LP Dislokasi Elbow [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DISLOKASI ELBOW DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. SOEMARNO SOSROADMODJO KUALA KAPUAS



OLEH : SLAMAT RAHMADI NOOR, S.KEP NIM. 20.300.0128



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA TAHUN 2021



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DISLOKASI ELBOW DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. SOEMARNO SOSROADMODJO KUALA KAPUAS



OLEH : SLAMAT RAHMADI NOOR, S.KEP NIM. 20.300.0128



Banjar, Mengetahui, Preseptor Akademik



Preseptor Klinik (Jika ada CI)



(Agustina Lestari, S.Kep., Ners., M.Kep)



(.....................................)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA TAHUN 2021



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DISLOKASI ELBOW DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. SOEMARNO SOSROADMODJO KUALA KAPUAS 1



Konsep Dislokasi Elbow a. Definisi Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang



yang



membentuk



persendian



terhadap



tulang



lain



(Sjamsuhidajat, 2011) Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis (Brunner & Suddart, 2001). Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi (Carpenito, 2000). Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan deformitas (Kowalak, 2011). Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya (Price & Wilson, 1995). Dislokasi elbow merupakan suatu injury berupa keadaan yang abnormal pada regio siku, dimana olekranon tidak berhubungan secara normal dengan epycondylus humeri, atau bergesernya ulna ke belakang dari ujung bawah humeri.



b. Klasifikasi -



Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya, yaitu : 1)



Dislokasi kongenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.



2)



Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang



3)



Dislokasi traumatik, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.



-



Dislokasi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi : 1)



Dislokasi Akut Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi



2)



Dislokasi Berulang. Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.



c. Etiologi -



Cedera olah raga Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.



-



Trauma kecelakaan Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi



d. Patofisiologi Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang



yang



terdorong



ke



depan



sehingga



merobek



kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi. Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehatihatian dalam melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi.



e. Tanda dan gejala -



Rasa sakit yang berulang di bagian luar lengan atas, tepat di bawah siku (lateral epikondilus).



-



Kadang-kadang ada rasa sakit yg menjalar ke lengan bawah menuju pergelangan tangan.



-



Rasa sakit ini menyebabkan karena adanya lipatan pada lengan.



-



Sulit untuk memperpanjang lengan sepenuhnya, karena adanya peradangan otot,tendon dan ligamen.



-



Rasa sakit ini biasanya berlangsung selama 6 - 12 minggu.



-



Perubahan kontur sendi



-



Perubahan panjang ekstremitas



-



Kehilangan mobilitas normal



-



Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi



f. KOMPLIKASI YANG MUNGKIN MUNCUL -



Komplikasi dini 1)



Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut



-



2)



Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak



3)



Fraktur dislokasi



Komplikasi lanjut 1)



Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi



2)



Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek



3)



Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid



4)



Kelemahan otot



g. PEMERIKSAAN PENUNJANG -



Sinar-X (Rontgen) Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik non invasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.



-



CT scan CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.



-



MRI MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.



h. TERAPI YANG DILAKUKAN -



Medis Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis : dewasa; dosis awal 500 mg lalu 250 mg tiap 6 jam.



-



Pembedahan Operasi ortopedi Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation). Berikut dibawah ini jenisjenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan : 1) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah. 2) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam. 3) Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit. 4) Amputasi : penghilangan bagian tubuh. 5) Artroplasti: artroskop(suatu



memperbaiki alat



yang



masalah



sendi



memungkinkan



ahli



dengan bedah



mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka. 6) Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak. 7) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.



8) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendidengan logam atau sintetis. -



Non medis 1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat. RICE R : Rest (istirahat) I : Ice (kompres dengan es) C : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan) E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi) 2) Pencegahan a) Cedera akibat olahraga Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari Latihan atau exercise Conditioning b) Trauma kecelakaan Kurangi kecepatan Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman Patuhi peraturan lalu lintas



2.



