LP DCM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DILATED CARDIOMYOPATHY (DCM) PUSAT JANTUNG TERPADU RS. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2018



Ade Syamsuryadi Azis R014172029 CI LAHAN



[



CI INSTITUSI



]



[Dr. Yuliana Syam, S. Kep., Ns., M. Kes]



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018



BAB I KONSEP MEDIS A. Definisi Kardiomiopati adalah sekumpulan kelainan pada otot jantung penyakit ini terkadang melemahkan dan membesarkan ukuran otot jantung dan seringkali berakhir dengan gagal jantung. Penyakit ini diklasifikasikan berdasarkan bentuk perubahan anatominya menjadi tiga yaitu kardiomiopati dilatasi, hipertrofik dan restriktif. Dilated Cardiomyopathy (DCM) atau biasa disebut juga dengan Kardiomiopati kongestif merupakan jenis kardiomiopati dengan ciri-ciri yaitu terdapatnya dilatasi ruang ventrikel yang progresif dan disertai disfungsi dari kontraksi ventrikel saat sistolik. Penyakit ini memiliki banyak etiologi antara lain: genetik, bahan toksik (alkohol, doxorubicin), peripartum, miokarditis virus, tetapi pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah idiopatik. Dilatasi ruang yang terjadi lebih sering mengenai salah satu ventrikel saja. Dilatasi ruang ventrikel biasanya diikuti pembesaran dinding ventrikel tetapi pembesaran dinding yang terjadi masih lebih kecil dibandingkan dengan dilatasi ruang ventrikel. Secara mikroskopik dapat terlihat degenerasi kardiomiosit dengan hipertrofi yang iregular dan atrofi dari serat otot. Terkadang dapat ditemukan fibrosis interstitial dan fibrosis perivaskular yang sangat luas.



B. Etiologi Kardiomiopati dilatasi biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki dengan usia 20-60 tahun. Faktor-faktor risiko yang lain meliputi tekanan darah yang tinggi (hipertensi), kerusakan pada otot jantung karena serangan jantung, mengkonsumsi alkohol, riwayat keluarga dengan kardiomiopati dilatasi, penggunaan kokain, beberapa jenis obat kemoterapi dan radiasi pada terapi kanker, infeksi bakteri atau virus pada otot jantung, obesitas, beberapa penyakit metabolik seperti diabetes melitus, defisiensi vitamin dan mineral yang esensial, dan infeksi HIV.



Gambar 1. Jantung normal dibandingkan dengan jantung pasien kardiomiopati dilatasi



1. Usia Kardiomiopati dilatasi dapat menyerang berbagai usia, dari masih bayi maupun orang dewasa. Pada bayi dan anak-anak biasanya mempunyai respon yang berlebihan pada paparan pertama dengan antigen. Pada orang dewasa biasanya mempunyai daya toleransi yang sangat tinggi dan gambaran klinisnya berupa respon inflamasi kronis terhadap antigen



asing atau gangguan sistem imun yang akan berdampak terhadap autoimun. 2. Jenis Kelamin Pria cenderung lebih mudah terkena kardiomiopati dilatasi dibandingkan dengan wanita. Secara keseluruhan, kemungkinan laki-laki dan perempuan terkena kelainan ini adalah sama. Namun, pada kardiomiopati dilatasi yang berhubungan dengan kelainan neuromuskuler atau inborn errors of metabolism, ternyata lebih didominasi oleh laki-laki dan pada kebanyakan kasus diturunkan secara X-linked. 3. Riwayat Keluarga Diakui bahwa sekitar 20% sampai 35% pasien dengan kardiomiopati dilatasi idiopati memiliki kardiomiopati familial (didefinisikan sebagai 2 anggota keluarga berhubungan erat yang memenuhi kriteria kardiomiopati dilatasi idiopati). Pertimbangan kardiomiopati familial ini termasuk penemuan yang semakin penting dari kardiomiopati. Kemajuan teknologi memungkinkan pengurutan dan pembacaan genotipe dengan standar tinggi dengan biaya yang dikurangi membawa pemeriksaan genetika ke arena klinis. 4. Diabetes Melitus Diabetes melitus kini juga diakui sebagai salah satu faktor risiko perkembangan gagal jantung. Hubungan antara mortalitas dan hemoglobin A1c (HbA1c) pada pasien dengan diabetes melitus dan gagal jantung muncul dalam bentuk U, dengan risiko kematian terendah pada pasien



