LP Dengan Keloid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KELOID



DISUSUN OLEH:



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS CIMAHI 2021



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KELOID



A. Definisi Keloid adalah jaringan kulit tambahan yang tumbuh di bekas luka. Keloid merupakan bekas luka hipertrofik. Yang memiliki keloid biasanya orang berkulit gelap dan jarang ditemukan pada orang berkulit terang. Keloid dapat dianggap sebagai " bekas luka yang tidak tahu kapan untuk berhenti. Sebuah keloid, kadang-kadang disebut sebagai bekas luka keloid, adalah bekas luka menumpuk, yang naik tiba-tiba di atas sisa kulit. Biasanya memiliki atas halus dan berwarna merah muda atau ungu. Keloid berbentuk tidak teratur dan cenderung untuk memperbesar progresif. Tidak seperti bekas luka, keloid tidak surut dari waktu ke waktu. Sebuah keloid (juga dikenal sebagai "bekas luka keloidal). Ini adalah hasil dari suatu pertumbuhan berlebih dari jaringan granulasi (kolagen tipe 3) di lokasi cedera sembuh kulit yang kemudian perlahan-lahan digantikan oleh kolagen tipe 1. B. Etiologi Dokter tidak mengerti persis mengapa bentuk keloid pada orang tertentu atau situasi dan tidak sama pada masing - masing orang. Perubahan sinyal seluler yang mengontrol pertumbuhan dan proliferasi mungkin berhubungan dengan proses pembentukan keloid, namun perubahan ini belum ditandai secara ilmiah. Keloid dapat berkembang setelah luka ringan yang terjadi dengan menusuk tubuh. Karena dokter tidak memahami alasan yang tepat mengapa beberapa orang lebih rentan terhadap keloid berkembang, adalah mustahil untuk memprediksi apakah menusuk akan mengarah pada pembentukan keloid. Meskipun ada beberapa keluarga yang tampaknya rentan terhadap keloid membentuk, untuk sebagian besar, tidak mungkin untuk mengatakan siapa yang akan mengembangkan sebuah keloid. Satu orang mungkin, misalnya, mengembangkan keloid di salah satu daun telinga setelah menusuk dan bukan yang lain. Masuk akal, namun, bagi seseorang yang telah membentuk satu keloid untuk menghindari operasi elektif atau menusuk, terutama di daerah rawan tubuh jaringan parut.



C. Tanda dan gejala, Klasifikasi 1. Keloid diangkat dan tampak mengkilap dan berbentuk kubah, mulai warna dari



pink menjadi merah. Beberapa keloid menjadi sangat besar dan tak sedap dipandang. Selain menyebabkan masalah kosmetik potensial, bekas luka ini sering cenderung gatal , tender, atau bahkan menyakitkan untuk disentuh. 2. Keloid tegas, kenyal lesi atau mengkilat, berserat nodul , dan dapat bervariasi dari pink ke daging berwarna atau merah kecoklatan. Seorang bekas luka keloid yang jinak , tidak menular, dan kadang-kadang disertai dengan gatal parah dan rasa sakit dan perubahan tekstur. Pada kasus yang parah, dapat mempengaruhi gerakan kulit. D. Pathofisiologi Patofisiologi pembentukan keloid ditandai oleh respons inflamasi yang teramplifikasi, peningkatan aktivitas fibroblas, dan overekspresi sinyal faktor pertumbuhan. Hal-hal ini menyebabkan produksi dan penumpukan kolagen berlebih yang tidak diimbangi dengan penghancuran kolagen. Keloid menunjukkan peningkatan produksi kolagen hingga 20 kali lipat. Rasio kolagen tipe I:III pada keloid lebih tinggi yaitu 1. Respons Inflamasi Teramplifikasi yang Meningkatkan Aktivitas Fibroblas Dalam proses penyembuhan luka, reaksi inflamasi yang berkepanjangan dan berlebihan menyebabkan peningkatan aktivitas



fibroblas, yang kemudian



menghasilkan matriks ekstraseluler berlebihan. Degranulasi platelet pada fase ini akan melepas dan mengaktivasi sitokin-sitokin berupa TGF-β (transforming growth factor) terutama TGF-β1 dan TGF-β2, PDGF (platelet-derived growth factor), IGF1 (insulin-like growth factor), dan EGF (epidermal growth factor). 2. Overekspresi Sinyal Faktor Pertumbuhan Sitokin akan berperan sebagai faktor pertumbuhan fibrogenik, agen kemotaktik sel epitel, endotel, neutrofil, makrofag, sel mast, dan fibroblas. Hal ini menyebabkan terjadinya overekspresi sinyal faktor pertumbuhan . Fibroblas pada keloid menunjukkan peningkatan reseptor dan respon terhadap faktor-faktor pertumbuhan tersebut serta resistensi terhadap apoptosis. Peningkatan kadar faktor pertumbuhan dan sitokin merupakan faktor pendukung terbentuknya keloid. TGF-β diidentifikasi sebagai faktor patogenik kunci. Isoform TGF-β1 dan TGF-β2 mengaktivasi fibroblas untuk menstimulasi



sintesis kolagen, sementara TGF-β3 memegang peranan dalam fase remodeling yaitu mengurangi penumpukan kolagen dan matriks ekstraseluler. Ekspresi mRNA TGF-β1 dan TGF-β2 pada keloid lebih tinggi sementara TGF-β3 lebih rendah dibandingkan parut hipertrofik Ekspresi VEGF (vascular endothelial growth factor) yang berlebihan dikaitkan dengan pembentukan kapiler berlebih, produksi kolagen tipe I, dan peningkatan volume parut. 3. Faktor Mekanik Kekuatan mekanik memegang peranan penting dalam penyembuhan luka. Dalam



penyembuhan



normal,



homeostasis tensegrity (tension/tegangan



dan



terdapat integritas).