PATHWAY Etiologi



Cedera Olahraga



Trauma Kecelakaan



Terlepasnya kompresi jaringan jar. Tulang dari kesatuan sendi Merusak struktur sendi, ligament Kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan Merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi Ligamen memberikan jalan Tulang berpindah dari posisi yang normal Dislokasi



Pelepasan mediator imflamasi Vasodilatasi Peningkatan aliran darah



Cedera jar. Lunak Spasme otot



Ekstremitas Hambatan mobilitas fisik



Nyeri akut



Peningkatan permeabilitas kapiler Oedema ekstremitas Menekan pembuluh darah perifer



Inefektif perfusi jaringan



3.



Asuhan Keperawatan a. Pengkajian -



Keluhan Utama Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah pasien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.



-



Riwayat Penyakit Sekarang Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.



-



Riwayat Penyakit Dahulu Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.



-



Pemeriksaan Fisik 1) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi. 2) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi 3) Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi 4) Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi



-



Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah: 1) Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien. 2) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien. 3) Makan minum : pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.



4) Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya. -



Pemeriksaan diagnostik 1) Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi. 2) Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan gambar 3 dimensi. 3) Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.



b. Diagnosa Keperawatan -



Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).



-



Hambatan



mobilitas



fisik



berhubungan



dengan



gangguan



muskuloskletal. -



Inefektif perfusi jaringan berhubungan dengan oedema ektremitas.



c. Perencanaan Keperawatan N o 1.



Diagnosa Tujuan dan Keperawatan Kriteria Hasil Nyeri akut Setelah diberikan berhubungan asuhan dengan agen keperawatan penyebab cedera selama …x24 Fisik(trauma jam, diharapkan kecelakaan dan dengan kriteria cedera hasil : olahraga)1. Memperlihatka DS: klien n pengendalian melaporkan nyeri. adanya nyeri.2. Melaporkan DO: klien tidak adanya tampak nyeri berperilaku 3. Tidak distraksi menunjukan (mondar mandir, adanya nyeri aktivitas meningkat. berulang, (tidak ada memegang ekspresi nyeri daerah nyeri), pada perilaku wajah,tidak ekspresif(gelisah gelisah atau , meringis, ketegangan menangis, otot,tidak menghela napas merintih atau menangis. panjang)



2.



Hambatan mobilitas fisik



Setelah diberikan asuhan



Rencana Rasional Tindakan 1. Observasi 1. Mengetahui keadaan keadaan umum pasien dan tingkat umum nyeri pasien pasien(tingkat 2. Posisi semi fowler dapat nyeri dan meminimalkan nyeri pada TTV) dislokasi 2. Beri posisi 3. Kompres hangat berperan nyaman(semi dalam vasodilatasi fowler) pembuluh darah. 3. Berikan 4. Teknik distraksi dan kompres relaksasi berfungsi dalam hangat pada mengalihkan fokus nyeri lokasi pasien dislokasi 5. Penanaman HE pada 4. Ajarkan teknik pasien berfungsi untuk distraksi dan mengurangi kecemasan relaksasi pasien terhadap kondisinya 5. Beri HE 6. Analgetik dapat tentang mengurangi rasa nyeri pada penyebab dislokasi. nyeri, dan antisipasi ketidaknyama nan 6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik 1. Observasi 1. Menunjukkan tingkat keadaan mobilisasi pasien dan



berhubungan dengan gangguan muskuloskletal DS: pasien mengeluh sulit dalam bergerak DO: tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, gerakan idak teratur atau tidak terkoordinasi



3.



