LP DHF  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DHF (DENGUE HAEMORRORHAGIC FEVER) Laporan Pendahuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Minggu Ke empat Departemen Keperawatan Medikal Bedah Profesi Ners KMB II



NAMA MAHASISWA : WAKHIDATUN NUR RIANI NIM. A3R21055



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “ HUTAMA ABDI HUSADA” TULUNGAGUNG 2021



LAPORAN PENDAHULUAN DHF(DENGUE HAEMORRORHAGIC FEVER)



A. DEFINISI Demam berdarah dengue/ DBD (Dengue Haemorrorhagic Fever/ DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis hemorargik. (Sudoyono Aru, dkk 2009) B. ETIOLOGI Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae secara serologi terdapat 4 tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan serotipe yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru dalam  Nurarif, 2015). Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu: a. Aedes Aegypti, yaitu :



-



Paling sering ditemukan



-



Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan  berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air  jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.



-



Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik  putih.Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.



-



Jarak terbang 100 meter  



b. Aedes Albopictus, yaitu :



-



Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau  pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas



-



Menggigit pada waktu siang hari



-



Jarak terbang 50 meter.



C. KLASIFIKASI Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi 4 golongan, yaitu : a. Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi. b. Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan. c. Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg), kulit dingin dan lembab serta gelisah. d. Derajat IV : syok berat disertai nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur. D.



MANIFESTASI KLINIS a. Panas, biasanya langsung tinggi dan terus menerus suhu tubuh normal seseorang bisa berubah-ubah tergantung aktivitas yang dilakukan atau kondisi tubuh tersebut, suhu tubuh normal pada umunya berada di rentang antara 36,5-38,0 C. Sebab tidak jelas dan hampir tidak bereaksi dengan pemberian antipiretik. Panas berlangsung 2-7 hari. b. Malaise, mual, muntah, diare, konstipasi, sakit kepala, anoreksia, kadang batuk c. Tanda tanda perdarahan seperti petekia, perdarahan gusi, epiktasis, hematemesis melena Muka kemerahan , leukopenia. d. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati e. Pembengkakan sekitar mata f.



Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening



g. Tanda tanda rejatan adalah sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari 2 detik, nadi cepat dan lemah. Siklus Suhu tubuh



39.0 C



38,0 C



37,0 C



36,0 C



1



2



3



4



5



E.



PATHWAY DHF



Nyamuk Aedes Aegepty



Aedes Albopicus Menggigit manusia Infeksi virus dengue



Merangsang anti bodi dalam tubuh Mekanisme kompensasi Sekresi zat pirogen



MK : Hipertermia (D.0130)



Lambung Nyeri epigastrik



Mual/ muntah Anoreksia



MK : Nyeri Akut (D.0077)



Peristaltik usus ↓ MK : Konstipasi (D.0049)



Hati



Mengaktifkan sistem komplemen



Hepatomegali Sekresi bradikinin



Anafiaroksin (C3a C5a) dilepas Permeabilitas vaskuler ↑ Perembesan plasma



Intake tidak adekuat



Cairan intravaskuler ke eskstravaskuler



MK : Defisit Nutrisi (D.0019)



MK : Hipovolemia (D.0023)



Trombositopenia Potensial terjadi perdarahan (Derajat I)



Kegagalan sirkulasi (Derajat III) Hipertensi Nadi cepat dan lemah Nadi cepat dan lemah Suplai O2 ke jaringan kurang Hipoksia jaringan Asidosis metabolik



Resiko kematian



Perdarahan (Derajat II) Spontan Resiko DDS/ Dengue Syok Sindrom (Derajat IV)



Kondisi klien memburuk Kurang pengetahuan MK : Ansietas (D.0080)