dengan kontrol glukosa yang sederhana (7,1% < HbA1c ≤ 7,8%) dan peningkatan risiko dengan kadar HbA1c yang sangat tinggi atau sangat rendah. Strategi pengobatan optimal pada pasien dengan diabetes melitus dan gagal jantung masih kontroversial; beberapa penelitian menunjukkan bahaya potensial dengan beberapa obat penurun glukosa. Keamanan dan kemanjuran terapi diabetes melitus pada gagal jantung, termasuk metformin, sulfonilurea, insulin, dan analog peptida mirip glukagon, menunggu data lebih lanjut dari uji klinis yang akan datang. Pengobatan dengan thiazolidinediones (misalnya rosiglitazone) dikaitkan dengan retensi cairan pada pasien dengan gagal jantung dan harus dihindari pada pasien gagal jantung dengan NYHA kelas II sampai IV. 5. Konsumsi Alkohol Pengguna alkohol kronis adalah salah satu penyebab paling penting dari kardiomiopati dilatasi. Diagnosis klinis dicurigai ketika terjadi disfungsi biventrikel dan dilatasi yang diamati terus-menerus pada peminum berat tanpa adanya penyebab lain yang diketahui untuk penyakit miokardium. Kardiomiopati karena alkohol paling umum terjadi pada pria berusia 30-55 tahun yang telah menjadi konsumen berat alkohol selama >10 tahun. Perempuan mewakili sekitar 14% dari kasus kardiomiopati karena alkohol tetapi mungkin lebih rentan dengan konsumsi alkohol yang lebih sedikit semasa hidupnya.



6. Obesitas Meskipun mekanisme tepat yang menyebabkan gagal jantung yang berkaitan dengan obesitas tidak diketahui, akumulasi lemak yang berlebihan menghasilkan peningkatan volume sirkulasi darah. Peningkatan persisten yang berlanjut pada curah jantung, kerja jantung, dan tekanan darah sistemik bersamaan dengan cedera miosit jantung yang disebabkan lipotoksisitas dan akumulasi lipid miokard telah terlibat sebagai suatu mekanisme yang potensial. Sebuah studi dengan peserta dari Framingham Heart Study melaporkan bahwa setelah ada penyesuaian untuk faktor risiko ditetapkan, obesitas dikaitkan dengan risiko masa depan yang signifikan dari pengembangan gagal jantung. Tidak ada studi skala besar dari segi keamanan atau kemanjuran penurunan berat badan dengan diet, olahraga, atau operasi bariatrik pada pasien obesitas dengan gagal jantung. C. Manifestasi klinik 1. Sesak Nafas 2. Lemah 3. Orthopnea 4. Dyspnea paroksimal nocturnal 5. Edema Perifer 6. Palpitasi 7. Nyeri Dada (yang tidak khas) 8. Angina pectoris 9. Edema paru



10. Hipertensi pulmonal 11. Tekanan vena pulmonalis atau curah jantung yang rendah D. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan Dilated Cardiomyopathy, yaitu : 1. Rontgen a. Menunjukkan pembesaran jantung sedang-besar b. Hipertensi vena pulmonalis 2. EKG Untuk menunjukkan kelainan ST-T 3. Ekokardiogram Untuk menunjukkan kesan dilatasi dan disfungsi ventrikel kiri 4. Radionuklir Untuk menunjukkan dilatasi dan disfungsi ventrikel kiri (RVG = Ventrikulogram radionuklid TI = Thaliun 201) 5. Kateterisasi Jantung a. Dilatasi dan disfungsi ventrikel kiri dan kanan b. Curah jantung menurun 6. Angiografi Untuk menunjukkan ventrikel kiri hipokinetik difus serta dilatasi, sering disertai dengan regurgitasi mitral 7. Biopsi Endomiokard transvenus a. Digunakan pada kondisi seperti infiltrasi miokard oleh amiloid



b. Berkesan dengan inflamasi sel bundar miokardium E. Penatalaksanaan 1. Tirah baring (terutama untuk penyebab yang tidak diketahui) 2. Menghindari aktivitas jasmani yang berat 3. Medikamentosa a. Anti koagulan untuk embolisasi sistemik b. Kardiotonika seperti : Amrinaon dan milrinon untuk menambah perbaikan klinik c. Kortikosteroid untuk antiinflamasi d. Antiaritmia untuk aritmia yang serius atau simtomatis 4. Transplantasi jantung Harus dipertimbangkan dan dilakukan bila tidak ada kontra indikasi terhadap prosedur tersebut



BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Pengkajian Anamnesa meliputi identifikasi klien, identifikasi faktor risiko potensial termasuk riwayat praktik social dan penggunaan obat injeksi IV. Kaji status fisik dan psikologis. Secara keseluruhan gali faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi system imun [ CITATION Sme131 \l 1033 ]. 2. Pemeriksaan fisik Usia, kesadaran, dan keadaan emosi kenyamanan, distress, sikap dan tingkah laku klien, tanda-tanda vital : a. Pernafasan Frekuensi: bradipnea, takipnea Keteraturan :reguler, irreguler (cheyne stoke, asmatik) amplitudo b. Nadi Frekuensi



regularitas



amplitudo



:



besarnya



isi



sekuncup



bentuk/contour isi (volume) perabaan arteria keadaan dinding arteri. Pada tingkat lanjut tekanan nadi kecil c. Tekanan darah Nilai normal bergantung : umur, jenis kelamin. Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg. Diastolik : 80-90 mmHg d. Suhu badan Metabolisme menurun, suhu menurun



3. Head to toe examination a. Kepala b. Mata : konjungtiva : anemia, sklera, ikterus c. Mulut : tanda infeksi d. Kuping e. Muka : ekspresi, anemia f. Leher : KGB, tekanan vena jugularis externa meningkat g. Dada : deformitas, gerakan dada h. Pemeriksaan perut : asites, perabaan hati, dan limpa i. Ekstremitas Lengan tanngan : refleks. Warna dan tekstur kulit, edema, clubbing bandingkan arteri radialis kiri dan kanan 4. Pemeriksaan khusus jantung a. Inspeksi 1) mid sternal line 2) mid clavikular line 3) anterior aksilar line 4) para sternal line b. Palpasi jantung 1) pulsasi ventrikel kiri 2) pulpasi ventrikel kanan 3) getar jantung



c. Auskultasi Biasanya terdengar bunyi jantung ketiga dan keempat. Juga dapat timbul bising diastolik. B. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan pola nafas 2. Risiko gangguan perfusi jaringan perifer 3. Intoleransi aktivitas 4. Ansietas C. Rencana/Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan tujuan/kriteria Hasil 1. Ketidakefektifan NOC pola nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan: 1. tingkat pernapasan spontan 2. irama pernapasan spontan 3. kedalaman pernapasan spontan 4. apikal denyut jantung apikal 5. PPaCO2 (tekanan parsial oksigen dalamm darah arteri)



Intervensi NIC Manajemen jalan napas: 1. posisiskan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2. lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya 3. buang sekret dengan memotivasi pasien untukk melakukan batuk atau menyedot lender 4. motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar, dan batuk 5. instruksikan bagaimana agar bisa Status pernapasan melakukan batuk 1. frekuensi pernapasan efektif 2. irama pernapasan 6. auskultasi suara napas, 3. kedalaman inspirasi catat area yang 4. suara auskultasi nafas ventilasinya menurun 5. kepatenan jalan atau tidak ada dan napas adanya suara 6. volume tidal tambahan 7. pencapaian tingkatt 7. regulasi asupan cairan



insentif spinometri 8. kapasitas vital 9. saturasi oksigen 10. tes faal paru



2. Risiko gangguan perfusi jaringan perifer



NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan: a. Pengisian kapiler jari dipertahankan dalam kisaran normal b. Suhu kulit ujung kaki dan tangan dipertahankan dalam kisaran normal c. Tekanan darah sistolik dipertahankan dalam kisaran normal d. Tekanan darah diastolic dipertahankan dalam kisaran normal e. Edema perifer menurun dari level berat/1 menjadi level tidak ada f. Wajah pucat menurun dari level berat/1 menjadi level tidak ada



untukk mengoptimalkan keseimbangan cairan 8. posisikan untuk meringankan sesak napas 9. monitor status pernapasan dan oksigen, sebagaimana mestinya NIC Manajemen elektrolit/cairan (2080): a. Monitor perubahan status paru atau jantung yang menunjukkan kelebihan cairan atau dehidrasi b.Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk atau dehidrasi (misalnya poliuria, oliguria, nafas dangkal dan cepat, mata cekung atau edema) c. Tingkatkan intake/asupan cairan per oral (misalnya, memberikan cairan oral sesuai preferensi pasien, tempatkan (cairan) ditempat yang mudah dijangkau, memberikan sedotan, dan menyediakan air segar), yang sesuai d.Monitor hasil lab yang relevan dengan keseimbangan cairan (misalnya Ht, BUN, albumin, protein total, osmolaritas serum, dan urin spesifik) e. Monitor TTV, yang sesuai



3. Intoleransi aktivitas NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan: Daya tahan a. Dapat melakukan aktivitas rutin. b. Pemulihan energi saat istirahat tidak terganggu. c. Konsentrasi dan daya tahan otot tidak terganggu. Energi psikomotor a. Menunjukkan afek yang sesuai dengan situasi. b. Menunjukkan kebersihan dan tampilan personal. c. Menunjukkan tingkat energi yang stabil. d. Menunjukkan kemampuan untuk