Inefektif perfusi jaringan berhubungan dengan edema ektremitas



keperawatan selama …x24 jam, diharapkan klien dapat melakukan mobilisasi dengan teratur dengan kriteria hasil : 1. Klien mengatakan dapat melakukan pergerakan dengan bebas 2. Gerakan pasien terkoordinir 3. Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x3 jam perfusi jaringan perifer terkontrol NOC: Jaringan perifer - TD normal - Akral hangat - Fungsi otot normal - Warna kulit normal



umum (tingkat mobilitas dan kekuatan otot) 2. Ajarkan ROM 3. Pengaturan posisi 4. Berikan bantuan perawatan diri: berpindah 5. Berikan HE tentang latihan fisik 6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam memberikan terapi yang tepat NIC: Management circulation 1. Kaji status perfusi perifer ektremitas bawah 2. Ubah posisi minimal 2 jam sekali 3. Monitor status nutrisi dan cairan 4. Dorong pasien latihan sesuai kemampuan 5. Elevasi anggota badan 20 derajat lebih tinggi di atas jantung



2. 3.



4. 5.



menentukan intervensi selanjutnya Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahananotot Meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan psikologis Membantu individu mengubah posisi tubuhnya Mengubah persepsi pasien terhadap latihan fisik Mengembalikan posisi tubuh autonom dan volunter selama pengobatan dan pemulihan dari posisi sakit atau cedera



1. mengetahui dan mengidentifikasi status perfusi perifer 2. menstabilkan vaskularisasi 3. memantau kebutuhan nutrisi dan cairan pasien 4. mengembalikankemampua n pasien 5. menstabilkan vaskularisasi



d. Evaluasi -



Nyeri dapat teratasi



-



Pasien dapat melakukan mobilitas secara normal



-



Jaringan perifer efektif



e. Discharge Planning



-



Anjurkan kepada pasien untuk istirahat yang cukup dan jangan melakukan aktifitas yang berlebihan.



-



Anjurkan kepada pasien untuk latihan aktif seperti latihan menggerakkan jari-jari tangan.



-



Anjurkan kepada pasien untuk menghabiskan obat minum yang diberikan kepada dokter.



-



Anjurkan kepada pasien dan teman kerjanya untuk membawa ke Rumah Sakit jika terjadi pembengkakan dan nyeri.



-



Perawatan sesudah gips diangkat 1) Angkat kulit ari yang kering / sisik dengan hati – hati, caranya diguyur / irigasi, jaringan digosok atau gunakan bahan pelembab seperti lotion 2) Gerakan ekstremitas dengan hati – hati, diharapkan bisa mengurangi rasa nyeri / tak nyaman 3) Suport ekstremitas dengan bantal bila istirahat 4) Latihan dilakukan perlahan dan bertahap sesuai anjuran 5) Gunakan stoking untuk suport / elastis bondage untuk mengurangi bengkak.



-



Perawatan



intervensi



untuk



klien



dengan



kelemahan



muskuloskeletal 1) Anjurkan istirahat Istirahat akan membantu percepat proses penyembuhan karena akan meminimalkan inflamasi, bengkak dan nyeri. Istirahat bisa juga dibantu dengan bidai / splint / gips. Pengurangan range of motion ( ROM ) akan menghasilkan peningkatan densitas sambungan jaringan disekitar area. 2) Physical therapy Physical therapy merupakan intervensi utama untuk klien dengan gangguan muskuloskeletal. Tujuannya untuk : a) Mempertahankan sendi untuk ROM, kekuatan otot b) Mengurangi bengkak dan nyeri c) Mengurangi spasme otot d) Mencegah komplikasi karena inaktifitas e) Mengajarkan perawatan mansiri dan tehnik ambulasi -



Teknik terapi fisik yang digunakan untuk masalah – masalah muskuloskeletal adalah :



1) Pemberian kompres hangat. Bisa dengan berbagai cara, misalnya kompres hangat langsung, guyur air suam kuku, radiasi infra merah, mandi dengan air hangat atau diatermi. Hal ini diikuti dengan massage dan latihan. Efek physiologis dari intervensi ini adalah : a) Melembutkan jaringan fibrous b) Menurunkan nyeri c) Meningkatkan edema dan aliran darah d) Vasodilatasi, sehingga bisa meningkatkan relaksasi 2) Pemberian kompres dingin Bisa diberikan dengan berbagai cara : Kompres langsung, cool pack, ice bag, hypotermi blanket. Tepid bath, tepid sponge, alkohol dll. Efek physiologis intervensi ini adalah : a) Vasokonstriksi dan menurunkan aktivitas metabolism. b) Menurunkan aliran darah sehingga membantu kontrol perdarahan dan bengkak. c) Menurunkan



nyeri,



terutama



karena



spasme



otot.