G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan Darah Lengkap : a. Hb dan PCV meningkat (> 20%) b. Trombositopenia (< 100.000 /mm3) c. Leukopenia (mungkin normal/ lekositosis) d. Protein darah rendah e. Ureum dan pH bisa meningkat f. Na dan Cl rendah g. Serologi: HI (hemaglutination inhibition test). h. Rontgen Thorax : merupakan data penunjang untuk mengetahui kemungkinan i. dijumpainya efusi pleura. j. Uji test torniquet (+) k. USG : untuk mengetahui adanya hepatomegali dan splenomegali. l. Cara Uji torniquet : mengikat pada lengan bahu dengan sabuk atau manset tensi agar darah terbendung dan pada lengan bawah dibuat pola lingkaran diameter 5 cm. Bila dalam 10 menit terbendung lebih dari 10-20 bintik terdapat dipastikan 80% positif terkena demam berdarah dengune H. PENATALAKSANAAN Prinsip penatalaksanaan secara umum : a. Tirah baring. b. Makanan lunak dan minum 2 liter/24 jam. c. Pemberian cairan melalui infus. d. Pemberian obat obatan (antipiretik dan konvulsif). e. Minum banyak 1,5-2 liter perhari dengan air teh, gula atau susu. I.



KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian a. Identitas pasien Nama, umur (pada DHF tersering menyerang anak dengan usia kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua. b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama



Keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.



2) Riwayat kesehatan sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang



disertai



menggigil. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis. 3) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain. 4) Riwayat gizi Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat beberapa faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsumakan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang. c. Kondisi lingkungan Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju kamar) d. Pola kebiasaan 1) Nutrisi dan metabolisme Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang. 2) Eliminasi alvi (buang air besar) Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DHF grade IV bisa terjadi melena. 3) Eliminasi urin (bang air kecil)



Pada anak DHF akan mengalami urine output sedikit. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.



4) Tidur dan istirahat Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya sering tidur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk. 5) Kebersihan Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya keluarga melakukan 3m plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan menebar bubuk abate. e. Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum : 1) Tingkat kesadaran Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan grade IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah mengental dan oksigen ke otak berkurang. 2) Keadaan umum Lemah 3) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC) 4) Kepala Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam. 5) Mata Konjungtiva anemis 6) Hidung



Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. 7) Telinga Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV) 8) Mulut Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan



gusi,



dan



nyeri



telan.



Sementara



tenggorokkan



mengalami hyperemia pharing 9) Leher Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran 10) Dada/thorak I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak. Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV. 11) Abdomen I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites. Pal



:



Mengalami



nyeri



tekan,



pembesaran



hati



(hepatomegali) Per : Terdengar redup A : Adanya penurunan bising usus 12) Sistem integument Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniket. Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah (Soedarmo, 2008). 13) Genitalia Biasanya tidak ada masalah



14) Ekstremitas Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.



J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mengabsorbsi nutrien d.d BB menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. (D.0019) 2. Hipovolemia b.d peningkatan permeabilitas kapiler d.d frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, TD menurun, TD menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat. (D.0023) 3. Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal d.d defekasi kurang dari 2x seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, dan peristaltik usus menurun. (D.0049) 4.



Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. (D.0077)



5. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur. (D.0080) Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi virus dengue) d.d suhu tubuh diatas nilai normal. (D.0130)



K. INTERVENSI KEPERAWATAN NO. 1.



DIAGNOSA KEPERAWATAN (D. 0019)



LUARAN (SLKI) (L.03030)



Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mengabsorbsi Setelah



dilakukan



INTERVENSI (SIKI) Manajemen Nutrisi (I.03119)



intervensi Observasi



nutrien d.d



keperawatan selama 3x8 jam



1. Identifikasi status nutrisi.



Mayor



maka status nutrisi membaik



2. Identifikasi makanan yang disukai.



DS : -



dengan kriteria hasil:



3. Monitor asupan maknan.



DO :



1. Porsi



1. BB menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. Minor DS :



makan



yang



dihabiskan meningkat. 2. Perasaan



cepat



kenyang



menurun.



4. Monitor berat badan. Terapeutik 1. Lakukan oral hygine sebelum makan , jika perlu. 2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.



