaik Intervensi Keperawatan



Perawatan sirkulasi (I.02079) Obsevasi : -



-



Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index) Identiffikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)



Rasional -



Mengupayakan TTV pasien tetap stabil



-



Mengetahui kestabilan pernapsan klien



-



Mengetahui ICP dan CPP klien



-



Mnegetahui ada tidaknya tandatanda dari dehidrasi dari klien



-



Mengetahui kestabilan TTV klien.



-



Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ektremitas Edukasi : -



Anjurkan berhenti merokok



-



Anjurkan berolahraga rutin



-



Informasikan tanda dan gejala daruratbyang harus dilaporkan (mis, rasa sakit yang tidak hilang saat istrahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)



4. Masalah : (D.0056) Intoleransi Akitfitas



Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan toleransi aktivitas (L05047) meningkat dengan Kriteria Hasil: a. Frekuensi nadi cukup meningkat b. Saturasi oksigen cukup meningkat c. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari cukup meningkat d. Keluhan lelah cukup menurun e. Dispnea saat aktivitas cukup menurn f. Sianosis cukup menurun g. Tekanan darah cukup membauik h. EKG iskemia cukup membaik Intervensi Keperawatan Manajemen energi (I05178) Observasi : -



Monitor ketidaknyamanan melakukan aktivitas Edukasi :



-



Anjurkan tirah baring



-



Anjurkan melakukan aktivitas sevara bertahap



-



Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang



-



Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelahan Kolaborasi : Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.



Untuk menghindari terjadinya letih



lokasi selama



-



-



Rasional



-



Untuk mengetahui status kelelahan klien dan tingkat emosi



-



Untuk mengetahui kualitas tidur pasien



-



Untuk mengetahui tingkat kemampuan klien mAgar klien merasa nyaman



-



-Melatih ekstermitas pasien untuk berlatih dalam batas aman



-



Distraksi bermanfaat dalam memberikan ketenangan



-



Pemenuhan aktivitas klien



-



Aktivitas yang berlebihan akan memperburuk keadaan klien



-



Meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas



-



Manifestasi koping maladaptif mungkin dapat meningkatkan kelelahan



-



Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan tubuh klien hypervolemia



5. Masalah : (D.0080) Ansietas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tingkat ansietas (L.09093) menurun dengan Kriteria Hasil: j. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun k. Perilaku gelisah menurun l. Perilaku tegang menurun m. Pola tidur membaik n. Frekuensi pernapasan membaik o. Frekuensi nadi membaik Intervensi Keperawatan Terapi Relaksasi (I.09326) Observasi : -



Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif



Rasional -



Jika



klien



penurunan



mengalami tingkat



energi,



ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejala lain yang



mengganggu,



maka



-



klien akan sulit melakukan



Periksa ketegangan otot,



teknik relaksasi tersebut



frekuensi nadi, tekanan darah dan



suhu



sebelum



-



dan



Monitor



respon



darah dan suhu sebelum dan sesudah latihan



Edukasi : tujuan,



-



manfaat,



-



- Anjurkan mengambil posisi nyaman



-



-



teknik relaksasi



memahami



Untuk memberikan rasa nyaman pada saat diberikan



tekhnik dan



klien



dilakukan



intervensi



yang dipilih - Demonstrasikan



Agar



terkait intervensi yang akan



dan



- Anjurkan sering mengulangi melatih



Untuk memberikan informasi terkait tindakan jenis relaksasi



merasakan sensasi relaksasi atau



membandingkan



terapi



- Jelaskan secara rinci intervensi yang dipilih



Untuk



perasaan sebelum dan setelah



batasan dan jenis relaksasi



- Anjurkan rileks



apakah



otot, frekuensi nadi, tekanan



terhadap



terapi relaksasi - Jelaskan



mengetahui



ada perubahan yang baik pada



sesudah latihan -



Untuk



latih



-



Sebagai penunjang agar bisa merasakan ketenangan



-



Untuk membuat pasien mudah mengingat dan menerapkan intervensi yang diberikan



-



Untuk memudahkan klien melakukan intervensi



6. Masalah : (D.0116) Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan manajemen kesehatan (L.12104) meningkat dengan kriteria hasil: a. b. c. d.



Melakukan tindakan untuk mengrangi faktor resiko cukup meningkat Menerapkan program perawatan cukup meningkat Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhu tujuan kesehatan cukup meningkat Verbalisasi kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan cukup



menurun Intervensi Keperawatan Edukasi Kesehatan ( I.12383) Observasi : - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi - Identifikasi faktor-faktor yang



Rasional - Memberikan informasi ketika pasien siap dan mampu dapat mengoptimalkan dalam peresapan informasi - Untuk sebagai pengetahuan agar kedepannya lebih berhati-hati - Untuk meminimalisisr



dapat meningkatkan dan



komplikasi yang akan timbul



menurunkan motivasi



dan keluarga dapat



perilaku hidup bersih dan



menjalankan PHBS dengan



sehat



optimal



Edukasi : - Jelaskan faktor resiko yangdapat mempengaruhi kesehatan - Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat - Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.



- Untuk mengoptimalkan pencapaian keluarga sehat



DAFTAR PUSTAKA Fauzi Yahya.2017.Penaklukan No.1: Mencegah Dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner.Bandung : Qanita Amanda.T.S 2019 Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Congestive Dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas. Insan Cendekia Medika Jombang. Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC Hudak & Gallo. (1996). Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II. Jakarta : EGC. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medical Bedah. Bandung : Pajajaran. Price and Wilson. (2005). Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC. Suzanne CS & Brenda GB. (1999). Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.



Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi1 Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI. https://id.scribd.com/doc/120163138/Askep-Kardiomiopati-DCM http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/841 Pustaka, Tinjuan. 2018. “Etiologi Dan Patofisiologi Kardiomiopati Dilatasi.” 7(Supplement 2):135–43.