kondisi Kondisi



ini



memungkinkan sel dan matriks ekstraseluler untuk berprogresi normal melalui fase-fase penyembuhan luka. Bila kekuatan mekanik ekstrinsik yang besar atau abnormal (misalnya goresan, tekanan, dan peregangan kulit secara kuat/repetitif) terjadi



pada



luka



atau



parut,



timbul



disregulasi tensegrity yang



ketika



dikombinasikan dengan faktor-faktor internal di atas akan menyebabkan terjadinya parut berlebih. E. Pemeriksaan penunjang



F. Penatalaksanaan 1. Suntikan Kortison (steroid intralesi): Ini aman dan tidak terlalu menyakitkan.



Suntikan biasanya diberikan sekali per bulan sampai keuntungan maksimal diperoleh 2. Pembedahan : Ini adalah berisiko, karena memotong keloid bisa memicu pembentukan keloid yang sama atau bahkan lebih besar Beberapa ahli bedah mencapai keberhasilan dengan menyuntikkan steroid atau menerapkan dressing tekanan ke situs luka setelah memotong keloid. 3. Laser berdenyut bisa efektif pada perataan keloid dan membuat mereka terlihat kurang merah. Perawatan ini aman dan tidak sangat menyakitkan, tapi beberapa sesi pengobatan mungkin diperlukan 4. Lembaran silikon: ini melibatkan memakai selembar silikon gel pada daerah yang terkena selama beberapa jam sehari selama beberapa minggu atau bulan, yang sulit



untuk mempertahankan. Beberapa dokter mengklaim sukses serupa dengan perban kompresi yang terbuat dari bahan selain silikon. 5. Cryotherapy : Pembekuan keloid dengan nitrogen cair dapat meratakan mereka



tetapi sering menggelapkan tempat pengobatan. 6. Interferon : interferon adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh



yang membantu melawan virus, bakteri, dan tantangan lainnya. 7. Fluorouracil : Suntikan ini kemoterapi agen, sendiri atau bersama-sama dengan



steroid, telah digunakan juga untuk pengobatan keloid. 8. Radiasi : Beberapa dokter telah melaporkan dan efektif penggunaan yang aman



radiasi untuk mengobati keloid. G. Proses Keperawatan 1. Pengkajian



2. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung No 1.



Data



Etiologi Hospitalisasi yang lama



DS : -



Os mengatakan mual selalu



memikirkan



tentang operasi



dilakukan



DO : -



Tampak cemas



-



Klien



Tindakan operasi yang akan



Gelisah sering



menanyakan



kepada



perawat



tentang



operasi -



TD: 130/80 mmHg



-



Nadi : 97 x/mnt



-



RR: 21 x/mnt



-



Suhu : 36.8 oC



Problem Ansietas



2.



DS : -



Os



Gangguan citra mengatakan



tubuh



penyakitnya mengganggu penampilannya DO : -



Terdapat antara



keloid puting



di susu



kana dan kiri 3. Diagnosa Keperawatan a. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D0080) b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh (D.0083)



1. Rencana Keperawatan Hari/



PERENCANAAN



DX. Kep/No. DX



Tujuan



Kep



tanggal



Ansietas berhubungan Setelah dengan terpapar (D0080)



Intervensi



Rasional



melakukan Reduksi Ansietas



kurang perawatan ... x 24 jam. Observasi: informasi Dengan kriteria hasil:



1.



Monitor



tanda-tanda 1. Untuk



ansietas



a. Konsentrasi



mengetahui



tingkat



kecemasan pasien



b. Pola tidur c. Perilaku gelisah



tidak Terapeutik: 1.



Ciptakan



suasana 1. Untuk



teraupetik



untuk



memebuat



pasien



lebih



percaya diri



menumbuhkan kepercayaan 2.



Pahami



situasi



yang 2. Untuk mengetahui situasi apa yang



membuat ansietas 3.



Dengarkan



membuat pasien cemas dengan 3. Agar pasien menjadi tenang



penuh perhatian 4.



Motivasi mengidentifikasi



4. Untuk mejadi tenang situasi



yang memicu kecemasan



Edukasi 1.



Jelaskan termasuk



prosedur, 1. Agar pasien mengerti sensasi



yang



mungkin dialami 2.



Latih



kegiatan 2. Agar lebih tenang dan rileks



pengalihan



untuk



mengurangi ketegangan Gangguan citra tubuh Setelah



3. Latih teknik relaksasi melakukan SLKI :



berhubungan



dengan perawatan ... x 24 jam. Promosi citra tubuh



perubahan



struktur Dengan kriteria hasil:



tubuh (D.0083)



SLKI : Promosi citra tubuh



a. Verbalisasi perasaan



3. Agar lebih tenang dan rileks



negatif Observasi



tentang perubahan 1. Monitor tubuh menurun b. Fokus



frekuensi 1. Untuk



mengkritik dirinya



mengetahui



penampilan



yang menjadi perhatian



pada



penampilan masa Terapeutik 1. Diskusikan



lalu menurun c. Hubungan membaik



sosial



perubahan 1. Agar tampil percaya diri



tubuh dan fungsinya 2. Jelaskan kepada keluarga 2. Agar pasien dan keluarga dapat tentang



perawatan



dan



mengerti dan memahami



perubahan citra tubuh 3. Diskusikan



perbedaan 3. Agar pasien dan keluarga dapat



penampilan fisik terhadap harga diri



mengerti dan memahami



DAFTAR PUSTAKA Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.