3. Frekuensi makan membaik.



3. Berikan makanan tinggi kalori dan protein.



1. Cepat kenyang setelah makan.



4. Nafsu makan membaik.



4. Berikan suplemen makanan, jika perlu.



2. Kram/ nyeri abdoman.



5. Membran



3. Nafsu makan menurun. DO : 1. Bising usus hiperaktif. 2. Otot pengunyah lemah. 3. Otot menelan lemah. 4. Membran mukosa pucat. 5. Sariawan 6. Serum albumin turun. 7. Rambut rontok berlebihan.



membaik.



mukosa Edukasi 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu. 2. Ajarkan diet yang diprogamkan. Kolaborasi 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.



8. Diare. 2.



(D.0023) Hipovolemia



(L.03028) b.d



peningkatan



permeabilitas



Setelah



Manajemen Hipovolemia (I.03116) dilakukan



intervensi Observasi



kapiler d.d



keperawatan selama 3x8 jam



1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi



Mayor



maka status cairan membaik



meningkat, nadi teraba melemah, TD menurun, turgor



DS : -



dengan kriteria hasil:



kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin



DO :



1. TTV membaik.



1. Frekuensi nadi meningkat. 2. Nadi teraba lemah.



2. Membran



menurun, Ht meningkat, haus, lemah). mukosa



membaik.



2. Monitor intake dan output cairan. Terapeutik



3. Tekanan darah menurun.



3. Intake cairan membaik.



1. Hitung kebutuhan cairan.



4. Tekanan darah menyempit.



4. Kadar Hb dan Ht membaik.



2. Berikan asupan cairan oral.



5. Turgor kulit menurun.



5. Turgor kulit membaik.



6. Membran mukosa kering. 7. Volume urine menurun. 8. Hematokrit meningkat. Mayor DS : 1. Merasa lemah. 2. Mengeluh haus. DO : 1. Pengisian vena menurun. 2. Status mental berubah.



Edukasi 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral. 2. Anjurkan perubahan posisi mendadak. Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL). 2. Kolaborasi pemberian cairan hipotonis (mis. Glukosa 2,5 %, NaCl 0,4 %). 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate). 4. Kolaborasi pemberian produk darah.



3. Suhu tubuh meningkat. 4. Konsentrasi urine meningkat. 5. BB turun tiba-tiba.



3.



(D.0049)



(L.04033)



Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal



Setelah



d.d



keperawatan selama 3x8 jam



1. Periksa tanda dan gejala konstipasi.



Mayor



maka eliminasi fekal membaik



2. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi,



DS :



dengan kriteria hasil:



1. Defekasi kurang dari 2x seminggu. 2. Pengeluaran feses lama dan sulit. DO : 1. Feses keras 2. Peristaltik usus menurun. Minor DS : 1. Mengejan saat defekasi. DO :



Manajemen Konstipasi (I.04155) dilakukan



intervensi Observasi



bentuk, volume, dan warna).



1. Kontrol pengeluaran feses meningkat.



Terapeutik



2. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun. 3. Mengejan



saat



1. Anjurkan diet tinggi serat. Edukasi



defekasi



menurun. 4. Frekuensi



3. Identifikasi faktor resiko konstipasi.



1. Anjurkan peningkatan cairan, jika tidak ada kontra indikasi.



defekasi



membaik. 5. Nyeri abdomen menurun.



2. Berikan minyak angin. 3. Latih buang air besar secara teratur. 4. Ajarkan cara mengatasi konstipasi.



1. Distensi abdomen



Kolaborasi



2. Kelemahan umum



1. Konsultasikan dengan tim medis tentang penurunan/



3. Teraba massa pada rektal



peningkatan frekuensi suara usus. 2. Kolaborasi penggunaan obat pencahar.



4.



(D. 0077) Nyeri



akut



(L.08066) b.d



agen



pencedera



fisiologis Setelah



Manajemen Nyeri (I.08238) dilakukan



intervensi Observasi



(inflamasi) d.d



keperawatan selama 2x8 jam



Mayor



maka tingkat nyeri menurun



DS : Mengeluh nyeri



dengan kriteria hasil:



DO:



1. Identifikasi



lokasi,



karakteristik,



frekuensi,



kualitas, intensitas nyeri. 2. Identifikasi skala nyeri.