Pemberiannya harus hati – hati, tidak boleh kurang dari 10 menit atau lebih dari 30 menit, bisa diulang setelah 30 – 60 menit kemudian 3) Massage Intervensi ini akan memanipulasi jaringan lunak untuk relaksasi otot, mempertahankan tonus otot, meningkatkan aliran darah dan mengurangi spasme otot. Massage mempunyai keuntungan secara mekanik, physiologi dan psikologis. Sebelum dilakukan massage, usap / berikan lubrican atau minyak / powder untuk menjaga tidak terjadi iritasi kulit a) Latihan Latihan disesuaikan dengan kebutuhan klien. Bisa dilakukan dengan cara :  Aktif (gerakan dihasilkan dari individu sendiri)  Pasif



(gerakan



karena



ada



orang



lain



yang



menggerakan)  Aktif asistif (gerakan oleh individu dengan bantuan orang lain) Latihan bisa dikelompokan sebagai berikut :  Latihan isotonic



 Latihan isometric  Latihan iso kinetic  Latihan ROM Therapi latihan ini mempunyai keuntungan o Menjaga / mempertahankan aktivitas sendi o Mencegah atropi otot dan deformitas lain o Mempertahankan kekuatan otot o Menstimulasi sirkulasi darah Bantu



klien



/



keluarga



untuk



mengenal



dan



menggunakan alat bantu :  Pemakaian crutches / kruk  Perhatikan cara pemakaian  Cegah terjadi kecelakaan dirumah dengan cara : o Ajarkan klien / keluarga mempersiapkan alat – alat o Anjurkan mengamankan llingkungan, misalnya jaga lantai tetap kering / tidak licin, membuka pintu perlahan, dll. Alat bantu jalan ( walkers ) Perlu diperhatikan kekuatan otot triseps, biasanya digunakan sebelum penggunaan kruk. GIPS. Tujuan pemasangan Gips :  Untuk mempertahankan immobilitas dan proteksi selama proses penyembuhan.  Mencegah / memperbaiki deformitas. Yang perlu diperhatikan klien / keluarga pad klien dengan pemasangan gips adalah perawatan kulit dan perawatan gips yaitu : o Kaji keadaan kulit / gips o Kaji sensori kulit terhadap pemasangan gips o Ajarkan klien / keluarga tanda – tanda perubahan yang terjadi pada kulit dan segra lapor. o Berikan lotion untuk mencegah kerusakan kulit



o Amati terjadi gesekan, luka, iritasi, bengkak, perubahan warna,( merah, cyanosis, pucat ) o Hubungi segera pada petugas kesehatan bila terjadi hal – hal diluar kebiasaan.



REHABILITATION EXERSICE POST REPOSISI ELBOW 1. Menekuk dan meluruskan siku



Menekuk dan meluruskan siku Anda sejauh mungkin sampai batas sakit. Bertujuan untuk meregangkan siku. Ulangi 10 kali. 2. Rotasi pada pergelangan tangan Mulailah latihan ini dengan siku Anda di sisi Anda dan membungkuk 90 derajat. Perlahan-lahan memutar telapak tangan ke atas dan ke bawah sejauh mungkin sampai batas sakit. Bertujuan untuk meregangkan siku. 3. Teknik menggenggam bola Mulailah latihan ini memegang bola. Remas bola tenis sekeras mungkin dan nyaman tanpa rasa sakit. Tahan selama 5 detik dan ulangi 10 kali.



DAFTAR PUSTAKA



Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman



Untuk



Perencanaan



Dan



Pendokumentasian



Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.