Perawatan sirkulasi: insufisiensi vena (4066): a. Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komprehensif (misalnya, mengecek nadi perifer, udem, waktu pengisian kapiler, warna dan suhu kulit) b.Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali. c. Lindungi ekstremitas dari trauma (misalnya, meletakkan bantalan di bawah kaki dan betis, meletakkan footboard untuk menopang kaki) NIC Peningkatan mekanika tubuh a. Kaji komitmen pasien untuk belajar dan menggunakan postur tubuh yang benar. b. Edukasi pasien terkait pentingnya penggunaan postur tubuh yang benar untuk mencegah kelelahan, ketegangan dan injury. c. Instruksikan pasien untuk menghindari tidur dengan posisi telungkup. d. Ajarkan klien untuk menghindari posisi yang sama dalam jangka waktu yang lama. e. Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai



menyelesaikan tugas sehari – hari. Perawatan diri : aktivitas sehari – hari a. Dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri seperti makan, berpakaian, kebersihan badan, dll. b. Melakukan mobilitas di kursi roda tanpa ada gangguan. c. Berpindah dan memposisikan diri tanpa gangguan.



4. Ansietas



NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan: a. menyampaikan rasa cemas secara lisan b. beristirahat/tidur c. mengatasi perasaan gelisah d. mengontrol penyebab cemas e. menggunakan strategi koping dengan efektif f. mengendalikan respon ceman g. mengenali realita situasi kesehatan h. menyesuaikan



berjalan berdiri.



dari



posisi



Terapi latihan : mobilitas sendi a. Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi sendi. b. Pakaikan baju yang tidak menghambat pergerakan sendi. c. Lindungi pasien dari trauma selama latihan. d. Bantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang optimal untuk pergerakan sendi pasif maupun aktif. e. Lakukan latihan ROM pasif/aktif sesuai indikasi. NIC Dukungan emosi 1. Dorong pasien untuk mengekspresikan perassan cemas, marah atau sedih 2. Berikan sentuhan sebagai bentuk dukungan 3. Rujuk untuk konseling sesuai kebutuhan Konseling 1. Bina hubungan saling percaya 2. Bersikap empati, hangat dan tulus 3. Menjelaskan tujuan dan lama konseling 4. Bantu klien mengekspresikan



i.



j.



k.



l. m.



n.



o.



p.



perubahan dalam status kesehatan mengekspresikan kedamaian dalam diri melaporkan perasaan berharga dalam hidup mendapatkan dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman menjalin hubungan sosial mendapatkan perawatan sesui budaya memiliki keyakinan yang kuat, mampu berdoa, beribadah, mencintai dan memaafkan. berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi ide, perasaan dan keyakinan. Menciptakan perasaan damai



DAFTAR PUSTAKA



5.



6.



7.



8.



9.



perasaannya Bantu klien mengidentifikasi masalah atau situasi yang menyebabkan distress Bantu klien mengidentifikasi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan terkait peristiwa yang dialami Identifikasi adanya perbedaan pandangan klien dengan tim kesehatan Bantu klien untuk mengidentifikasi kekuatan, dan hal yang dapat menguatkan dari peristiwa yang dialami. Jangan mendukug pembuatan keputusan saat pasien berada dalam kondisi stress



Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan), Bandung Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC: Jakarta. huda, a., & kusuma, h. (2016). Asuhan keperawatan praktis;berdasarkan penerapan Diagnosa Nanda,NOC,NIC dalam berbagai kasus . Jogjakarta: MediAction. Mumtaz, A., & Setiawan, A. A. (2017). Faktor Risiko Kardiomiopati Dilatasi Di Rumah Sakit DR. Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 2027. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofiologi; konsep klinis Proses-Proses Penyakit Vol.2. Jakarta: EGC. Rahayuningsih, S. E. (2015). Manifestasi Klinis dan Fungsi Ventrikel pada Kardiomiopati Dilatasi. Departemen Ilmu Kedokteran Anak RS. Dr. Hasan Sadikin Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, 403-407. Smeltzer, S. (2013). Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddarth Edisi 12. Jakarta: EGC.



WEB OF CAUTION Faktor yang dapat dimodifikasi: 1. Konsumsi Alkohol 2. Diabetes Millitus 3. Riwayat penyakit jantung 4. Life style (obesitas, diet, stres)



Faktor yang tidak dapat dimodifikasi: 1. Umur 2. Jenis kelamin



DILATED CARDIOMIOPATY Gangguan Ejeksi Ventrikel Kiri Statis darah dalam ventrikel dan atrium Peningkatan preload dan afterload Curah jantung Penurunan suplai oksigen ke jaringan



Peningkatan beban volume atrium kiri Prognosis kondisi penyakit



Kongesti paru Edema paru



Risiko gangguang perfusi jaringan perifer Intoleransi aktivitas



Ansietas



Sesak nafas Ketidakefektifan pola nafas