1. Keluhan nyeri menurun.



3. Identifikasi respon nyeri non verbal.



1. Tampak meringis



2. Meringis menurun.



4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan



2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi



3. Sikap protektif menurun.



menghindari nyeri.



4. Gelisah menurun.



3. Gelisah



5. Kesulitan tidur menurun.



4. Frekuensi nadi meningkat.



6. Pola tidur membaik



5. Sulit tidur.



nyeri. Terapeutik 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri. Edukasi



Minor



1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.



DS : -



2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.



DO:



Kolaborasi



1. Tekanan darah meningkat.



1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.



2. Pola nafas berubah. 3. Nafsu makan berubah. 4. Proses berfikir terganggu. 5. Menarik diri. 6. Berfokus pada diri sendiri. 5.



durasi,



7. Diaforesis (keringat berlebihan). (D.0080)



(L.09093)



Reduksi Ansietas (I.09314)



Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d



Setelah



Mayor



keperawatan



DS :



tingkat ansietas menurun dengan



1. Merasa bingung. 2. Merasa



khawatir



dilakukan 2x8



intervensi Observasi jam



maka



kriteria : dengan



kondisi yang dihadapi. 3. Sulit berkonsentrasi. DO : 1. Tampak gelisah



akibat



dari



waktu, stressor). 2. Monitor tanda-tanda ansietas.



1. Verbalisasi



kebingungan Terapeutik



menurun.



1. Ciptakan



2. Verbaalisasi akibat



1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi,



khawatir



kondisi



yang



dihadapi.



susana



terapeutik



untuk



kepercyaan. 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan.



2. Tampak tegang



3. Perilaku gelisah menurun.



3. Pahami situasi yang membuat ansietas.



3. Sulit tidur



4. Perilaku tegang menurun



4. Dengarkan dengan penuh perhatian.



Minor DS :



palpitasi menurun. 5. Frekuensi nadi menurun.



1. Mengeluh pusing



6. Tekanan darah menurun.



2. Anoreksia



7. Pola tidur membaik.



3. Palpitasi 4. Merasa tidak berdaya DO : 1. Frekuensi nadi meningkat 2. Tekanan darah meningkat 3. Muka tampak pucat



menumbuhkan



5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan. 6. Motivasi



mengidentivikasi



situasi



yang



memicu



kecemasan. Edukasi 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami. 2. Informasikan



secara



faktual



mengenai



diagnosis,



pengobatan, dan prognosis. 3. Anjurkan keluarga bersama pasien, jika perlu. 4. Latih kegiatan pengalihan perhatian untuk mengurangi ketegangan.



5. Latih teknik relaksasi. Kolaborasi 6.



(D.0130)



1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu. Managemen Hipertermia (I.15506)



(L.14134)



Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi virus Setelah



dilakukan



dengue) d.d



keperawatan



Mayor



termoregulasi membaik dengan 2. Monitor suhu tubuh.



DS : -



kriteria hasil:



DO : -



2x8



intervensi Observasi jam



maka 1. Identifikasi penyebab hipertermia. Terapeutik



1. Menggigil menurun



1. Sediakan lingkungan yang dingin.



2. Suhu tubuh membaik



2. Longgarkan atau lepaskan pakaian.



Minor



3. Suhu kulit membaik



3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh.



DS :-



4. TTV membaik



4. Berikan cairan oral.



1. Suhu tubuh diatas normal



DO : 1. Kulit merah



5. Lakukan pendinginan eksternal (misal selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada abdomen).



2. Kejang



Edukasi



3. Takikardia



1. Anjurkan tirah baring



4. Takipnea



Kolaborasi



5. Kulit terasa hangat.



1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.



L. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali 2016). M. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh ketindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalahberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan danevaluasi (Ali 2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah



DAFTAR PUSTAKA



Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.



Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.



Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.



Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.



Faisal. 2021. “LP DBD”. https://www.academia.edu/14552758/LP_DBD. Diakses 28 September 2021.